Anda di halaman 1dari 18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Penelitian ini merupakan metode pengembangan (research and

development).

Borg & Gall (2003: 569) “research and development (R and D) is an


insdustry-based development model in which the findings of research are
use to design new products and prosedures, which then are systematically
fiel-tested, evaluate, and refined until they meet specified criteria of
effectivness, quality, or similar standars”.

Maksudnya adalah bahwa penelitian dan pengembangan dalam pendidikan

didasarkan pada model penelitian dan pengembangan pada industri, di mana hasil

penelitian digunakan untuk mengembangkan atau merancang produk baru, dan

selanjutnya diuji lapangan secara sistematis, dievaluasi dan disempurnakan

sampai memenuhi kriteria yang spesifik yaitu efektifitas, kualitas, dan memenuhi

standar.

Putra (2012) menyatakan R&D didefinisikan sebagai metode penelitian

yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencari temuan,

merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan

produk, model, metode/strategi/cara, jasa prosedur tertentu yang lebih unggul,

baru, efektif, efisien, produktif, dan bermakna. Metode penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan yaitu suatu penelitian
yang menghasilkan suatu karya yang memiliki nilai guna serta tersusun secara

terpadu yang dapat digunakan dalam bidang tertentu.

Dalam model penelitian R&D yang dipilih yaitu model penelitian dan

pengembangan yang dikembangkan oleh Borg & Gall (2003). Adapun tahapan

langkah dalam penelitian R&D yang dikembangkan oleh Borg & Gall (2003)

meliputi:

Research and Planning Develop Prelimenary


Information Prelimenary Field Testing

Operational Operational Main Field Main Product


Field Testing Product Testing Revision

Field Product Desimination and


Revision Implementation

Gambar 1. Model Pengembangan Borg & Gall

Analisis
Pengumpulan Informasi Validasi Ahli dan
Data Pengembangan Revisi
Produk Awal

Uji Coba Skala Kecil


Produk Final Uji dan Revisi
Operasional Uji Cobas Skala Besar
dan Revisi
Gambar 2. Modifikasi Model Pengembangan (Dwiyoga, 2004: 6)

B. Prosedur Pengembangan

Menurut Borg & Gall penelitian dan pengembangan dilakukan melalui 10

tahap dalam melakukan penelitian pengembangan, Borg & Gall (2003). Sugiyono
(2015) 10 tahap penelitian R&D adalah sebagai berikut: (1) Research and

information collecting (penelitian dan pengumpulan data), (2) Planning

(perencanaan), (3) Develop preliminary form of product (pengembangan draf

produk awal), (4) Preliminary field testing (uji coba lapangan awal), (5) Main

product revision (revisi hasil ujicoba), (6) Main filed testing (uji coba lapangan

utama), (7) Operasional product revision (revisi terhadap produk), (8)

Operational field testing (melakukan uji coba lapangan operasional), (9) Final

product revision (revisi produk akhir), (10) Dissemination and implementation

(desiminasi dan implementasi), penjabarannya sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pengumpulan Data, peneliti melakukan kajian awal


menganalisis kebutuhan, melakukan pengumpulan informasi lebih
lanjut dengan melakukan studi pendahuluan baik dengan cara studi
pustaka maupun wawancara langsung dengan guru PJOK. Hal yang
dilakukan dalam studi pustaka yaitu: dengan mengumpulkan bahan
mengenai teori-teori yang melandasi pengembangan model, data
observasi yang telah dilakukan, dan hasil penelitian yang terkait
dengan penelitian ini. Misalnya: Referensi dari jurnal atau penelitian
yang sudah dilakukan sebelumnya dengan topik yang menyerupai.
Sedangkan wawancara dilakukan terhadap guru untuk menyelidiki
terkait masalah yang sedang diteliti baik meliputi kondisi di lapangan,
sarana dan pra sarana serta metode yang digunakan.
2. Perencanaan, pada tahap ini peneliti mulai menetapkan rancangan
pengembangan model untuk memecahkan masalah yang telah
ditemukan pada tahap awal. Rancangan pengembangan model dibuat
berdasarkan observasi awal dan analisis kebutuhan yang telah
dilakukan.
3. Pengembangan Produk Awal (Draf Awal), tahap ini mulai menyusun
bentuk awal pengembangan model yang diperlukan, produk awal
pengembangan model berupa draf awal dan instrumen alat
pengumpulan data seperti lembar observasi, pedoman wawancara
yang diperlukan untuk mengumpulkan semua informasi. Proses
penelitian pada tahap ini dengan melakukan validasi rancangan
pengembangan model oleh pakar yang ahli dalam bidangnya. Hasil
validasi kemudian dikaji untuk memperbaiki rancangan
pengembnagan model sebelum diujicobakan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana instrumen yang digunakan dalam penelitian
telah mencerminkan keseluruhan aspek yang diukur. Berdasarkan hal
tersebut, dilakukan revisi terhadap produk awal. Proses ini dilakukan
sampai produk awal mencapai batas nilai tertentu yang telah
ditetapkan, yang menunjukkan bahwa produk awal tersebut valid dan
layak diujicobakan.
4. Uji Coba Lapangan Awal, sebelum dilakukan uji coba harus
melakukan tahapan validasi desain dan memeriksa isi instrumen
secara sistematis serta mengevaluasi yang ditentukan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang digunakan
dalam penelitian telah mencerminkan keseluruhan aspek yang diukur.
5. Revisi Hasil Uji Coba, setelah melakukan proses validasi, expert
judgement menilai dan memberi masukan terhadap produk awal,
proses ini dilakukan sampai menunjukkan bahwa produk awal tersebut
valid dan layak diujicobakan.
6. Uji Coba Lapangan Skala Kecil, uji coba produk skala kecil dalam
pelaksanaannya didokumentasikan yang kemudian akan diobservasi
ahli materi.
7. Revisi Produk, revisi produk yang dilakukan dari hasil uji coba skala
kecil, dengan menganalisis kekurangan yang ditemui dalam uji coba
skala kecil, masukan yang diterima dari para pakar ditindak lanjuti
dengan melakukan revisi produk.
8. Uji Coba Lapangan Skala Besar, proses pada tahap uji coba lapangan
skala besar serupa dengan proses yang dilakukan pada tahap uji coba
skala kecil. Perbedaannya terletak pada jumlah subjek uji coba skala
besar yang lebih banyak daripada uji coba skala kecil. Dalam hal ini
subjek uji coba yang sudah mengikuti uji coba skala kecil tidak turut
serta dalam uji coba skala besar.
9. Revisi Produk Final, proses revisi produk dilakukan untuk mendapat
masukan dari para ahli materi agar menghasilkan produk final,
langkah ini merupakan penyempurnaan produk yang dikembangkan
agar produk akhir lebih akurat. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu
produk dengan tingkat keefektivitasan tinggi dan dapat
dipertanggungjawabkan.
10. Desiminasi dan Implementasi, desiminasi dan implementasi, yaitu
melaporkan produk pada forum ilmiah dalam bentuk ujian tesis dan
implementasi produk pendidikan yaitu berupa jurnal yang diterbitkan.

Setiap peneliti dapat memilih dan menentukan langkah yang paling tepat

bagi penelitian pengembangan yang dilakukan berdasarkan kendala dan kondisi

yang dihadapi (Dwiyoga, 2004). Berdasarkan pendapat tersebut dalam penelitian

ini dalam prosedur pengembangannya dilakukan penyederhanaan sesuai dengan


kendala dan kondisi dalam penelitian. Adapun langkah-langkah yang ditempuh

dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data di Lapangan

Pengumpulan informasi adalah langkah awal yang dilakukan dalam

penelitian ini. Dalam kajian awal yang dilakukan adalah kajian tentang isi dari

muatan kurikulum PJOK di SMA. Kajian awal yang memperhatikan muatan

kurikulum. Studi yang dilakukan melalui wawancara langsung ke beberapa

sekolah melalui guru PJOK SMA, diantaranya: SMAN 9 Yogyakarta, SMAN 2

Sleman dan SMAN 1 Ngaglik. Adapun fokus dari wawancara adalah pada proses

pembelajaran PJOK di SMA.

Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan observasi di SMA untuk

mendapatkan informasi tentang situasi di lapangan, permasalahan yang dihadapi

oleh guru PJOK dalam proses pembelajaran, dan analisis kebutuhan

pengembangan model.

2. Melakukan Analisis terhadap Informasi yang telah Dikumpulkan

Analisis dilakukan pertama adalah studi pustaka dan yang kedua studi

hasil observasi. Studi pustaka adalah pengumpulan teori-teori yang ada dengan

penerapan permasalahan yang ada di lapangan. Selain itu analisis studi pustaka

digunakan untuk pemantapan dalam memfokuskan masalah yang dikaji.

Sementara analisis dari hasil wawancara, observasi dan catatan lapangan

dilakukan untuk mengetahui kebenaran asumsi peneliti dari kondisi nyata di

lapangan mengenai permasalahan yang ada. Kondisi yang didapatkan meliputi:

guru masih menggunakan metode pemanasan lama yang menyebabkan siswa


kurang termotivasi, penggunaan modifikasi pemanasan dalam bentuk permainan

belum diterapkan serta kreativitas guru dalam mengelola sarana belum maksimal.

Dari hasil hasil wawancara, observasi dan didukung hasil catatan lapangan

dapat diterjemahkan bahwa dibutuhkannya model pemanasan dalam bentuk

permainan pada pembelajaran PJOK bagi siswa SMA.

3. Pengembangan Produk Awal (Draf Model)

Tahap berikutnya yaitu proses pengembangan produk awal, dalam

penelitian ini dimulai dengan mengembangkan model pemanasan berbentuk

permainan yang berguna membantu guru PJOK SMA mengatasi permasalahan

yang dijumpai pada awal proses pembelajaran, produk pengembangan masih

berupa produk awal. Produk yang akan dibuat juga berdasarkan pada kebutuhan

yang diperlukan dalam proses pembelajaran PJOK di SMA. Produk yang akan

dibuat masih dalam produk awal dan dalam pengembangan produk berdasarkan

pada:

a. Muatan kurikulum di SMA, yaitu berdasarkan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar.

b. Disesuaikan dengan ketersediaan sarana dan pra sarana SMA pada umumnya.

c. Pembuatan produk awal (draf) atau desain juga mempertimbangkan akan hasil

dari strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan daya tarik siswa.

4. Validasi Ahli dan Revisi

Sebelum dilakukan uji coba skala kecil terhadap produk awal, maka

produk harus mendapat validasi oleh para ahli. Dalam hal ini validasi dilakukan

oleh para ahli (expert) materi.


Tujuan validasi produk adalah untuk mendapatkan pengesahan bahwa

produk yang dibuat sesuai dan layak digunakan, serta untuk mendapatkan

masukan terhadap draf produk awal yang dikembangkan. Tujuan lain dari validasi

draf/desain awal adalah untuk mengantisipasi kesalahan dan kekurangan pada

penggunaan produk. Pada proses validasi, para ahli menilai dan memberi masukan

terhadap produk awal. Expert judgment dengan menggunakan 2 orang ahli yaitu:

(1) Dr. Sugeng Purwanto, M. Pd. sebagai ahli materi penjas, (2) Agus Susworo D.

M., M. Pd. sebagai ahli permainan penjas. Berdasarkan hal tersebut dilakukan

revisi terhadap produk awal. Proses revisi tersebut terus dilakukan sampai produk

awal mencapai batas nilai tertentu yang ditetapkan, yang menunjukkan bahwa

produk awal tersebut valid dan layak diujicobakan.

5. Uji Coba Lapangan Skala Kecil dan Revisi

Draf awal atau produk awal yang sudah mendapatkan validasi dari expert

judgmen (ahli materi), maka produk awal sudah dapat dilakukan uji coba

lapangan. Uji coba pertama adalah uji coba skala kecil atau skala terbatas. Uji

coba skala kecil dilakukan untuk mengetahui tingkat implementasi produk yang

dikembangkan. Uji coba skala kecil ini dilakukan dengan menerapkan produk

yang telah dibuat. Uji coba skala kecil dilaksanakan di SMAN 9 Yogyakarta pada

kelas X MIA 1 dengan jumlah 35 siswa. Kemudian dalam uji coba produk dengan

didokumentasikan berupa video, yang kemudian dianalisis. Hasil observasi dari

ahli materi digunakan sebagai revisi produk untuk di perbaiki dan selanjutnya

diteruskan pada uji coba skala besar.


6. Uji Coba Lapangan Skala Besar dan Revisi

Proses yang dilakukan pada tahap uji coba lapangan skala besar serupa

dengan proses yang dilakukan pada tahap uji coba skala kecil. Hal yang

membedakan terletak pada jumlah subjek uji coba skala besar yang lebih banyak

daripada uji coba skala kecil serta hasil revisi produk. Pada uji coba skala besar

banyak siswa yang dilibatkan. Uji coba skala besar sudah tidak melibatkan siswa

pada uji coba skala kecil. Uji coba skala besar dilaksanakan di SMAN 9

Yogyakarta pada kelas X MIA 2 dengan jumlah 35 siswa dan kelas X MIA 3

dengan jumlah 35 siswa. Alur dari penelitian yang dilaksanakan juga relatif sama

dengan uji coba skala kecil. Proses revisi produk dilakukan setelah mendapat

masukan dari para ahli materi untuk menghasilkan produk yang final. Proses

revisi berdasarkan pada masukan para ahli.

7. Uji Operasional

Setelah produk yang dibuat dan ditetapkan sebagai produk akhir, maka

selanjutnya dilakukan uji operasional. Uji operasional bertujuan untuk mengetahui

kualitas model pengembangan yang telah dibuat. Pengujian produk

pengembangan model dimaksudkan untuk menguji apakah suatu produk yang

sudah dihasilkan layak dan efektif serta memiliki keunggulan dalam tataran

implementasi pembelajaran. Pengujian ini tujuannya bukan lagi menyempurnakan

produk, karena produk media yang dibuat sudah bisa dikatakan mendekati

sempurna. Uji operasional dilaksanakan di SMAN 9 Yogyakarta pada kelas X

MIA 4 dengan jumlah 35 siswa.


8. Pembuatan Produk Final

Hasil dari penelitian yang dibuat nantinya dapat digunakan oleh praktisi

pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Dari produk yang sudah melewati

proses tahap demi tahap, jika sudah melewati validasi ahli produk dan melalui

revisi serta uji coba selanjutnya dibuat produk yang final. Dalam hal ini

pembuatan produk yang final dalam penelitian pengembangan ini berupa buku

panduan model pemanasan dalam bentuk permainan pada pembelajaran PJOK

bagi siswa SMA.

I. Tahap Perencanaan

Analisis Kebutuhan

Observasi Wawancara

II. Pengembangan Produk Awal


Pembuatan Desain

Analisis Model Pengembangan Pengumpulan Proses Pembuatan Produk


Materi Bahan

Produk Awal

III. Tahap Validasi Produk

Validasi Produk

Validasi Ahli Materi Penjas Validasi Ahli Permainan Penjas

Analisis Analisis

Revisi Revisi

IV. Tahap Uji Coba

Uji Coba Lapangan


Uji Coba Kelompok Kecil Uji Coba Kelompok Besar

Analisis Analisis

Revisi Revisi
Uji Operasional

V. Produk Akhir
Buku Panduan Model Pemanasan dalam Bentuk Permainan
Pada Pembelajaran PJOK bagi Siswa SMA

Gambar 3. Prosedur Pengembangan Produk

C. Desain Uji Coba Produk

Uji coba produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian

pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba

produk juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan

tujuan. Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang digunakan

sebagai dasar untuk menetapkan kualitas produk yang dihasilkan. Data yang

diperoleh dari uji coba digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan

produk penelitian ini. Dengan uji coba kualitas produk yang dibuat benar-benar

telah teruji secara empiris.

1. Desain Uji Coba

Desain uji coba dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik secara

langsung dari pengguna tentang kualitas produk yang sedang dikembangkan.

Sebelum dilakukan uji coba, produk divalidasi terlebih dahulu oleh para ahli

materi. Setelah mendapatkan saran maka perlu melakukan revisi. Selanjutnya

produk dilakukan uji coba produk yang terdiri dari dua tahap yakni uji coba
kelompok kecil dan uji coba kelompok besar serta uji operasional. Uji coba ini

diharapkan mampu menemukan kelemahan, kekurangan dan kesalahan serta

saran-saran perbaikan sehingga produk yang dihasilkan dapat direvisi untuk

menghasilkan produk yang valid dan layak digunakan dalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

2. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba yang terlibat dalam penelitian pengembangan ini setelah

dikonsultasikan adalah siswa sekolah menengah atas. Kemudian sesuai tahap

penelitian akan dilaksanakan beberapa tahapan proses pengambilan data. Dalam

penelitian ini dilakukan uji coba lapangan dengan skala kecil dan skala besar serta

uji operasional.

Uji coba kelompok kecil melibatkan satu sekolah yaitu SMA Negeri 9

Yogyakarta dengan satu kelas, jumlah subjek 35 siswa. Uji coba kelompok besar

melibatkan dua kelas, jumlah subjek 70 siswa. Uji operasional dan instrumen

angket melibatkan satu kelas, jumlah subjek 35 siswa.

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data kualitatif dan

data kuantitatif. Data kualitatif yaitu berupa data yang diperoleh berdasarkan hasil

validasi para ahli, guru PJOK, dan siswa yang berupa komentar, masukan atau

saran untuk mengetahui tingkat kelayakan produk. Data kuantitatif yaitu

berdasarkan data yang diperoleh dari skor tanggapan para ahli dan siswa untuk

mengukur kelayakan produk. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan


data pada penelitian ini berupa kuisioner. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi: Instrumen analisis kebutuhan, lembar studi pendahuluan,

lembar evaluasi ahli materi, dan lembar evaluasi siswa. Instrumen berupa

kuisioner disusun dengan maksud untuk mengevaluasi kualitas produk yang

selanjutnya dipakai sebagai alat pengumpul data dari para ahli dan siswa terkait

dengan saran, kritik, dan masukan-masukan yang bermanfaat bagi perbaikan

kualitas produk sehingga dihasilkan produk pemengembangan yang berkualitas.

Instrumen yang digunakan oleh peneliti diadopsi dari instrumen yang telah

ada atas nama Diki Pratama selanjutnya instrumen dilakukan dengan pengujian

validitas dan reliabilitasnya. Di dalam pengujian instrument angket, peneliti

menggunakan validitas konstruk. Untuk menguji validitas konstruk, maka peneliti

mengembangkan kisi-kisi instrumen sesuai dengan kajian teori dan variabel

penelitiannya, selanjutnya instrumen diberikan ke ahli untuk diminta pendapatnya.

Sugiyono (2009) mengungkapkan bahwa reliabilitas instrumen merupakan

syarat untuk pengujian validitas instrumen. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2014:

178) mengatakan bahwa reliabilitas adalah tingkat keterandalan atau

terpercayanya suatu instrumen. Setiap alat pengukuran seharusnya memiliki

kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke

waktu.

Tujuan dilakukan uji validitas dan reliabilitas adalah syarat mutlak dalam

penelitian untuk mendapatkan data dari instrumen yang telah teruji dan mampu

mengukur data yang hendak diukur.


b. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Suharsimi Arikunto, 2006: 160).

1) Wawancara

Wawancara berbentuk butir-butir pertanyaan yang perlu disampaikan yang

disusun berdasarkan permasalahan mengenai variabel penelitian. Bentuk

wawancara menggunakan wawancara bebas dan terpimpin.

Bentuk wawancara yang dilakukan yaitu wawancara tidak terstruktur,

menurut Sugiyono (2011: 197) wawancara tidak terstruktur adalah wawancara

yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

tersusun secara sistematis dan lengkap pengumpulan datanya, pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahannya,

wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam penelitian

pendahuluan yang lebih mendalam tentang responden. Penggunaan wawancara

sebagai alat pengumpulan data, tidak pernah diperhitungkan untuk mengetahui

validitas dan reliabilitas. Penentuan validitas dan reliabilitas wawancara tidak

dilakukan secara empiris, tetapi melalui analisis isi, yang mengaitkan relevansi

antara pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman wawancara dengan variabel yang

hendak diungkap dalam suatu penelitian.


Pertanyaan yang disusun dalam pedoman wawancara disesuaikan dengan

tujuan pelaksanaan wawancara yaitu untuk menggali proses pembelajaran PJOK

di SMA, lebih dalam lagi mengenai model pemanasan yang digunakan.

2) Kuesioner

Instrumen pengumpulan data yang kedua memakai kuesioner dengan jenis

skala Gutman, digunakan untuk menilai kelayakan pengembangan model yang

dikembangkan sebelum pelaksanaan uji coba skala kecil. Setelah para ahli menilai

bahwa pengembangan model sudah sesuai dengan unsur-unsur dalam skala nilai,

pengembangan model baru dapat diujicobakan dalam uji coba skala kecil.

Dijabarkan dan disusun secara teratur menjadi daftar klasifikasi yang digunakan

untuk menilai kualitas model yang dikembangkan dengan unsur-unsur klasifikasi

skala nilai.

Kisi-kisi instrumen untuk ahli materi dibuat dengan menggabungkan

beberapa pendapat ahli. Kisi-kisi instrumen mencakup dua aspek yaitu aspek

pembelajaran terdiri dari 11 butir dan aspek isi materi terdiri dari 6 butir dengan

total jumlah 17 butir. Kisi-kisi instrumen tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Materi

Aspek Indikator Jumlah


No.
Penilaian Butir
1 Kejelasan rumusan standar kompetensi dan 1
kompetensi dasar
2 Kesesuaian kompetensi dasar dan standar 1
kompetensi
3 Kejelasan petunjuk langkah-langkah 1
Pembelajaran
pembelajaran
4 Ketepatan pemilihan materi 1
5 Kemudahan model permainan untuk dimainkan 1
siswa
6 Ketepatan pemilihan bahasa dalam menguraikan 1
materi
7 Kejelasan contoh 1
8 Model pembelajaran mendorong perkembangan 1
fisik siswa
9 Model pembelajaran merangsang siswa untuk 1
aktif
10 Pemberian tugas/praktik 1
11 Kesesuaian dengan materi 1
12 Kebenaran isi 1
13 Kedalaman materi 1
14 Kecakupan materi untuk pencapaian kompetensi 1
Aspek Isi
15 Kejelasan materi 1
16 Penggunaan bahasa 1
17 Ketepatan evaluasi dengan materi 1
Jumlah 17

3) Observasi

Pengumpulan data selanjutnya dengan metode observasi, menurut

Mulyatiningsih (2011: 26), observasi merupakan metode pengumpulan data dan

pencatatan perilaku subjek penelitian yang dilakukan secara sistematik. Alat yang

digunakan untuk mengobservasi dapat berupa lembar pengamatan atau check list.

Variabel penelitian dijabarkan secara rinci berupa gejala-gejala atau unsur

di dalam setiap gejala, sebagai klasifikasi data yang perlu dihimpun. Dengan

instrumen skala nilai, tugas pengamat menjadi sangat sederhana dan dapat

dilakukan dengan cepat. Tugas tersebut memberikan tanda berbentuk centang

yang ditetapkan secara pasti dan digunaan secara seragam dan konsekuen selama

pengamatan dilakukan.

Kisi-kisi instrumen untuk siswa mencakup satu aspek, yaitu aspek

pembelajaran. Aspek pembelajaran terdiri dari 5 butir.


Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen untuk Siswa

Aspek Indikator Jumlah


No.
Penilaian Butir
1 Materi mudah dipelajari 1
2 Materi menantang/menarik 1
3 Memahami materi ini bermanfaat dalam 1
Pembelajaran keseharian
4 Kejelasan petunjuk belajar 1
5 Dengan pemanasan model permainan, belajar 1
lebih menarik dan menyenangkan
Jumlah 5

4. Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dan analisis

data kuantitatif. Isi atau materi data berupa komentar, saran para ahli dan siswa,

serta hasil pengamatan peneliti selama proses uji coba dianalisis secara deskriptif

kualitatif, dan disimpulkan sebagai masukan untuk memperbaiki atau merevisi

produk yang telah dikembangkan. Sementara data yang berupa skor tanggapan

ahli materi, ahli media dan siswa yang diperoleh melalui angket dianalisis secara

deskriptif kuantitatif dengan teknik persentase dan kategorisasi.

a. Analisis Data Angket

Langkah-langkah yang digunakan untuk menentukan kriteria kelayakan

produk yang telah dikembangkan, sebagai berikut:

1) Mengubah data yang diperoleh dari angket berupa tanggapan menjadi data

interval sebagai berikut. Kriteria Sangat baik = 5; Kriteria Baik = 4; Kriteria

Cukup = 3; Kriteria Kurang = 2; dan Kriteria Sangat kurang = 1

Pada angket tersebut diberikan lima pilihan untuk memberikan tanggapan

tentang produk media pembelajaran yang dikembangkan, yaitu kategori sangat

baik mendapat skor 5, kategori baik mendapat skor 4, kategori cukup mendapat
skor 3, kategori kurang mendapat skor 2, dan kategori sangat kurang mendapat

skor 1.

Tabel 4. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala Lima

Skor
Kriteria
Rumus Perhitungan
𝑋 > 𝑋𝑖 + 1,80𝑆𝐵𝑖 𝑋 > 4,21 Sangat Baik
0,60𝑆𝐵1 < 𝑋 ≤ 𝑋𝑖 + 1,80𝑆𝐵𝑖 3,40 < 𝑋 ≤ 4,21 Baik
0,60𝑆𝐵1 < 𝑋 ≤ 𝑋𝑖 + 0,60𝑆𝐵𝑖 2,60 < 𝑋 ≤ 3,40 Cukup
1,80𝑆𝐵1 < 𝑋 ≤ 𝑋𝑖 − 0,60𝑆𝐵𝑖 1,79 < 𝑋 ≤ 2,60 Kurang
𝑋 ≤ 𝑋𝑖 − 1,80𝑆𝐵𝑖 𝑋 ≤ 1,79 Sangat Kurang
Sumber: (Eko Putro Widyoko, 2009: 238)

Keterangan:
1
Rerata skor ideal (𝑋𝑖 ) : 2 (Skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

1
Simpangan baku skor ideal (𝑆𝐵𝑖 ) : 6 (Skor maksimal ideal – skor minimal ideal)

𝑋 : Skor empiris

2) Menghitung skor rata-rata dalam memberikan penilaian terhadap produk yang

telah dikembangkan dengan menggunakan rumus:

∑𝑋
𝑋𝑖 =
𝑛

Keterangan:

𝑋𝑖 = skor rata-rata

∑𝑋= jumlah skor

𝑛 = jumlah responden

Pada penelitian ini ditetapkan nilai kelayakan produk minimal dengan

kategori “cukup baik” berdasarkan hasil penilaian dari para ahli maupun siswa.

Jika hasil penilaian akhir (secara keseluruhan) pada aspek materi dengan nilai
minimal “cukup baik” oleh para ahli dan siswa, maka produk hasil pengembangan

tersebut sudah dianggap layak digunakan sebagai model pembelajaran.

b. Analisis Data

Produk yang telah dibuat dan ditetapkan sebagai produk akhir, maka

selanjutnya dilakukan uji operasional. Uji operasional bertujuan untuk mengetahui

kualitas model pengembangan yang telah dibuat. Pengujian produk model

pengembangan dimaksudkan untuk menguji apakah suatu produk yang sudah

dihasilkan layak dan efektif serta memiliki keunggulan dalam tataran

implementasi pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai