Anda di halaman 1dari 28

Laporan kasus

MORBILI

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

Disusun Oleh :

Mira Evi Zahara, S. Ked


Nim : 16174158

Pembimbing:

dr. Wahdini, Sp. A

SMF/DEPARTEMEN KESEHATAN ILMU ANAK RSUD


MEURAXA/FK UNIVERSITAS ABULYATAMA
BANDA ACEH
2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis telah dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “

MORBILI ” Laporan kasus ini merupakan salah satu pemenuhan

syarat Kepaniteraan Klinik Senior Program Studi Profesi Dokter

bagian Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah banyak membantu dalam penulisan laporan kasus ini, khususnya

kepada dr. Wahdini, Sp.A sebagai pembimbing yang telah

memberikan saran bimbingan, dukungan moral dan materi dalam

menyusun laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada rekan-rekan dokter muda dan semua pihak yang banyak

membantu dalam menyusun laporan kasus ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan

saran sebagai masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan laporan

kasus ini. Banda Aceh, November 2018

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien .............................................................................. 3


2.2 Anamnesis ..................................................................................... 3
1) Keluhan Utama......................................................................... 3
2) Riwayat Perjalanan Penyakit.................................................... 3
3) Riwayat Penyakit Dahulu......................................................... 3
4) Riwayat Penyakit alergi .......................................................... 4
5) Riwayat Penyakit Keluarga. ..................................................... 4
2.3 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 4
2.4 Pemeriksaan Penunjang................................................................. 7
2.5 Diagnosa ........................................................................................ 7
2.6 Diagnosa Banding ......................................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan ........................................................................... 7
2.8 . Prognosis ....................................................................................... 8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. ................................................................. 9


4.1 Definisi. .......................................................................................... 10
4.2 Epidemiologi .................................................................................. 11
4.3 Etiologi. .......................................................................................... 12
4.4 Patofisiologi ................................................................................... 14
4.5 Gejala Klinis................................................................................... 15
4.6 Diagnosa......................................................................................... 17

3
4.7 Diagnosa Banding .......................................................................... 18
4.8 Penatalaksanaan ............................................................................. 19
4.9 Komplikasi ..................................................................................... 20
4.10 Prognosis ...................................................................................... 21

BAB IV KESIMPULAN ............................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23

4
BAB I

PENDAHULUAN

Campak(Morbili) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat

menular yang disebabkan oleh paramixovirusyang menyerang anak-anak bahkan

juga orang dewasa. Seseorang yang terkena penyakit ini ditandai dengan demam

tinggi, terjadi peradangan pada mata (mata merah), serta timbul bercak kemerahan

pada kulit.Penyakit ini dapat menular melalui percikan ludah dari mulut, hidung,

maupun dari tenggorokan penderita.Kelompok yang paling rentan untuk terkena

penyakit ini adalah bayi dan anak-anak yang belum pernah mendapatkan

imunisasi Campak.Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab utama

tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada bayi dan anak-anak.1

Virus Campak dapat menekan imunitas atau daya tahan tubuh pada anak-

anak. Umumnya Penyakit Campak akan muncul dengan gejala demam, batuk,

lelah, hidung berair, mata merah, dan muncul ruam beberapa hari kemudian.

Ruam akan muncul mulai dari wajah dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh

dan berlanjut selama 4-7 hari. Kondisi ini akan menjadi lebih parah jika disertai

dengan komplikasi, diantaranya adalah diare, bronchopneumonia, malnutrisi,

enchepalitis, dan otitis media. Jika komplikasi ini tidak ditangani dengan cepat,

maka dapat berujung kepada kematian

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Campak yang dewasa ini

yang dianggap paling efektif adalah dengan cara imuniasasi, dengan tujuan

menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit Campak.

5
Pemberian vaksin Campak dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit

Campak.Program imunisasi Campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982,

kemudian pada tahun 1991 berhasil dicapai status imunisasi dasar lengkap atau

Univesal Child Imunization (UCI) secara nasional. Sejak tahun 2000 imunisasi

Campak kesempatan kedua diberikan kepada anak sekolah kelas I-VI secara

bertahap yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi Campak kepada

anak sekolah dasar kelas I SD (BIAS).2

Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-

anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Pada tahun 2005 terdapat

345.000 kematian di dunia akibat penyakit Campak dan sekitar 311.000 kematian

terjadi pada anak - anak usia dibawah lima tahun. Pada tahun 2006 terdapat

242.000 kematian karena campak atau 27 kematian terjadi setiap jamnya. Menurut

laporan World Health Organization (WHO) tahun 2008 kematian Campak yang

meliputi seluruh dunia pada tahun 2007 adalah 197.000 dengan interval 141.000

hingga 267.000 kematian dimana 177.000 kematian terjadi pada anak- anak usia

dibawah lima tahun. Lebih dari 95% kematian Campak terjadi di negara - negara

berpenghasilan rendah dengan infrastruktur kesehatan lemah.2

Indonesia termasuk negara berkembang yang insiden kasus campaknya

cukup tinggi.Pada tahun 2008, angka absolut Campak di Indonesia adalah 15.369

kasus. Data dari profil kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan

Incidence Rate (IR) penyakit Campak di Indonesia sebesar 0,73 per 10.000

penduduk, sedangkan Case Fatality Rate (CFR) pada KLB campak pada tahun

2010 adalah 0,233.2

6
BAB II

KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : M.H

Jenis Kelamin : Laki - Laki

No CM : 10 99 48

Umur/Tgl Lahir : 9 tahun 2 bulan / 28 Desember 2008

Agama : Islam

Alamat : Lam ara – Banda Raya

Masuk Perawatan : 14/10/2018

1.2 ANAMNESIS

A. Keluhan Utama

Demam 7 hari SMRS.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Meuraxa bersama keluarganya dengan keluhan

demam sejak 7 hari yang lalu, demam naik turun. Pasien mengeluhan timbul ruam

merah diwajah kemudian menjalar keseluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu, disertai

dengan gatal. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala, mata merah, batuk disertai

dengan nyeri menelan. Nafsu makan menurun. BAB dan BAK dalam batas

normal.

7
C. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada.

E. Riwayat Kehamilan Ibu

Kunjungan ANC teratur, periksa dipuskesmas. Ibu tidak mengkonsumsi

obat-obatan selama kehamilan, ibu tidak pernah menderita penyakit

tertentu selama masa kehamilan.

F. Riwayat Kelahiran

.Lahir secara normal, Cukup bulan, normal, BBL : 2500 gram dan PBL

lupa.

G. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Merangkak umur ± 6 bulan, duduk umur ± 9 bulan, berdiri umur ± 11

bulan, berjalan umur ± 11 bulan, berbicara lancar umur ± 1 tahun 5 bulan.

H. Riwayat Imunisasi

BCG : 1x bulan ke 2

Polio : 4x bulan ke 0,2,4,6,24

Hepatitis B : 3x bulan ke 0,1,6

DPT : 3x bulan ke 2,4,6,24

Campak : 1x bulan ke 9

I. Riwayat Nutrisi

 Asi sejak usia 0 – 6 bulan

 Susu formula sejak usia 6 bulan

8
 Makanan tambahan diberikan sejak usia 6 bulan.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Umum

- Keadaan umum : Sakit sedang.

- Kesadaran : Compos mentis.

B. Vital Sign

- Tekanan darah : Tidk dilakukan

- Frekuensi Nadi : 108 kali/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup.

- Pernafasan : 20 kali/menit, retraksi interkostal (-), simetris

dextra : sinistra.

- Suhu : 38,5oC.

C. Status Gizi

Antropometri

- Tinggi badan : 121 cm (persentil <5)

- Berat badan : 22 kg (persentil 5)

- Lingkar kepala : 52 cm (-2 SD)

- BB/U : 22/29 x 100% = 75 % (gizi kurang)

- TB/U : 121/134 x 100% = 90 % (normal)

- BB/TB : 22/23 x 100% = 95 % (normal)

9
D. Status Generalisata

 Kepala : Normocephal, ubun-ubun sudah menutup,


rambut berwarna hitam distribusi rata dan tidak mudah
dicabut.
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), konjungtiva hiperemis (+/+),
sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), reflex cahaya (+/+).
 Hidung : Septum deviasi (-), sekret (+/+).
 Mulut : Bibir kering (+), Hiperemis pharing (+),
pembesaran tonsil (-).
 Telinga : Hiperemis (-/-), sekret (-/-), nyeri (-/-).
 Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
 Kulit : Ruam Makulopapular (+).
 Pemeriksaan Thorax
- Jantung
o Inspeksi : Iktus kordis (-).
o Palpasi : Iktus kordis teraba, nyeri tekan (-).
o Perkusi : Batas jantung normal.
o Auskultasi : BJ 1 > BJ 2, murmur (-).
- Paru
o Inspeksi : Thoraks mengembang simetris,
retraksi intercostal(-).
o Palpasi : Fremitus takstil simetris.
o Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru.
o Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
 Abdomen :
o Inspeksi : Permukaan datar, ruam makulopapular (+).
o Auskultasi : Peristaltik (+).
o Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien
tidak teraba.
o Perkusi : Timpani di seluruh lapangan perut.
 Ekstremitas : Akral hangat, edem tungkai (-), ruam makulopapular (+)

10
1.4 DIAGNOSA BANDING

Obs febris ec dd 1. Morbili

2. Eksantema subitum

3. Rubella

1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah rutin.

14/10/2018
Darah Rutin
Hb 12,9 g/dlL
Eritrosit 5,19106ulH
Ht 37,8%L
MCV 72,8 flL
MCH 24,9 pg L
MCHC 34,1 g/d N
RDW-SD 33,5 flL
RDW-CV 12,8 %H
Leukosit 4,2 103ul N
HITUNG JENIS
Eosinofil 1,7 %N
Basofil 0,2 % N
Neutrofil 76,6 % H
Limfosit 17,5 %L
Monosit 4,0 %H
Trombosit 253 103/uL N
PCT 0,24 -
P-LCR 21,4 -

11
1.6 DIAGNOSA

Morbili

1.7 PENATALAKSANAAN

a. Terapi suportif.

- Bed rest.

- Diet tinggi protein dan kandungan gizi.

b. Medikamentosa.

- Vit A 200.000 iu 1x1 (selama 2 hari)

- Cetirizin syr 1xcth 1/2

- Paracetamol 3xcth 2

- Ambroxol ½ tab

Salbutamol 2 mg 3xPulv 1

Metylpednisolon 2 mg

1.8 PROGNOSIS

Dubia ad Bonam

1.9 FOLLOW UP

15/10/2018

S: Demam (+), batuk (+), seluruh tubuh terdapat bercak kemerahan (+),

pusing (+), BAB dan BAK (+)

O: Nadi : 108x/i

Pernafasan : 22x/i

Temperature : 38,0 oC

A: Obs febris ec morbili

12
P: - IVFD 2:1 14 gtt/i (macro)

- Vit A 200.000 iu 1x1 (selama 2 hari)

- Cetirizin syr 1xcth 1/2

- Paracetamol 3xcth 2

- Ambroxol ½ tab

Salbutamol 2 mg 3xPulv 1

Metylpednisolon 2 mg

16/10/2018

S: Batuk (+), demam (-), pusing (+), bercak merah (+)

O: Nadi : 107x/i

Pernafasan : 20x/i

Temperature : 36,6 oC

A: Obs febris ec morbili

P: - IVFD 2:1 14 gtt/i (macro)

- Vit A 200.000 iu 1x1 (selama 2 hari)

- Cetirizin syr 1xcth 1/2

- Paracetamol 3xcth 2

- Ambroxol ½ tab

Salbutamol 2 mg 3xPulv 1

Metylpednisolon 2 mg

13
17/10/2018

S: Batuk (+), demam (-), pusing (+), bercak merah berkurang (+)

O: Nadi : 100x/i

Pernafasan : 20x/i

Temperature : 36,5 oC

A: Obs febris ec morbili

P: - IVFD 2:1 14 gtt/i (macro)

- Cetirizin syr 1xcth 1/2

- Paracetamol 3xcth 2

- Ambroxol ½ tab

Salbutamol 2 mg 3xPulv 1

Metylpednisolon 2 mg

14
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morbili

2.1.1 Definisi

Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan

rubeola (bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut

dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama

mislingar dan measles dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit

infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-

gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran

pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula

yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit

Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang

disebabkan oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau

measles. Penyakit ini ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan

penderita. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 8-13 hari. Campak ditandai

dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang

kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash).1

Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena

paramyxovirus yang ditandai oleh prodromal infeksi saluran pernafasan

atas dan bercak koplik yang diikuti dengan rash makula popular kehitaman

Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh 3 stadium

yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi.

15
Morbili adalah penyakit virus akut dengan demam, radang selaput

lendir dan timbulnya erupsi kulit berupa bercak dan bintik merah, disusul

pengelupasan.3

2.2. Epidemiologi

Campak adalah endemik pada sebagian besar dunia. Campak

sangat menular, sekitar 90% kontak keluarga yang rentan mendapat

penyakit. Di dunia secara global 10% dari semua penyebab kematian balita

disebabkan oleh campak (kira-kira 800.000 kematian setiap tahun). Telah

diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit morbili merupakan masalah

kesehatan masyarakat di negara kita, yakni dengan dilaporkannya kejadian

wabah penyakit morbili di beberapa daerah dengan angka kesakitan dan

kematian yang cukup tinggi. Di Indonesia menurut survei kesehatan rumah

tangga tahun 2001, campak menduduki urutan ke-5 dari 10 macam

penyakit utama pada bayi (0,7%) dan urutan ke-5 dari 10 macam penyakit

utama pada anak-anak umur 1-4 tahun (0,77%). Umur terbanyak

menderita campak adalah <12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14

tahun.4

16
2.3. Etiologi

Virus campak merupakan virus RNA family paramyxoviridae

dengan genus Morbilivirus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik

yang mirip dengan virus Parainfluenzadan Mumps. Virus bisa ditemukan

pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selamamasa prodromal

hingga beberapa saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme

yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia.

Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat

infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15

minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur

35˚C, beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak aktif pada pH rendah.1

2.4. Patofisiologi

Penularan virus yang infeksius sangat efektif, dengan

sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada

seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, terjadi

antara 1 – 2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul

ruam. Lesi utama tampak ditemukan pada kulit penderita, mukosa

nasofarink, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva serta masuk ke dalam

limfatik lokal. Virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan di

situ mulai penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limfa. Sel

mono nuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa

berinti banyak.

17
Virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke

permukaan epitil orofarink, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung

kemih, dan usus. Pada hari ke 9 – 10 fokus infeksi yang berada di epitel

saluran nafas dan konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami

nekrosis. Virus yang masuk ke pembuluh darah menimbulkan manifestasi

klinis dari sistem saluran nafas adalah batuk, pilek, disertai konjungtivitis,

demam tinggi, ruam menyebar ke seluruh tubuh, timbul bercak koplik.

Pada hari ke-14 sesudah awal infeksi akan muncul ruam

makulopopular dan saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Daya tahan

tubuh akan menurun sebagai akibat respon terhadap antigen virus

terjadilah ruam pada kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan

saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri

sekunder berupa bronkopnemoni, otitis dan lain-lain.4

2.5. Manifestasi Klinis

Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:3

2.5.1. Stadium kataral (prodormal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala

demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang

akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul bercak

Koplik. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul

pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan

menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas

18
sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis, gambaran penyakit

menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza.

2.5.2. Stadium erupsi

Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya

terjadi adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di

palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik.

Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai

naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di

bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.

Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka

bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan

akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan

menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.

19
2.5.3. Stadium konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain

hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang

bersisik. Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila

ada komplikasi

2.6. Diagnosis

Mekanisme diagnosa morbili dapat dilakukan melalui anamnesa,

pemeriksaan fisik, serta dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis dapat ditemukan Demam tinggi terus - menerus 38.5ºC

atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, dan silau kena

cahaya, sering kali diikuti diare. Pada hari ke 4- 5 demam timbul ruam

kulit didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Saat

ruam timbul, batuk dan diare tambah parah sehingga anak mengalami

sesak atau dehidrasi. 5

20
Pemeriksaan fisik pada stadium kataral manifestasi yang tampak

mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis

dan konjungtivitis, pada umumnya anak tampak lemah, koplik spot pada

hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral), pada stadium erupsi timbul ruam

(rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya mulai dari

belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, dan kemudian

seluruh tubuh.

Pemeriksaan penunjang Virus campak dapat ditelusuri melalui

isolasi terhadap virus diswab/usap tenggorok pada lapisan mukosa hidung.

Konfirmasi diagnosa dengan peningkatan antibodi netralisasi terhadap

virus dilakukan pemeriksaan senologi didapatkan IgM spesifik. Sediaan

apus darah dapat menunjukkan adanya limfosit abnormal serta

pemeriksaan imunologis lainnya yang juga dapat membantu.2

2.7. Diagnosa Banding

1. Rubela

Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi saluran

nafas bagian atas, demam ringan, namun terdapat pembesaran kelenjar

regional di daerah suboccipital dan post aurikuler. Ruam lebih halus yang

mula-mula timbul pada daerah wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan

menghilang dalam waktu 3 hari.2

21
2. Eksantema subitum

Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Rubeola

infantum (eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari

roseola infantum tampak ketika demam menghilang. Ruam rubella dan

infeksi enterovirus cenderung untuk kurang mencolok daripada ruam

campak, sebagaimana tingkat demam dan keparahan penyakit. Walaupun

batuk ada pada banyak infeksi ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan

muka, yang pada campak khas terlibat. Tidak adanya batuk atau riwayat

injeksi serum atau pemberian obat biasanya membantu mengenali penyakit

serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia dapat disertai dengan

ruam yang agak serupa dengan ruam campak, tetapi batuk dan

konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas

purpura petekie. Rash karena obat-obatan lebih bersifat urtikaria, sehingga

rashnya lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak disertai panas.1

3. Erupsi obat

Ruam kulit tidak disertai batuk dan umumnya timbul ruam setelah

penyuntikanatau menelan obat.2

22
2.8. Komplikasi

1. Bronkopneumonia

Dapat disebabkan oleh virus campak maupun oleh invasi bakteri,

ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki

basah halus. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus akan

menghilang, kecuali batuk yang masih terus sampai beberapa hari lagi.

Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan, dan gejala

saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia

karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah

dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto thoraks dan adanya

leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang

malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa

terjadi dan menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.5

2. Ensefalitis

Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi,

biasanya terjadi pada hari ke-4-7 setelah tirnbulnya ruarn. Kejadian

ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas berkisar

antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme

imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak.

Gejala, ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma dan intobel. Keluhan

nyeri kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching, disgrientasi juga dapat

diternukan. Pemeriksaan cairan serebrpspinal menunjukkan pleositpsis

ringan, dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein ringan,

sedangkan kadar glukosa dalam batas normal.

23
3. SSPE (Subacute Sclerosing PanEncepluilitis)

Subacute sclerosing panenceplmlitis merupakan kelainan

degeneratif susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh karena infeksi

oleh virus campak yang persisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE

pada anak yang sebelumnya pernah menderita campak adalah 0,6-2,2 per

100.000 infeksi campak. Risiko lebih besar pada umur yang lebih muda,

masa inkubasi timbulnya SSPE rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului

dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang progresif, diikuti oleh

inkoordinasi motorik, kejang umumnya bersifat miokionik. Laboratorium

menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal, antibodi

terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak

ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai

meninggal antara 6-9 bulan.

4. Otitis media

Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada

campak. Gendang telinga biasanya hiperemia pada fase prodromal dan

stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang

rusak karena invasi virus, terjadi otitis media purulenta.

5. Enteritis

Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan

mencret pada fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel

mukosa usus.

24
6. Konjungtivitis

Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtiviris, yang

ditandai dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata,

lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh

bakteri. Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi

konjungtiva pada hari-hari pertama sakit. Konjungtiva dapat memburuk

dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis dan menyebabkan

kebutaan.5

2.9 Penatalaksanaan

Morbili merupakan self limiting desease, sehingga pengobatannya hanya

bersifat simptomatis yaitu ; memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu

tinggi, sedativum, dan obat batuk. Tindakan lain adalah pengobatan

segera terhadap komplikasi yang timbul.6

Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:

 Penurun panas (antipiretik) paracetamol 7,5-10mg/kg bb/kali, interval 6-8

jam.

 Pengurang batuk : ekspektoran, gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50–

100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. Antitusif

perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive

(codein) tidak boleh digunakan. Mukolitik bila perlu.

 Vitamin A dosis tunggal

1. Di bawah 1 tahun : 100.000 unit

2. Di atas 1 tahun : 200.000 unit

25
 Antibiotika

1. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi

sekunder

(seperti otitis media dan pnemonia)

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan dan indikasi

masuk Rumah

Sakit dianjurkan bila :

- Morbili yang disertai komplikasi Morbili dengan kemungkinan

komplikasi yang berat, yaitu bila ditemukan :

 Bercak/ eksantema merah kehitaman yang menimbulkan

desquamasi dengan squama yang lebar dan tebal.

 Suara parau terutama disertai tanda penyumbatan seperti laringitis dan

pneumonia

 Dehidrasi berat

 Kejang dengan penurunan kesadaran

 PEM berat

2.10 Prognosis

Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi

prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita

penyakit kronis atau bila ada komplikasi.6

26
BAB IV

Kesimpulan

 Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh 3 stadium

yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi

 Virus campak merupakan virus RNA family paramyxoviridae dengan

genus Morbilivirus.

 Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak

selamamasa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul.

 Mekanisme diagnosa morbili dapat dilakukan melalui anamnesa,

pemeriksaan fisik, serta dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang

 Pengobatan morbili adalah supportif.

- Pertahankan cairan tubuh dan penggantian cairan tubuh yang hilang

jika diare.

- WHO merekomendasikan vitamin A untuk semua anak yang

serangan morbili akut. Vitamin A diberikan sekali sehari selama dua

hari dengan dosis :

1. 50.000 IU untuk bayi berusia kurang dari 6 bulan

2. 100.000 IU untuk bayi berusia 6-11 bulan

3. 200.000 IU untuk anak berusia lebih dari 12 bulan

- Antibiotik bila terjadi komplikasi

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson E waldo, et.al, Morbili dalam Bab infeksi virus Buku ilmu

Kesehatan AnakVolume 2, Edisi 15, EGC, 1999, hal 1068 – 1071.

2. Kementrian Kesehatan. Jumlah Kasus Campak - Kumpulan data - Portal

Data Indonesia - data.go.id [Internet]. [cited 2015 Nov 26]. Available

from: http://data.go.id/dataset/jumlah-kasus-campak

3. Soegeng Soegijanto. 2002. campak dalam: Sumarmo S. Poorwo

Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit

Tropis. Edisi I. Jakarta. BalaiPenerbit FKUI.

4. World Health Organization (WHO)-Measles.

Availableat:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/.

5. FKUI-RSCM. Panduan pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan

Anak- Jakarta: FKUI. 2007.

6. Soedarno, P.S. S, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi Dan

Penyakit Tropis. Edisi II. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008

28

Anda mungkin juga menyukai