Anda di halaman 1dari 12

ERGONOMI

Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang diampu oleh Bu Esin Sintawati

Disusun Oleh :
Ayu Shinta Wijayanti ( 170544633062 )
Azizah Nurul Aini ( 170544633055 )
Indy Wildanafa ( 170544633063 )

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA

APRIL 2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………… 2
B. Rumusan Masalah……………………………………………... 2
C. Tujuan………………………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ergonomi………….……………………………….. 4
B. Tujuan dan manfaat Ergonomi……..………………………….. 4
C. Permasalahan Ergonomi dalam K3 di Industri Garmen..………
D. Ergonomi dalam Industri Garmen…….………………..……… 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………….. 13
B. Saran……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 14


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa kini, industri yang berkembang di berbagai bidang sudah


merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Kegiatan industri
berkembang dari skala rumah tangga bahkan sampai industri yang berskala besar berbentuk
perusahaan. Produk garmen sebagai salah satu komoditas dapat menjadi potensial
dikembangkan di pasar global, tentu diikuti dengan timbulnya persaingan yang juga semakin
ketat antara perusahaan garmen.
Produk garmen sebagai hasil kerajinan, diproses dalam suatu industri yang memiliki unit
kerja tertentu dengan tugas yang berbeda-beda pada setiap bagiannya. Produk garmen yang
diproses pada industri skala kecil dan menengah,dikerjakan oleh pekerja yang mungkin tidak
dibagi dalam fase produksi secara spesifik, teratur, menetap, dan dengan jumlah pekerja yang
terbatas, oleh karena itu, pekerja bisa jadi harus merangkap mengerjakan pekerjaan yang
dilakukan dibeberapa bagian produksi tersebut, seperti bagian pola merangkap bagian potong
atau bagian kontrol kualitas merangkap bagian sortir, setrika dan pengepakan.
Mengingat tingginya tingkat keluhan muskuloskeletal serta kelelahan yang dialami oleh
penjahit akibat kondisi kerja yang kurang ergonomis, maka kiranya perlu dilakukan upaya
pencegahan maupun penanggulangan untuk mengatasi masalah tersebut dan mampu
meningkatkan produktivitas kerja penjahit.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Ergonomi?


2. Apa tujuan dan manfaat dari Ergonomi?
3. Apa saja permasalahan Ergonomi dalam K3 di Industri Garmen?
4. Apa saja Ergonomi pada industri garmen?
C. Tujuan

1. Mengetahui Ergonomi.
2. Mengetahui tujuan dan manfaat dari ergonomi.
3. Mengetahui Permasalahan Ergonomi dalam K3 di Industri Garmen
4. Mengetahui Ergonomi pada industry garmen
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ergonomi

Pengertian Ergonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata
ergon yang artinya kerja dan nomo yang berarti peraturan atau hukum. Sedangkan
pengertian ergonomi secara terminologi adalah peraturan tentang bagaimana melakukan
kerja, termasuk sikap kerja.
Sesuai dengan perkembangan kesehatan kerja ini maka yang mengatur antara
manusia sebagai tenaga kerja dan peralatan kerja ataupun mesin yang berkembang
menjadi cabang ilmu tersendiri (Notoatmodjo, 2010).
Secara sederhana, pengertian ergonomi adalah ilmu yang mempelajari sistem
kerja disesuaikan dengan sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia. Secara umum,
Pengertian ergonomi adalah ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan dan juga
keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup
dan juga bekerja pada suatu sistem dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan
secara efektif, aman dan nyaman.
Dalam sudut pandang ergonomi, bahwa pengertian ergonomi adalah penggunaan
kepintaran dari kemampuan manusia dan batasannya untuk merancang dan membangun
kenyamanan, effisensi, produktivitas dan juga keamanan.
Ergonomi merupakan tuntutan tugas dan kapasitas kerja harus selalu dalam garis
yang seimbang untuk tujuan performansi kerja yang tinggi. Tuntutan tugas yang
diberikan tidak underload atau terlalu rendah dan juga overload atau terlalu berlebihan.
Adapun macam-macam pengertian ergonomi para ahli adalah sebagai berikut..
1. Pengertian Ergonomi Menurut Tarwaka (2004)
Menurut Tarwaka bahwa definisi Ergonomi yang menurutnya bahwa pengertian
ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan antara segala
fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun juga dalam istirahat atas dasar
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun juga dengan mental sehingga
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.
2. Pengertian Ergonomi Menurut The Internasional Ergonomics Association in 2000
Menurutnya bahwa, pengertian ergonomi adalah suatu disiplin ilmiah yang urgen
untuk diperhatikan interaksi antara manusia dan bagian lain dalam elemen sebuah sistem
dan juga profesi yang mengplikasikan teori, prinsip-prinsip, data, dan juga metode yang
dirancang untuk mengoptimasikan kesejahteraan manusia dan juga keseluruhan kinerja
dari sistem.
3. Pengertian Ergonomi Menurut Sritomo
Menurut Sritomo dalam bukunya yang berjudul Ergonomi Studi Gerak dan
Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p54) bahwa
pengertian ergonomi adalah displin keilmuan yang mempelajari manusia yang berkaitan
dengan pekerjaannya.
4. Pengertian Ergonomi Menurut Wignjosoebroto S (2003)
Menurut Wignjosoebroto S, bahwa definisi ergonomi adalah ilmu yang sistematis
untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai kemampuan dan juga keterbatasan
manusia dalam merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan juga
bekerja pada sistem tersebut yang lebih baik, yaitu dengan mencapai tujuan yang
diinginkan melalui suatu pekerjaan yang efektif, efisien, aman dan juga nyaman.
5. Pengertian Ergonomi Menurut Eko Nurmianto (2004:1)
Menurut Eko Nurmianto bahwa definisi ergonomi adalah studi tentang aspek-
aspek manusia dalam lingkungan kerja yang ditinjau dari anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen, dan juga desain perancangan.
6. Pengertian Ergonomi Menurut Ginting Rosnani (2010)
Menurutnya, pengertian ergonomi adalah suatu cabang keilmuan yang sistematis
untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia dalam merancang suatu sistem kerja, sehingga orang dapat hidup dan juga
bekerja pada suatu sistem yang baik yaitu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan
melalui pekerjaan yang efektif, efisiesn, aman dan nyaman.
B. Tujuan dan Manfaat Ergonomi

Menurut Ginting Rosnani (2010) bahwa mendapatkan pengetahuan yang utuh


tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan produk-produknya,
sehingga dapat terjadi adanya suatu rancangan sistem manusia-mesin yang optimal.
Selain itu, menurut Tarwaka, dkk (2004) bahwa tujuan ergonomi secara umum adalah
sebagai berikut..
1. Ergonomi bertujuan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan car
pencegahan cidera dan penyakiat akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, dan mengupayahkan promosi dan kepuasaan kerja.
2. Ergonomi bertujuan untuk peningkatakan kesejahteraan sosial melalui peningkatan
kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir secara tepat dan meningkatkan
jaminan sosial selama kurun waktu usia produktif maupun juga setelah produktif.
3. Ergonomi bertujuan menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai macam
aspek yakni aspek ekonomi, aspek teknis, antropologis dan juga budaya setiap sistem
kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Terdapat beberapa manfaat lain yang dapat diperoleh. waktu yang efisien, risiko penyakit
akibat kerja kecil, tidak masuk kerja kurang, kebosanan dihindari, rasa sakit atau kaku
berkurang, dan sebagainya. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan juga pendidikan.,
Optimalisasi penggunan SDM (Sumber Daya Manusia) melalui peningkatan
keterampilan yang diperlukan, Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
5 prinsip dasar dalam bekerja secara ergonomis guna mengurangi ganguan otot
yaitu;
1. Gunakan alat yang baik dan sesuai dengan pekerjaan dan pekerja
2. Meminimkan pengulangan gerakan pada satu jenis otot
3. Hindari posisi tubuh yang tidak baik
4. Gunakan teknik angkat-angkut yang benar
5. Beristirahat secara baik dan benar
C. Permasalahan Ergonomi dalam K3 di Industri Garmen

Para pekerja di bagian penjahitan mengalami alergi kulit dan gangguan


pernapasan akibat menjahit beberapa jenis kain yang mempunyai banyak debu kain
(floating fiber). Sumber bahaya lain adalah permasalahan ergonomi seperti lamanya
waktu kerja (duduk dan berdiri) pengulangan gerakan kerja dan juga menunjukkan
sumber-sumber bahaya potensial yang ada diindustri garmen terdapat pada ruang
pemotongan, penjahitan dan finishing.
Operasi kerja pada proses penjahitan juga tidak jauh berbeda seperti dimana ada
beberapa permasalahan lingkungan kerja mencakup aspek mekanis, fisik, kimia, biologi
dan ergonomi diantaranya adalah:
1. Penataan tumpukan kain yang kurang baik di gudang penyimpanan sehingga
gulungan kain mudah jatuh
2. Potensi sakit punggung karena mengangkat dan material handling yang tidak benar
3. Banyaknya debu debu kain di area pemotongan kain
4. Bahaya luka selama penggunaan mesin potong elektrik tanpa pengaman rantai yang
baik
5. Tidak adanya pengamanan mesin dan debu kain di area produksi dan finishing
6. Bahaya zat kimia dan lantai licin pada area pencucian
7. Pencahayaan yang kurang baik di bagian produksi dan finishing
8. permasalahan ergonomi pada posisi kerja duduk dan berdiri
9. Temperatur yang tinggi pada bagian penyetrikaan dan pencucian
10. Problem kelistrikan dan kebakaran di seluruh bagian
Setiap pekerjaan mengandung resiko kesehatan dan keselamatan. Demikian juga
sistem kerja di industri garmen potensi penyakit dan kecelakaan kerja juga sangat tinggi.
Seperti yang dilaporkan oleh David Mahone (CNA Insurance Companies, Chicago IL)
diantara penyakit kerja yang terkaiat dengan kondisi lingkungan kerja yang tidak baik
diantaranya adalah
- 70% operator jahit mengalami sakit punggung
- 35% Melaporkan mengalami low back pain secara persisten
- 25% menderi akibat Cumulative Trauma Disorder (CTD)
- 81% mengalami CTD pada pergelangan tangan
- 14% mengalami CTDs pada siku
- 5% of CTDs pada bahu
- 49% pekerja mengalami nyeri leher
Sedangkan berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh S Calvin dan B Joseph
(2006) menyatakan bahwa beberapa potensi bahaya di industri garmen meliputi
kecelakaan pada jari tangan (tertusuk jarum), terbakar dan lainnya. Bahaya fisik seperti
paparan kebisingan, panas dan pencahayaan dan lainnya. Sangat sedikit laporan tentang
kecelakaan kerja di industri garmen dari berbagai belahan dunia karena kurangnya
kesadaran untuk mencatat dan melaporkan terjadinya kecelakaan.

D. Ergonomi pada Industri Garmen

Pekerjaan di bagian jahit membutuhkan kordinasi gerakan postur tubuh dan


pergelangan tangan yang baik dan konsentrasi tinggi. Dimana perubahan gerakan ini
berlangsung sangat cepat tergantung bagian yang dijahit dan tingginya frekuensi
pengulangan gerakan untuk kurun waktu yang lama akan mendorong timbulnya
gangguan interabdominal, mengalami tekanan inersia, tekanan pada pinggang dan tulang
punggung dan tengkuk
Untuk meja jahit direkomendasikan tinggi duduk sekitar 41,5 cm untuk wanita
dan untuk pria 43 cm dan posisi betis 105º dari paha ketika menginjak pedal. Dan kursi
kerja diberi pelapis (busa untuk) memberi kenyamanan pada pekerja. Meja dan kursi juga
harus dapat diatur ketinggiannya dan sudut sandarannya untuk mengurangi sakit pada
bahu dan leher.
Untuk pencahayaan Parimalam dkk (2006) merekomendasikan minimum sebesar
400lux untuk general lighting dan untuk operator jahit di tambahkan pencahayaan lokal.
Sedangkan menurut Industrial Accident Prevention Assosiation (IAPA,2006) untuk
pekerjaan menjahit pencahayaan disarankan sekitar 2000-5000 lux.
Untuk mengurangi kebisingan perlu dilakukan pemeliharaan, pelumasan dan
penggantian spare part secara rutin. Pekerja yang terpapar bising perlu diberikan
pelindung telinga ataupun perlu rotasi setiap 4 jam untuk level kebisingan 90 DB. Untuk
mengurangi getaran diperlukan isolator getaran misalnya dengan memasang karpet/karet
pada kaki-kaki mesin. Diperlukan pemasangan mesin penghisap untuk menghisdap debu
kain dan pekerja diberikan masker untuk melindungi dari debu. Jarak antar mesin 4-5 feet
untuk meminimalkan paparan panas pada operator jahit. Di setiap unit perlu disediakan
kotak P3K dan orang yang mampu memberikan perawatan/pertologan darurat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Erepo. “pengaruh aplikasi ergonomi dalam organisasi kerja penjahit”. Dalam


http://erepo.unud.ac.id
Zaka. “Pengertian Ergonomi, Tujuan, Prinsip, Manfaat & Contoh Ergonomi”. Dalam
http://www.artikelsiana.com
Fitrihana, Noor. “Memperbaiki Kondisi Kerja Di Industri Garmen Melalui Pendekatan
Ergonomi”. Dalam http://digilib.itb.ac.id
Indriani, “Ergonomi pada Industri Garmen”. Dalam https://dokumen.tips

Anda mungkin juga menyukai