Referat TB Pada Anak
Referat TB Pada Anak
PENDAHULUAN
bagian atau organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari TB
dengan angka tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Tuberkulosis, terutama
berkembang maupun di negara maju. Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999,
jumlah kasus TB baru di Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan
Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan kuman TB. Pada anak, sulit
didapatkan spesimen
1
ditemukan juga underdiagnosis dan undertreatment. Hal tersebut terjadi karena
diperhatikan.(1)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
tuberculosis yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ
tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer.(1)
B. Epidemiologi
Menurut WHO sepertiga penduduk dunia telah tertular TB, tahun 2000 lebih
terhadap kematian hampir 2 juta penduduk setiap tahun, sebagian besar di negara
penyakit infeksi yang paling banyak menyebabkan kematian pada anak dan orang
dewasa.(3)
C. Faktor Risiko
yang rentan bila terpajan oleh kasus TB yang infeksius akan menjadi tertular TB
(infectious TB), dan setelah beberapa lama kemudian baru menjadi sakit. Terdapat
3
penyakit TB pada anak. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi faktor risiko infeksi
Faktor risiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan
kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi tidak baik), dan
Sumber infeksi TB pada anak yang terpenting adalah pajanan terhadap orang
dewasa yang infeksius, terutama dengan BTA positif. Berarti bayi dari
seorang ibu dengan BTA sputum positif memiliki risiko tinggi ternfeksi TB.(3)
Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih
tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum positif , infiltrat
luas atau kavitas pada lobus atas, produksi sputum banyak dan encer, batuk
produktif dan kuat, serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat
terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TB anak jarang menularkan
kuman pada anak lain atau orang dewasa di sekitarnya. Hal ini dikarenakan
Beberapa hal yang dapat menjelaskan hal tersebut. Pertama, jumlah kuman
anak masih lemah, jumlah yang sedikit tersebut sudah mampu menyebabkan
sakit. Kedua, lokasi infeksi primer yang kemudian berkembang menjadi sakit
4
sputum dan tidak terdapatnya reseptor batuk di daerah parenkim menyebabkan
Anak yang telah terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB.
infeksi TB menjadi sakit TB. Faktor risiko yang pertama adalah usia. Anak
berusia < 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi
menjadi sakit TB selama satu tahun pertama setelah infeksi, terutama selama 6
bulan pertama. Pada bayi, rentang waktu antara terjadi infeksi dan timbul sakit
TB singkat (kurang dari 1 tahun) dan timbul gejala akut. Faktor risiko
berikutnya adalah infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji
tuberkulin (dari negatif menjadi positif) dalam satu tahun terakhir. Faktor
D. Cara Penularan(4)
1. Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif, baik dewasa maupun
anak.
5
3. Faktor risiko penularan TB pada anak tergantung dari tingkat penularan, lama
pajanan, daya tahan pada anak. Pasien TB dengan BTA positif memberikan
negatif.
E. Patogenesis(2)
Paru merupakan port d’entree lebih dari 98 % kasus infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil (< 5 mm), kuman TB dalam percik renik (droplet
nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan
kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu
Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut fokus primer Ghon.
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus
6
terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah
kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang
antara fokus primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis), dan
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini
berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu
yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa
waktu 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga
mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respon
imunitas seluler.
kompleks primer inilah, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut
timbulnya respons positif terhadap uji tuberkulin. Selama masa inkubasi, uji
tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan sistem
imun yang berfungsi baik, begitu sistem imun seluler berkembang, proliferasi
kuman TB terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam
7
granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke
mengalami nekrosis perkejuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan
sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan
dapat disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer
di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika
terjadi nekrosis perkejuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar
Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal saat awal
infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut, bronkus dapat
8
Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi
menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan
tubuh. Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai vaskularisasi
baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks paru atau
lobus atas paru. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan
membatasi pertumbuhannya.
pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk dorman.
Fokus ini umunya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi
untuk menjadi fokus reaktivasi. Fokus potensial di apeks paru disebut sebagai
fokus Simon. Bertahun-tahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun,
9
Bentuk penyebaran hematogen yang lain adalah penyebaran hematogenik
sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar di dalam darah menuju ke seluruh
secara akut, yang disebut TB diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu
2-6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan
spread dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui
cara ini akan mempunyai ukuran yang kurang lebih sama. Istilah milier berasal
seed). Secara patologi anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm,
hematogenic spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu fokus perkijuan
masuk dan beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe
ini tidak dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic spread. Hal ini
10
paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB endobronkial, dan TB paru
atau meningitis TB, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.
kelenjar regional), dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan).
infeksi primer. TB paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam
lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Manifestasi klinis penyakit TB ada dua yaitu gejala umum dan gejala
spesifik sesuai organ yang terkena. Gejala umum penyakit TB tidak khas ,
penyebab adalah masalah makan dan berat badan. Nafsu makan yang kurang,
berat badan yang sulit naik, menetap, atau malah turun merupakan gejala
Etiologi demam kronik yang lain perlu disingkirkan dahulu, seperti misalnya
daerah leher, aksila, inguinal atau tempat lain tidak jarang menjadi keluhan
11
orang tua pasien. Keluhan respiratorik dapat berupa batuk kronik lebih dari 3
minggu, atau nyeri dada. Dapat pula dijumpai gejala gastrointestinal seperti
diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku, perut membesar
saraf pusat, dapat terjadi gejala iritabel, leher kaku, muntah-muntah dan
2. Pemeriksaan Fisis
Pada sebagian besar kasus TB, tidak dijumpai kelainan fisis yang khas.
Biasanya sesuai dengan keluhan masalah makan dan berat badan, pada
dan tinggi badan pada posisi di daerah bawah atau di bawah P5. Suhu
paraplegia. Jalan pincang, nyeri pada pangkal paha atau lutut dapat terjadi
arah TB jika bersifat multipel, tidak nyeri tekan, dan konfluens (saling
menyatu). Jika terjadi Meningitit TB, dapat ditemukan kaku kuduk dan tanda
rangsang meningeal lain. Ulkus kulit dengan skinbridge yang merupakan ciri
12
khas skorfuloderma biasanya terjadi di daerah leher, aksila, atau inguinal.
Skrofuloderma ditandai oleh massa yang padat atau fluktuatif, sinus yang
serta tepi bergaung, serta sikatriks yang menyerupai jembatan. Pada mata
3. Pemeriksaan Penunjang(1)
pada anak. Reaksi uji tuberkulin positif biasanya bertahan lama hingga
13
c. Pemeriksaan mikrobiologik dari bahan bilasan lambung atau sputum,
untuk mencari basil tahan asam (BTA) pada pemeriksaan langsung dan
diagnosis pasti TB. Hasil BTA atau biakan negatif tidak menyingkirkan
diagnosis TB.
e. Pemeriksaan serologi seperti PAP TB, ICT, Mycodot dan lain-lain, nilai
dapat mendeteksi adanya infeksi TB, tapi tidak dapat membedakan ada
i. Pemeriksaan darah tepi, laju endap darah, urin dan feses rutin, sebagai
foto rontgen dada. Adanya riwayat kontak dengan pasien TB dewasa BTA
positif, uji tuberkulin positif, dan foto paru yang mengarah pada TB (sugestif
TB) merupakan bukti kuat yang menyatakan anak telah sakit TB.(2)
14
Tabel 1. Sistem skoring gejala dan pemeriksaan penunjang TB anak(5)
Parameter 0 1 2 3 Skor
BTA tidak
jelas
atau ≥ 5
mm pada
pasien
imunosupr
esi)
(dengan 80 % 60%
KMS atau
15
tabel)
Demam ≥ 2 minggu
tanpa sebab
jelas
Batuk ≥ 3 minggu
Pembesaran ≥ 1 cm
kelenjar Jumlah ≥
aksila,inguin
al
Pembengkak Ada
an pembengkakan
tulang/sendi
panggul,
lutut, falang
tidak jelas
JUMLAH SKOR
Catatan : (5)
tuberkulosis.
16
c. Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).
e. Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem
skoring TB anak.
Jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini, rujuk ke rumah sakit : (5)
2. Gibbus, koksitis.
3. Tanda bahaya :
b. Penurunan kesadaran.
G. Penatalaksanaan(6)
1. Medikamentosa
Pada anak, obat TB diberikan secara harian (daily) baik pada fase
17
1. TB paru : INH, rifampisin, dan pirazinamid selama 2 bulan fase intensif,
4HR).
2. TB paru berat (milier, destroyed lung) dan TB ekstra paru : 4-5 OAT
Tabel 2 : Obat yang lazim digunakan dalam terapi TB pada bayi, anak,
dan remaja(6)
maksima
mg/kgB
l
B
10 mg/ml hepatitis,
neuritis perifer,
hipersensitivitas
18
0 mg, sirup 20 mual-muntah,
reaction.
(PZA/P) ,
hipersensitivitas
(EMB/E) (reversibel),
gangguan visus,
gangguan warna,
gangguan
saluran cerna
n (SM/S) nefrotoksisitas
Catatan:
dan aman.
b. Jika INH dipadu dengan rifampisin, dosis INH tidak lebih dari 10
hepatitis.
19
Kombinasi Dosis Tetap OAT (FDC)
minum obat, paduan OAT disediakan dalam bentuk paket kombipak. Satu
paket kombipak dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan.
Kombipak dan pirazinamid (Z) 150 mg, serta obat fase lanjutan, yaitu R
TB anak telah dibuat obat TB dalam bentuk kombinasi dosis tetap (Fixed
Keterangan : (2)
20
a. Bayi di bawah 5 kg, pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam
tinggi.
BTA positif.
dan dosis yang digunakan sama yaitu INH 5-10 mg/kgBB/hari. Profilaksis
primer diberikan pada balita sehat yang memiliki kontak dengan pasien
kontak masih ada, minimal selama 3 bulan. Pada akhir 3 bulan dilakukan
uji tuberkulin ulang. Jika hasilnya negatif, dan kontak tidak ada,
dievaluasi apakah hanya terinfeksi atau sudah sakit TB. Jika hanya infeksi
21
profilaksis primer dilanjutkan sebagai profilaksis sekunder. Profilaksis
2. Bedah(6)
pneumektomi.
3. Suportif (6)
Asupan gizi yang adekuat sangat penting untuk keberhasilan terapi TB.
Jika ada penyakit lain juga perlu mendapat tata laksana memadai.
H. Pemantauan
Terapi
a. Respon klinis
Respon yang baik dapat dilihat dari perbaikan semua keluhan awal.
Nafsu makan yang membaik, berat badan yang meningkat dengan cepat,
hilangnya keluhan demam, batuk lama, tidak mudah sakit lagi. Respon
yang nyata biasanya terjadi dalam 2 bulan awal (fase intensif). Setelah itu
22
b. Evaluasi radiologi
Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak jika dosis dan cara
intensif. Pada kasus yang dicurigai adanya kelainan fungsi hepar, maka
d. Jika timbul ikterus OAT dihentikan, dan dilakukan uji fungsi hati
transaminase < 3x batas atas normal, paduan OAT dapat dimulai lagi
valproat.(6)
23
Tumbuh Kembang
dicatat tiap bulan dan dimasukkan dalam grafik tumbuh untuk memantau pola
tumbuh pasien selama menjalani terapi. Walau berat badan belum mencapai
ideal, namun pola grafiknya sudah menaik dan memasuki ‘pita’ di atasnya,
b. Obat rifampisin dapat menyebabkan cairan tubuh (air seni, air mata,
c. Secara umum obat sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong yaitu
d. Bila timbul keluhan kuning pada mata, mual, dan muntah, segera periksa
Diagnosis penyakit TB pada anak sangat sulit, karena gejala umumnya yang
tidak khas dan sulit untuk mendapatkan spesimen diagnostik. Oleh karena itu,
upaya deteksi dini dan terapi yang adekuat merupakan bagian terpadu dari upaya
promotif-preventif. Imunisasi BCG hingga saat ini masih dilakukan, walau oleh
24
sebagian kalangan efektivitasnya diragukan. Diharapkan dalam waktu dekat
sudah ditemukan vaksin TB yang lebih efektif. Asupan gizi yang baik akan
meningkatkan daya tahan anak terhadap risiko infeksi dan sakit TB. Upaya
dewasa dengan BTA sputum positif maka lacak sentrifugal harus dilakukan, yaitu
mencari orang terutama anak yang memiliki kontak erat dengan pasien tersebut,
untuk mencari kemungkinan apakah orang tersebut telah terinfeksi atau bahkan
sakit TB. Deteksi infeksi TB dilakukan dengan menggunakan uji tuberkulin cara
Mantoux. Pada anak yang didiagnosis TB, lacak sentripetal juga harus dilakukan,
mengancam nyawa. Vaksin BCG dapat memakan waktu 6-12 minggu untuk
pemerintah. Vaksin ini diberikan pada bayi yang baru lahir dan sebaiknya
diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Vaksin BCG juga diberikan pada anak
usia 1-15 tahun yang belum divaksinasi (tidak ada catatan atau tidak ada
25
skar), imigran, komunitas travelling, dan pekerja di bidang kesehatan yang
belum divaksinasi (tidak ada catatan atau skar). Setelah vaksinasi, papul
(bintik) merah yang kecil timbul dalam waktu 1-3 minggu. Papul ini akan
semakin lunak, hancur, dan menimbulkan parut. Luka ini mungkin memakan
sendiri dan pastikan agar tetap bersih dan kering. Jangan menggunakan krim
atau salep, plester yang melekat, kapas atau kain langsung pada tempat
perlu diketahui bahwa vaksin ini tidak dianjurkan pada seseorang yang
limphadenitis.(7)
Imunisasi BCG terbaik diberikan pada usia 2-3 bulan karena pada bayi
usia < 2 bulan sistem imun anak belum matang. Pemberian imunisasi
Bayi yang terlahir dari ibu yang terdiagnosis TB BTA positif pada
amnion maupun hematogen. Sedangkan bayi yang terlahir dari ibu pasien
26
TB BTA positif selama masa neonatal berisiko tertular ibunya melalui
rujukan.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terbukti infeksi HIV/AIDS tidak
dilakukan secara aktif dan intensif untuk menemukan 2 hal yaitu anak yang
mengalami paparan dari pasien TB BTA positif, dan orang dewasa yang
b. Anak yang kontak erat dengan sumber kasus TB BTA positif sangat
%.
c. Bayi dan anak usia < 5 tahun, mempunyai risiko sangat tinggi untuk
27
Kasus TB yang memerlukan skrining kontak adalah semua kasus TB
Sekitar 50-60 % anak yang tinggal dengan pasien TB paru dewasa dengan
tersebut akan mengalami sakit TB. Infeksi TB pada anak kecil berisiko tinggi
Cara pemberian Isoniazid untuk Pencegahan sesuai dengan tabel berikut : (4)
tuberkulin (-)
Keterangan : (4)
a. Obat yang diberikan adalah INH (Isoniazid) dengan dosis 10 mg/kgBB (7-
28
b. Setiap bulan (saat pengambilan obat Isoniazid) dilakukan pemantauan
jika terbukti sakit TB, pengobatan harus segera ditukar ke regimen terapi
dihentikan.
29
BAB III
KESIMPULAN
organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer.
3. Faktor risiko yang pertama adalah usia. Anak berusia < 5 tahun mempunyai
risiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas
adalah infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin (dari
negatif menjadi positif) dalam satu tahun terakhir. Faktor risiko lainnya adalah
kronik.
4. - Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif, baik dewasa maupun
anak.
- Faktor risiko penularan TB pada anak tergantung dari tingkat penularan, lama
pajanan, daya tahan pada anak. Pasien TB dengan BTA positif memberikan
30
kemungkinan risiko penularan lebih besar daripada pasien TB dengan BTA
negatif.
penyakit TB.
5. Anamnesis
Manifestasi klinis penyakit TB ada dua yaitu gejala umum dan gejala spesifik
sesuai organ yang terkena. Gejala umum penyakit TB tidak khas , dalam arti
masalah makan dan berat badan. Nafsu makan yang kurang, berat badan yang
6. Pemeriksaan Fisik
Jalan pincang, nyeri pada pangkal paha atau lutut dapat terjadi pada TB koksae
bersifat multipel, tidak nyeri tekan, dan konfluens (saling menyatu). Jika terjadi
Meningitit TB, dapat ditemukan kaku kuduk dan tanda rangsang meningeal
lain. Ulkus kulit dengan skinbridge yang merupakan ciri khas skorfuloderma
31
7. Pemeriksaan penunjang:
Uji tuberkulin : dengan cara Mantoux yaitu penyuntikan 0,1 ml tuberkulin PPD
Foto toraks antero-posterior (AP) dan lateral kanan. Gambaran radiologis yang
kalsifikasi.
Pada anak, obat TB diberikan secara harian (daily) baik pada fase intensif
10. Konsep dasar profilaksis primer dan sekunder berbeda, namun obat dan dosis
diberikan pada balita sehat yang memiliki kontak dengan pasien TB dewasa
dengan BTA sputum positif, namun pada evaluasi dengan sistem skoring,
32
didapatkan skor ≤ 5. Profilaksis primer diberikan selama kontak masih ada,
minimal selama 3 bulan. Pada akhir 3 bulan dilakukan uji tuberkulin ulang.
11. Upaya deteksi dini dan terapi yang adekuat merupakan bagian terpadu dari
waktu dekat sudah ditemukan vaksin TB yang lebih efektif. Asupan gizi yang
baik akan meningkatkan daya tahan anak terhadap risiko infeksi dan sakit TB.
33
Daftar Pustaka
Anak Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
7. Cahyono, Lusi, dkk (ed). Vaksinasi. Yogyakarta : Kanisus. 2010. Hal 51-
52.
8. Rusmil. K. Imunisasi
.http://idai.or.id/publicarticles/klinik/imunisasi/melengkapi-mengejar-
34