PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui definisi Spodilitis tuberculosis
b. Untuk mengetaui gejala dari Spodilitis tuberculosis
c. Untuk mengetahui penyebab dari Spodilitis tuberculosis
d. Untuk mengetahui Patway dari Spodilitis tuberculosis
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP MEDIS
A. Pengerti
Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang
mengenai tulang vertebra (Abdurrahman, et al 1994; 144 )
Spondilitis TB adalah peradangan granulonatosa yang bersifat kronis, destruktif oleh
mikrobakterium TB. TB tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari focus
ditempat lain dalam tubuh. Percivall (1973) adalah penulis pertama tentang penyakit ini dan
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulnag belakang
yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott. (Rasjad, 1998).
Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai paraplegi atau defisit
neurologis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra Th 8-L3 dan paling jarang
pada vertebra C2. Spondilitis TB biasanya mengenai korpus vertebra, sehingga jarang
menyerang arkus vertebra (Mansjoer, 2000).
Penyakit Pott adalah osteomielitis tuberculosis yang mengenai tulang belakang.
(Brooker. 2001)Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis
tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif yang
disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosa.
Tuberkulosis yang muncul pada tulang belakang merupakan tuberkulosis sekunder
yang biasanya berasal dari tuberkulosis ginjal. Berdasarkan statistik, spondilitis tuberkulosis
atau Pott’s disease paling sering ditemukan pada vertebra torakalis segmen posterior dan
vertebra lumbalis segmen anterior (T8-L3), coxae dan lutut serta paling jarang pada vertebra
C1-2. (1,2,3,4)Tuberkulosis pada vertebra ini sering terlambat dideteksi karena hanya terasa
nyeri punggung/pinggang yang ringan. Pasien baru memeriksakan penyakitnya bila sudah
timbul abses ataupun kifosis.
B. Etiologi
Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat
lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik (2/3 dari tipe human
dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik. Kuman ini
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh
karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama selama beberapa tahun.
(Rasjad. 1998)
C.Manifestasi Klinis
Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala
tuberkulosis pada umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat badan
2
menurun, suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam hari serta sakit pada
punggung. Pada anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari. (Rasjad. 1998)
Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut,kemudian
diikuti dengan paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus,, hiper-
refleksia dan refleks Babinski bilateral. Pada stadium awal ini belum ditemukan deformitas
tulang vertebra, demikian pula belum terdapat nyeri ketok pada vertebra yang bersangkutan.
Nyeri spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal, dan komplikasi neurologis
merupakan tanda terjadinya destruksi yang lebih lanjut. Kelainan neurologis terjadi pada
sekitar 50% kasus,termasuk akibat penekanan medulla spinalis yang menyebabkan
paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri radix saraf. Tanda yang biasa ditemukan di antaranya
adalah adanya kifosis (gibbus), bengkak pada daerah paravertebra, dan tanda-tanda defisit
neurologis seperti yang sudah disebutkan di atas. (Harsono,2003)Pada tuberkulosis vertebra
servikal dapat ditemukan nyeri di daerah belakang kepala, gangguan menelan dan gangguan
pernapasan akibat adanya abses retrofaring. Harus diingat pada mulanya penekanan mulai
dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul terutama gangguan motorik.
Gangguan sensorik pada stadium awal jarang dijumpai kecuali bila bagian posterior tulang
juga terlibat. (Harsono,2003)
D.Patofisiologi
Spondilitis tuberkulosa merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya sekunder
dari TBC tempat lain di tubuh. Penyebarannya secara hematogen, di duga terjadinya penyakit
tersebut sering karena penyebaran hematogen dari infeksi traktus urinarius melalui leksus
Batson. Infeksi TBC vertebra di tandai dengan proses destruksi tulang progresif tetapi lambat
di bagian depan (anterior vertebral body).Penyebaran dari jaringan yang mengalami
pengejuan akan menghalangi proses pembentukan tulang sehingga berbentuk "tuberculos
squestra". Sedang jaringan granulasi TBC akan penetrasi ke korteks dan terbentuk abses para
vertebral yang dapat menjalar ke atas / bawah lewat ligamentum longitudinal anterior dan
posterior. Sedang diskus Intervertebralis oleh karena avaskular lebih resisten tetapi akan
mengalami dehidrasi dan terjadi penyempitan oleh karenadirusak jaringan granulasi TBC.
Kerusakan progresif bagian anterior vertebra akan menimbulkan kiposis.
3
E.Pathways
F.Komplikasi
Komplikasi dari spondilitis tuberkulosis yang paling serius adalah Pott’s paraplegia
yang apabila muncul pada stadium awal disebabkan tekanan ekstradural oleh pus maupun
sequester, atau invasi jaringan granulasi pada medula spinalis dan bila muncul pada stadium
lanjut disebabkan oleh terbentuknya fibrosis dari jaringan granulasi atau perlekatan tulang
(ankilosing) di atas kanalis spinalis.
Mielografi dan MRI sangatlah bermanfaat untuk membedakan penyebab paraplegi
ini. Paraplegi yang disebabkan oleh tekanan ekstradural oleh pus ataupun sequester
membutuhkan tindakan operatif dengan cara dekompresi medulla spinalis dan saraf.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah ruptur dari abses paravertebra torakal ke
dalam pleura sehingga menyebabkan empiema tuberkulosis, sedangkan pada vertebra lumbal
maka nanah akan turun ke otot iliopsoas membentuk psoas abses yang merupakan cold
abscess.
4
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan Radiologis
d) Pemeriksaan mielografi
f) MRI
H.Penatalaksanaan Medis
Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan sesegera
mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia.
Prinsip pengobatan paraplegia Pott sebagai berikut :
1. Pemberian obat antituberkulosis
2. Dekompresi medulla spinalis
3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi
4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft)
5
Tahap 1 : Rifampisin 450 mg, Etambutol 750 mg, INH 300 mg dan Pirazinamid
1.500 mg. Obat ini diberikan setiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali).
Tahap 2: Rifampisin 450 mg, INH 600 mg, diberikan 3 kali seminggu (intermitten) selama 4
bulan (54 kali).
- Kategori 2
Untuk penderita BTA(+) yang sudah pernah minum obat selama sebulan, termasuk penderita
dengan BTA (+) yang kambuh/gagal yang diberikan dalam 2 tahap yaitu :
Tahap I diberikan Streptomisin 750 mg , INH 300 mg, Rifampisin 450 mg, Pirazinamid
1500mg dan Etambutol 750 mg. Obat ini diberikan setiap hari , Streptomisin injeksi hanya 2
bulan pertama (60 kali) dan obat lainnya selama 3 bulan (90 kali).
Tahap 2 diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg dan Etambutol 1250 mg. Obat diberikan
3 kali seminggu (intermitten) selama 5 bulan (66 kali).
Kriteria penghentian pengobatan yaitu apabila keadaan umum penderita bertambah
baik, laju endap darah menurun dan menetap, gejala-gejala klinis berupa nyeri dan spasme
berkurang serta gambaran radiologik ditemukan adanya union pada vertebra.
2. Terapi operatif
Indikasi operasi yaitu:
• Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin berat.
Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa
diberikan obat tuberkulostatik.
• Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka dan sekaligus
debrideman serta bone graft.
• Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun pemeriksaan CT
dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medulla spinalis.
Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita
tuberkulosis tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan penting
dalam beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia
dan kifosis.
6
Paraplegia
Penanganan yang dapat dilakukan pada paraplegia, yaitu:
a. Pengobatan dengan kemoterapi semata-mata
b. Laminektomi
c. Kosto-transveresektomi
d. Operasi radikal
e. Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang
Operasi kifosis
Operasi kifosis dilakukan bila terjadi deformitas yang hebat,. Kifosis mempunyai
tendensi untuk bertambah berat terutama pada anak-anak. Tindakan operatif dapat berupa fusi
posterior atau melalui operasi radikal.
Operasi PSSW
Operasi PSSW adalah operasi fraktur tulang belakang dan pengobatan tbc tulang
belakang yang disebut total treatment (1989).
Metode ini mengobati tbc tulang belakang berdasarkan masalah dan bukan hanya
sebagai infeksi tbc yang dapat dilakukan oleh semua dokter. Tujuannya, penyembuhan TBC
tulang belakang dengan tulang belakang yang stabil, tidak ada rasa nyeri, tanpa deformitas
yang menyolok dan dengan kembalinya fungsi tulang belakang, penderita dapat kembali ke
dalam masyarakat, kembali pada pekerjaan dan keluarganya.
I.Dampak Masalah
a) Terhadap Individu.
Sebagai orang sakit, khusus klien spondilitis tuberkolosa akan mengalami suatau
perubahan, baik iru bio, psiko sosial dan spiritual yang akan selalu menimbulkan dampak
yang di karenakan baik itu oleh proses penyakit ataupun pengobatan dan perawatan oelh
karena adanya perubahan tersebut akan mempengaruhi pola - pola fungsi kesehatan antara
lain :
2. Pola aktifitas.
Sehubungan dengan adanya kelemahan fisik nyeri pada punggung menyebabkan klien
membatasi aktifitas fisik dan berkurangnya kemampuan dalam melaksanakan aktifitas fisik
tersebut.
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ny. A berumur 23 tahun tinggal di M.T Haryono beragama islam datang ke rumah
sakit Batheramas,klien mengatakan sering cepat capek, badan terasa lemah dan lesu,nafsu
makan berkurang serta sakit pada punggung nya. Setelah pemeriksaan suhu tubuh
meningkat ,paraplegia, paraparesis ,kifosis (gibbus), bengkak pada daerah paravertebra.
Pengkajian
a. Keluhan utama
Nyeri punggung bagian bawah
e. Psikososial
Klien merasa cemas, sehingga terlihat sedih dengan kurangnya pengetahuan
mengenai penyakit TB, pengobatan dan perawatanya sehingga menimbulkan
emosionalnya tidak stabil dan mempengaruhi sosialisasi penderita.
f. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : terlihat lemah,pucat dan pada tulang belakang terlihat berbentuk kofosis
2. Palpasi : sesuai yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang terdapat
adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi
3. Perkusi : pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok
4. Auskultasi : pada pemeriksaan auskultasi keadaan paru tidak di temukan kelainan
g. Pengkajian Diagnostic
8
1. Laboratorium
Laju endap darah meningkat
2. Pengkajian Diagnostic lain
Radiologi : terlihat gambaran distruksi vertebra terutama pada bagian
anterior sangat jarang menyerang area posterior: terdapat penyempitan
diskus: gambaran abses para vertebral
Tes tuberkulis: tuberculin biasanya positif
Diagnosis keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan konpreksi radiks servikal spasme otot servikal
2. Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan kerusakan musculoskeletal dan nyeri
3. Gangguan citra tubuh berhungan dengan gangguan struktur tubuh
4. Ketidak seimbangan nutrisi: nutriasi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
asupan nutrisi tidak adekuat sekunder akibat nyeri tenggorokan dan gangguan
menelan
5. Resiko infeksi berhubungan port de entrée luka paska bedah
6. Kurang pengetahuan berhungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit,
pengobatan dan perawatan
intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan konpreksi radiks servikal spasme otot servikal
9
Rasional: meningkatkan asupan oksigen sehingga menurunkan nyeri sekunder
akibat iskemia
6). Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
Rasional: dikstrksi dapat menurunkan stimulus nyeri
7). Berikan analgesic sesuai terapi dokter dan kaji koefektifitasnya
Rasional: analgesic mampu mengurangi rasa nyeri., bagian reaksi terhadap
nyeri yang diderita klien
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muscoleskeletal dan
nyeri
Tujuan: klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal dam mampu teradaptasi
dalam waktu 7x24 jam
Criteria hasil:
a. klien dapat ikut serta dalam program latihan
b. klien terlihat mampu melakukan mobilisasi secara berharap
c. mempertahankan koordinasi dan mobilisasi sesuai tingkat
optimal
intervensi
1). Kaji kemaampuan mobilisasi dan observasi terhadap peningkatan kerusakan
Rasional: mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
2). Bantu klien melakukan ROM, dan perawatan diri sesuai toleransi
Rasional: latihan ROM yang optimal mampu menurunkan alrofi otot,
memberbaiki sirkulasi perifer dan mencegah kontraktur
3). Pantau keluhan nyeri dan adanya tanda- tanda deficit neurologis
Rasional : peran perawat dalam pemantauan dapat mencegah terjadinya hal
yang lebih parah seperti henti jantung- paru akibat kompresi batang otak dan
korda.
4). Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian OAT
Rasional : OAT akan mengobati penyebab dasar spondilitis TB
3. Gangguan citra tubuh berhungan dengan gangguan struktur tubuh
10
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Spondilitis tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik
destruktif yang disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosa. Spondilitis tuberkulosa atau
yang dikenal juga sebagai penyakit Pott, paraplegi Pott, merupakan 50% dari seluruh
tuberkulosis tulang dan sendi. Nyeri spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal, dan
komplikasi neurologis merupakan tanda terjadinya destruksi yang lebih lanjut. Pengobatan
tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan sesegera mungkin untuk menghentikan
progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia
11
DAFTAR PUSTAKA
12