Pojok Konsultasi Syariah
(eh: Ust Abdurrahman Wahid, Le. Ma
(Culusan 51 islamic University Madina, 52 King Saud University Rod)
Pertanyaan bisa dkrimkan via : SMS/WA : +62 852-2043-7482
‘email buletinallahfiblg@ gmail.com
Shaf wanita sejajar shaf laki-lak
wanita di sebelah kaum laki-laki, Sahkah?
Assalamualaikum ust apakah boleh makmum perempuan sholat sejajar dgn laki2
walaupun terhalang tembok ? Sy pernah sholat di suatu- mushola kayak gtu. Gimana
hukumnya tadz?
Jawaban:
Wo'alaikummussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh
Shalatnya kaum wanita sejajar kaum laki-laki, selama ada jarak atau pemisah, maka
shalatnya SAH, tapi tidak Afdhal, Afdhalnya mereka dibelakang kaum laki
Tapi:jika situasinya mushalla sangat sempit seperti di sebagian SPBU, yg sering hanya,
cukup utk 1-2 shaf saja, atau Kondisi jamaah yg sangat ramai, hiruk pikuk,
padat, sulit di atur secara wajar,seperti acara 212 yg lalu, maka itu tetap Sah,
selama suara imam masih bisa di dengar, atau gerakan shalatnya masih bisa diketahui.
Inilah pendapat mayoritas ulama.
ImamAn Nawavwi Rahimahullah mengatakan:
Ligode Mia dagals ol Lale] OW lyn lySLo Vo tiSbo Jas ol Bl al aces Ue Ilo]
09 85UI9 Ws JE a5,
Jika seorang laki-laki shalat, dan disebelahnya ada kau wanita maka tidak batal shalat dia
ddan shalat wanita tersebut, dia sebagai imam atau makmum. Inilah madzhab kami
(Syaftiyah), dan Malik, dan mayoritas ulama, (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab,
3/252)
‘Ada pun tentang terpisahnya ruangan, Imam Ibnu Hajar Al Haitami mengatakan:
SS by Ne a8 Sa ee neall I ails Arnall) ALatall Le Laall 3 83ball als
dots gh saall ge Aaliee lyil5:] CSIST clu dread) 3 Le Go
‘Ada pun shalat di masjid yong bersambung dengan masjid, pintunya ke masjid lainnya,
maka hukum shalt i tempat tu soma dengan shalat di mas balk praupaneeee
tau terbuka. (Al FatawaAl Kubra,3/23) ‘
_Demikian, Wallahu alam,
)
Buildin, Suna
EY Al Kahfi™
‘Merajut Ukhuwah - Membangun Ummah
TAKWA ADALAH BERIBADAH HINGGA AJAL TIBA
Mes bersama kita haturkan
ucapan Alhamdulillah kepada
Allah subhanahu wata'ala, Ucapan
yang mewakili seluruh rasa nikmat
dan ungkapan syuxur hanya kepada-
Nya. Dialah yang patut dipuji, Dialah
yang layak disanjung. Sebab, dari-
Nyalah semua
anugerah yang kita 8
rasakan hingga detik
ini.
Sekiranya dilakukan dengan ikhlas
dan bersih dari hal-hal yang merusak
amalan, maka insya Allah amal
tersebut dapat menghantarkan
menuju surga dan keridhaan-Nya.
Karena itu, bertakwalah kepadaAllah
subhanahu wata'ala. Dan jagalah
ketakwaan itu hingga
ajal tiba.
Allah berfirman, “....
dan janganlah kalian
‘mati, kecuali dalam
keadaan berserah diri
kepada-Nya.”(QS. Ali
Imran: 102)
Ayat ini menegaskan
bahwa seorang
oe mukmin haruslah
fe Aun ate lek al i berusaha semalsimal
| . ; ¢
mungkin untuk tetap isitqomah
__ beri
dat
“Seorang mukmin
haruslah’ berusaha
semaksimal mungkin
Bahkan seandainya | mtu tetap isitqomnah
kita mampu
| melakukan amal
kebailean, itu semata-
mata hanya
pertolongan dari-
Nya. Sehingga hanya
beribadah dan menjaga
syari'at Allah dan
sunnah Nabi-Nya,
hingga ajal
menjemputnya.”Dee Cu LCR Cae Cur han ey
membersihkan amal_perbuatannya,
dengan memurnikan amal itu hanya
kepada Allah semata. Tidak diiringi
dengan hal-hal yang membatalkan
amal atau pahala.
Diantara yang membatalkan pahala
adalah _melakukan kesyirikan dan
menyekutukan Allah,
Allah berfirman yang artinya,
“Wahai orang-orang yang beriman
taatlah kalian kepadaAllah dan kepada
Rasulullah, dan janganlah kamu
merusak (pahala) iy
amal kalian.” (QS.
Muhamad:33)
Ketaatan seorang
mukinin kepadaAllah
subhanahu wata'ala
adalah ibarat air bagi
ikan, dan udara bagi
manusia. Sebab,
ketaatan itulah yang
menghidupkan hati |
dan aktivitas
kebaikan.
Ketaatan yang diikuti dengan
ketaatan berikutnya akan
menghantarkan kepada akhir yang
baik, atau disebut dengan husnul
“Rusaknya cahaya
seorang mukmin
disebabkan karena
kemaksiatan dan dosa
yang dilakukan.
Kemaksiatan selalu
menyebabkan kehinaan,
kerendahan, kesempitan
dan kecelakaan.”
hidupnya menuju Allah subhanahy
wata'ala.
Sebaliknya, ketika seorang mukmin
tidak melakukan ketaatan kepada
Allah, maka pancaran cahaya dari
Allah juga akan terhalang sehingga
membuat jalan yang dilaluinya terasa
gelap. Maka iapun mengalami
kesedihan dan kepayahan.
Allah subhanahu wata'ala berfirman,
““Barangsiapa yang tidak diberi cahaya
‘oleh Allah, maka tidak ada (sedikitpun)
mj cahaya padanya.”
(QS.An Nur:40)
Rusaknya cahaya
seorang mukmin
disebabkan karena
kemaksiatan dan
dosa yang dilakukan.
Kemaksiatan selalu
menyebabkan
kehinaan,
kerendahan,
kesempitan dan
kecelakaan.
Syadad bin Aus radhiyallahu anhu
berkata, “ika engkau melihat seorang
laki-laki yang melakukan ketaatan
kepada Allah, ketahuilah, bahwa
| ketaatan itu mempunyai dampak —
p Denkan
OT StU aC Ca CCU RCCL eta
pelakunya:”
Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah
rahimahullah juga pernah
menyatakan: “Ketahulilah, bahwa
perbuatan dosa dan maksiat itu
memiliki dampak yang buruk. Dan
pengaruhnya terasa di dalam hati;
sebagaimana racun berdampak buruk
terhadap tubuh. Bukankah setiap
keburukan dan kesusahan yang ada di
dunia dan akhirat. disebabkan oleh
perbuatan dosa dan maksiat?”
Oleh karena itu, salah satu cara agar
terhindar dari kemaksiatan adalah,
senantiasa melakukan bentuk amal
ketaatan dari jenis satu ke jenis yang
fain. Dari satu bentuk ibadah ke
bentuk ibadah yang lain.
Pegangannya adalah firman Allah
subhanahu wata'ala: “Dan
beribadahlah kepada Rabbmu hingga
datang kepadamuAl-Yaqin (kemnatian).”
(QS.AI-Hijr:99)
Makna al-Yagin adalah kematian.
Maka maksud dari ayat tersebut
adalah, janganlah engkau berhenti
beribadah kepada Allah subhanahu
wata'ala dengan wujud ragam
ketaatan hingga ajal menjemputmu.
Dewan Redaksi
No.Rek : 0427983188
enaschat Redakst: Dikdik Kurniawan
Dike Kurmiawan
Disebarian secara gratis untuk umum
Sebagaimana ucapan seorang hamba
Allah yang shalih (Nabi Isa AS), " ..
dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) shalat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup.” (QS.
Maryam:31)
Jubair bin Nafir meriwayatkan dari
‘Abi Muslim Al-Khaulani, bahwa ia
mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Allah tidak
memberikan wahyu kepadaku untuk
mengumpulkan harta, walaupun aku
termasuk seorang pedagang, tetapi
Allah memberikan wahyu kepadaku:
“Maka bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu dan jadilah kamu di antara
‘orang-orang yang bersujud (shalat), dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang
kepadamu yang diyakini (kematian).”
(QS.AL-Hijr:98-99)
Sumber : Seri Naskah Khutbah
Jumat Ikatan Da’i Indonesia (IKADI)
Wilayah DIY. Ust. M.A Solihun
(Bidang Pendidikan dan Pesantren,
PWIKADIDIY)