Alifen)
Ratna S. Alifen
Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra
ABSTRAK
Jaringan kerja proyek terdiri dari berbagai jenis aktivitas yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lain. Bila terjadi keterlambatan pada salah satu jenis aktivitas, sering kali akan
menyebabkan keterlambatan durasi proyek secara keseluruhan. Salah satu usaha untuk
mengantisipasi keterlambatan durasi proyek adalah dengan melakukan percepatan durasi
aktivitas pengikut.
Metode Jalur Kritis atau Critical Path Method (CPM) merupakan suatu metode penjadwalan
proyek yang sudah dikenal dan sering digunakan sebagai sarana manajemen dalam pelaksanaan
proyek. Sebuah studi telah dilakukan untuk mengatasi masalah percepatan durasi aktivitas
sebagai langkah antisipasi keterlambatan proyek, dengan analisa “what if” yang diterapkan pada
jadwal CPM. Percepatan durasi dilakukan pada aktivitas-aktivitas pengikut dengan menambah
jumlah jam kerja dan jumlah pekerja pada aktivitas percepatan.
Kata kunci: Keterlambatan proyek, percepatan durasi, jadwal CPM, analisa “what if”, float.
ABSTRACT
Critical Path Method (CPM) is a management tool which is widely used in the construction
project. In this study “what if” analysis is used to anticipate project delays by accelarating the
activities on CPM schedule. The accelaration actions are treated in accordance with additional
working hours and man-power in the succeeding activities.
Keywords: Project delay, project accelaration, CPM scheduling, “what if” analysis, float.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas Kristen Petra 103
http://puslit.petra.ac.id/journals/civil/
DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL. 1, NO. 2, SEPTEMBER 1999 : 103 - 113
nilainya baik ditinjau dari sisi kontraktor non-kritis yang saling berkaitan antara satu
maupun pemilik. Kontraktor akan terkena dengan yang lain. Aktivitas kritis adalah
denda penalti sesuai dengan kontrak, di aktivitas yang tidak dapat diganggu gugat
samping itu kontraktor juga akan mengalami waktu pelaksanaannya yaitu ES=LS dan
tambahan biaya overhead selama proyek EF=LF (ES=Early Start adalah waktu paling
masih berlangsung. Dari sisi pemilik keterl- awal dimulainya aktivitas; LS=Late Start
ambatan proyek akan membawa dampak adalah waktu paling lambat aktivitas harus
pengurangan pemasukan karena penundaan dimulai; EF=Early Finish adalah waktu
pengoperasian fasilitasnya. Berdasarkan paling awal selesainya aktivitas; LF=Late
alasan tersebut diatas, maka seorang manajer Finish adalah waktu paling lambat aktivitas
proyek yang kompeten biasanya akan harus selesai), sehingga bila terjadi keter-
mengambil langkah antisipasi yaitu melaku- lambatan pada aktivitas-aktivitas ini, durasi
kan usaha percepatan aktivitas proyek, bila proyek secara keseluruhan akan terlambat.
disinyalir adanya indikasi keterlambatan Aktivitas non-kritis adalah aktivitas yang
proyek, karena keterlambatan pada salah memiliki tenggang waktu (float) yaitu LS>ES
satu aktivitas kritis maupun non-kritis. dan LF>EF, dimana tenggang waktu tersebut
sangat berperan di dalam usaha percepatan
Analisa “what if” sebagai metode antisipasi durasi proyek.
keterlambatan durasi proyek merupakan
sebuah studi yang bertujuan melengkapi Perencanaan jadwal proyek dapat dilakukan
seorang manajer proyek di dalam memonitor dengan baik dan realitis, apabila di dalam
proyek untuk menghindari keterlambatan proses perencanaan jadwal dilakukan secara
durasi proyek [2]. Analisa “what if” dilakukan bertahap dengan langkah-langkah (1) Meng-
sebelum proyek dilaksanakan, dan dapat identifikasi jenis-jenis aktivitas proyek; (2)
digunakan sebagai acuan bagi manajer proyek Menentukan durasi masing-masing aktivitas
untuk dapat segera mengambil keputusan sesuai dengan produktivitas sumber daya
yang tepat dan efektif, bila terjadi ketidak yang ada; (3) Menentukan hubungan antar
sesuaian jadwal aktual dengan jadwal aktivitas, dan urutan kerja antara aktivitas
rencana. Hasil analisa disajikan dalam bentuk yang satu dengan yang lain. (4) Melihat
grafik yang sangat komunikatip dan mudah kembali apakah durasi dan urutan aktivitas
digunakan, dimana grafik ini menunjukkan sudah masuk akal dan bisa dilaksanakan
hubungan antara jenis aktivitas yang dilapangan? [3] (Gambar 1).
dipercepat dengan jumlah tambahan pekerja
atau jumlah tambahan jam kerja per hari. Identifikasi Aktivitas Proyek
LANDASAN TEORI
Estimasi Durasi Aktivitas
Metode Jalur Kritis
Metode jalur kritis atau Critical Path Method
(CPM), pertama kali digunakan di Inggris Penyusunan Urutan Aktivitas
pada pertengahan tahun 50-an pada suatu
proyek pembangkit tenaga listrik [3], ke-
mudian pada tahun 1956-1958 metode ini
dikembangkan dan disempurnakan oleh Penyusunan Jadwal Proyek
Walker dan Kelley dari dua perusahaan
Amerika, E.I. du Pont de Nemours Co., dan
Remington Rand Co. [4]. CPM yang banyak
Analisa dan Peninjauan-ulang
digunakan sekarang adalah hasil pengem-
bangan yang dilakukan oleh Fondahl dari
Stanford University pada tahun 1961, yaitu
metode CPM yang dibantu oleh program tidak
komputer, baik dalam perhitungan, maupun OK?
dalam penyusunan urutan pelaksanaan akti-
vitas proyek [3]. ya
104 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/civil/
ANALISA “WHAT IF” SEBAGAI METODE ANTISIPASI KETERLAMBATAN DURASI PROYEK (Ratna S. Alifen)
Keterlambatan Proyek dan Percepatan pada satu aktivitas maka harus dilakukan
Durasi Aktivitas percepatan durasi pada aktivitas berikutnya.
Disini peranan float pada setiap aktivitas
Keterlambatan proyek dapat disebabkan oleh menjadi sangat penting. “Float” adalah teng-
pihak kontraktor, pemilik, atau disebabkan gang waktu atau waktu ekstra pada aktivitas
oleh keadaan alam dan lingkungan diluar non-kritis di dalam jadwal CPM. Keberadaan
kemampuan manusia atau disebut dengan float dalam jadwal CPM merupakan komoditi
force majeur. Standard dokumen kontrak yang yang bernilai dan bersifat dinamis yang
diterbitkan oleh AIA (American Institute of bermanfaat bagi kontraktor maupun pemilik
Architects) membedakan keterlambatan pro- di dalam pengaturan aktivitas non-kritis,
yek menjadi 3 kelompok yaitu (1) Excusable/ terutama dalam hal alokasi sumber daya
compensable adalah keterlambatan yang ber- proyek dalam konteks percepatan durasi
alasan dan dapat dikompensasi. (2) Excu- aktivitas [6].
sable/noncompensable adalah keterlambatan
yang beralasan, tetapi tidak dapat dikom- Analisa “What If” Pada Model CPM
pensasi. (3) Non-excusable adalah keterlam-
batan yang tidak beralasan [5]. Analisa “what if” banyak digunakan pada
studi ekonomis yang merupakan tindak lanjut
Kasus keterlambatan yang beralasan dan dari pada evaluasi ekonomis, untuk menguji
dapat dikompensasi adalah keterlambatan sensitivitas parameter suatu perencanaan
yang disebabkan oleh pihak pemilik dalam terhadap keadaan yang akan datang, dimana
kaitannya karena tidak dapat menyediakan dengan adanya perubahan parameter akan
jalan tempuh ke proyek, perubahan gambar mempengaruhi hasil proposal yang telah
rencana, perubahan lingkup pekerjaan kon- direncanakan [7]. Hasil analisa dari pengujian
traktor, keterlambatan dalam menyetujui parameter disajikan dalam bentuk grafik
gambar kerja, jadwal, dan material, kurang- sensitivitas yang menunjukkan pengaruh dari
nya koordinasi dan supervisi lapangan, pada perubahan parameter (biasanya dalam
pembayaran tertunda, campur tangan pemilik prosentasi) terhadap hasil akhir dari pada
yang bukan wewenangnya. Dalam kasus ini proposal studi ekonomis. Penampilan grafik
kontraktor berhak atas dispensasi waktu dan merupakan hasil konsolidasi data analisa
biaya ekstra. yang mudah digunakan dan dimengerti.
Kasus keterlambatan yang beralasan, tetapi Analisa “what if” merupakan metode sensi-
tidak dapat dikompensasi adalah keterlam- tivitas yang sering dilakukan di balik proses
batan yang diluar kemampuan baik kontrak- pengambilan keputusan, karena adanya ke-
tor maupun pemilik. Sebagai contoh, cuaca tidak pastian dan keraguan di dalam dunia
buruk, kebakaran, banjir, pemogokan buruh, kenyataan. Seorang pembuat keputusan
peperangan, perusakan oleh pihak lain, (decision maker) yang berpengalaman sering
larangan kerja, wabah penyakit, inflasi/ kali tidak hanya berpacu pada rencana
eskalasi harga dan lain sebagainya. Kasus ini tunggal, biasanya mereka akan memper-
biasanya disebut dengan force majeur. timbangkan adanya kemungkinan-kemung-
kinan yang akan menyebabkan ketidak
Kasus keterlambatan yang tidak beralasan sesuaian dengan apa yang telah direncana-
adalah keterlambatan yang disebabkan kare- kan.
na kegagalan kontraktor memenuhi tanggung
jawabnya dalam pelaksanaan proyek. Sebagai Proyek konstruksi yang bersifat sangat
contoh, kekurangan dalam penyediaan sum- fleksibel dan kompleks merupakan pekerjaan
ber daya proyek (manusia, alat, material, sub- yang sangat beresiko tinggi, karena dilak-
kontraktor, uang), kegagalan koordinasi sanakan di luar dan tergantung pada banyak
lapangan, kegagalan perencanaan jadwal, pihak yang terlibat, sehingga analisa “what if”
produktivitas yang rendah, dan sebagainya. dirasakan perlu untuk diterapkan pada
Dalam kasus ini kontraktor akan terkena perencanaan model CPM. Analisa “what if”
denda penalti sesuai dengan kontrak. pada model CPM menanyakan “Bagaimana
bila terjadi keterlambatan pada salah satu
Keterlambatan proyek seharusnya dapat aktivitas?”, disini akan terlihat peranan float
diantisipasi sejak awal proyek dilaksanakan, pada aktivitas-aktivitas non kritis, kemudian
yaitu dengan memonitor setiap aktivitas di langkah percepatan durasi dilakukan pada
dalam jadwal CPM, jika keterlambatan terjadi aktivitas-aktivitas pengikut agar durasi
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas Kristen Petra 105
http://puslit.petra.ac.id/journals/civil/
DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL. 1, NO. 2, SEPTEMBER 1999 : 103 - 113
proyek tidak terlambat dan berlangsung atau menyerahkan paket kerja tertentu
dengan efektif. Percepatan durasi aktivitas- kepada sub-kontraktor.
aktivitas dilakukan dengan menambah jam 4) Kepadatan tenaga kerja; dinyatakan
kerja dan jumlah pekerja per hari. dengan perbandingan antara skala proyek
dengan jumlah pekerja atau luas tempat
Produktivitas Pekerja kerja bagi setiap tenaga kerja. Faktor
kepadatan tenaga kerja sangat ber-
Secara umum produktivitas adalah merupa- pengaruh terhadap kelancaran pekerjaan
kan tingkat produksi yaitu output dibagi dan produktivitas pekerja.
input. Di bidang konstruksi output adalah
hasil kerja berupa kuantitas atau volume Percepatan durasi aktivitas dapat dilakukan
pekerjaan (misalnya meter kubik beton, meter dengan meningkatkan produktivitas pekerja
persegi dinding bata, dan sebagainya), pada aktivitas yang bersangkutan. Berdasar-
sedangkan input adalah merupakan jumlah kan pada persamaan (1), langkah percepatan
sumber daya (misalnya manusia, peralatan, durasi hanya dapat dilakukan pada dua
material) yang menghasilkan unit volume variabel saja, yaitu jumlah pekerja dan jam
pekerjaan. Kelancaran dan ketepatan jadwal kerja, sedangkan total jam-orang tidak dapat
pelaksanaan proyek sangat bergantung pada digunakan sebagai variabel, karena bersifat
produktivitas kerja dari masing-masing jenis konstan untuk setiap aktivitas.
pekerja yang terlibat di dalamnya, sehingga
tingkat keahlian dari pekerja menjadi salah Berdasarkan pada dua variabel tersebut di-
satu faktor yang berpengaruh terhadap atas, beberapa kemungkinan percepatan yang
produktivitas [8]. dapat dilakukan adalah (1) Dengan me-
nambah jam kerja dengan jumlah pekerja
Hubungan antara durasi aktivitas dan tetap, (2) Dengan menambah jumlah pekerja
produktivitas kerja, dapat dinyatakan dalam pada jam kerja normal, (3) Dengan membuat
bentuk persamaan sebagai berikut [9]: kelompok kerja baru yang bekerja di luar jam
Σmh kerja dengan shift kerja pada malam/hari
d= ….…………………………….….. (1) libur [8].
n×H
dimana:
PENERAPAN ANALISA “WHAT IF”
d = durasi aktivitas [hari]
Σmh = total jam-orang (manhour) untuk Penjadwalan CPM seharusnya disepakati
menyelesaikan suatu aktivitas [jam- sebagai suatu hal yang penting dalam
orang]. pelaksanaan proyek, namun dalam praktek,
n = jumlah pekerja rencana untuk me- sering kali tidak dapat dihindari terjadinya
nyelesaikan suatu aktivitas [orang] hal-hal yang tidak pasti, sehingga akan
H = banyaknya jam kerja dalam satu terjadi penyimpangan terhadap rencana
hari [jam/hari] jadwal semula, akibatnya rencana jadwal
proyek tidak dapat terlaksana dengan baik
Produktivitas suatu aktivitas sangat ter- dan proyek tidak dapat diselesaikan sesuai
gantung pada beberapa faktor antara lain [9]: dengan jadwal semula. Untuk mengatasi
1) Komposisi kelompok kerja; pada kegiatan problem tersebut diatas, seharusnya dapat
konstruksi seorang pengawas lapangan dilakukan usaha monitor jadwal proyek
(mandor) memimpin suatu kelompok kerja secara kontinyu, yaitu dengan melakukan
yang terdiri dari bermacam-macam jenis penyesuaian-penyesuaian jadwal aktivitas di
pekerja lapangan, seperti tukang batu, lapangan.
tukang kayu, tukang besi, tukang pipa,
tukang pembantu dan lain-lain. Di dalam penelitian ini dilakukan analisa
2) Kerja lembur; jam kerja tambahan yang “what if” untuk setiap aktivitas pada model
dilakukan di luar jam kerja normal, CPM dengan langkah-langkah sebagai ber-
biasanya dilakukan untuk mengejar ikut:
sasaran/keterlambatan jadwal. 1. Menyusun suatu jadwal proyek dengan
3) Pekerja langsung versus sub-kontraktor; model CPM yang akan digunakan sebagai
kontraktor utama dalam melaksanakan model penelitian (Gambar 2) dengan
pekerjaan lapangan ada dua cara yaitu mempergunakan program Microsoft
dengan merekrut langsung tenaga kerja Project, kemudian model CPM dianalisa
106 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/civil/
ANALISA “WHAT IF” SEBAGAI METODE ANTISIPASI KETERLAMBATAN DURASI PROYEK (Ratna S. Alifen)
dengan analisa “what if” pada setiap gantungan antar aktivitas yang dinyata-
aktivitas. kan sebagai successor.
2. Membuat diagram alir [2] dan menganalisa 2) Putaran pertama aktivitas “x” mengalami
data sesuai dengan bagan alir, dengan keterlambatan sebesar 10% durasinya.
menggunakan program Microsoft Excel, 3) Memeriksa apakah keterlambatan yang
kemudian hasil analisa ditampilkan dalam terjadi pada aktivitas tersebut akan
bentuk grafik alternatif aktivitas per- menyebabkan keterlambatan proyek secara
cepatan yang menunjukkan hubungan keseluruhan.
antara prosentase keterlambatan aktivitas 4) Mengidentifikasi aktivitas pengikut yang
“x” dengan jumlah pekerja dan jam kerja akan dipercepat agar total durasi proyek
tambahan untuk mengatasi keterlambatan tetap sesuai dengan jadwal.
durasi proyek. 5) Mempercepat pada salah satu aktivitas
pengikut dan memeriksa kemungkinan
Asumsi dan Batasan aktivitas pengikut dapat dilakukan per-
cepatan, dengan batasan:
1) Jadwal CPM yang tersedia adalah benar/ a) Durasi percepatan lebih besar dari pada
ideal, dan dapat dilaksanakan (realistis) nilai float aktivitas pengikut.
berdasarkan sumber daya yang dimiliki b) Durasi percepatan aktivitas pengikut
(pekerja, material, dan peralatan). tidak lebih dari dua kali durasi ren-
2) Durasi keterlambatan yang terjadi pada cananya.
suatu aktivitas hanya diperhitungkan 6) Melakukan percepatan pada aktivitas
sampai batas 50% durasi semula. (untuk pengikut yang memenuhi batasan di atas,
keterlambatan lebih dari 50%, dapat dengan cara:
dilakukan perhitungan dengan cara yang a) Menambah jumlah pekerja pada
sama). aktivitas pengikut dengan rumus:
3) Percepatan durasi yang dilakukan pada Σmanhour
suatu aktivitas hanya mungkin untuk ∆n = n' −n = − n ……….……. (2)
dilakukan maksimum sebesar 50% durasi d' ×H
semula aktivitas tersebut. Memeriksa jumlah pekerja yang di-
4) Percepatan durasi hanya dilakukan pada butuhkan untuk menyelesaikan akti-
satu aktivitas pengikut saja dengan tujuan vitas percepatan dengan batasan
membuat suatu perbandingan antara jumlah pekerja maksimum sebanyak 15
masing-masing alternatif percepatan akti- orang
vitas yang ada. b) Menambah jam kerja pada aktivitas
5) Penambahan jam kerja maksimum dalam pengikut dengan rumus :
satu hari kerja adalah empat jam, sehingga Σmanhour
dalam satu hari kerja, pekerja bekerja ∆H = H' −H = − H …….. …… (3)
d' ×n
maksimum 12 jam.
dimana:
6) Jumlah pekerja maksimum untuk menye-
∆n = jumlah pekerja tambahan
lesaikan tiap aktivitas adalah 15 pekerja
n’ = jumlah pekerja untuk perce-
per aktivitas untuk luas dan besar proyek
patan aktivitas
dalam studi penelitian ini.
7) Semua jenis aktivitas diasumsikan dapat n = jumlah pekerja rencana
dikerjakan pada siang dan malam hari. Σmanhour = jumlah jam-orang untuk
8) Semua peralatan dan material yang menyelesaikan aktivitas
dibutuhkan diasumsikan tersedia cukup. d’ = durasi percepatan
∆H = jam kerja normal (8 jam per
Analisa Percepatan Durasi Aktivitas hari)
H = jam kerja tambahan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam me- Η’ = jam kerja untuk percepatan
lakukan penelitian ini dapat dijelaskan aktivitas
sebagai berikut: Memeriksa jam kerja yang dibutuhkan
1) Memasukkan data aktivitas dari model untuk menyelesaikan aktivitas percepatan
CPM yang meliputi jenis aktivitas, durasi, dengan batasan jam kerja optimum/mak-
tenggang waktu, jumlah pekerja rencana simum dalam satu hari kerja sebanyak 12
pada tiap aktivitas, jam kerja per hari, jam.
volume pekerjaan yang dinyatakan dalam 7) Kembali pada langkah (5) dan (6) untuk
satuan jam-orang, urutan dan keter- percepatan pada aktivitas pengikut
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas Kristen Petra 107
http://puslit.petra.ac.id/journals/civil/
DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL. 1, NO. 2, SEPTEMBER 1999 : 103 - 113
berikutnya, sampai semua aktivitas peng- − Jam kerja rencana dalam sehari, untuk
ikut selesai diperiksa. aktivitas A adalah H = 8 jam/hari
8) Kembali pada langkah (1) sampai dengan − Total jam-orang yang dibutuhkan untuk
(7), untuk keterlambatan pada aktivitas “x” menyelesaikan aktivitas A adalah mh
sebesar 20%, 30%, 40%, dan 50%. = 504 jam-orang
9) Hasil akhir dari seluruh analisa tersebut di 2) Bila aktivitas A mengalami keterlambatan
atas, kemudian digambarkan dalam 10% (Tabel 1)
bentuk grafik yang menunjukkan Keterlambatan pada aktivitas A : delay =
hubungan antara persentase keterlambat- 10%durasi = 10% x 7 = 0,7 hari
an suatu aktivitas (sumbu x) dengan 3) Keterlambatan pada proyek = delayp =
penambahan jumlah pekerja atau jam delay + float = 0,7 + 0 =0,7 hari
kerja yang dibutuhkan (sumbu y) pada Diperiksa apakah delayp >0 ⇔ 0,7 > 0 à
aktivitas-aktivitas berikutnya. proyek mengalami delay akibat keterlam-
10)Kembali pada langkah (1) sampai dengan batan aktivitas A sebesar 10%.
(9) untuk semua aktivitas yang terdapat 4) Periksa aktivitas pengikut dari aktivitas A
pada sistim penjadwalan [2]. adalah B, G, C, E, H, I, F.
7 15 15 24
B G
0 day 7 day H I
504 9
0 day 5 day 0 day 6 day
0 7 7 11 11 19 280 7 384 8
C E 19 24 24 30
9 day 21 day
840 5
9 30
0 9 9 16 17 30
K M N
24 17 ES EF
L Aktivitas
108 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/civil/
ANALISA “WHAT IF” SEBAGAI METODE ANTISIPASI KETERLAMBATAN DURASI PROYEK (Ratna S. Alifen)
Jadi untuk keterlambatan aktivitas A sebesar diperiksa ds > 2.delayp ⇔ 4 > 2.0,7 ⇔
10% atau 0,7 hari, percepatan pada aktivitas 4 > 1,4 à memenuhi
B tidak dapat dipakai, karena durasi Jadi percepatan pada aktivitas C dapat
percepatan (ds’) yang dibutuhkan lebih besar dilakukan.
dari durasi aktivitas B. Hal ini disebabkan 6) Melakukan percepatan pada aktivitas C
karena aktivitas B memiliki float atau waktu dengan cara:
ekstra sebesar 4 hari, sehingga untuk a) Menambah jumlah pekerja:
mempercepat aktivitas B sebesar 0,7 hari Σmh 224
∆n = n' − n = −n= − 7 = 1,485 orang
tidak akan berpengaruh terhadap durasi d' s × H 3,3 × 8
proyek secara keseluruhan (Gambar 3). diperiksa, n’ = n + ∆n ≤ nopt
7 + 1,485 = 8,485 ≤ 15 à memenuhi
ds = 8 hari float = 4 hari b) Menambah jam kerja:
Σmh 224
∆H = H' −H = −H= − 8 = 1,697 jam
ds’ = 11,3 hari 0,7 d' s × n 3,3 × 7
diperiksa H’ = H + ∆H ≤ Hopt
8 +1,697 = 9,697 ≤ 12 jam à memenuhi.
Gambar 3. Diagram Batang Untuk Percepatan Durasi 7) Langkah-langkah percepatan di atas di-
Aktivitas B ulang pada aktivitas-aktivitas pengikut
lainnya. (E, F, G, H, dan I).
b) Aktivitas C dipercepat. 8) Demikian seterusnya untuk keterlambatan
Data-data aktivitas C adalah sebagai aktivitas A sebesar 20%, 30%, 40%, dan
berikut: 50%. (Tabel 2, 3, 4, 5).
ds = 4 hari; H = 8 jam 9) Hasil penelitian dari tabel-tabel di atas
floats = 0 hari; Σmh = 224 jam-orang dirangkum (Tabel 6, 7) dan disajikan
n = 7 orang dalam bentuk grafik (Gambar 4,5).
d’s = ds + floats – delayp 10)Langkah selanjutnya untuk semua akti-
= 4 + 0 – 0,7 = 3,3 hari vitas, sehingga diperoleh grafik-grafik
diperiksa d’s <ds ⇔ 3,3 < 4 à memenuhi percepatan aktivitas [2].
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas Kristen Petra 109
http://puslit.petra.ac.id/journals/civil/
DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL. 1, NO. 2, SEPTEMBER 1999 : 103 - 113
110 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/civil/
ANALISA “WHAT IF” SEBAGAI METODE ANTISIPASI KETERLAMBATAN DURASI PROYEK (Ratna S. Alifen)
Kolom 11: succ?, merupakan kolom peme- Kolom 15: ∆n, menunjukkan besarnya jum-
riksaan apakah aktivitas yang lah pekerja tambahan per hari
bersangkutan merupakan aktivi- yang dibutuhkan untuk perce-
tas pengikut dari aktivitas yang patan [orang].
mengalami keterlambatan. Kolom 16: n’ ≤ nopt, merupakan kolom
Kolom 12: d’s, menunjukkan besarnya durasi pemeriksaan apakah jumlah
percepatan yang dibutuhkan pada pekerja aktivitas percepatan
aktivitas pengikut (dalam satuan kurang dari atau sama dengan
hari). jumlah pekerja optimum proyek
Kolom 13: d’s < ds, merupakan kolom peme- (15 orang per hari).
riksaan apakah durasi percepatan Kolom 17: ∆H, menunjukkan banyaknya
aktivitas pengikut lebih kecil dari penambahan jam kerja per hari
durasi rencana aktivitas pe- yang dibutuhkan untuk mem-
ngikut. percepat aktivitas [jam/hari].
Kolom 14: ds ≥ 2delayp, merupakan kolom Kolom 18: H’ ≤ Hopt, merupakan kolom
pemeriksaan apakah durasi pemeriksaan apakah jam kerja
rencana aktivitas pengikut lebih aktivitas percepatan kurang dari
besar atau sama dengan dua kali atau sama dengan jam kerja
keterlambatan proyek. optimum (12 jam per hari)
KESIMPULAN Keterangan:
OB = Garis persamaan percepatan akti-
Setiap aktivitas baik kritis maupun non kritis vitas
pada jaringan kerja CPM memiliki AB = Garis penambahan maksimum
karakteristik yang berbeda-beda, baik dari Titik A = Nilai penambahan maksimum
sisi kontraktor maupun dari sisi pemilik, hal Titik B = Nilai batas optimum
ini sangat tergantung pada perencanaan
jaringan kerja yang dipengaruhi oleh be- Dengan adanya grafik yang tersedia sejak
berapa parameter, antara lain durasi akti- awal pelaksanaan proyek, maka seorang
vitas, total jam-orang, jumlah pekerja, dan manajer proyek dapat memperoleh informasi
nilai float. Peranan dari masing-masing sebagai dasar pertimbangan di dalam pe-
parameter dapat dinyatakan melalui analisa
ngambilan keputusan khususnya usaha per-
“what if” dalam bentuk grafik yang lebih
cepatan aktivitas proyek.
komunikatip yang akan bermanfaat bagi
pemilik maupun kontraktor.
Pada kasus keterlambatan yang beralasan
Pada grafik yang dihasilkan dapat diketahui dan dapat dikompensasi, bagi profesi
adanya daerah penerimaan dan daerah manajemen konstruksi yang bertanggung
penolakan (Gambar 6). Daerah penerimaan jawab terhadap pemilik, grafik ini dapat
(daerah A-O-B) adalah daerah dimana semua menjadi acuan untuk memberi informasi
nilai/titik yang terdapat di dalamnya akan kepada kontraktor melakukan percepatan
menyebabkan proyek tidak terlambat. aktivitas yang tepat agar biaya yang menjadi
Daerah penolakan (daerah diluar A-O-B) tanggung jawab pemilik menjadi lebih ringan.
adalah daerah dimana semua nilai/titik yang Pada kasus keterlambatan yang beralasan
terdapat di dalamnya akan menyebabkan tetapi tidak dapat dikompensasi, maupun
proyek mengalami keterlambatan. kasus keterlambatan yang tidak beralasan,
bila kontraktor hendak melakukan percepat-
A B an durasi guna mengejar keterlambatan,
Daerah Penerimaan sejogyanya kontraktor mengetahui bahwa
upaya percepatan dapat dilakukan dengan
Penambahan jumlah
Daerah Penolakan
baik ditinjau dari sisi waktu maupun biaya.
pekerja
O % keterlambatan aktivitas
112 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/civil/
ANALISA “WHAT IF” SEBAGAI METODE ANTISIPASI KETERLAMBATAN DURASI PROYEK (Ratna S. Alifen)
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan – Universitas Kristen Petra 113
http://puslit.petra.ac.id/journals/civil/