Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
ARJUDIN
2009-78-025
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017
ANALISIS KADAR BEBERAPA LOGAM (Au, Ag, DAN Cu) PADA
LOKASI PERTAMBANGAN RAKYAT DI GOGOREA DAN
GUNUNG BOTAK KABUPATEN BURU
SKRIPSI
ARJUDIN
2009-78-025
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
“Analisis Kadar Beberapa Logam (Au, Ag, dan Cu) pada Lokasi Pertambangan
Rakyat di Gogorea dan Gunung Botak Kabupaten Buru”, sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
kemampuan penulis sendiri namun berkat bimbingan, dukungan, dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis ingin
2. Bapak Dr. Y. T. Male, S.Si, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA
5. Bapak/Ibu dosen Kimia FMIPA Unpatti yang telah membantu dan mendidik
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, atas dukungan kasih sayang, semangat, dan
langkah penulis.
Yono, Adhi, Kiki, dan kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
dan masyarakat pada umumnya, walaupun masih banyak kekurangan dan jauh
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ………………………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 47
DAFTAR GAMBAR
Lampiran 3. Hasil Analisis AAS Logam Au, Ag, dan Cu pada Titik
Sampel Satu di Lokasi Gunung Botak (BM1) …………...… 51
Lampiran 4. Hasil Analisis AAS Logam Au, Ag, dan Cu pada Titik
Sampel Dua di Lokasi Gunung Botak (BM2) …………...… 52
Lampiran 5. Hasil Analisis AAS Logam Au, Ag, dan Cu pada Titik
Sampel Satu di Lokasi Gunung Gogorea (GM1) …………... 53
Lampiran 6. Hasil Analisis AAS Logam Au, Ag, dan Cu pada Titik
Sampel Dua di Lokasi Gunung Gogorea (GM2) ….……….. 54
ABSTRAK
Arjudin
2009-78-025
Telah dilakukan penelitian untuk menganalisis kadar logam Au, Ag, dan Cu
dengan menggunakan AAS dan XRF. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kadar logam Au, Ag, dan Cu yang berada di lokasi pertambangan Gunung
Gogorea dan Gunung Botak Kabupaten Buru. Metode penelitian yang digunakan
adalah survei dan analisis. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan,
pengambilan sampel di lapangan dan analisis laboratorium. Hasil penelitian
dengan metode AAS menunjukkan bahwa kadar logam Au pada masing-masing
titik pengambilan sampel GM1 dan GM2 di Gunung Gogorea, BM1 dan BM2 di
Gunung Botak berturut-turut sebesar 180; 52 ppm dan 9,23; 4,21 ppm. Kadar
logam Ag di Gunung Gogorea pada masing-masing titik pengambilan sampel
GM1 sebesar 37,10 ppm dan GM2 tidak terdeteksi, begitu juga untuk Gunung
Botak BM1 dan BM2 tidak terdeteksi. Kadar logam Cu pada masing-masing titik
pengambilan sampel GM1 dan GM2 di Gunung Gogorea, BM1 dan BM2 di
Gunung Botak berturut-turut sebesar 27; 26 ppm dan 24; 27 ppm. Hasil penelitian
dengan menggunakan metode XRF menunjukkan bahwa konsentrasi logam Cu
dari salah satu titik pengambilan sampel yang diperoleh yaitu 0,0026 %.
Kata kunci : penambangan tradisional, sumberdaya mineral, Au, Ag, Cu, AAS,
XRF
ANALYSIS OF SOME MINERALS CONCENTRATIONS (Au, Ag, AND
Cu) IN THE TRADITIONAL MINING AREA ON GOGOREA AND
BOTAK MOUNTAIN OF BURU DISTRICT
ABSTRACT
Arjudin
2009-78-025
The research on analysis metal concentrations of Au, Ag, and Cu has been done
using AAS and XRF. These study aim to determine the concentrations of Au, Ag,
and Cu at the mining area of Gogorea Mountain and Botak Mountain of Buru
District. The research used survey and analysis methods. This research was
conducted based on observation, field sampling and laboratory analysis. The
results showed that the metal concentrations of Au at each sampling point GM1
and GM2 on Gogorea Mountain, BM1 and BM2 on Botak Mountain respectively
of 180; 52 ppm and 9.23; 4.21 ppm. Ag metal concentrations at Gogorea
Mountain at each GM1 sampling point of 37.10 ppm and GM2 undetected, as
well as for Botak Mountain BM1 and BM2 undetected. Cu metal concentrations
at each sampling point GM1 and GM2 on Gogorea Mountain, BM1 and BM2 on
Botak Mountain respectively of 27; 26 ppm and 24; 27 ppm. The result with using
XRF method showed that the concentration of Cu metal from one of sampling
point is 0.0026%.
Keywords: Traditional mining, mineral resources, Au, Ag, Cu, AAS, XRF
BAB I
PENDAHULUAN
daya alam yang melimpah, baik itu sumber daya alam hayati maupun sumber daya
alam non-hayati. Sumber daya mineral merupakan salah satu jenis sumber daya
non-hayati. Sumber daya mineral yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Sumber daya mineral tersebut antara
lain minyak bumi, emas, batu bara, perak, timah, dan lain-lain. Sumber daya itu
dasar dalam pembangunan nasional, oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-
sekitar. Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya alam adalah
lingkungan, habitat flora dan fauna menjadi rusak, penurunan kualitas tanah,
penurunan kualitas air atau penurunan permukaan air tanah, timbulnya, debu, dan
kebisingan.
Sumber daya mineral yang berupa endapan bahan galian memiliki sifat
khusus dibandingkan dengan sumber daya lain yaitu biasanya disebut wasting
assets atau diusahakan ditambang, maka bahan galian tersebut tidak akan
“tumbuh” atau tidak dapat diperbaharui kembali. Dengan kata lain industri
pertambangan merupakan industri dasar tanpa daur, oleh karena itu di dalam
mengusahakan industri pertambangan akan selalu berhadapan dengan sesuatu
yang serba terbatas, baik lokasi, jenis, jumlah maupun mutu materialnya.
kerja serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan demikian dalam
sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi teknik maupun ekonomis, agar
industri pertambangan juga menyedot lapangan kerja dan bagi Kabupaten dan
selain mendatangkan devisa dan menyedot lapangan kerja juga rawan terhadap
dan juga karena tidak adanya pengawasan dari dinas instansi terkait (Yudhistira,
berat. Sejak tahun 1999 tidak ada lagi investor yang melakukan investasi di
Gunung Gogorea di mana hasil logam emasnya juga sangat berkualitas dan
mempunyai daya saing dengan yang ada di Gunung Botak. Secara harfiah,
tambang di gunung Gogorea dan Gunung Botak mempunyai potensi logam emas
yang menjanjikan untuk hajat hidup orang banyak. Pada lokasi pertambangan di
gunung Gogorea dan Gunung botak selain logam emas terdapat juga logam
transisi lain seperti Perak (Ag), Tembaga (Cu), Besi (Fe), dan lain-lain. Logam-
logam ini biasa menempel pada logam emas. Untuk itu perlu pengkajian lebih
kimia yang terpercaya dan akurat agar informasi terkait logam-logam yang ada di
tambang Gunung Gogorea dan Gunung Botak dapat dikonsumsi dengan baik dan
yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan
gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog, 2000). Metode
ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai
energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, akan tetapi
fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur dengan energi eksitasi tinggi.
Fotometri nyala memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 400-800
nm,sedangkan AAS memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 200-
elemen yang ada pada padatan, bubuk ataupun sample cair. XRF mampu
mengukur elemen dari berilium (Be) hingga Uranium pada level trace element,
bahkan dibawah level ppm. Secara umum, XRF spektrometer mengukur panjang
suatu material. Karena metode ini cepat dan tidak merusak sampel, metode ini
dipilih untuk aplikasi di lapangan dan industri untuk kontrol material. Tergantung
pada penggunaannya, XRF dapat dihasilkan tidak hanya oleh sinar-X tetapi juga
sumber eksitasi primer yang lain seperti partikel alfa, proton atau sumber elektron
sebagai berikut:
1. Berapa kadar logam emas (Au), perak (Ag), dan logam tembaga (Cu) yang
Kabupaten Buru.
2. Berapa perbandingan kadar logam emas (Au), perak (Ag), dan tembaga (Cu)
yang ada pada area pertambangan di Gunung Gogorea dan Gunung Botak
Kabupaten Buru.
1. Menentukan kadar emas (Au), perak (Ag), dan tembaga (Cu) di area
2. Menentukan perbandingan kadar logam emas (Au), perak (Ag), dan tembaga
(Cu) yang ada pada area pertambangan di Gunung Gogorea dan Gunung
(Au), perak (Ag), dan tembaga (Cu) di pertambangan Gunung Gogorea dan
Gunung Botak Kabupaten Buru. Selain itu dapat memberikan informasi secara
umum dan menyeluruh kepada masyarakat tentang kadar emas yang ada di
Kabupaten Buru serta dapat dijadikan sebagai acuan penelitian bagi penulis
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit bumi bagian luar atau kerak bumi disusun oleh zat padat yang sehari-
hari kita sebut batuan. Batuan meliputi segala macam materi yang menyusun
kerak bumi, baik padat maupun lepas seperti pasir dan debu. Umumnya batuan
merupakan ramuan beberapa jenis mineral. Mineral adalah suatu zat (fasa) padat
dari unsur (kimia) atau persenyawaan (kimia) yang dibentuk oleh proses-proses
(Graha, 1987).
garamnya, dan kemudahan garamnya bereaksi dengan air atau terhadap proses
oksidasi. Logam-logam yang tidak reaktif seperti emas, perak, dan platina,
reaktif biasanya terdapat sebagai sulfida, oksida, karbonat, sulfat, dan silikat
Kebanyakan logam diperoleh dari deposit yang bersumber dari alam yang
disebut bijih logam. Bijih logam adalah bahan yang mengandung logam tertentu
dalam konsentrasi yang cukup banyak yang apabilah diekstraksi logamnya dari
Di alam, logam emas terdapat secara alamiah mulai dari ukuran yang
relatif besar dengan berat bisa mencapai beberapa kilogram, sampai ukuran yang
relatif sangat halus yang bisa terdapat sebagi larutan padat di dalam butiran
mineral sulfida. Emas native (gold native) biasanya mengandung emas antara 90-
95%, sisanya terutama terdiri dari perak, tembaga, dan logam-logam lain dalam
jumlah sangat sedikit (trace). Logam emas dan perak biasanya terjadi saling
berikatan, dan apabila jumlah perak dalam paduannya relatif tinggi maka disebut
Emas selain terdapat sebagai native juga terdapat secara alamiah di dalam
dalam bijih emas biasanya mengandung telluride dan selenide dalam jumlah yang
telluride, dan selenide ada juga bijih emas yang lain yaitu bijih alluvial, giling
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol
Au dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang
lembek, mengkilap, kuning, berat, malleable, dan "ductile". Emas tidak bereaksi
dengan zat kimia lainnya tapi bisa terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia.
Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit
Salah satu senyawa emas yang paling umum dikenal yaitu emas (III)
klorida, AuCl3 yang dapat dibuat dengan mereaksikan secara langsung kedua
Senyawa ini dapat larut dalam asam hidroklorida pekat menghasilkan ion
tetrakloroaurat (III) [AuCl4]- suatu ion yang merupakan salah satu komponen dalam
“emas cair”, yaitu suatu campuran spesies emas dalam larutan yang akan
Permukaan logam yang halus dan bersih akan memberikan kilau tertentu.
Kilau dari logam adalah tampak sama meskipun dilihat dari berbagai sudut sinar
pantul. Hal ini memungkinkan untuk dapatnya sebagian logam digunakan sebagai
pemantul sinar tampak, misalnya logam perak pada cermin perak. Logam natrium
dan kalium juga dapat berkilau, akan tetapi kilaunya cepat sekali memudar karena
terbentuknya oksida pada permukaan logam akibat reaksinya dengan oksigen dari
udara. Kilau logam berbeda dengan kilau dari nonlogam seperti kilau dari belerang
dan iodin.
dari bijih yang baru digali dari tambang dengan kadar sangat rendah sekitar
beberapa gram/ton saja masih perlu ditingkatkan menjadi bijih emas berkadar
tinggi mencapai kadar diatas sepuluh gram/ton dengan cara pengayaan atau
konsentrasi sehingga menjadi layak untuk diekstraksi emasnya secara kimia
misalnya dengan metode sianidasi dan lain-lainnya. Terkecuali untuk bijih emas
berkadar tinggi atau bijih emas yang secara alami berukuran butir besar,
sehingga butirannya dapat dilihat dengan kasat mata atau tanpa mikroskop, bijih
berkarpet dan atau dilanjutkan dengan amalgamasi air raksa, sehingga membentuk
amalgam emas dan setelah itu cukup melalui penggarangan bisa didapat
Bijih emas yang ditambang, terdapat berbagai jenis bijih yang sifat-sifatnya
sebagai butiran emas kasar ataupun halus sebagai hasil pelapukan, tranportasi dan
pengendapan dari aliran sungai; bijih emas sulfida adalah emas yang terdapat di
lingkungan bijih yang mengandung belerang tinggi atau bersama bijih sulfida
lainnya seperti sulfida tembaga, sulfida besi, sulfida timah hitam dan lain-lain;
bijih emas manganis adalah emas yang terdapat bersama bijih yang mengandung
unsur mangan dan tersebut. Oleh karenanya, jalur proses pengolahannya tidak
sama bagi masing-masing jenis bijih emas tersebut; ada yang dapat langsung
ada yang harus digiling halus agar bisa memisahkan bagian mineral yang
berkadar emas tinggi dari bagian lainnya yang bersifat mengotori bijih atau
ukuran halus itu diperlukan agar kontak dengan bahan pelarut dapat berlangsung
efektif, ada pula yang harus dipanggang dahulu karena mengandung unsur logam
lain yang mengurangi efektifitas kerja bahan pelarut emas. Untuk bisa
tersebut akan mengungkapkan mudah atau sulitnya kelarutan emas dalan larutan
melakukan penambahan reagen dsb. Bijih emas yang terdapat bersama bijih logam
lainnya, seperti tembaga, seng, timah hitam dan sebagainya, biasanya tidak
konsentrat tembaga, seng, galena dan seterusnya; jadi emas akan diperoleh setelah
a. Metode amalgamasi
Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan
emas yang paling sederhana dan murah, akan tetapi proses efektif untuk bijih emas
yang berkadar tinggi dan mempunyai ukuran butir kasar (> 74 mikron) dan dalam
membentuk emas murni yang bebas (free native gold) (Widodo, 2008).
dipanaskan, maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion
emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air
raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa
Ekstraksi emas dari bijihnya dapat dilakukan dengan menggunakan ion sianida
4Au(s) + 8CN (aq) + 2H2O (l) → 4[Au(CN)2]- (aq) + 4OH-(aq) ∆G° = -407 kJ/mol
Emas murni diperoleh dari elektrolisis larutan ion [Au(CN)2] dalam air.
logamnya yang tampak menarik. Emas juga banyak digunakan untuk membuat
koin dan dijadikan sebagai standar moneter di banyak negara. Elemen ini juga
dengan atom pusat perak (I) atau emas (I) memiliki sifat anti kanker, anti jamur
dan anti bakteri. Senyawa kompleks ini dapat merupakan kompleks ionik dengan
Berasal dari beberapa bahasa Latin argentum. Perak telah dikenal sejak
jaman purba kala. Beberapa tempat buangan mineral di Asia Minor dan di
Perak muncul secara alami dan dalam bijih-bijih argentite (Ag2S) dan horn
Perak murni memiliki warna putih yang terang. Unsur ini sedikit lebih keras
dibanding emas dan sangat lunak dan mudah dibentuk, terkalahkan hanya
oleh emas dan mungkin palladium. Perak murni memiliki konduktivitas kalor dan
listrik yang sangat tinggi diantara semua logam dan memiliki resistansi
logam ini mempunyai tingkat oksidasi +1 dan ion Ag+ adalah satu-satunya ion
perak yang stabil dalam larutan air. Senyawa yang penting yaitu perak nitrat,
satu-satunya garam perak yang sangat mudah larut dalam air dan tak berwarna
(Sugiyarto, 2003).
Sifat sukar larut AgCl, AgBr, dan AgI dijelaskan berdasarkan karakter
kovalensi, tetapi AgF padatan putih yang telah larut dalam air dipertimbangkan
mempunyai karakter ionik baik padatan maupun dalam larutan. Perak klorida,
Perak bromida dan perak iodida sangat sensitif terhadap cahaya, dan sifat mudah
gelap. Itulah sebabnya senyawaan perak disimpan dan larutannya disimpan dalam
pusat dan CN- sebagai ligan [Ag (CN)2]- didasarkan atas asas energetika, tingkat
energi dari kompleks tersebut adalah paling rendah apabila tolakan antara dua ligan
CN- minimal. Hal ini terjadi apabila dua ligan CN posisinya berlawanan sehingga
membuktikan bahwa [Ag (CN)2]- bersifat diamagnetik oleh karena itu hibridisasi
Perak terdapat sebagian besar sebagai unsur bebas dan perak (I)
sulfida, Ag2S. Jumlah perak yang cukup signifikan diperoleh pada ekstraksi timbel
dari bijihnya, dan pada pemurnian tembaga secara elektrolisis. Salah satu metode
ekstraksi logam melibatkan permukaan Ag2S dengan larutan natrium sianida dan
teraerasi, yaitu proses yang mengekstrak perak sebagai ion kompleks
2 Ag2S (s) + 8CN (aq) + O2 (g) + H2O (l) → 4[Zn(CN)4]- (aq) + 2S (s) + 4OH (aq)
ion Ag+ oleh zink, membentuk ion kompleks yang sangat stabil [Zn(CN)4]2-
elektrolit perak nitrat yang diasamkan, perak tak murni dipasang sebagai anode
perak, dengan sisanya tembaga atau logam lainnya. Perak juga merupakan unsur
penting dalam fotografi, dimana sekitar 30% konsumsi industri perak digunakan
untuk bidang ini. Pada fotografi konvensional digunakan film. Film ini
AgBr yang ukurannya sangat kecil, yang disuspensikan dalam gelatin. Berkas
cahaya yang mengenai film akan mengaktifkan AgBr yang ada sehingga sebagian
dari AgBr yang aktif akan terurai menurut persamaan reaksi berikut:
kotak listrik, dan baterai perak-timah dan perak-cadmium. Cat perak digunakan
untuk membuat sirkuit cetak. Perak juga digunakan untuk produksi kaca dan dapat
didepositkan sebagai lapisan pada gelas atau logam lainnya dengan metoda
chemical deposition, electrode position atau dengan cara penguapan. Ketika perak
baru saja didepositkan, lapisan ini merupakan reflektor cahaya paling baik. Tapi
lapisan ini juga cepat rusak dan ternoda dan kehilangan reflektivitasnya.
Walau unsur perak itu sendiri tidak beracun, banyak senyawa garamnya
yang dapat larut) di udara jangan sampai melebihi 0,01 g/m3 (berdasarkan 8 jam
berat rata-rata, selama 40 jam per minggu). Senyawa-senyawa perak dapat diserap
dalam sistim sirkulasi tubuh dan hasil reduksi perak dapat terdepositkan
pada banyak jaringan tubuh. Perak memiliki sifat- sifat yang dapat membunuh
cokelat kemerahan dan merupakan konduktor panas dan listrik yang sangat
baik. Di alam, tembaga terdapat dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk
kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel periodik unsur-unsur kimia tembaga
menempati posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan mempunyai bobot atom (BA)
63,546 g/mol. Potensial elektroda standarnya positif (+0,34 V), logam ini tidak
larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer (Vogel, 1994). Logam ini banyak
digunakan pada pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas dan zat warna
yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti alloi dengan perak, kadnium
kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna
pink kecoklatan sampai keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250
mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer,
kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit
dunia, disusul oleh AS dan Indonesia. Tembaga dapat ditambang dengan metode
dalam % (persen). Jadi jika satu tambang berkadar 2,3%, berarti dari 100
kg bijih akan dihasilkan 2,3 kg tembaga. Selain sebagai penghasil nomor satu,
tambang bawah tanah besar, meski dengan kemampuan produksi yang masih
bebas maupun dalam bentuk senyawaan. Bijih tembaga yang terpenting yaitu pirit
atau chalcopyrite (CuFeS2), copper glance atau chalcolite (Cu2S), cuprite (Cu2O),
cuprite, malachite, azurite, chalcopyrite, dan bornite. Deposit bijih tembaga yang
banyak ditemukan di AS, Chile, Zambia, Zaire, Peru, dan Kanada. Bijih-bijih
tembaga yang penting adalah sulfida, oxida-oxidanya, dan karbonat. Dari mereka,
oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga
1. Tembaga (II)
hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutan air. Dalam
larutan air, hampir semua garam tembaga (II) berwana biru, yang karakteristik dari
tembaga (II) klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion kompleks [CuCl4]2-
pendesakan logam Cl- oleh ligan H2O. Oleh karena itu, jika warna hijau ingin
dipertahankan, kedalam larutan pekat CuCl2 dalam air tambahkan ion senama Cl-
2. Tembaga (I)
Pada dasarnya tembaga bukanlah logam reaktif, namun logam ini dapat
diserang oleh asam-asam pekat, secara khusus, asam bereaksi dengan asam
hidroklorida pekat mendidih dan menghasilkan larutan tak berwarna dan gas
hidrogen. Ion tembaga (I) yang terjadi, dengan ion klorida segera membentuk ion
kompleks tak berwarna diklorokuprat (I), [CuCl2]-. Tahap reaksi kedua inilah yang
diduga berlangsung sangat cepat sehingga memicu tahap reaksi pertama seperti
berikut ini:
Cu (s) + H3O+ (aq) Cu+ (aq) + H2 +(g) + 2H2O (l) + Cu (aq) + 2Cl- (aq) [CuCl2]-
Jika larutan ini dituangkan ke dalam air suling bebas udara, diperoleh endapan
udara, sebab interaksi dengan udara uap air akan menghasikan tembaga (II). Dalam
Pada umumnya, senyawa tembaga (I) tidak berwarna atau putih, karena
ion ini mempunyai konfigurasi elektronik penuh, 3d10. Dalam larutan air,
ion tembaga (I) terhidrat tidak stabil dan mengalami disproporsional menjadi ion
Ekstrasi ini dari bijih sulfida dapat dilakukan dengan proses termal yaitu
pirometalurgi atau dengan proses pelarutan air yaitu hidrometalurgi. Pada proses
oksida untuk menjadi ampas atau terak besi (III) silikat menurut pesamaan reaksi :
Cairan ini mengapung pada permukaan dan dapat dituang terpisah. Udara
kemudian ditambahkan lagi untuk mengubah tembaga (I) sulfida menjadi tembaga
(I) oksida :
telah teroksidasi. Campuran tembaga (I) oksida dan tembaga (I) sulfida kemudian
mengalami reaksi redoks khusus dan menghasilkan logam tembaga tak murni :
tembaga, dan merupakan proses yang relatif cepat. Kelemahan proses ini bahwa
banyak energi. Dan proses ini membebaskan energi bebas SO2 dalam jumlah besar
proses ini membutuhkan proses energi input tinggi dan membebaskan limbah
polutan pada udara dan tanah. Sedangkan proses hidrometalurgi, yaitu ekstraksi
logam dengan proses pelarutan. Proses ini digunakan hingga abad ke-20, dan
hanya logam khusus perak dan emas. Secara umum proses hidrometalurgi terdiri
dengan pengguyuran dengan reaksi tertentu seperti asam sulfat encer untuk
ekstraksi tembaga atau ion sianida untuk ekstrasi perak dan emas, persamaan
2CuFeS2 (s) + H2SO4 (aq) + 4O2 (g) → 2CuSO4 (aq) + Fe2O3 (s) + 3S (s) + H2O (l)
4Au (s) + 8CN- (aq) + O2 (g) + H2O (l) → 4 [Au(CN)2]- (aq) + 4OH- (aq)
Jadi, dalam proses hidrometalurgi, belerang dibebaskan dalam bentuk ion sulfat
dalam larutan dan belerang padatan, bukan sebagai gas belerang dioksida
mengoksidasi sulfida dalam metal sulfida tidak larut menjadi sulfat terlarut.
Larutan encer ion metal ini dipisahkan, kemudian dipekatkan. Akhirnya metal
Pada tahap akhir, logam dapat pula diperoleh secara elektrokimia, dan gas
oksigen hasil dapat digunakan untuk oksidasi pada tahap awal menurut persamaan
untuk menghasilkan energi, anti oksidasi dan sintesa hormon adrenalin serta
3. Tembaga merupakan suatu unsur yang sangat penting dan berguna untuk
metabolisme. Batas konsentrasi dari unsur ini yang mempengaruhi pada air
tembaga banyak digunakan dalam industri cat, industri fungisida serta dapat
Tembaga bersifat racun dan dapat terjadi ketika tembaga menumpuk dalam
tubuh akibat penggunaan alat masak tembaga. Unsur Cu yang berlebih dapat
merusak hati dan memacu sirosis. Bahaya logam tembaga ini, apabila dalam
keadaan serbuk menimbulkan bahaya api. Pada kepekatan lebih daripada 1 mg/L,
dalam air.
teknik eksplorasi dan eksploitasi yang sederhana dan murah. Usaha pertambangan
perencanaan yang baik dan dengan cara penggalian mengikuti arah urat kuarsa
palu, dan beberapa alat sederhana lainnya. Batuan dan urat kuarsa mengandung
emas atau bijih yang diperoleh dari terowongan ditumbuk sampai berukuran 1-2
cm, selanjutnya digiling dengan alat gelundung (tromol, berukuran panjang 55-60
didapatkan logam paduan emas dan perak (bullion). Produk akhir dijual dalam
dengan serapan dan emisi atom. Bila suatu molekul mempunyai bentuk spektra
pita, maka suatu atom mempunyai spektra garis. Atom-atom yang terlibat dalam
spektranya dapat diamati. Pengamatan garis spektra yang spesifik ini dapat
Absorbsi (serapan) atom adalah suatu proses penyerapan bagian sinar oleh
atom atom bebas pada panjang gelombang (а) tertentu dari atom itu sendiri
dengan konsentrasi suatu analit, maka metode ini dapat digunakan untuk system
pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang
tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog, 2000). Metode ini sangat
tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa
Memang selain dengan metode serapan atom, unsur-unsur dengan energi eksitasi
rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, akan tetapi fotometri nyala
tidak cocok untuk unsur-unsur dengan energi eksitasi tinggi. Fotometri nyala
memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan
AAS memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 200-300 nm (Skoog,
2000).
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu
Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan memperoleh garis
resonansi yang tepat. Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada
merah, juga berlaku pada AAS. Perbedaan analisis AAS dengan spektrofotometri
Lambert-Bert.
P = Poe-abc
A = Log Po / P = a b c
Dimana : A = Absorbans
a = Konstanta absortivitas
c = Kosentrasi.
II.7 X-Ray Fluorosence (XRF)
yang ada pada padatan, bubuk ataupun sample cair. XRF mampu mengukur
elemen dari berilium (Be) hingga Uranium pada level trace element, bahkan
suatu material. Karena metode ini cepat dan tidak merusak sampel, metode ini
dipilih untuk aplikasi di lapangan dan industri untuk kontrol material. Tergantung
pada penggunaannya, XRF dapat dihasilkan tidak hanya oleh sinar-X tetapi juga
sumber eksitasi primer yang lain seperti partikel alfa, proton atau sumber elektron
analyzer yang berupa cristal yang berperan sebagai grid. Kisi kristal yang spesifik
Kondisi pengukuran yang optimal dari tiap – tiap elemen dapat diprogram.
Sensitivitas yang sangat tinggi dan limit deteksi yang sangat rendah
Jenis XRF yang kedua adalah EDXRF. EDXRF (Energy-dispersive X-ray
(PANalytical, 2009). Radiasi Emisi dari sample yang dikenai sinar-X akan
langsung ditangkap oleh detektor. Detektor menangkap foton – foton tersebut dan
bersesuaian dengan energi dari foton – foton yang diterima detektor. Impuls
Analyzer) yang akan memproses impuls tersebut. Sehingga akan terbaca dalam
memori komputer sebagai channel. Channel tersebut yang akan memberikan nilai
spesifik terhadap sampel yang dianalisa. Pada XRF jenis ini, membutuhkan biaya
Kelebihan dari XRF antara lain adalah cukup mudah, murah dan
sedikit sampel pada tahap preparasinya (untuk Trace elemen) serta dapat
digunakan untuk analisa elemen mayor (Si, Ti, Al, Fe, Mn, Mg, Ca, Na, K, P)
maupun trace elemen (>1 ppm; Ba, Ce, Co, Cr, Cu, Ga, La, Nb, Ni, Rb, Sc, Sr,
Rh, U, V, Y, Zr, Zn). Sedangkan beberapa kekurangan dari XRF yaitu tidak cocok
untuk analisa elemen yang ringan seperti H dan He; analisa sampel cair
membutuhkan volume gas helium yang cukup besar; dan preparasi sampel
yang banyak.
BAB III
METODE PENELITIAN
dilakukan pada dua lokasi yang berada di Kabupaten Buru yaitu Gunung Gogorea
dan Gunung Botak. Proses pengambilan sampel berlangsung selama tiga hari.
Pattimura untuk dilakukan perlakuan awal sampel dan analisis lebih lanjut
III.2.1 Alat–alat
2. Timbangan Analitik
4. AAS
5. XRF
III.2.2 Bahan–bahan
1. Batuan mineral
2. HNO3
3. HCl
4. Larutan induk Au
5. Larutan induk Ag
6. Larutan induk Cu
kolam galian melalui pengamatan karakteristik tanah pada setiap lokasi. Untuk
batuan diambil pada dua lokasi yaitu Gunung Gogorea dan Gunung Botak dengan
Tabel 1.
sifat-sifat fisika dan kimia yang tidak dapat ditentukan secara kuantitatif di
lapangan.
Sampel yang telah diambil dari lokasi dikeringkan selama 7 hari, kemudian
sampel batuan yang telah kering dihaluskan menggunakan mortal dan palu sampai
halus setelah itu sampel disaring menggunakan Mesh 100. Sampel halus yang
kemudian sampel dimasukkan dalam kantong plastik yang telah diberi label dan
siap untuk dianalisis lebih lanjut. Prosedur ini dilakukan untuk semua sampel.
Dari larutan siap pakai yang mengandung Au (dibuat sesuai petunjuk dari
pabrik) ditimbang dengan teliti 1,0 g logam Au dimasukkan ke dalam gelas piala
dipanaskan sampai larut dan diencerkan dengan akuades sampai volume kurang
lebih 100 mL, dipanaskan lagi dan didinginkan. Kemudian dimasukkan larutan ke
dalam labu ukur 1000 mL, diencerkan dan larutan ditambahkan dengan akuades
sampai tanda batas, dikocok sampai homogen, dan disimpan dalam botol pereaksi
polietilena.
Dari larutan siap pakai yang mengandung Ag (dibuat sesuai petunjuk dari
pabrik) ditimbang dengan teliti 1,0 g logam Au dimasukkan ke dalam gelas piala
250 mL, dan dilarutkan dengan kurang lebih 10 mL HNO3. Selanjutnya
dipanaskan sampai larut, diencerkan dengan akuades sampai volume kurang lebih
dalam labu ukur 1000 mL, diencerkan dan larutan ditambahkan dengan akuades
sampai tanda batas, dikocok sampai homogen, dan disimpan dalam botol pereaksi
polietilena.
Dari larutan siap pakai yang mengandung Cu (dibuat sesuai petunjuk dari
pabrik) ditimbang dengan teliti 1,0 g logam Cu dimasukkan ke dalam gelas piala
dipanaskan sampai larut, diencerkan dengan akuades sampai volume kurang lebih
dalam labu ukur 1000 mL, diencerkan dan larutan ditambahkan dengan akuades
sampai tanda batas, dikocok sampai homogen, dan disimpan dalam botol pereaksi
polietilena.
3) Pembuatan seri larutan standar kalibrasi Emas (Au), Perak (Ag) dan
Tembaga (Cu)
Dibuat seri larutan standar yang terdiri dari 0 ppm, 1,0 ppm 2,0 ppm 3,0
ppm 4,0 ppm 5,0 ppm 6,0 ppm dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
Ditimbang 1,0 g sampel dalam gelas piala 250 mL, dibasahkan dengan
HCl, dipanaskan di atas pelat pemanas beberapa saat sampai gas H2S yang
pekat, dipanaskan kembali di atas pelat pemanas sampai hampir kering dan
terbentuk larut kembali dan didinginkan. Dimasukkan larutan ke dalam labu ukur
100 mL dan ditambahkan dengan akuades sampai tanda batas dan dikocok sampai
Diukur serapan dari larutan standar, blangko dan contoh pada panjang
sampel 1/3 dari tinggi P1. Kemudian sampel dipress menggunakan hydraulic
press. Sampel dimasukkan yang sudah dipress ke dalam alat XRF. Selanjunya
Pengambilan sampel dilakukan pada akhir bulan Mei 2013 pada dua lokasi
Gogorea dengan titik pertama (GM1) berada pada titik koordinat (S : 03°18'33.5"
E : 126°59'57.8") dan titik kedua (GM2) pengambilan sampel berada pada titik
pertambangan di Gunung Botak dengan titik pertama (BM1) berada pada titik
penambangan bawah tanah dengan cara membuat terowongan seperti sumur yang
memiliki izin penambangan dari pemerintah setempat. Penggalian lubang atau gua
biasanya dilakukan pada musim kemarau. Hal ini dikarenakan pada musim hujan
bisa menyebabkan tanah basah, sehingga rentan terjadinya longsor pada bagian
dinding lubang atau gua hasil dari penggalian. Hal ini pula dapat mengakibatkan
bentangan alam rusak dan mengancam para penambang. Lubang atau gua
Gunung Botak seperti lahan gambut yang kosong dan kering, struktur tanah yang
material hasil tambang yang kemudian dimasukkan pada setiap karung. Material
yang mengandung bijih emas hasil penambangan tersebut diangkut dan dibawa ke
teknik pengolahan emas dengan menggunakan bahan kimia merkuri dan alat
yang lebih kecil untuk dimasukkan ke tromol. Amalgam yang dihasilkan dari
simbol Au berasal dari bahasa Latin aurum (Arora, 2005). Logam ini tidak reaktif
dan tidak diserang oleh oksigen atau sulfur namun mudah bereaksi dengan
halogen atau larutan yang mengandung atau melepaskan klor seperti aqua regia,
konduktivitas listrik yang baik, mampu ditempa dan ulet (Cotton dan Wilkinson,
kadarnya yang berada pada dua lokasi pertambangan. Hasil analisis kadar logam
Au pada lokasi Gogorea (GM) dan lokasi Gunung Botak (BM) dapat dilihat pada
Dari Tabel di atas, hasil penelitian menunjukkan bahwa logam emas (Au)
di lokasi pertambangan Gunung Gogorea pada titik pertama (GM1) yaitu sebesar
180 ppm dan pada titik kedua (GM2) yaitu sebesar 52 ppm. Sedangkan pada
lokasi Gunung Botak pada titik pertama (BM1) yaitu sebesar 9,23 ppm dan pada
titik kedua (BM2) yaitu sebesar 4,21 ppm. Berikut histogram hasil analisis kadar
logam emas (Au) pada sampel (material) dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Histogram kadar logam emas (Au) pada sampel (material)
Pada Gambar 4 di atas, dapat dilihat bahwa kadar logam emas (Au)
(GM1) yaitu sebesar 180 ppm. Sedangkan kadar emas terendah terdapat di lokasi
pertambangan Gunung Botak pada titik pengambilan sampel kedua (BM2) yaitu
sebesar 4,21 ppm. Dari gambar di atas juga dapat dilihat perbandingan kadar
logam tertinggi antara kedua lokasi dengan jelas bahwa pada lokasi Gunung
Gogorea lebih tinggi dari pada lokasi Gunung Botak untuk setiap titik
berbanding terbalik dengan hasil yang diperoleh dari hasil uji laboratorium yaitu,
jumlah logam Au (%) yang diperoleh dari hasil penambangan para penambang
Gunung Botak mempunyai hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
yang didapat oleh penambang dari Gunung Gogorea. Perbedaan kadar logam Au
antara hasil uji laboratorium dengan hasil yang diperoleh para penambang di
kedua lokasi (GM dan BM) dapat disebabkan karena proses pengambilan sampel
untuk pengujian laboratorium hanya berada pada satu titik kedalaman, sehingga
tidak diketahui dengan pasti pola sebaran dari cebakan logam Au yang
mengakibatkan perbedaan kadar logam dari kedua lokasi yang diperoleh tidak
begitu efisien.
Perak murni memiliki warna putih yang terang. Unsur ini sedikit lebih keras
dibanding emas dan sangat lunak serta mudah dibentuk. Perak murni memiliki
konduktivitas kalor dan listrik yang sangat tinggi diantara semua logam dan
memiliki resistansi kontak yang sangat kecil. Logam perak (Ag) juga merupakan
salah satu jenis logam di alam bebas yang dapat ditemukan bersamaan dengan
logam-logam lain, misalnya tembaga dan emas. Perak dapat dipadukan dengan
atom-atom dalam golongannya dan diperoleh berbagai jenis logam paduan dengan
berbagai sifat (Widarto 2006). Dari penelitian ini dapat dilihat perbandingan
logam perak (Ag) di lokasi Gunung Gogorea dan Gunung Botak pada Tabel 3
Buru di dua lokasi yaitu Gunung Gogorea dan Gunung Botak dapat dilihat dari
Tabel di atas, menunjukkan bahwa pada lokasi Gunung Gogorea di titik pertama
(GM1) yaitu sebesar 37,1 ppm dan titik kedua logam perak (Ag) (GM2) tidak
terdeteksi. Begitu juga dengan lokasi gunung Botak pada titik pertama (BM1) dan
titik kedua (BM2) kadar logam perak (Ag) sama-sama tidak terdeteksi. Berikut
histogram hasil analisis kadar logam perak (Ag) pada sampel (material) dapat
Pada Gambar 5, dapat dilihat secara langsung perbandingan kadar dari dua
lokasi tersebut (Gunung Gogorea dan Gunung Botak) yang dapat teridentifikasi
adanya logam perak (Ag) hanya pada lokasi Gunung Gogorea pada titik pertama
(GM1) yaitu sebesar 37,1 ppm. Kadar logam Ag yang tidak teridentifikasi AAS
disebabkan karena kadar yang diperoleh berada di bawah 5 ppm. Seperti halnya
logam Ag yang teridentifikasi hanya pada satu titik pun dapat disebabkan karena
proses pengambilan sampel hanya berada pada satu titik kedalaman (lokasi
Gunung Gogorea berkisar antara 30-40 meter sedangkan lokasi Gunung Botak
berkisar antara 20-30 meter) tanpa diketahui dengan pasti pola sebaran dari logam
Ag yang mengakibatkan perbedaan kadar logam dari kedua lokasi yang diperoleh
kemerahan dalam bentuk kristal serta merupakan konduktor panas dan listrik
yang sangat baik. Di alam, tembaga terdapat dalam bentuk bebas maupun dalam
pertambangan logam mulia seperti emas terdapat residu Cu yang dihasilkan dan
mencemari lingkungan (Manggara dkk., 2007). Dalam penelitian ini dapat dilihat
perbandingan antara kadar logam tembaga (Cu) yang ada pada lokasi tambang
Buru di dua lokasi yaitu Gogorea dan gunung Botak dapat dilihat dari Tabel di
atas menunjukkan bahwa pada lokasi Gunung Gogorea di titik pertama (GMI)
yaitu sebesar 27 ppm dan titik kedua (GM2) yaitu sebesar 26 ppm. Sedangkan
pada lokasi gunung Botak titik pertama (BM1) yaitu sebesar 24 ppm dan titik
kedua (BM2) yaitu sebesar 27 ppm. Dari hasil yang diperoleh, maka dapat dilihat
bahwa perbandingan kadar logam tembaga (Cu) dari dua lokasi yang berbeda
yaitu pada Gunung Gogorea titik pertama (GM1) dan Gunung Botak titik kedua
(BM2) memiliki kadar yang sama dan merupakan kadar tembaga tertinggi yaitu
sebesar 27 ppm. Sedangkan kadar tembaga terendah berada pada lokasi Gunung
Botak titik pertama (BM1) yaitu sebesar 24 ppm. Berikut histogram hasil analisis
kadar logam tembaga (Cu) pada sampel (material) dapat dilihat pada Gambar 6.
Pada Gambar 6 di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa hasil yang
diperoleh menunjukkan kadar tembaga (Cu) keseluruhan dari dua lokasi dan titik
pengambilan sampel yang berbeda menunjukkan hasil yang tidak terlalu jauh
berbeda yaitu berkisar di antara 24-27 ppm. Hal ini disebabkan karena
pengambilan sampel hanya berada pada lokasi penggalian yang berada pada
pengunungan, sehingga kadar logam yang diperoleh tidak dipengaruhi oleh faktor
lain. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar dari logam yang diambil
adalah mengalami pengenceran atau terbawa oleh arus air yang menyebabkan
kadar logam Cu dapat berkurang atau bertambah ketika terakumulasi pada satu
titik. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilaporkan oleh Maslukah (2006)
tentang Logam Cu dan Pola Sebarannya di Muara Banjir Kanal Semarang,
antara kadar logam Cu tertinggi dan terendah di beberapa stasiun yaitu kadar
sebesar ppm. Hal ini disebabkan karena faktor pengambilan sampel yang
Perbandingan kadar logam emas (Au), logam perak (Ag), dan logam
pengambilan sampel (Gunung Gogorea dan Gunung Botak) dapat dilihat bahwa
kadar logam tertinggi terdapat di lokasi pertambangan Gunung Gogorea pada titik
pertama (GM1) yaitu sebesar 180 ppm. Sedangkan kadar emas terendah terdapat
(BM2) yaitu sebesar 4,21 ppm; perbandingan kadar logam perak (Ag) hanya pada
lokasi Gunung Gogorea pada titik pertama (GM1) yang dapat teridentifikasi yaitu
sebesar 37,1 ppm; dan perbandingan kadar logam tembaga (Cu) pada Gunung
Gogorea titik pertama (GM1) dan Gunung Botak titik kedua (BM2) memiliki
kadar yang sama dan merupakan kadar tembaga tertinggi yaitu sebesar 27 ppm.
Sedangkan kadar tembaga terendah berada pada lokasi Gunung Botak titik
perbandingan kadar logam emas (Au), logam perak (Ag), dan logam tembaga
(Cu) pada kedua lokasi pengambilan sampel dipengaruhi oleh pola sebaran
cebakan dan urat-urat pembentukan logam (vein) tidak diketahui dengan pasti,
karena pegambilan sampel dilakukan tanpa adanya variasi kedalaman dari tiap
titik.
IV.4 Analisis Logam dengan XRF
Pengujian X-Ray Fluorescence pada sampel yang diambil dari salah satu
titik pengambilan sampel yaitu Gunung Botak (BM) berupa hasil analisis
unsur dalam bilangan perseratus (%) dari sampel yang diuji. Hasil analisis dengan
0,0026 % dan terbentuk dalam persenyawaan oksidanya yaitu CuO (Lampiran 7).
Kandungan logam ini dipengaruhi oleh struktur geologi. Struktur geologi yang
penting adalah rekahan (Joint) dan patahan (Fault). Adanya rekahan dan patahan
ini akan mempengaruhi dan mempermudah rembesan air ke dalam tanah dan akan
logam juga dipengaruhi oleh topografi. Secara teoritis, daerah yang baik untuk
tempat pengendapan bijih logam adalah punggung bukit yang landai dengan
kemiringan antara 10-30% dimana pada tempat ini pelapukan secara mekanis dan
(Alam, 2011).
BAB V
V.1 Kesimpulan
bahwa :
1. Kadar logam Emas (Au) di lokasi pertambangan Gunung Gogorea pada titik
pertama (GM1) yaitu sebesar 180 ppm dan pada titik kedua (GM2) yaitu
sebesar 52 ppm. Sedangkan pada lokasi Gunung Botak pada titik pertama
(BM1) yaitu sebesar 9,23 ppm dan pada titik kedua (BM2) yaitu sebesar 4,21
ppm; Kadar logam Perak (Ag) di lokasi Gogorea titik pertama (GM1) yaitu
sebesar 37,1 ppm dan titik kedua (GM2) tidak terdeteksi. Begitu juga dengan
lokasi gunung Botak pada titik pertama (BM1) dan titik kedua (BM2) kadar
logam Perak (Ag) sama-sama tidak terdeteksi; dan kadar logam Tembaga
(Cu) di lokasi Gunung Gogorea titik pertama (GMI) yaitu sebesar 27 ppm dan
titik kedua (GM2) yaitu sebesar 26 ppm. Sedangkan pada lokasi gunung
Botak titik pertama (BM1) yaitu sebesar 24 ppm dan titik kedua (BM2) yaitu
sebesar 27 ppm.
pertambangan Gunung Gogorea pada titik pertama (GM1) yaitu sebesar 180
Gunung Botak pada titik pengambilan sampel kedua (BM2) yaitu sebesar
4,21 ppm; perbandingan kadar logam Perak (Ag) hanya pada lokasi Gunung
Gogorea pada titik pertama (GM1) yang dapat teridentifikasi yaitu sebesar
37,1 ppm; dan perbandingan kadar logam tembaga (Cu) pada Gunung
Gogorea titik pertama (GM1) dan Gunung Botak titik kedua (BM2) memiliki
kadar yang sama dan merupakan kadar tembaga tertinggi yaitu sebesar 27
ppm. Sedangkan kadar tembaga terendah berada pada lokasi Gunung Botak
V.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait perbandingan kadar logam Au,
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis kadar logam pengikut
Alam, A.F, 2011, Analisis Perubahan Kadar Nikel Saprolit dari Kegiatan
Eksplorasi Sampai Kegiatan Penambangan pada PT. Gane Permai Sentosa
(GPS) Kecamatan Obi Utara Kabupaten Halmahera Selatan Propinsi
Maluku Utara, Skripsi S-1, http://wikipedia. Com, 25 Agustus 2017.
Arora, A. (2005). Text Book of Inorganic Chemistry. New Delhi, India: Arora
Offset Press.
Brady, J. E., 2002. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid II, Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta.
Effendy, 2007, perspektif baru kimia koordinasi, jilid satu, bayu media
publishing, Malang.
Faddhila, U. N., Wijaya, N. F. D., dan Rahman, F., 2007. Pertambangan Emas di
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Propinsi D.I. Yokyakarta di
Tinjau dari Aspek Ekonomis dan Ekologi serta Alternatif Pemecahannya.
Sagasitas Scientific Journal. (1): 84-101.
Google Eart, 2017. Peta Pulau Buru. http://Googleearth.com [31 Juli 2017, 04:30
WIT].
Manggara PP, Denni W, Sabtanto JS, Asep A. 2007. Penyelidikan potensi bahan
pada tailing PT. Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika. Prosiding
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan Tahun 2007.
Pusat Sumber Daya Geologi. hlm 1-9.
Maslukah, L., 2006. Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Pola
Sebarannya di Muara Banjir Kanal, Semarang, Tesis, Program Studi Ilmu
Kelautan Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Hal : 30-31.
Mohsin, Yulianto, 2006, “Perak”, http://Chem-is-Try.Org/, diakses tanggal 20
Agustus 2013 jam 13.10 WIB
Sugiyarto, K. H., dan Suyanti, R. D., 2010. Kimia Anorganik Logam. Edisi
Pertama. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta
Sugiyarto, Kristian, H., (2003), Kimia Anorganik III, FMIPA UNY, Yogyakarta,
h. 264-271.
Viklund, A., 2008, Teknik Pemeriksaan Material Menggunakan XRF, XRD dan
SEM-EDS, (Online), http://labinfo.wordpress.com/, diakses tanggal 20
Februari 2014.
BM1 9,23 - 24
Gunung
2
Botak
BM2 4,21 - 27
Lampiran 2. Dokumentasi Proses Pengambilan dan Preparasi Sampel
Logam Au, Ag, dan Cu