Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM)

TERMOREGULASI

OLEH :

1. RISHAR BAGAS PAHLAVY (010115A104)


2. PUTU NOVI ERNAWATI (010115A141)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2017 / 2018
KONSEP TEORI

A. DEFINISI
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. (Aziz,2012).
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku. Agar
suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara prodksi
panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui
mekanisme neurologis dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme
kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu. (Potter dan Perry, 2005).
Hipertermi merupakan kondisi dimana tubuh mengalami peningkatan suhu diatas
normal, kondisi ini terjadi karena memberikan reaksi terhadap serang racun yang masuk
dalam tubuh secara alami apabila jumlah toksik yang masuk tidak banyak tubuh akan
menetralisir secara normal pula. Namun apabila racun atau toksik yang ada dlam tubuh
sudah melebihi ambang batas, maka akan secara alami pula tubuh akan memberikan
reaksi yang setara (Asmadi, 2008).
Normalnya suhu tubuh berkisar 36º - 37ºC, suhu tubuh sapat diartikan sebagai
keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit
merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap
normal dengan mekanisme tertentu. Produksi panas dapat meningkat atau menurun dapat
dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit atau stres. Suhu tubuh yang terlalu
ekstrim baik panas maupun dingin dapat memicu kematian. (Hidayat, 2008).

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN


TERMOREGULASI
Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting: sensor di bagian
permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor yang dapat
menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas. (Kozier, et al.,2010).
Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh sebagaimana
thermostat dalam rumah.Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu
tubuh.Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior
mengon trol produksi panas.
Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set point,implusakan
dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas termasuk
berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan hambatan produksi
panas.Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan
pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari
set point, mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh
darah mengurangi aliran aliran darah ke kulit dan ekstremitas.Kompensasi produksi
panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter dan getaran (menggigil) pada otot.Bila
vasokonstriksi tidak efektif dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai
mengigi.Lesi atau trauma pada hipotalamus atau korda spinalis, yang membawa pesan
hipotalamus, dapat menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol suhu. (Potter dan
Perry, 2005).
Suhu tubuh manusia adalah konstan yaitu 36,890 C dan naik turunya berkisar antara
36,110 C sampai 37,220 C. perbedaan harinya kira-kira satu derajat, tingkat terendah
dicapai pada pagi hari dan titik tertinggi antara pukul 5 dan 7 petang.
Sebagian besar pembentukan panas dalam tubuh dihasilkan oleh organ dalam terutama
hati, jantung, dan otot rangka selama berolahraga.Kemudian panas ini di hantarkan dari
organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang kemudian di buang keudara dan
lingkungan sekitarnya. Adapun anatomi dari gangguan termoregulasi adalah:
1. Kulit
Kulit mempunyai banyak reseptor sensori untuk dingin dan hangat dibanding reseptor
yang terdapat pada organ tubuh lain seperti lidah, saluran pernapasan, maupun organ
visera lain. Jika kulit dingin melebihi suhu tubuh maka ada tiga proses untuk
meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses yaitu menggigil untuk memproduksi panas,
berkeringat untuk menghalangi panas, dan vasokonstriksi untuk menurunkan
kehilangan panas. (Asmadi 2008).
2. Hipotalamus Integritas
Pusat pengaturan suhu inti berada di preoptik area hipotalamus di rangsang, efektor
sistem mengirim sinyal untuk mengeluarkan keringat dan vasodilatasi perifer.Sinyal
dari sensitif reseptor dingin dan hipotalamus memprakarsai efektor untuk
vasokonstriksi, menggigil, dan melepaskan epineprin yang meningkatkan
metabolisme sel dan produksi panas.Hal ini untuk meningkatkan produksi panas dan
menurunkan kehilangan panas. (Aziz,2012).
3. Inti Tubuh.
Selain reseptor oleh kulit, inti tubuh yang merespon terhadap suhu tubuh pada organ
tubuh bagian dalam, seperti visera abnormal, spinal cord, dan lain-lain.Termoreseptor
di hipotalamus lebih sensitif terhadap suhu inti. (Aziz,2012).

B. PENGELUARAN PANAS
Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas terjadi secara konstan,
pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
1. Radiasi
Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa
keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik.Aliran
darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah
permukaan.Jumlah panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat
vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus.Panas menyebar dari
kulit ke setiap objek yang lebih dingi disekelilingnya.Penyebaran meningkat bila
perbedaan suhu antara objek juga meningkat.
2. Konduksi
Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung.
Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu
dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui
benda padat, gas, cair.
3. Konveksi
Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama kali pada
molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa
udara hangat.Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif
meningkat.
4. Evaporasi
Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama
evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap.
Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior member signal kelenjar keringat
untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat
adalah salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui
peningkatan laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan
bersisik, serta hidung dan faring kering.
5. Diaforesis
Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas.Kelenjar keringat berada dibawah
dermis kulit.Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang mengandung natrium
dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan kulit.Kelenjar dikontrol oleh
sistem saraf simpatis.Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan
keringat, yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas.Diaphoresis
kurang efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi.

C. ETIOLOGI
Menurut Potter dan Perry (2005), antara lain:
1. Usia
Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan.
Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala oleh
karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas.
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun secara
berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu
tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia
dalam cuaca dingin. Namun rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia
terutama sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena kemunduran mekanisme kontrol,
terutama pada kontrol vasomotor (kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan
jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan
metabolisme.
2. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan karbohidrat
dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas.
Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan
suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningatkan suhu
tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
3. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan
pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi.
Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas.
Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga
terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat
mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal
tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi
dan vasokontriksi.
4. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24 jam.
Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia. Suhu tubuh paling rendah
biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik,
sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari. Penting
diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari
dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara
umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan,
puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia.
5. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat
masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari
normal.
6. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat
hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme
pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Saat berada di lingkungan tanpa baju
hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran
panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu
lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.

D. MANIFESTAI KLINIS
Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus.
Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran panas
yang berlebihan, produksi panas minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan
dari perubahan tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis yang dialami
klien : (Potter & Perry. 2005).
1. Demam
Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang mengaibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada
suhu dibawah 39oC. demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point
hipotalamus.
2. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebih.disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas.
Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat
panas.
3. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan
pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermia. Biasanya suhu
tubuh mencapai >40oC.
4. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi
dapatmempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke,
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas uang tinggi.klien yang
berisiko termasuk yang masih muda maupun sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik, orang yang menjalankan
olahraga berat.
Tanda dan gejala heatstroke adalah delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan
visual dan bahkan inkontinensia urine. Penderita heatstroke tidak berkeringat karena
kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu
>40,5oC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
5. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin mempengaruhi
kemempuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia. Ketika suhu
tubuh turun menjadi 35oC, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang
ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4oC
frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun, kulit menjadi sianosis.

E. FATOFISIOLOGI
Suhu tubuh secara normal dipertahankan di kisaran 37ºC oleh pusat pengatur suhu di
dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu tersebut selalu menjaga keseimbangan
antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari metabolisme dengan panas yang dilepas
melalui kulit dan paru sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran normal.
Walaupun demikian, suhu tubuh memiliki fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi pada
sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam ini terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pirogen oksigen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan
suatu hasil reaksi imunologi yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga
bahwa pirogen adalah suatu protein yang identik dengan interleukin 1. Di dalam
hipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan sintetis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebab kanpireksia.
Pengaruh autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokontriksi perifer sehingga
pengeluaran (dissipasion) panas menurun dan penderita merasa demam. Suhu badan
dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga
mengakibatkan penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat penyalurannya
ke permukaan, maka rasa demam bertambah pada seorang penderita
Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukan interleukin 1 yang disebut pirogen
endogen. Interleukin 1 disebabkan oleh neurotrofil akif, makrofag dan sel– sel yang
mengalami cidera. Interleukin 1 tampaknya menyebabkan panas dengan menghasilkan
prostaglandin yang merangsang hipotalamus. Apabila sunber interleukin 1 dihilangkan
(misalnya setelah sistem imun berhasil mengatasi mikroorganisme), maka kadarnya akan
turun. Hal ini akan mengembalikan titik patokan suhu ke normal. Untuk jangka waktu
singkat, suhu tubuh akan tertinggal dari pengembalian titik patokan tersebut dan
hipotalamus akan menganggap bahwa suhu tubuh terlalu tinggi. Sebagai responnya
hipotalamus akan merangsang berbagai respon misalnya berkeringat untuk mendinginkan
tubuh.
Pathway

Toksin bakteri Berbagai hasil pemecahan Komplek imun


pada kerusakan jaringan

Laju metabolik Pelepasan pirogen


meningkat ke dalam tubuh

Pelepasan sitokin berupa interleukin 1


Kerja otot Masukan nutrisi Suhu tubuh oleh neutrofil, makrofag dan sel yang
tubuh in adekuat meningkat cidera
meningkat

Ketidakseimbangan Merangsang hipotalamus


Kelemahan nutrisi : kurang dari meningkatkan sekresi
kebutuhan tubuh prostaglandin

Intoleransi
Daya tahan Prostaglandin menyebabkan
aktivitas
tubuh menurun peningkatan set-point di
hipotalamus

Resiko
infeksi
Hipertermi

Gangguan rasa nyaman


Kenjar keringat Ketidakefektifan
bertambah aktif termoregulasi
Tidak bisa tidur
Penguapan cairan dari permukaan
Gangguan pola tubuh (Smaltzer, 2002; Price Silvia,
tidur
2006)
Resiko ketidakseimbangan
volume cairan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan leukosit : Pada kebanyakan kasus demam jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi berada dalam batas normal, kadang kadang terdapat leukositosis walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit berguna untuk pemeriksaan demam.
2. Pemeriksaan SGOT (Serum glutamat Oksaloasetat Transaminase) dan ISGPT( Serum
Glutamat Piruvat Transaminase) SGOT SGPT sering meningkat tetapi kembali
normal setelah sembuhnya demam, kenaikan SGOT SGPT tidak memerlukan
pembatasan pengobatan.
3. Uji Widal : Uji widal adalah suatu reaksi antigen dan antibody / agglutinin.
Agglutinin yang spesifik terdapat salmonella terdapat serum demam pasien. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
telah diolah dilaboratoriaum. Maksud uji Widal ini adalah untuk menentukan adanya
agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam thypoid.
4. Biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai, juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
angiografi, autografi atau limfangi giografi
5. Kultur (urine, darah, sputum
a. mengidentifikasi mikroorganisme penyebab
b. untuk menentukan obat yang efektif

G. PENATALKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pada penderita Demam yaitu:
1. Mengawasi kondisi klien (monitor suhu berkala 4-6 jam)
2. Berikan motivasi untuk minum banyak
3. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
4. Kompres dengan air hangat pada dahi, dada, ketiak, dan lipatan paha
5. Pemberian obat Antipiretik
6. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
7. Ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal, menggunakan pakaian yang tidak tebal,
dan memberikan kompres.
8. Terapi keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk menurunkan
demam dengan cara peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi, konduksi,
konveksi, atau radiasi. Secara tradisional perawat telah menggunakan mandi tepid
sponge, mandi dengan menggunakan larutan air alkohol, kompres es pada daerah
aksila dan lipatan paha dan kipas angin.
9. Tindakan keperawatan mandiri meningkatkan kenyamanan, menurunkan kebutuhan
metabolik dan memberi nutrisi untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi
(Potter and Perry, 2005)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
GANGGUAN TERMOREGULASI

A. PENGKAJIAN
Pengkajian umum
1. Tempat pengkajian suhu tubuh
Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh. Suhu inti dari
arteri paru, esofagus dan kandung kemih digunakan untuk perawatan intensif.
Pengukuran ini membutuhkan peralatan yang di pasang invasif secara terus-menerus
dalam rongga atau organ tubuh. Peralatan ini harus memiliki pembacaan akurat yang
secara cepet dan terus-menerus menunjukkan pembacaan pada monitor elektronik.
Tempat yang paling sering digunakan untuk pengukuran suhu ini juga invasif
tetapi dapat digunakan secara intermiten. Termasuk membran timpani, mulut rektum
dan aksila. Lapisan termometer non invasif yang disiapkan secara kimia juga dapat
digunkan pada kulit. Tempat pengukuran seperti oral, rektal, aksila dan kulit
menghandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengukuran panas dari darah di
alirkan ke alat termometer. Suhu timpani mengandalkan radiasi panas tubuh terhadap
sensor inframerah. Karena suplai darah arteri membran timpani dianggap sebagai
suhu inti.
Untuk memastikan bacaan suhu yang akurat, setiap tempat harus diukur dengan
akurat. Variasi suhu yang didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi
harus antara 36 ºC dan 38 ºC. Walaupun temuan riset banyak didapatkan pertentangan
secara umum diterima bahwa suhu rektal biasanya 0,5 ºC lebih tinggi dari suhu oral
dan suhu aksila 0,5 ºC lebih rendah dari suhu oral. Setiap tempat pengukuran tersebut
memiliki keuntungan dan kerugian. Perawat memilih tempat yang paling aman dan
akurat untuk pasien. Perlu dilakukan pengukuran pada tempat yang sama bila
pengukuran tersebut di ulang.
a. Termometer
Ada tiga jenis termometer yang digunakan untuk menentukan suhu tubuh adalah
air raksa-kaca, elektronik dan sekali pakai. Perawat bertanggung jawab untuk
banyak menetahui dan terampil dalam menggunakan alat ukur yang dipilih.
Tingkat pendidikan inservice dapat mempengaruhi keakuratan dan reabilitas
pembacaan suhu. Setiap alat pengukuran menggunakan derajat celsius atau skala
fahrenheit. Termometer elektronik membuat perawat dapat mengonversi skala
dengan cara mngaktifkan tombol.
1. Termometer air raksa-kaca
Termometer air raksa-kaca adalah termometer yang paling dikenal, telah
digunakan sejak abad ke-15. termometer tersebut terbuat dari kaca yang pada
salah satu ujungnya ditutup dan jung lainya dengan bentolan berisi air raksa.
Ada 3 jenis termometer kaca, yaitu oral ( ujungnya ramping), stubby, dan
rektal (ujungnya berbentuk buah pir). Ujung termometer oral langsing,
sehingga memungkinkan pentolan lebih banyak terpapar pada pembuluh
darah di dalam mulut. Termometer oral biasanya memiliki ujung berwarna
biru. Termometer stubby biasanya lebih pendek dan lebih gemuk dari pada
jenis oral. Dapat digunakan mengukur suhu dimana saja. Termometer rektar
memiliki ujung yang tumpul atau runcing, untuk mencegah trauma terhadap
jaringan rektal pada saat insersi. Termometer ini biasanya di kenali dengan
ujung yang berwarna merah. Keterlambatan waktu pencatatan dan dan
mudah pecah merupakan kerugian dari termometer air raksa-kaca.
Keuntungan dari termometer air raksa-kaca adalah harga murah, mudah
diperoleh, dan banyak tersedia.
2. Termometer elektronik
Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan tenaga batere yang dapat
diisi ulang, kabel kawat yang tipis dan alas yang memproses suhu yang
dibungkus dengan kantung plastik sekali pakai. Salah satu bentuk termometer
elektronik menggunakan alat seperti pensil. Probe tersendiri yang anti pecah
tersedia untuk oral dan rektal. Probe untuk oral dapat juga digunakan untuk
mengukur suhu di aksila. Selama 20 sampai 50 detik dari insersi, pembacaan
terlihat pada unit tampilan tanda bunyi yang terdengar bila puncak
pembacaan suhu terukur.
Bentuk lain dari termometer elektronik digunakan secara khusus untuk
pengukuran timpanik. Spekulum otoskop dengan ujung sensor inframerah
mendeteksi penyebaran panas dari membran timpani. Dalam 2 sampai 5 detik
dari mulai dimasukkan ke dalam kanal auditorius, hasilnya terlihat pada
layar. Tanda bunyi terdengar saat puncak bacaan suhu telah tercapai.
3. Termometer sekali pakai
Termometer sekali pakai dan penggunaan tunggal berbentuk strip kecil yang
terbuat dari plastik dengan sensor suhu pada salah satu ujungnya. Sensor
tersebut terdiri atas matrik dari lekukan seperti titik yang mengandung bahan
kimia yang larut dan berubah warna pada perbedaan suhu. Digunakan untuk
suhu oral dan aksila, terutama pada anak-anak. Dipakai dengan cara yang
sama dengan termometer aksila dan digunakan hanya sekali. Waktu yang
dibutuhkan untuk menunjukkan suhu hanya 60 detik (Ericksonet al, 1996).
Termometer di ambil dan dibaca setelah sekitar 10 detik supaya stabil.
Bentuk lain dari termometer sekali pakai adalah koyo (patch) atau pita
sensitif suhu. Digunakan pada dahi atau abdomen, koyo akan berubah warna
pada suhu yang berbeda.
Kedua jenis termometer sekali pakai ini berguna untuk mengetahi suhu,
khususnya pada bayi yang baru lahir.
Pengkajian keperawatan
1. Pengkajian identitas pasien
Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku /
bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no medic, diagnose medic, alamat
klien. Identitas penanggung jawab (meliputi pengajian nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama :
b. Riwayat penyakit sekarang
1. Hipertermi : Pola Demam
a. Terus menerus : Tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b. Intermitten : Demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal.
c. Remitten : Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke
tingkat suhu normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal,
episode demam dengan normotermia dapat memanjang lebih dari 24
jam.Mulai timbulnya panas, berapa lama, waktu, upaya untuk mengurangi.
2. Hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien
mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak
mampu menelan. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung,
pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
b. Riwayat kesehatan lalu
1. Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan, eliminasi, nyeri
otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah, atau kedinginan.
2. Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul gejala
gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
c. Riwayat penyakit keluarga
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota
keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
3. Pemeriksaan fisik
Ukur suhu inti selama setiap fase demam
Kaji factor-faktor pemberat seperti dehidrasi, insfeksi, atau suhu lingkungan.
Identifikasi respons fisiologis terhadap suhu
a. Ukur semua tanda-tanda vital
b. Observasi semua warna kulit
c. Kaji suhu kulit (palpasi)
d. Kaji kenyamanan dan kesejatrahan kilien
Tentukan fase demam : kedinginan, stabil, serangan demam.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermia (Domain 11 keamanan / perlindungan. Kelas 6. Termoregulasi 00007).


Factor yang berhubungan :
- Agens farmaseutikal - Suhu lingkungan tinggi
- Aktivitas yang berlebihan - Penyakit / trauma
- Dehidrasi - Penurunan perspirasi
- Iskemia
- Peningkatanlaju metabolisme

2. Ketidakefektifan termoregulasi (Domain 11 keamanan / perlindungan. Kelas 6.


Termoregulasi 00008).
Faktor yang berhubungan :
- Fluktasi suhu lingkung
- Penyakit
- Trauma
- Usia yang ekstrem
3. Keseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan (Domain 2.
Nutrisi, Kelas 1. Makan)
- Faktor Biologis
- Kurang Asupan Makanan
4. Resiko ketidakseimbangan volume cairan (Domain 2. Nutrisi, Kelas 5. Hidrasi
00027)
Factor resiko :
- Berkeringat
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO NOC NIC
1 Setelah diberiakan tindakan selama … 2.M.3786. (Domain 2 fisiologis : kompleks,
x 24 jam diharapakan dengan kriteria perawatan hipertermia, perawatan hipertermia)
hasil : - Monitor tanda-tanda vital
Termoregulasi (0800) - Jauhkan pasien dari sumber panas,
- 080010 berkringat saat panas pindahankan ke lingkungan yang lebih dingin.
(Dipertahankan pada skala… - Longgarkan / lepaskan pakian
ditingkatkan ke …) - Berikan pendingin eksternal (misalnya,
- 080011 menggil saat dingin kompres dingin pada leher, abdomen, kult
(Dipertahankan pada skala… kepala, ketiak dan selangkangan serta selimut
ditingkatkan ke …) dingin), sesuai kebutuhan.
- 080012 denyut nadi radialis - Berikan obat anti menggil sesuai kebutuhan
(Dipertahankan pada skala… - Hentikan aktivitas pendinginan jika suhu tubuh
ditingkatkan ke …) mencapai 39 derajat Celsius
- 080001 peningkatan suhu kulit - Monitor abnormalitas status mental (misalnya,
(Dipertahankan pada skala… bingung, perilaku bizarre, cemas, hilangnya
ditingkatkan ke…) koordinasi, agitas, kejang dan koma).
080014 dehidrasi (Dipertahankan pada Monitor suhu tubuh menggunakan alat yang sesuai
skala… ditingkatkan ke…) (misalnya pemeriksaan rectal atau esophagus)
2 Setelah diberiakan tindakan selama … 2.M.3900. (Domain 2 fisiologis : kompleks,
x 24 jam diharapakan dengan kriteria perawatan hipertermia, pengaturan suhu tubuh).
hasil : - Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Termoregulasi (0800) - Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
- 080012 denyut radial - Monitor TD, nadi, dan RR
(Dipertahankan pada skala… - Monitor warna dan suhu kulit
ditingkatkan ke …) - Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
- 080013 tingkat pernafsan - Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
(Dipertahankan pada skala… - Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
ditingkatkan ke …) kehangatan tubuh
- 080001 Peningkatan suhu kulit - Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
(Dipertahankan pada skala… akibat panas
ditingkatkan ke …) - Diskusikan tentang pentingnya pengaturan
- 080018 Penurunan suhu kulit suhu dan kemungkinan efek negatif dari
(Dipertahankan pada skala… kedinginan
ditingkatkan ke …) - Beritahukan tentang indikasi terjadinya
- 080019 hipertermia (Dipertahankan keletihan dan penanganan emergency yang
pada skala… ditingkatkan ke …) diperlukan
- 080020 hipotermia (Dipertahankan - Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
pada skala… ditingkatkan ke …) penanganan yang diperlukan
- 080007 perubahan warna kulit - Berikan anti piretik sesuai kebutuhan
(Dipertahankan pada skala…
ditingkatkan ke …)

3 Setelah diberiakan tindakan selama … 1.D.1100 (Domain 1 Fisiologis : Dasar, dukungan


x 24 jam diharapakan dengan kriteria Nutrisi, manajemen Nutrisi)
hasil : - Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
Status Nutrisi : Asupan Nutrisi (1009) (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi
- 100901 asupan kalori - Instruksikan pasien mengenai kebutuhan
(Dipertahankan pada skala… nutrisi (yaitu mengenai pedoman dan piramida
ditingkatkan ke …) makanan)
- 100902 asupan protein - Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau
(Dipertahankan pada skala… piramida makanan yang paling cocok dalam
ditingkatkan ke …) memenuhui kebutuhan nutrisi dan preferensi.
- 100903 asupan lemak - Atur diet yang diperlukan
(Dipertahankan pada skala… - Anjurkan keluarga untuk membawa makanan
ditingkatkan ke …) pavorit pasien semsentara (pasien) berada di
- 100904 asupan karbohidrat rumah sakit atau fasilitas perawatan, yang
(Dipertahankan pada skala… sesuai
ditingkatkan ke …) - Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
- 100910 asupan serat - Pastikan diet mencangkup makanan tinggi
(Dipertahankan pada skala… kandungan serat untuk mencegah konstipasi
ditingkatkan ke …) - Beriakn arah, bila diperlukan
- 100905 asupan vitamin
(Dipertahankan pada skala…
ditingkatkan ke …)
- 100906 asupan mineral
(Dipertahankan pada skala…
ditingkatkan ke …)
- 100907 asupan zat besi
(Dipertahankan pada skala…
ditingkatkan ke …)
- 100908 asupan kalsium
(Dipertahankan pada skala…
ditingkatkan ke …)
- 100911 asupan natruim
(Dipertahankan pada skala…
ditingkatkan ke …)
4 Setelah diberiakan tindakan selama … Domain 2. G. 2080 (Fisiologi Kompleks,
x 24 jam diharapakan dengan kriteria Manajemen Elektrolit Asam Dan Basa,
hasil : Manajemen Elektroli / Cairan).
Keseimbangan cairan (0601) - Pantau adanya tanda dan gejala over hidrasi
- 060101 Tekanan Darah yang memburuk atau dehidrasi (misalnya
(Dipertahankan pada skala… poliuria / oliguria).
ditingkatkan ke …) - Dapatkan specimen laboratorium untuk
- 060122 denyut nadi radialis pemantauan perubahan cairan / eletrolit
(Dipertahankan pada skala… (misalnya, hematokrit, BUN, protein, natrium
ditingkatkan ke …) dan kadar kalium)
- 060107 Keseimbangan intake dan - Timbang berat badan harian dan pantau gejala.
output dalam 24 jam - Berikan cairan yang sesuai
(Dipertahankan pada skala… - Tingkatkan entake cairan per-oral (misalnya,
ditingkatkan ke …) memberikan cairan oral sesuai prepensi pasien,
- 060116 Turgo kulit tempatkan (cairan) ditempat yang muda
(Dipertahankan pada skala… dijangkau, memberika sedotan, dan
ditingkatkan ke …) menyediakan air segar), yang sesuai.
- 060117 Kelembabab membrane - Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan
mukosa (Dipertahankan pada - Monitor respon pasienterhadap terapi elektrolit
skala… ditingkatkan ke …) yang diresepkan
- 060115 Kehausan (Dipertahankan - Berikan resep diet yang tepat untuk cairan
pada skala… ditingkatkan ke …) tertentu / pada ketidakseimbangan elektrolit.
- 060124 Pusing (Dipertahankan - Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan
pada skala… ditingkatkan ke …) gejala ketidakaseimbangan cairan / eletrolit
menetap / memburuk.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah diberikan

E. EVALUASI
Semua intervensi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan respon aktual klien
terhadap hasil yang diharapkan dari rencana perawatan. hal ini menunjukkan apakah
tujuan keperawatan telah terpenuhi atau apakah dibutuhkan revisi terhadap rencana.
setelah semua intervensi. Perawat mengukur suhu klien untuk mengevaluasi perubahan.
Selain itu perawat mengguanakn tindakan evaluative lain seperti palpasi kulit dan kaji
nadi dan respirasi. Jika terapi efektif, suhu tumbuh akan kembali kebatas normal, tanda-
tanda vital yang lain akan stabil dank lien menyatakan rasa nyaman. (Potter & Perry.
2005).
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005.Fundamental Keperawatan Konsep, proses, dan praktik.Volume 1.


Jakarta : EGC.

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien. Jakarta : Salemba Medika.

A.Azis Alimul Hidayat& Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
( KDM ), Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya : Health Books
Publishing.

Kozier, et al. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta : EGC

T. Heatrher Herdman, Shigemi Katmisuru.2015.Diagnosa Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015-2017.E.10.Jakarta : EGC

Gloria M.Bulechek, Howard K.Butcher.Dkk.2016. Nursing Intervensi Classification


(NIC).E.6.Elsevier.

Sue Moorhead, Marion Johnson, Dkk.2016. Nursing Outcomes Classification


(NOC).E.5.Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai