Anda di halaman 1dari 19

A.

Konsep Teori

1. Pengertian

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus

ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang

timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah

otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Pinzon & Asanti, 2015).

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang

cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya

penyebab lain yang jelas selain vaskuler.

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak

(Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak

yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah

kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2014).

2. Etiologi

Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2013):

a. Thrombosis Cerebral

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi

sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema

dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang

sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas

simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi

serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:

- Aterosklerosis

Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan

pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan

arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya

pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding

pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.

Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:

1) Lumen arteriatero menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran

darah.

2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.

3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan

kepingan thrombus (embolus).

4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan

terjadi perdarahan.

- Hyperkoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat

dapat melambatkan aliran darah serebral.

- Arteritis (radang pada arteri)

- Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan

darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di

jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa

keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:

1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).

2) Myokard infark

3) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan

ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu

kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.

4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya

gumpalan-gumpalan pada endocardium.

b. Haemoragi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam

ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat

terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah

otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat

mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang

berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga

terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.

c. Hipoksia Umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:

- Hipertensi yang parah

- Cardiac Pulmonary Arrest

- Cardiac output turun akibat aritmia


d. Hipoksia Setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:

- Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.

- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

3. Klasifikasi

a. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:

(Muttaqin, 2013)

1) Stroke Hemoragi

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan

subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada

daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau

saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya

menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:


- Perdarahan intraserebral

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi

mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa

yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan

TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena

herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi

sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.

- Perdarahan subaraknoid

Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.

Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan

cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya arteri

dan keluarnya keruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat

mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh

darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala,

penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan

hemisensorik, dll)

2) Stroke Non Hemoragi

Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya

terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari.

Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia

dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

b. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:


1) TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi

selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan

hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

2) Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana

gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses

dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.

3) Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap

atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh

serangan TIA berulang.

4. Patofisiologi

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.

Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya

pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh

pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin

lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme

vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan

jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,

thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area

yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.

Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli

dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai

oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu

sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah

beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan.

Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif.

Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan

nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding

pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi

berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma

pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma

pecah atau ruptur.

Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan

hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan

menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler,

karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan

intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan

perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.

Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak

di nukleus kaudatus, talamus dan pons.

Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.

Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu

4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral

dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak

akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan

menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-

elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya

tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan

sekitarnya tertekan lagi.

Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih

dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 %

pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume

antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume

darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Muttaqin 2013)

5. Manifestasi Klinis

Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh

darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah

aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak

tidak akan membaik sepenuhnya.

a. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)

b. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang

timbul mendadak.

c. Tonus otot lemah atau kaku

d. Menurun atau hilangnya rasa

e. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”


f. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)

g. Disartria (bicara pelo atau cadel)

h. Gangguan persepsi

i. Gangguan status mental

j. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Angiografi serebral

Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau

obstruksi arteri.

b. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).

Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga

mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh

pemindaian CT).

c. CT scan

Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi

hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara

pasti.

d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)

Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar

terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan

infark akibat dari hemoragik.


e. EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak

dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.

f. Pemeriksaan laboratorium

- Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada

perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna

likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.

- Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)

- Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.

- Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-

rangsur turun kembali.

- Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

7. Penatalaksanaan

Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan

melakukan tindakan sebagai berikut:

a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang

sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.

b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk

usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.

c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.

d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin

pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK

Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang

berlebihan,

Pengobatan Konservatif

1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,

tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra

arterial.

3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat

reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.

4) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya

trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.

Pengobatan pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:

1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan

membuka arteri karotis di leher.

2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya

paling dirasakan oleh pasien TIA.

3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.

4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.


8. Pathway

Thrombosis Embolisme Iskemia Hemoragik

Stroke/ CVA

Sumbatan aliran darah & O2 diserebral

Infark jaringan serebral Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

Hemisfer kiri Hemisfer kanan Infark batang otak

Disfagia Afasia Kelainan Hemipel Hemipel Nervus 1 Nervus 2 Nervus Nervus 7 Nervus 8 Nervus Nervus
visual gi kanan gi kiri 3,4,6 5,9,10,11 12
kanan Menutup Pandang
Hambat Daya Daya
an pencium penglihat Lapang nya an & Kemamp Reflek
komunik Kelemahan fisik an an pandang kelopak keseimba uan menguny
asi verbal mata & ngan menelan ah
fungsi tubuh
Kerusak Risiko Perubaha pengecap
an Defisit Hambat n bentuk Obstruk
cedera
menelan perawat an pupil si jalan
an diri mobilitas nafas
fisik
Perubaha
Ganggu Ketidak
n bentuk
an efektifan
pupil
persepsi bersihan
sensori jalan
Ketidakseimbangan nutrisi
nafas
kurang dari kebutuhan tubuh
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata Pasien

Nama klien :

Jenis kelamin :

Suku/ bangsa :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

b. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,

dan tidak dapat berkomunikasi.

Riwayat Penyakit Sekarang

Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada

saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,

muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan

separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,

riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti

koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.


Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes

militus.

2. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

a. Bernafas

Pasien dapat mengalami sesak, pola nafas tidak efektif.

b. Nutrisi

Mengalami kelemahan otot pengunyah sehingga pasien tidak dapat mengunyah

makanan keras bahkan dipasang NGT.

c. Eliminasi

Terjadi kelemahan otot panggul dan springter pada anus sehingga dapat

menyebabkan pasien mengalami konstipasi.

d. Aktivitas

Terjadi gangguan mobilitas akibat hemiparesis pada satu sisi anggota gerak.

Disarankan bed rest total.

e. Istirahat

Pasien istirahat dengan normal.

f. Pengaturan Suhu

Suhu tubuh pasien biasanya dalam batas normal.

g. Kebersihan/Hygine

Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat

kelemahan yang dialami.


h. Rasa Aman

Pasien dan keluarga biasanya merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi

seperti keemahan anggota gerak, gangguan berbicara dll.

i. Rasa Nyaman

Kadang pasien akan mengalami nyeri hebat pada bagian kepala yang

mengakibatkan pasien tidak nyaman serta merasa kepala berputar.

j. Sosial

Terjadi gangguan pada pasien saat berkomunikasi pada orang disekitarnya.

k. Pengetahuan/Belajar

Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta apa

pemicu munculnya stroke tersebut.

l. Rekreasi

Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah karena

disarankan bed rest total.

m. Prestasi

n. Spiritual

3. Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum

Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami gangguan

yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia. Tanda – tanda vital :

TD meningkat, nadi bervariasi.


b. Sistem Integument

Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, perubahan warna

kulit; muka tampak pucat.

c. Kepala

Normo cephalic, simetris, biasanya terdapat nyeri kepala/sakit kepala.

d. Muka

Asimetris, otot muka dan rahang kekuatan lemah.

e. Mata

Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor, sclera

ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat

dievalusai,mata tampak cowong.

f. Telinga

Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal.

g. Hidung

Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung

tidak ada.

h. Mulut dan Faring

Biasanya terpasang NGT.

i. Leher

Simetris, kaku kuduk, tidak ada benjolan limphe nodul.

j. Thoraks
Gerakan dada simetris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi

resonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus tidak

teridentifikasi.

k. Jantung

Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal

kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1 dan S2 tunggal;

dalam batas normal, gallop(-), mumur (-). Capillary refill 2 detik.

l. Abdomen

Terjadi distensi abdomen, Bising usus menurun.

m. Genitalia-Anus

Pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada hemoroid, terpasang

kateter.

n. Ekstremitas

Akral hangat, kaji edema, kaji kekuatan otot, gerak yang tidak disadari , atropi

atau tidak, capillary refill, Perifer tampak pucat atau tidak.

4. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

c. Hambatan mobilitas fisik

d. Hambatan komunikasi verbal

e. Gangguan persepsi sensori

f. Defisit perwatan diri

g. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringa otak


h. Risiko cidera

5. Intervensi Keperawatan NOC dan NIC

Diagnose Tujuan (NOC) Rencana tindakan (NIC)

Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas:


bersihan jalan keperawatan selama 1x 8 jam 1. Lakukan fisioterapi dada,
nafas status pernafas: kepatenan sebagaimana mestinya
jalan nafas pasien paten 2. Buang secret dengan
dibuktikan dengan kriteria memotivasi pasien untuk
hasil: status pernafasan: melakukan batuk atau
kepatenan jalan nafas menyedot lender
No. indikator skala 3. Gunakan tehnik
1. Kemampuan untuk 4 menyenangkan untuk
mengeluarkan
secret 4
memotivasi bernafas dalam
2. Suara nafas 4 pada anak-anak (missal:
tambahan meniup gelembung, meniup
3. Batuk 4 balon dsb)
4. Akumulasi sputum 4. Kelola nebulizer ultrasonic,
5. Frekuensi 5
sebagaimana mestinya
pernafasan
5. Monitor status pernafasan
dan oksigenasi sebagaimana
mestinya.

Diagnose Tujuan (NOC) Rencana tindakan (NIC)

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi:


nutrisi kurang dari keperawatan selama 1x 24 1. Atur posisi semi fowler
kebutuhan tubuh jam didapatkan nutrisi kurang atau fowler
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan banyak minm
status nutrisi: asupan 3. Monitor mual dan muntah
makanan dan cairan. 4. Monitor pucat, kemerahan,
No. Indicator skala dan kekeringan jaringan
1. Albumin serum 4 konjungtiva
2. Hematocrit 4
3. Hemoglobin 4
5. Monitor intake nutrisi
4. Total iron binding 4 6. Beri makan sedikit tapi
capacity sering
5. Jumlah limfosit 4 7. Kolaborasi dengan ahli gizi
6. Tidak terjaidi 4 untuk menentukan jumlah
penurunan berat
kalori yang dibutuhkan
badan
pasien.
8. Kolaborasi untuk
pemberian antiemetic:
ranitidine

Diagnose Tujuan (NOC) Rencana tindakan (NIC)

Hambatan Setelah dilakukan tindakan Terapi latihan:


mobilitas fisik keperawatan selama 1x 8 jam pasien keseimbangan
menunjukan adanya pergerakan yang 1. Evaluasi fungsi sensorik
baik dibuktikan dengan kriteria hasil: (misalnya; penglihatan,
pergerakan. pendengaran, dan
No. Indicator skala propriosepsi)
1. Keseimbangan. 4 2. Sediakan lingkungan
2. Gerakan otot 4
yang aman untuk latihan.
3. Gerakan sendi 4
3. Kolaborasi dengan
terapis fisik, okupasional,
dan terapis rekreasi
dalam mengembangkan
dan melaksanakan
program latihan, yang
sesuai.
4. Rujuk pada terapi fisik
dan atau okupasional
untuk latihan habituasi
vestibular.

Anda mungkin juga menyukai