Anda di halaman 1dari 74

RANCANGAN AKTUALISASI

NILAI-NILAIDASAR
PEGAWAI NEGERI SIPIL

PELATIHAN DASAR
CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
GOLONGAN III ANGKATAN II

OPTIMALISASI SISTEM TRIASE OLEH TENAGA


KESEHATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT
(IGD) RUMAH SAKIT KUSTA Dr. RIVAI ABDULLAH
PALEMBANG

Oleh:

dr. SALVITRI PUSPA ARYAGO


NIP: 199201262018012001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM
2018

41
LEMBAR PERSETUJUAN
PENETAPAN ISU RANCANGAN AKTUALISASI
LATIHAN DASAR CPNS KEMENTERIAN KESEHATAN
DI BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM
TAHUN 2018

Nama : dr. Salvitri Puspa Aryago


NIP : 199201262018012001
Pangkat/Golongan : III b
Jabatan : Dokter Ahli Tingkat Pertama
Unit Kerja/Instansi : RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang
Disampaikan pada seminar rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS.

Batam, 16 Mei 2018


Menyetujui,

Coach Mentor

Ns. Syamrina M. Aris, S.ST, S.Kep, M.Kes Hendriansyah, SKM, MM


Widyaiswara Kasubbag. Administrasi SDM
NIP : 197203241992032001 NIP : 197909092000031001

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga Laporan Rancangan Aktualisasi Nilai-nilai Dasar PNS ini
dapat tersusun dengan baik. Kegiatan aktualisasi ini berada di Agenda IV Habituasi
pada Kurikulum dan Penyelenggaraan Pelatihan yang bertujuan untuk memberikan
kesempatan para peserta pelatihan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
profesi ASN yang diajarkan selama periode on campus pada kegiatan pelayanan
sehari-hari di unit kerja masing-masing nantinya.
Penulis menyadari bahwa proses penyusunan laporan rancangan aktualisasi
42
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun.
sangat diharapkan untuk memperoleh hasil sesuai yang diharapkan. Semoga dengan
laporan rancangan aktualisasi ini penulis dapat terus meningkatkan kinerjanya
sebagai Aparatur Sipil Negara di satuan kerja nantinya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan rancangan aktualisasi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Ibu dr. Zubaidah Elvia, MPH sebagai Direktur Utama RS Kusta Dr. Rivai
Abdullah Palembang, karena telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti Latsar CPNS golongan III angkatan II Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia 2018,
2. Ibu dr. Iriyanti Ismail, M. Kes sebagai Direktur Pelayanan RS Kusta Dr.
Rivai Abdullah Palembang, karena telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti Latsar CPNS golongan III angkatan II Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia 2018,
3. Bapak Asep Zaenal Mustofa, SKM, M. Epid sebagai Kepala Bapelkes
Batam, karena telah memberikan kesempatan untuk mengikuti Latsar CPNS
golongan III angkatan II Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2018,
4. Ibu Ns. Syamrina M. Aris, S.ST, S.Kep, M.Kes selaku coach yang selalu
memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak Hendriansyah, SKM, MM selaku mentor yang memberikan
dukungan serta memberi masukan kepada penulis selama pendidikan latsar.
6. Seluruh staf pengajar Latsar CPNS golongan III angkatan II Bapelkes
Batam yang telah memberikan banyak kesempatan pada penulis untuk
belajar, bekerja dan mengabdikan ilmu selama penulis menjalankan Latsar
CPNS golongan III angkatan II ini,
7. Rekan-rekan peserta Diklat latsar Golongan II, Golongan III Angkatan I dan
II Kemenkes RI- Bapelkes Batam, yang dengan semangat dan tujuan yang
sama selalu bahu-membahu dalam melewati proses pendidikan,
8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis selama Latsar CPNS golongan III angkatan II.

Demikian laporan ini dibuat, semoga bermanfaat bagi sesama demi kemajuan
generasi ASN sebagai agent of change untuk memajukan bangsa dan negara.
43
Batam, 12 Mei 2018
Penulis

dr. Salvitri Puspa Aryago

DAFTAR ISI

44
HALAMAN JUDUL....................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... viii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.1.1 Dasar Penyelenggaran ....................................................... 1
1.1.2 Pola Penyelenggaraan Latsar ............................................. 2
1.1.3 Kompetensi yang dibangun ................................................ 2
1.1.4 Tahapan Aktualisasi ........................................................... 3
1.1.5 Profil Organisasi................................................................. 3
1.1.6 Visi, Misi, Nilai, dan Tata Nilai Organisasi....................... 7
1.1.7 Struktur Organisasi ............................................................ 8
1.2 Tujuan dan Manfaat .................................................................. 9
1.2.1 Bagi Peserta ........................................................................ 9
1.2.2 Bagi Organisasi .................................................................. 9
1.3 Ruang Lingkup ......................................................................... 10
1.4 Data Diri Peserta ....................................................................... 10
1.5 Analisis Isu ............................................................................... 11
1.5.1 Alat Bantu Analisis ............................................................ 12
1.5.2 Rumusan Isu ....................................................................... 14
1.5.3 Identifikasi Sumber Isu ...................................................... 14
1.5.4 Lembar Konfirmasi ............................................................ 16
1.5.5 Judul Laporan Aktualisasi .................................................. 16
BAB 2. NILAI-NILAI DASAR DAN KEDUDUKAN
SERTA PNS DALAM NKRI
2.1 Konsep Nilai-Nilai Dasar PNS .................................................. 17
2.1.1 Akuntabilitas ...................................................................... 17
2.1.2 Nasionalisme ...................................................................... 21
2.1.3 Etika Publik ........................................................................ 22
2.1.4 Komitmen Mutu ................................................................. 25
2.1.5 Anti Korupsi ....................................................................... 28
2.2 Konsep Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI..................... 29
2.2.1 Manajemen ASN ................................................................ 29
2.2.2 Whole of Government......................................................... 34
2.2.3 Pelayanan Publik ................................................................ 38
BAB 3. RANCANGAN AKTUALISASI
3.1 Rancangan Kegiatan .................................................................. 41
3.2 Rancangan aktualisasi................................................................ 43
45
3.3 Jadwal Kegiatan ......................................................................... 65
BAB 4. KESIMPULAN.................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 71

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sumber Daya Manusia RS Kusta Dr. Rivai


46
Abdullah Palembang .................................................... 5
Tabel 1.2 Analisis Pemilihan Isu dengan Menggunakan
Metode USG ................................................................. 13
Tabel 3.1 Jumlah, jenis kegiatan, dan sumber kegiatan .............. 41
Tabel 3.2 Tabel Rancangan Kegiatan Aktualisasi ....................... 43
Tabel 3.3 Tabel Jadwal Kegiatan ................................................. 65

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2 Struktur organisasi RS Kusta Dr. Rivai Abdullah


47
Palembang .............................................................. 5
Gambar 2.1 Lima Pilar Manajemen Mutu .................................. 27

BAB I
PENDAHULUAN

48
1.1 LATAR BELAKANG
1.1.1 Dasar Penyelenggaraan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) menurut UU No. 5 tahun 2014 adalah Pegawai
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian (PPK) dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
PNS memiliki peranan penting dalam mewujudkan tujuan negara sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil (PNS)
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa. Selain itu, pegawai ASN juga
berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan
dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih
dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Pelatihan dasar (Latsar) bagi CPNSdiselenggarakan berdasarkan undang-
undang (UU) ASN No.5 Tahun 2014 pasal 63 ayat (3) dan ayat (4) UU ASN serta
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017. Lembaga Adminitrasi Negara
menerjemahkan amanat Undang-Undang tersebut dalam bentuk Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan yang tertuang dalam Peraturan Kepala Lembaga
Administrasi Negara (perkalan) No.21/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelatihan Dasar Calon PNS Golongan III serta perkalan no 17 dan 24 tahun 2017
dan Peraturan Kepala LAN No.22/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelatihan Dasar Calon PNS Golongan I dan II serta perkalan no 18 dan 25 tahun
2017.
1.1.2 Pola Penyelenggaraan Latsar
Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk
melamar menjadi PNS apabila memenuhi persyaratan dan lulus dalam proses
seleksi melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi dan
persyaratan terkait jabatan yang dilamar. Peserta yang lolos seleksi akan diangkat
menjadi calon PNS (CPNS). CPNS wajib menjalani masa percobaan selama 1
tahun, dan dalam periode tersebut harus melewati proses pendidikan dan pelatihan

49
dasar terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan
motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.
Pelaksanaan Pelatihan dasar CPNS seperti tercantum dalam Peraturan
Kepala LAN Nomor 21 Tahun 2016Tentang Pelatihan Dasar CPNS Golongan III
dilakukan sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil yang
diharapkan memiliki nilai-nilai dasar akuntabilitas, nasionalisme, etika publik,
komitmen mutu dan anti korupsi. Serta memahami pentingnya pelayanan publik
yang optimal, managemen ASN dan Whole of Government.Maka disusunlah
aktualisasi ini sebagai salahsatu syarat untuk dapat menyelesaikan pelatihan dasar
CPNS.

1.1.3 Kompetensinyang Dibangun


Dalam pelatihan dasar CPNS, peserta dipersiapkan, dibekali materi-materi
sehingga diharapkan dapat memiliki kemampuan mengaktualisasikan lima nilai
dasar;
1. Kemampuan mewujudkan akuntabilitas
2. Kemampuan mengedepankan kepentingan nasional
3. Kemampuan menjunjung tinggi standar etika publik
4. Kemampuan berinovasi untuk peningkatan mutu
5. Kemampuan untuk tidak korupsi
Pembentukan karakter ASN yang sesuai dengan nilai dasar tersebut
dilaksanakan pada proses pendidikan dan pelatihan (diklat) sebagai tahap
internalisasi. Melalui proses diklat latihan dasar, CPNS mendapatkan penjelasan,
pendalaman, penghayatan, dan penguasaan nilai-nilai dasar tersebut. Selayaknya
proses belajar yang baik, suatu konsep akan dapat dikuasai secara penuh setelah
diterapkan dalam proses keseharian. Penerapan nilai-nilai inilah yang
membutuhkan rangkaian proses perencanaan yang dimulai dengan pendataaan
tugas pokok (sasaran kerja pegawai) di satuan/unit kerja, penetapan masalah dan
pemecahan isu untuk kemudian merujuk penerapan nilai-nilai dasar dalam kegiatan
tersebut. Proses ini dikenal dengan istilah aktualisasi.

1.1.4 Tahapan Aktualisasi

50
Aktualisasi dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi isu-isu yang
ada di tempat kerja dan menganalisanya untuk mendapatkan isu terpilih
menggunakan USG (Urgency, Seriousness and Growth). Kemudian menentukan
langkah-langkah kegiatan dalam rangka menyelesaikan isu yang telah dipilih.
Dengan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS meliputi Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu dan Anti Korupsi serta melihat aspek
pelayanan publik manajemen ASN dan Whole of Government. Kegiatan ini akan
dilaksanakan mulai tanggal 21 Mei 2018 sampai dengan tanggal 21 September 2018
di lingkungan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kusta dr. Rivai Abdullah
Palembang.

1.1.5 Profil Organisasi


1. Sejarah Singkat
Rumah Sakit Kusta Sungai Kundur didirikan pada tahun 1914. Pada mulanya
sebagai tempat penampungan atau pengasingan penderita kusta. Lokasi pertama
didirikan di Kertapati (Seberangg Ulu 1). Pendirinya diprakarsai oleh seorang
nahkkoda kapal (tidak diketahui namanya) karena beberapa anak buah kapal nya
menderita kusta. Tempat penampungan ini diberi nama “Kembang Pumpung”.
Karena adanya protes masyarakat di sekitar tempat penampungan itu maka
lokasi penampungannya dipindahkan ke Sungai Kundur, Desa Mariana, Kecamatan
Banyuasin I. Dengan terbitnya SK MenKes RI Nomor: 95948/ Hukum, maka
tanggal 9 Desember 1961 oleh Bala Keselamatan, Rumah Sakit ini diserahkan
kepada Departemen Kesehatan RI.
Rumah Sakit Kusta Sungai Kundur yang kemudian berganti nama menjadi
Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang diberikan izin oleh Direktur
Jenderal Pelayanan Medik melalui Surat Nomor: BM.01.03.3.2.04929.A tanggal 31
Oktober 1995 untuk melaksanakan pelayanan umum. Pada Tahun 2012
restrukturisasi SOTK berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 010
Tahun 2012. Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang adalah Rumah
Sakit unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pelayanan
Kesehatan.

51
Gambar 1.1 RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembnag
Sumber : http//:rskustadrrivaiabdullah

2. Data Monografi
Kode Rumah Sakit : 1671072

Tanggal Registrasi : 27/12/2013


Rumah Sakit : RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang
Jenis : RS Kusta
Kelas RS : Kelas A (Khusus)
Direktur RS : dr. Rochman Arif, M.Kes (Plt)
Penyelenggara : Kementerian Kesehatan RI
Alamat : Jl. Sungai Kundur Kelurahan Marianan Kecamatan Banyuasin I
Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan 30763. (Tlp: 0711-
7537201, Fax: 0711-7537204, Email: rsdr_rivaiabdullah@yahoo.co.id)
Luas Tanah Seluruhnya : 275.040 M²
Luas Tanah untukBangunan : 10.695 M²
Luas Tanah untukSaranaLingkungan : 24.260 M²
Luas Tanah Kosong, yang dimanfaatkansebagailahanpertanian,
peternakandanperikanan : 240.085 M²
Kepemilikan : Kementerian Kesehatan RI.
Kapasitas tempat tidur : 184 Tempat tidur

52
Fasilitas umum : Guest House, Aula, Gedung
Serba Guna, Parkir, Mushola, Kantin.

3. Sumber Daya Manusia


Tabel 1.1 Sumber daya manusia RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang
No JenisPendidikan Jumlah

1 S2 / Magister 20

2 S1 / Sarjana 61

3 DokterSpesialis 14

4 DokterUmum&Dokter Gigi 22

5 Apoteker 3

6 D4 (Diploma IV) 3

7 D3 ( Diploma III ) 104

8 SMA / SPK 80

9 SMP 1

10 SD 13

4. Fasilitas
a. Instalasi Rawat Darurat 24 Jam
b. Instalasi Rekam Medik
c. Instalasi Rawat Jalan
 Klinik Kusta
 Klinik Kulit dan Kelamin
 Klinik Penyakit Dalam
 Klinik Kebidanan dan Kandungan
 Klinik Bedah
 Klinik syaraf

53
 Klinik Mata
 Klinik Gigi
 Klinik Anak
 Klinik Anestesi
d. Instalasi Rawat Inap
 Rawat Inap Kusta
 Rawat Inap Penyakit Dalam
 Rawat Inap Bedah
 Rawat Inap Anak
 Rawat Inap Kebidanan
 ICU
e. Ruang Operasi
f. Instalasi Patologi Klinik
g. Instalasi RadiologiInstalasi Gizi
h. Instalasi Farmasi
i. Instalasi CSSD
j. Instalasi Rehabilitasi Medik (Pelayanan Fisioterapi, Pelayanan Protesa,
Pelayanan Okupasi Terapi, Pelayanan Psikologi)
k. Instalasi Rehabilitasi Karya dan Sosial Medik (Pelayanan Rumah
Singgah dan Pelayanan Terapi Karya)
l. Instalasi Sanitasi dan Kesling Ruamah Sakit
m. Instalasi Laundry
n. Instalasi Pendidikan dan Pelatihan
o. Instalasi Pemulasaran Jenazah
p. Fasilitas Penunjang (Ambulance, IPAL, Incenerator, Halaman Parkir,
Gedung Serba Guna, Aula, Tower Hotspot)
1.1.6 Visi, Misi, Nilai dan Motto RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang

Visi :
“Terwujudnya Rumah Sakit Kusta yang Mandiri dan Produktif Tahun 2019”

Misi :
1. Meningkatkan pelayanan kusta dan kesehatan lainnya secara komprehensif
dan terpadu.

54
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.
3. Mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan penelitian di bidang kusta dan
kesehatan lainnya.
4. Meningkatkan dan memenuhi sarana dan prasarana.
5. Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana.

Tata Nilai :
"Komitmen, Integritas, Profesional, Responsibility, dan Keteladanan"
Motto :
K : Komitmen
U : Usaha
W : Wajib Membantu
A : Akuntabilitas
T : Transparan

1.1.7 Struktur Organisasi

55
Gambar 1.2 Struktur Organisasi RS KUsta Dr. Rivai Abdullah palembang

Sebagai staf fungsional medis dokter umum penulis berada dibawah naungan
komite medik. Pada saat ini ditugaskan sebagai dokter di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang.
a. Direktur Utama dibantu oleh Direktur Pelayanan dan Direktur
Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Umum, masing-masing
membawahi :
1. Direktur Pelayanan membawahi :
 Bidang Medis
 Bidang Keperawatan
 Bidang Rehabilitasi
2. Direktur Keuangan, Sumber Daya Manusia & Umum membawahi :
 Bagian Keuangan

56
 Bagian Sumber Daya Manusia

1.2 TUJUANN DAN MANFAAT


1.2.1 Bagi Peserta
Melalui proses pembelajaran ini diharapkan peserta mampu
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS sesuai indikator yang terkandung
dalam Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu dan Anti korupsi
(ANEKA) dalam melaksanakan tugas serta mengaktualisasi pemahaman mengenai
pelayanan publik, manajemen ASN dan Whole of Government.
Setelah mendapatkan materi tentang nilai-nilai dasar ASN, peserta diklat
diharapkan mampu memahami, internalisasi dan melakukan implementasi nilai-
nilai tersebut melalui proses aktualisasi di unit kerja masing-masing. Selain itu,
peserta diharapkan dapat memahami kegunaan proses aktualisasi ini pada visi dan
misi organisasi.
1.2.2 Bagi Organisasi
Dengan adanya aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN diharapkan peserta
mampu membawa perubahan perilaku yang berdampak positif bagi kemajuan
organisasi terkait fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik serta
perekat dan pemersatu bangsa.

1.3 RUANG LINGKUP

Pendidikan dan pelatihan dasar CPNS Kemenkes Golongan III angkatan I


dan II diselenggarakan selama 116 hari kerja dari tanggal 2 April 2018 hingga 28
September 2018 yang terdiri dari 3 tahap:

1. Tanggal 2 April – 18 Mei 2018 on campus di Balai Pelatihan Kesehatan


(Bapelkes) Batam.

2. Tanggal 21 Mei – 21 September 2018 off campus untuk melaksanakan kegiatan


aktualisasi di unit kerja masing-masing, dalam hal ini untuk penulis di Rumah
Sakit Kusta dr. Rivai Abdullah Palembang.

3. Tanggal 24-28 September 2018 evaluasi aktualisasi di Balai Pelatihan Kesehatan


(Bapelkes) Batam.

57
Rancangan kegiatan aktualisasi ini menjelaskan tentang sistem triase yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di IGD RS. Kusta dr Rivai Abdullah Palembang
meliputi persiapan berupa tempat, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana,
rencana pelaksanaan kegiatan dan evaluasi kegiatan di instalasi gawat darurat.
Terkait dengan kinerja yang ada di sasaran Kinerja Pegawai (SKP), tugas kreatif
maupun tugas pimpinan yang menerapkan nilai-nilai akuntabilitas, nasionalisme,
etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi sebagai Aparatur Sipil Negara
(ASN) serta dengan menimbang aspek pelayanan publik, manajemen ASN serta
Whole of Government.

1.4 DATA DIRI PESERTA

Nama : dr. Salvitri Puspa Aryago


NIP : 199201262018012001
Alamat : Jalan Peltu Tulus Yahya Lr. Kenanga No 1432 Palembang
Golongan : IIIb
Unit Kerja : Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Khusus Kusta Dr. Rivai
Abdullah Palembang
Penulis adalah peserta Pelatihan Dasar CPNS Kemenkes golongan III
angkatan 2 yang mengikuti program pelatihan April-September 2018. Penulis
ditugaskan di unit kerja RS Kusta dr. Rivai Abdullah Palembang, tepatnya di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai staf medis fungsional. Di lingkungan IGD
RS Kusta dr. Rivai Abdullah Palembang, seorang staf medis secara garis besar
berperan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan gawat darurat selama 24 jam dan
menyelenggarakan kegiatan IGD yang bermutu
Tugas jabatan dan target yang harus dicapai oleh seorang staf medis dimuat
dalam Sasaran Kinerja Pegawai (SKP). Selain sebagai deskripsi tugas, SKP juga
merupakan alat kendali agar setiap kegiatan pelaksanaan tugas pokok setiap PNS
selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana strategis organisasi.
Setiap kegiatan tugas jabatan yang akan dilakukan harus berdasarkan tugas dan
fungsi, wewenang, tanggung jawab dan uraian tugas yang telah ditetapkan dalam
Struktur Organisasi dan Tata Kerja. SKP wajib disusun oleh seluruh PNS, baik
jabatan struktural maupun fungsional sesuai dengan rencana kerja organisasi yang
kemudian dinilai oleh atasan langsung.

58
1.5 ANALISIS ISU
1.5.1 Enviromental Screening
Isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil
keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik organisasi
dengan harapan-harapan para stakeholder. Berdasarkan definisi tersebut, isu
merupakan suatu hal yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi yang
apabila tidak ditangani secara baik akan memberikan efek negatif terhadap
organisasi bahkan dapat berlanjut pada tahap krisis. Berkaitan dengan rancangan
aktualisasi ini, sumber isu yang diangkat berasal dari tugas pokok dan fungsi
(Tupoksi), Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), kegiatan yang diinisiatif oleh penulis
melalui persetujuan coach dan mentor, serta penugasan dari atasan. Berdasarkan
kaitannya dengan Manajemen ASN, Whole of Government (WoG), dan Pelayanan
Publik. Berikut adalah daftar isu-isu yang muncul di Instalasi Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit Dr. Rivai Abdullah Palembang yang saya amati selama
kurang lebih 3 bulan bekerja:
1. Belum disiplinnya dokter IGD dalam pengisian rekam medis
2. Belum aktifnya peran tenaga kesehatan dalam mencegah infeksi nosokomial di
IGD Rumah Sakit Khusus Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang
3. Belum optimalnya sistem triase oleh tenaga kesehatan di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang

1.5.2 Alat Bantu Analisis


Berdasarkan identifikasi isu yang telah dipaparkan, perlu dilakukan proses
identifikasi isu untuk menentukan isu mana yang merupakan prioritas yang dapat
dicarikan solusi oleh penulis. Proses identifikasi isu tersebut menggunakan alat
bantu penetapan kriteria kualitas isu. Kriteria yang digunakan adalah metode APKL
(Aktual, Pengkhalayakan, Problematik, dan Kelayakan). Aktual adalah isu tersebut
benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat. Problematik
merupakan isu yang sangat kompleks sehingga perlu dicarikan solusinya.
Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Layak
ditujukan kepada isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya.

59
Dari ketiga isu di atas, akan dilakukan analisis penetapan isu menggunakan
metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) dengan menetapkan rentang
penilaian 1-5.Urgency artinya seberapa mendesak suatu isu harus dibahas,
dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriuosness artinya seberapa serius suatu isu harus
dibahas, dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth artinya seberapa
besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.

Adapun analisis isu berdasarkan kriteria USG adalah sebagai berikut:


Tabel 2. Analisis pemilihanisu dengan menggunakan metode USG

No Isu U S G Total Prioritas


Belum disiplinnya dokter IGD dalam
pengisian rekam medis di Rumah Sakit
Khusus Kusta Dr. Rivai Abdullah
1 4 4 4 12 2
Palembang

Belum aktifnya peran tenaga kesehatan


dalam mencegah infeksi nosokomial
2 di IGD Rumah Sakit Khusus Kusta Dr. 4 4 3 11 3
Rivai Abdullah Palembang

Belum optimalnya sistem triase oleh


tenaga kesehatan di Instalasi Gawat
3 Darurat (IGD) Rumah Sakit Kusta Dr. 4 4 5 13 1
Rivai Abdullah Palembang

Keterangan:
U : Urgency
S : Seriousness
G : Growth
Skor 5 : Sangat USG
Skor 4 : USG
Skor 3 : Cukup USG
Skor 2 : Kurang USG
Skor 1 : Tidak USG

Berdasarkan hasil analisis USG, isu nomor tiga yaitu Optimalisasi sistem
triase oleh tenaga kesehatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Kusta

60
Dr. Rivai Abdullah Palembang. Artinya, isu nomor tiga merupakan isu prioritas
yang harus dicarikan solusinya. Dilihat dari Urgency-nya, isu nomor tiga penting
untuk segera dicarikan solusinya karena sistem triase sangat diperlukan untuk untuk
menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan
kedaruratan dalam rangka mencegah kematian dan kecacatan lebih lanjut. Serta
optimalnya sistem triase dalam suatu rumah sakit menunjukkan mutu pelayanan
rumah sakit tersebut.

1.5.3 Rumusan Isu


Berdasarkan analisa diatas penulis memilih isu “Belum optimalnya sistem triase
oleh tenaga kesehatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Kusta Dr. Rivai
Abdullah Palembang”.

1.5.4 Identifikasi Sumber Isu


Rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan bagi masyarakat memiliki
kewajiban untuk terus meningkatkan kualitas pelayanannya. Pelayanan yang
diberikan rumah sakit kepada pasien nantinya akan mempengaruhi apakah pasien
akan datang kembali ke rumah sakit tersebut atau pindah ke rumah sakit lain akibat
tidak merasa puas atas layanan yang diberikan rumah sakit terhadap pasien.
Pelayanan yang bersifat intangible merupakan hal yang tidak terlihat namun besar
dampaknya bagi pasien. IGD merupakan pintu utama masuknya pasien yang
mengalami gawat darurat menjadikan kunci bagi sebuah pelayanan di rumah sakit.
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki perbedaan dengan pelayanan
lainnya. Pada IGD, pasien ditangani dan dilayani tidak berdasarkan antrian atau
nomor urut seperti halnya pelayanan yang ada di poli ataupun pada puskesmas.
Pelayanan IGD mengacu pada konsep triase dimana pasien akan dilayani
berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya mengacu pada prinsip “time saving is life
and limb saving”. Secepat apapun pasien datang ke IGD, namun masih ada kondisi
pasien lain yang lebih gawat, maka IGD akan memprioritaskan pasien yang
kondisinya lebih gawat daripada pasien yang datang dahulu tersebut.
Triase adalah proses pengambilan keputusan yang kompleks dalam rangka
menentukan pasien mana yang berisiko meninggal, berisiko mengalami kecacatan,
atau berisiko memburuk keadaan klinisnya apabila tidak mendapatkan penanganan

61
medis segera, dan pasien mana yang dapat dengan aman menunggu. Prinsip yang
dianut adalah bagaimana agar pasien mendapatkan jenis dan kualitas pelayanan
medik yang sesuai dengan kebutuhan klinis (prinsip berkeadilan) dan penggunaan
sumber daya unit yang tepat sasaran (prinsip efisien).
Tujuan dari triage dimanapun dilakukan, bukan saja supaya bertindak
dengan cepat dan waktu yang tepat tetapi juga melakukan yang terbaik untuk
pasien. Ketepatan dalam menentukan kriteria triase dapat memperbaiki aliran
pasien yang datang ke unit gawat darurat, menjaga sumber daya unit agar dapat
fokus menangani kasus yang benar-benar gawat, dan mengalihkan kasus tidak
gawat darurat ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
Hak pasien sebagaimana tercantum dalam UU No 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit salah satunya adalah pasien berhak memperoleh layanan kesehatan
yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
dan memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi. Pemenuhan hak pasien dapat terwujud bila didukung
dengan sistem, SDM, serta fasilitas yang baik sesuai standar. Dokter dan paramedis
yang bertugas di IGD dituntut untuk dapat melakukan triase secepat dan setepat
mungkin agar mampu mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada
masyarakat dengan problem medis akut, mencegah berkembangnya atau
meluasnya penyakit sehingga pasien dapat berfungsi kembali dalam masyarakat,
mengurangi risiko kecacatan, menurunkan risiko kematian serta menurunkan risiko
adanya tuntutan hukum dari pasien maupun keluarga pasien
Belum optimalnya system triase tidak hanya berdampak pada pasien itu
sendiri tetapi juga berdampak pada penyedia layanan karena ketepatan triase
berkaitan erat dengan kualitas pelayanan kesehatan yang ada disuatu rumah sakit.
Di satuan kerja RS kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang yang terjadi adalah
sistem triase sudah ada namun dalam pelaksanaannya seringkali pasien
ditempatkan tidak sesuai dengan skala prioritasnya serta belum terdapatnya label
penamaan ruangan di IGD sehingga peserta merasa diperlukan optimalisasi sistem
triase oleh tenaga kesehatan untuk mewujudkan pelayanan yang bermutu. Isu yang
diangkat berkaitan dengan manajemen ASN.
Dalam sistem triase di IGD, aktor yang terlibat adalah tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter umum dan perawat yang bertugas
jaga di IGD. Dalam perananannya di IGD, tenaga kesehatan dan dokter jaga IGD
62
adalah orang yang pertama kali menerima pasien, dan akan mengklasifikasikan
pasien sesuai dengan keilmuannya dan diaplikasikan dengan sistem triase.

1.5.5 Lembar Konfirmasi


Persetujuan Coach dan Mentor
COACH, MENTOR,

Ns. Syamrina M. Aris, S.ST, S.Kep, M.Kes Hendriansyah, SKM, MM


NIP. 197203241992032001 NIP. 197909092000031001
TGL. TGL.

1.5.6 Judul Laporan Aktualisasi


“ Optimalisasi Sistem Triase oleh Tenaga Kesehatan di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang ”

BAB II
NILAI – NILAI DASAR DAN KEDUDUKAN SERTA

63
PERAN SERTA PNS DALAM NKRI

Sesuai dengan Undang Undang No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil


Negara (ASN). Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan mengacu
pada ANEKA sebagai prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan profesi
yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi. Adapun detail dari nilai-nilai yang terkandung dalam ANEKA adalah
sebagai berikut

2.1. KONSEP NILAI – NILAI DASAR PNS


Setiap Aparatur Sipil Negara ( ASN ) memiliki nilai dasar profesi yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
Maka perlu diketahui indikator – indikator dari kelima nilai tersebut, yaitu :

2.1.1. AKUNTABILITAS
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.Amanah
seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik
tersebut antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan
sektor, kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.

Aspek akuntabilitas antara lain:


a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability isa relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara pemberi
kewenangan dengan yang diberi kewenangan atau individu/kelompok/institusi
dengan negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggung jawab

64
memberikan arahan dan bimbingan,serta mengalokasikan sumber daya sesuai
dengan tugas dan fungsinya. Sedangakn yang diberi wewenang bertanggung
jawab untuk memenuhi semua kewajibannya.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability isresults oriented)
Hasil yang adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan
inovatif.Dalam konteks ini, setiap individu/ kelompok/institusi dituntut untuk
bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta selalu
bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang
maksimal.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires reporting)
Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi.

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:


a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional);
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal


(vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas vertikal adalahpertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas)
kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat,
pemerintah pusat kepada DPR. Akuntabilitas vertikal membutuhkan pejabat
pemerintah untuk melaporkan "ke bawah" kepada publik.Misalnya, pelaksanaan
pemilu, referendum, dan berbagai mekanisme akuntabilitas publik yang melibatkan
tekanan dari warga.Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada
masyarakat luas.Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk
melaporkan "ke samping" kepada para pejabat lainnya dan lembaga
negara.Contohnya adalah lembaga pemilihan umum yang independen, komisi
pemberantasan korupsi, dan komisi investigasi legislatif.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
65
akuntabilitas stakeholder.
a. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder:

Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel,


maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi:
a. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability forprobity and legality).
b. Akuntabilitas hukum terkait dengankepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang diterapkan.
c. Akuntabilitasproses(process accountability): Apakah prosedur yang digunakan
dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem
informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi?
Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat,
responsif, dan murah. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses
dilakukan untuk menghindari terjadinya kolusi, korupsi dan nepotisme.
d. Akuntabilitas program (program accountability): memberikan pertimbangan
Apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan Apakah ada alternatif
program lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya minimal.
e. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability): terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil terhadap DPR/
DPRD dan masyarakat luas.
Akuntabilitas tidak akan mungkin terwujud apabila tidak ada alat
akuntabilitas. Di Indonesia, alat akuntabilitas antara lain adalah:
a. Perencanaan Strategis (Strategic Plans) yang berupa Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Nasional/ Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional/Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Nasional/Daerah, Rencana Strategis (Renstra) untuk setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk setiap PNS.
b. Kontrak Kinerja. Semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa terkecuali mulai 1
Januari 2014 menerapkan adanya kontrak kerja pegawai. Kontrak kerja yang
dibuat untuk tiap tahun ini merupakan kesepakatan antara pegawai dengan
66
atasan langsungnya. Kontrak atau perjanjian kerja ini merupakan implementasi
dari Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi
Kerja PNS.
c. Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) yang berisi perencanaan dan perjanjian kinerja pada tahun
tertentu, pengukuran dan analisis capaian kinerja, serta akuntabilitas keuangan.
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel diperlukan beberapa
aspek diantaranya:
a. Kepemimpinan
b. Transparansi
c. Integritas
d. Tanggungjawab (Responsibilitas)
e. Keadilan
f. Kepercayaan
g. Keseimbangan
h. Kejelasan
i. Konsistensi

2.1.2. NASIONALISME
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya.
Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.
Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme. Sedang dalam arti luas,
nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila adalah
pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa
Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia
senantiasa: menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan
sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa
Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan
sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia;
67
mengembangkan sikap tenggang rasa. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat,
maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan
publik, bangsa dan negara. Pegawai ASN akan berpikir tidak lagi sektoral dangan
mental blocknya, tetapi akan senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih
besar yakni bangsa dan negara. Nilai-nilai yang senantiasa berorientasi pada
kepentingan publik (kepublikan) menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap
pegawai ASN.Untuk itu pegawai ASN harus memahami dan mampu
mengaktualisasikan Pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan
kebangsaan dalam setiap pelaksanaan fungsi dan tugasnya, sesuai bidangnya
masing-masing.Aktualisasi nasionalisme dan dalam pelaksanaan fungsi dan
tugasnya sebagai Aparatur Sipil Negara, yakni terkait dengan fungsinya sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik yang berintegritas, dan pemersatu
bangsa dan negara.
Sebagai pelaksana kebijakan publik tentu setiap pegawai ASN harus
memiliki nilai-nilai kepublikan, berorientasi pada kepentingan publik dan
senantiasa menempatkan kepentingan publik, bangsa dan negara di atas
kepentingan lainnya, mengedepankan kepentingan nasional ketimbang kepentingan
sektoral dan golongan.Untuk itu pegawai ASN harus memiliki karakter kepublikan
yang kuat dan mampu mengaktualisasikannya dalam setiap langkah-langkah
pelaksanaan kebijakan publik.
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan
tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.Mereka harus
bersikap profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan.Tidak boleh
mengejar keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus
diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan kesejahteraan
masyarakat yang lebih baik.Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap
pegawai ASN.Senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak
korupsi, transparan, akuntabel, dan memuaskan publik.
Adapun fungsinya sebagai perekat dan pemersatu bangsa dan negara, setiap
pegawai ASN harus memiliki jiwa nasionalisme yang kuat, memiliki kesadaran
sebagai penjaga kedaulatan negara, menjadi pemersatu bangsa mengupayakan
situasi damai di seluruh wilayah Indonesia, dan menjaga keutuhan NKRI.
2.1.3. ETIKA PUBLIK
Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
68
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan
publik.Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik
dan kode perilaku ASN yakni:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan peundang-
undangan dan etika pemerintahan
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiriatau orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.

Nilai-nilai Dasar Etika Publik mencakup:


1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945.
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
69
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis perangkat
sistem karir.
Lingkup Etika Publik antara lain:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang
pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.

Dimensi Etika Publik mencakup:


a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
b. Dimensi Modalitas
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik

Bentuk-bentuk Kode Etik dan Implikasinya:


a. Pentingnya Etika dalam Urusan Publik
b. Penggunaan Kekuasaan: Legitimasi Kebijakan
c. Konflik Kepentingan

Sumber-sumber hukum Kode Etik bagi Aparatur Sipil Negara:


1. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai
Negeri Sipil dan Anggota Angkatan Perang
2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai
Negeri Sipil

70
3. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil
4. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps
dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
5. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS
6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN).

2.1.4. KOMITMEN MUTU


Komitmen mutu sendiri merupakan bagaimana kita sebagai ASN mampu
menjaga kualitas kinerja kita dalam melakukan pelayanan kesehatan yang
diindikatori oleh menghargai efektifitas, efisiensi, inovasi dan kinerja oritntasi
mutu.Efektivitas organisasi berarti sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan
yang ditetapkan, atau berhasil mencapai apapun yang coba
dikerjakannya.Efektivitas organisasi berarti memberikan barang atau jasa yang
dihargai oleh pelanggan.Hal tersebut menunjukkan bahwa efektivitas organisasi
tidak hanya diukur dari performan untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas,
ketepatan waktu, dan alokasi sumberdaya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan (customers).
Efsiensi organisasi adalah jumlah sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasional. Efsiensi organisasi ditentukan oleh berapa banyak
bahan baku, uang, dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah
keluaran tertentu. Efsiensi dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya yang
digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa efsiensi diukur dari ketepatan realisasi penggunaan sumber
daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga dapat diketahui ada atau
tidak adanya pemborosan sumberdaya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan
prosedur, dan mekanisme yang ke luar alur.
Inovasi barang dan jasa adalah cara utama dimana suatu organisasi
beradaptasi terhadap perubahan-perubahan di pasar, teknologi, dan persaingan.
Inovasi dapat terjadi pada banyak aspek, misalnya perubahan produk barang/jasa
yang dihasilkan, proses produksi, nilai-nilai kelembagaan, perubahan cara kerja,
teknologi yang digunakan, layanan sistem manajemen, serta mindset orang-orang
yang ada di dalam organisasi. Gagasan kreatif yang lahir dari hasil pemikiran
individu akan mendorong munculnya berbagai prakarsa, sehingga dapat
71
memperkaya program kerja dan memunculkan diferensiasi produk/jasa, seiring
dengan berkembangnya tuntutan kebutuhan pelanggan. Demikian juga halnya
inovasi dalam layanan publik mestinya mencerminkan hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter
dan mind-set baru sebagai apartur penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan
dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan
sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin. Demikian juga di lingkungan
lembaga pemerintahan, aparatur dapat mengembangkan daya imajinasi dan
kreativitasnya, untuk melahirkan terobosanterobosan baru dalam meningkatkan
efektivitas dan efsiensi layanan, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang undangan.
Pada era global, orientasi dalam struktur organisasi pemerintahan bukan
semata-mata pada penempatan pegawai dalam hierarki birokrasi yang kaku untuk
menjalankan rutinitas, melainkan telah bergeser pada upaya memberdayakan dan
membangkitkan moral kerja melalui pembentukan jejaring (human networking)
yang dinamis, sehingga kinerja lembaga dapat memberi kepuasan kepada
stakeholders.Hal ini dapat dilakukan melalui pemberian wewenang dan tanggung
jawab yang jelas kepada setiap pegawai, sesuai dengan uraian jabatan (job
description) yang sudah ditetapkan institusi. Di lain pihak, para pemimpin dapat
memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi para pegawainya,
sekecil apapun kontribusi yang dapat disumbangkannya untuk institusi.
Sehubungan dengan hal itu penerapan manajemen mutu secara terpadu
dalam lembaga pemerintah menjadi sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditawar
lagi. Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management / TQM) terdiri atas
kegiatan perbaikan berkelanjutan yang melibatkan setiap orang dalam organisasi
melalui usaha yang terintegrasi secara total untuk meningkatkan kinerja
pada setiap level organisasi. Terdapat lima pilar dalam manajemen mutu
terpadu, sebagaimana dituangkan dalam Gambar 4. berikut.

72
Gambar 2.1 Lima pilar manajemen mutu

Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam


mengevaluasi kualitas pelayan (Berry dan Pasuraman dalam Zulian Zamit,
2010:11), yaitu :
1. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi;
2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan
dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
3. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan pelayanan
dengan tanggap;
4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya;
5. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,
dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

2.1.5. ANTI KORUPSI


Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya, korupsi sering
dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah karena
dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup,
pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas.Kerusakan tersebut
tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak
secara jangka panjang.
Dampak dari korupsi mencakup:
a. Negara korup harus membayar biaya hutang yang lebih besar (Depken and
Lafountan, 2006)

73
b. Harga infrastruktur lebih tinggi (Golden and Picci, 2005)
c. Tingkat korupsi yang tinggi meningkatkan ketimpangan pendapatan dan
kemiskinan (Gupta, Davoodi, and Alonso-Terme, 2002).
d. Korupsi menurunkan investasi (Paolo Mauro,1995) dan karenanya menurunkan
pertumbuhan ekonomi
e. Persepsi korupsi memiliki dampak yang kuat dan negative terhadap arus
investasi asing (Shang, ADB)
f. Negara-negara yang dianggap memiliki tingkat korupsi yang relatif rendah
selalu menarik investasi lebih banyak dari pada negara rentan korupsi (Campos
dan Pradhan, ADB)

Setiap negara mempunyai undang-undang yang berbeda terkait dengan


tindak pidana korupsi. Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7
kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari :
1. Kerugian keuangan negara,
2. Suap-menyuap,
3. Pemerasan,
4. Perbuatan Curang,
5. Penggelapan dalam Jabatan,
6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan,
7. Gratifikasi

Nilai-nilai yang terkandung dalam aspek anti korupsi antara lain:


1. Jujur
2. Peduli
3. Mandiri
4. Disiplin
5. Tanggung Jawab
6. Kerja Keras
7. Sederhana
8. Berani
9. Adil
2.2. KONSEP KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI
2.2.1. Manajemen ASN
74
Manejemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai
ASN yang profesional, memilikinilai dasar, etika profesi, beba dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya ASN yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.

A. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini
dianggapbelum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang profesional. Untuk
dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU
ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun
2014 tentang ASN
1. Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS
merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor
induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga negara
Indonesia yang memnuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan
kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.
2. Pegawai ASN berkedudukan sebagai apartur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus
bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
Selain itu untuk menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hai ini
dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN,
serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaga pada
tugasyang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan karir
pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu
pejabat karir tertinggi.
3. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar negeri. Namun demikian
pegawai ASN merupakan kesatuan. Kesatuan bagi pegawaiASN sangat
75
penting, mengingat dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah,
sering terjadinya isu putradaerah yang hampir terjadi dimana-mana
sehingga perkembangan birokrasi menjadi stagnan di daerah-daerah.
Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi kesatuan bangsa.

B. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN berfungsi
dan bertugas sebagai berikut:
1. Pelaksana kebijakan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang
dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus
mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus mengutamakan pelayanan
yang berorientasi pada kepentingan publik
2. Pelayan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik
yang profesional da berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
peraturanperundang-undangan bagi setiap warga negaradan penduduk atas
barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan.
3. Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan
kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada
Pancasila, UUD 1945, negara danpemerintah. ASN senantiasa menjunung
tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara
daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU
ASN disebutkan bahwa dalam penyelengaraan dan kebijakan manajemen
ASN, salah satu diantaranya asas persatuan dan kesatuan.

C. Hak dan Kewajiban ASN


Hak dan kewajiban ASN Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang
76
diberikan oleh hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi
maupun umum. Dapat diatikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak
diterima. Agar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik , dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejateraan ASN dan akuntabel, maka
setiap SN diberikan hak. Hak ASN dan PPPK yang diatur dalam UU No. 5 Tahun
2014 tentang ASN sebagai berikut :

PNS berhak memperoleh:


a. gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. cuti;
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. perlindungan; dan
e. pengembangan kompetensi.

PPPK berhak memperoleh:


a. gaji dan tunjangan;
b. cuti;
c. perlindungan; dan
d. pengembangan kompetensi.

Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU No. 5


Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa setiap pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 pemerintah
juga wajib memberikan perlindungan berupa:
a. Jaminan kesehatan;
b. Jaminan kecelakaan kerja;
c. Jaminan kematian;
d. Bantuan hukum.

Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat


kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah suatu yang sepatutnya
diberikan.Pegawai ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN wajib:

77
1. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah
yang sah;
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. Kode etik dan kode perilaku ASN


Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa ASN sebagai
profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku
ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode
perilaku berisi pengaturan perilaku agar pegawai ASN.
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
5. E.melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien;
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;

78
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain;
11. Memegang teguh nilai dasar asn dan selalu menjaga reputasi dan integritas asn;
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin
pegawai asn.

2.2.1. Whole of Government


A. Pengertian Whole of Government
(WoG) Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi empiris di lapangan
maka WoG didefinisikan sebagai “suatu model pendekatan integratif fungsional
satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan
dan diatasi karena berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat antara lain:
tidak jelas sebabnya, multi dimensi, menyangkut perubahan perilaku.

B. Penerapan Whole of Government (WoG) dalam pelayanan terintegrasi


1. Praktek Whole of Government
(WoG) Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan,
baik dari sisi penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah
dipraktekkan oleh beberapanegara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu.
a. Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang
dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Salah satu alternatifnya
adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekatijumlah yang
ideal untuk sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka
koordinasi dapat dilakukan lebih mudah.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementrian adalah salah satu cara melakukan
WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status lembaga stingkat lebih
tinggi, atau setidaknya setara dengan kelembagaan yang dikoordinasikan.
c. Membangun gugus tugas
79
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar
struktur formal, yang setidaknya tidak permanen. Pembentukan gugus tugas
biasanya menjadi salah satu cara agar sumber daya yang terlibat dalam
koordinasi tersebut dicabut sementara dari lingkungan formalnya untuk
berkonsentrasi dalam proses koordinasi tadi.
d. Koalisi sosial
Koalisi sosial merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga,tanpa perlu mebentuk pelembagaan khusus dalam
koordinasi.

2. Tantangan dalam praktek Whole of Government (WoG)


Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran praktek
sebagai berikut:
a. Kapasitas SDM dan institusi Kapasitas SDMdan institusi-institusi yang terlibat
dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala serius
ketika pendekatan WoG, misalnya mendorong terjadinya merger atau akuisisi
kelembagaan, dimana terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi yang
berbeda.
b. Nilai dan budaya organisasi Nilai dan budaya organisasi menjadi kendala ketika
terjadi upaya kolborasi samapi dengan kelembagaan.
c. Kepemimpinan Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam
pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan
yang mampu mengakomodasi perubahan nilai dan buaday organisasi serta
meramu SDM yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.

C. Praktek Whole of Government (WoG) dalam pelayanan publik


Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh
sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang dikenail
dapat didekati oleh pendekatan WoG sebagai berikut:
1. Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga
masyarakat. Dokumen yang dihasilkan bisa meliputi KTP, status
kewarganegaraan, status usaha, surat kepemilikan, atau penguasaan atas barang,

80
termasuk dokumen-dokumen resmi seperti SIUP, izin trayek, izin usaha, akta,
sertifikat yanah dan lain-lain;
2. Pelyanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, ketenagkerjaan,
perhubungan dan lain-lain.
3. Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang
dibutuhkan warga masyarakat, seperti jalan, jembatan, perumahan, jaringan
telepon, listrik, air bersih, dan lain-lain.
4. Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan
perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi
kehidupan masyarakat.

Adapun berdasarkan pola pelayanan publik, juga dapat dibedakan dalam lima
macam pola pelayanan sebagai berikut:
1. Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola pelayanan publik yang
diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan
kewenangannya.
2. Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara terpadu
pada suatu instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai kwenangan masing-
masing.
3. Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara tunggal
oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan wewnang dari unit
kerja pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan.
4. Pola pelayanan terpusat, yaitu pola pelayanan yang dilakukan oleh suatu
instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan
instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan masyarakat
yang bersangkutan.
5. Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan elektronik yang dilakukan
menggunakan teknologi infromasi dan komunikasi yang merupakan otomasi
dan otomatisasi pemberian layanan yang bersifat elektronik atau daring (online)
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keinginan dan kapasitas masyarakat
pengguna.

D. Nilai-nilai dasar Whole of Government


81
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh
sektor yang terkait dengan pelayanan publik berdasarkan nilai-nilai dasar berikut
ini.
1. Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang efektif dan efisien antar
lembaga dalam menjalankan kegiatan kelembagaan
2. Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem antar lembaga sehingga
menjadi kesatuan yang utuh
3. Sinkronisasi
Sinkronisasi merupakan penyelarasan semua kegiatan/data yang berasal dari
berbagai sumber , dengan menyingkronkan seluruh sumber tersebut
4. simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu baik terkait data/proses
di suatu lembaga untuk mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya.

2.2.2. Pelayanan Publik


A. Konsep pelayanan publik
1. Pengertian pelayanan publik
Berkaitan dengan pelayanan, ada dua istilah yang perlu diketahui, yaitu
melayani dan pelayanan. Pengertian melayani adalah membantu menyiapkan
(mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Sedangkan pengertian pelayanan
adalah "usaha rnelayani kebutuhan orang lain" (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1995). Contoh: menerima telepon dari pihak lain yang berhubungan dengan unit
kerja kita, adalah bentuk pelayanan yang rutin kita lakukan. Adapun menurut
Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2003, mengenai pelayanan adalah sebagai
berikut:
a. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. Penyelenggara adalah Pelayanan Publik adalah Instansi Pemerintah;
c. Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan kerja satuan
organisasi Kementrian, Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan
82
Tinggi Negara, dan instansi Pemerintah lainnya, baik Pusat maupun Daerah
termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah;
d. Unit Penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja pada instansi
Pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan kepada penerima
pelayanan publik;
e. Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah yang
melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan
perundang- undangan;
f. Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan
badan hukum yang menerima pelayanan dari instansi pemerintah.
2. Jenis barang / jasa
3. Pelayanan prima
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah "Excellent Service"
yang secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik dan atau pelayanan yang
terbaik. Disebut sangat baik atau terbaik, karena sesuai dengan standar pelayanan
yang berlaku atau dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan. Jadi
pelayanan prima dalam hal ini sesuai dengan harapan pelanggan.
Pelayanan prima kepada masyarakat didasarkan pada tekad bahwa
"pelayanan adalah pemberdayaan". Kalau pada sektor bisnis atau swasta tentunya
pelayanan selalu bertujuan atau berorientasi profileatau keuntungan perusahaan.
Pelayanan prima yang diberikan kepada masyarakat pada dasarnya tidaklah
mencari untung, tetapi memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat secara sangat baik atau terbaik. Dalam hal memberdayakan masyarakat
ini, pelayanan yang diberikan tidaklah bertujuan selain mencari untung, juga
menjadikan masyarakat justru terbebani atau terperdayakan dengan pelayanan dari
pemerintahan yang diterimanya.
Pelayanan prima bertujuan memberdayakan masyarakat, bukan
memperdayakan, sehingga akan menumbuhkan kepercayaan publik atau
masyarakat kepada pemerintahannya. Adapun kepercayaan adalah awal atau modal
dari kolaborasi dan partisipasi masyarakat dalam program-program pembangunan.
Adapun pelayanan prima akan bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas
pelayanan pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai acuan
untuk pengembangan penyusunan standar pelayanan. Baik pelayan, pelanggan atau
83
stakeholder dalam kegiatan pelayanan, akan memiliki acuan mengenai mengapa,
kapan, dengan siapa, dimana dan bagaimana pelayanan dilakukan.

B. Nilai-nilai dasar pelayanan publik


Perhatian pemerintah terhadap perbaikan pelayanan kepadamasyarakat,
sebenarnya sudah diatur dalam beberapa pedoman, antara lain adalah Keputusan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 63 Tahun
2003 yang mengemukakan tentang prinsip-prinsip pelayanan publik sebagai
berikut:
1. Kesederhanaan.
2. Kejelasan.
3. Kepastian
4. Akurasi
5. Keamanan
6. Tanggung jawab
7. Kelengkapan
8. Kemudahan Akses
9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
10. Kenyamanan
.

BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

84
3.1. Rancangan Kegiatan
Adapun upaya pemecahan isu, penulis menyusun beberapa
rancangan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Jumlah, jenis kegiatan dan sumber kegiatan
No. Jenis Kegiatan Sumber Kegiatan
1. Koordinasi dengan kepala bidang pelayanan Penugasan pimpinan
medik, Kepala Instalasi IGD, kepala ruangan,
dan mentor mengenai pelaksanaan
“Optimalisai sistem triase oleh tenaga
kesehatan di IGD RS Kusta Dr. Rivai
Abdullah Palembang”
2. Pengumpulan data tentang fakta sistem triase Tugas kreatif
di IGD RS Kusta Dr. Rivai Abdullah
Palembang
3. Telaah SOP sistem triase IGD RS Kusta Dr. SKP
Rivai Abdullah Palembang
4. Persiapan materi sosialisasi sistem triase Tugas kreatif
IGD
5. Perumusan soal pre test dan post test Tugas kreatif
6. sosialisasi sistem triase yang baik kepada Tugas kreatif, SKP
tenaga kesehatan di IGD RS Kusta Dr. Rivai
Abdullah Palembangdan pembagian soal
evaluasi sosialisasi

7. Pemasangan label ruangan di IGD RS kusta Tugas kreatif


Dr. Rivai Abdullah Palembang
8 Evaluasi sosialisasi SOP dan penerapannya Tugas Kreatif, Penugasan
di IGD RS Kusta Dr. Rivai Abdullah pimpinan
Palembang

Unit Kerja : Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai
Abdullah Palembang

85
Identifikasi isu : Sistem triase yang baik sangat diperlukan untuk mencegah
kecacatan dan kematian, dalam pelaksanaannya sistem triase
di RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang belum optimal
karena penempatan pasien belum sesuai dengan kriteria
kegawatdaruratan serta belum terdapatnya pelabelan nama
ruangan di IGD

.Isu yang diangkat : Belum optimalnya sistem triase oleh tenaga kesehatan di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai
Abdullah Palembang

Dampak jika isu : Sistem triase belum dilaksanakan dengan optimal, dapat
tidak diatasi memberikan dampak berupa:
1. Meningkatkan perburukan penyakit bagi pasien
2. Meningkatkan resiko kecacatan bagi pasien
3. Pasien yang cacat menjadi beban bagi keluarga
4. Meningkatkan risiko kematian
5. Meningkatkan kemungkinan adanya tuntutan hukum dari
pasien maupun keluarga pasien

Pemecahan isu : Gagasan penulis untuk memecahkan isu optimalisasi sistem


triase oleh tenaga kesehatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembangadalah
mengoptimalkan peran tenaga kesehatan dalam melakukan
pemilahan pasien berdasarkan prioritas penyakitnya.

86
3.2. Target Pertama
Tabel 3.2 Tabel Rancangan Kegiatan Aktualisasi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

1 Koordinasi dengan kepala a. Membuat undangan rapat Surat undangan diterima  Akuntabilitas Kegiatan ini sesuai Kegiatan ini akan
bidang pelayanan medik, koordinasi - Kejelasan dengan misi RS Kusta menguatkan nilai-nilai
Kepala Instalasi IGD, kepala Membuat isi surat undangan jelas dan dr. Rivai Abdullah RS Kusta dr. Rivai
ruangan, dan mentor mengenai singkat Palembang yaitu: Abdullah Palembang
pelaksanaan “Optimalisai - Kerja keras Meningkatkan kualitas yaitu:
sistem triase oleh tenaga Bekerja keras sampai undangan dan kuantitas sumber Komitmen, integritas,
kesehatan di IGD RS Kusta Dr. diterima daya manusia. Profesional,
Rivai Abdullah Palembang” - Tanggung jawab Responsibility
Bertanggung jawab sampai Mengembangkan
undangan dicetak pendidikan, pelatihan,
dan penelitian di bidang
 Komitmen Mutu kusta dan kesehatan
- Efektif lainnya.
Memeriksa kembali isi undangan
agar sesuai dengan tujuan yang
diharapkan (efektivitas)
- Efisien
Mencetak undangan sesuai dengan
jumlah peserta rapat yang akan
diundang
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi

87
Misi Organisasi

b. Melaksanaan koordinasi Informasi diterima oleh  Akuntabilitas


bersama Kepala bidang peserta - Kejelasan
pelayanan medik, Kepala Menyampaikan tujuan rapat dengan
Instalasi IGD, kepala singkat dan jelas
ruangan IGD, dan mentor
mengenai pelaksanaan  Nasionalisme
“Optimalisai sistem triase - Demokratis
oleh tenaga kesehatan di Menciptakan suasana rapat yang
IGD RS Kusta Dr. Rivai demokratis dan mendengarkan
Abdullah Palembang” pendapat orang lain

 Etika Publik
- Sopan
Menjalankan rapat dengan sopan
- Jujur
Mengisi absensi rapat dengan jujur

 Komitmen Mutu
- Efektifitas
Menggunakan waktu rapat dengan
efektif sehingga dapat mencapai
tujuan yang diharapkan

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

88
 Anti Korupsi
- Dispilin
Memulai rapat dengan tepat waktu

c. Meminta izin kepada kepala Surat izin pelaksanaan  Akuntabilitas


bidang pelayanan medik kegiatan - Kepercayaan
terkait kegiatan yang akan Pada saat meminta perizinan dan
dilakukan di IGD dukungan akan menyakinkan krpada
atasan agar dapat percaya terhadap
rencana kegiatan yang akan
dilakukan

 Nasionalisme
- Hormat
Meminta persetujuan kepada kepala
bidang pelayanan medik merupakan
salah satu tindakan menghormati
atasan

 Etika Pubik
- Sopan
Meminta izin kepada kepala bidang
pelayanan medik dengan sopan dan
ramah

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi
d. Membuat laporan hasil rapat Notulensi rapat  Akuntabilitas

89
- Transparansi
Membuat notulen rapat sesuai dengan
hasil rapat yang diperoleh
- Integritas
Mencatat hasil rapat sesuai dengan
apa yang diucapkan dalam rapat
- Kejelasan
Membuat hasil rapat dengan jelas
sehingga mudah dimengerti
- Tanggung jawab
Membuat laporan hasil rapat yang
dapat dipertanggungjawabkan
hasilnya

2 Pengumpulan data tentang fakta a. Menginformasikan jadwal Jadwal kegiatan diterima  Akuntabilitas Kegiatan ini sesuai dengan Kegiatan ini akan
sistem triase di IGD RS Kusta Dr. kegiatan kepada kepala oleh kepala instalasi IGD - Kejelasan misi RS Kusta Dr. Rivai menguatkan nilai-nilai
Rivai Abdullah Palembang instalasi IGD dan tenaga Membuat janji dengan peserta Abdullah Palembang RS Kusta dr. Rivai
kesehatan IGD RS Kusta Dr.  Etika Publik yaitu: Abdullah Palembang
Rivai Abdullah Palembang - Sopan yaitu:
Menginformasikan jadwal kegiatan Meningkatkan pelayanan Komitmen, Integritas,
dengan sopan dan santun kusta dan kesehatan Profesional,
lainnya secara Responsibility
komprehensif dan terpadu.
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

90
b. Melakukan pengamatan Data Fakta di IGD tentang  Akuntabilitas
sistem triase di IGD RS penempatan pasien sesuai - Tanggung jawab Meningkatkan kualitas
Kusta Dr. Rivai Abdullah prioritasnya Mempertanggungjawabkan hasil dan kuantitas sumber daya
Palembang pengamatan di IGD manusia.
 Etika Publik
- Teliti
Melakukan pengamatan keadaan di
IGD dengan teliti
 Anti Korupsi
- Jujur
Fakta dilapangan tidak ditambahi
dan dikurangi
c. Menganalisis fakta di IGD Fakta pelaksanaan sistem  Akuntabilitas
IGD RS Kusta Dr. Rivai triase - Kerja keras
Abdullah Palembang Analsis data dilakukan dengan kerja
keras
- Kejelasan
Menganalisis data dilakukan secara
jelas
- Jujur
Menganalisis data sesuai fakta
dilapangan
- Tanggung jawab
Menganalisis informasi menjadi
data yang dapat
dipertanggungjawabkan
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

91
3 Telaah SOP sistem triase IGD RS a. Meminta izin kepada kepala Surat izin  Akuntabilitas Kegiatan ini sesuai dengan Kegiatan ini akan
Kusta Dr. Rivai Abdullah inslalasi IGD untuk - Kepercayaan misi RS Kusta dr. Rivai menguatkan nilai-nilai
Palembang melakukan telaah SOP Pada saat meminta perizinan dan Abdullah Palembang RS Kusta dr. Rivai
sistem triase IGD RS Kusta dukungan akan menyakinkan kepada yaitu: Abdullah Palembang
Dr. Rivai Abdullah kepala instalasi IGD agar dapat yaitu:
Palembang percaya terhadap rencana kegiatan Meningkatkan pelayanan "Komitmen, Integritas,
yang akan dilakukan kusta dan kesehatan Profesional,
- Tanggung Jawab lainnya secara Responsibility,
Dengan melakukan pencarian SOP komprehensif dan terpadu. keteladanan
terkait sistem triase yang sesuai
 Nasionalisme Meningkatkan kualitas
- Hormat dan kuantitas Sumber
Meminta persetujuan kepada kepala Daya Manusia
kepala instalasi IGD merupakan salah
satu tindakan menghormati atasan
 Etika Publik
- Sopan Santun
Meminta izin dengan sopan kepada
kepala instalasi IGD

b. Meminjam dokumen SOP SOP yang berlaku  Etika Publik


kepada kepala instalasi IGD - Sopan
Meminjam SOP dengan sopan kepada
kepala instalasi IGD

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

92
c. Mengumpulan referensi dari literatur  Akuntabilitas
- Kerja keras
jurnal mengenai sistem triase
IGD Bekerja keras untuk mencari
referensi data yang valid
- Kejelasan
Mengumpulkan referensi dari
sumber yang jelas
- Tanggung jawab
Bertanggung jawab terhadap
kebenaran referensi yang dicari

 Komitmen Mutu
- Teliti
Proses pengumpulan literatur baik
melalui jurnal, text book, dll
dilakukan dengan teliti, lengkap dan
jelas

 Anti Korupsi
- Mandiri
Mengumpulkan sendiri literatur dan
bahan yang ada

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

93
d. Menganilisis kesesuaian SOP SOP yang sesuai  Etika Publik
berkoordinasi dengan kepala - Sopan Santun
instalasi IGD Berikap sopan kepada kepala instalasi
IGD saat berkoordinasi dalam
menganalisis SOP secara
musyawarah dan kekeluargaan
 Nasionalisme
- Kerjasama
Berkoordinasi dengan kepala
instalasi IGD dalam menganalisis
SOP
 Komitmen Mutu
- Berorientasi mutu
Menganalisis kesesuaian SOP
dimaksudkan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kepada pasien

 Anti Korupsi
- Disiplin
Menganalisis kesesuaian SOP
dengan tepat waktu

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi
4 Persiapan materi sosialisasi sistem a. Mencari referensi mengenai Literatur  Akuntabilitas Kegiatan ini sesuai dengan Kegiatan ini akan
- Kerja keras
triase IGD sistem triase IGD misi RS Kusta dr. Rivai menguatkan nilai-nilai
Bekerja keras untuk mencari

94
referensi data yang akurat Abdullah Palembang RS Kusta dr. Rivai
- Kejelasan yaitu: Abdullah Palembang
Mencari referensi data yang valid yaitu:
dari sumber yang jelas Meningkatkan pelayanan "Komitmen, Integritas,
kusta dan kesehatan Profesional,
 Komitmen Mutu lainnya secara Responsibility,
- Teliti komprehensif dan terpadu. keteladanan
Proses pengumpulan literatur baik
melalui jurnal, text book, dll Meningkatkan kualitas
dilakukan dengan teliti, lengkap dan kuantitas Sumber
dan jelas Daya Manusia

 Anti Korupsi Optimalisasi pemanfaatan


- Mandiri sarana dan prasarana
Mengumpulkan sendiri literatur dan
bahan yang ada

b. Menyusun kerangka materi Draft materi sosialisasi  Akuntabilitas


sosialisasi - Kerja Keras
Bekerja keras dalam penyusunan
materi sosialisasi sistem triase

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

 Komitmen Mutu
- Kreatif

95
 Menyusun draft materi soasialisasi yang
menarik dan mudah dipahami dengan teliti
dan cermat
c. Mendiskusikan draft materi Materi sosialisasi  Akuntabilitas
sosialisasi bersama mentor - Integritas
dan role model Membuat materi sosialisasi sesuai
dengan referensi dan hasil
konsultasi dengan mentor dan role
model
- Tanggung jawab
Dapat mempertanggungjawabkan
draft materi sosialisasi yang telah
dibuat sebelumnya
 Nasionalisme
- Kerja sama
Bekerjasama dalam penyusunan
draft materi sosialisasi
- Menghargai pendapat
Menerima masukan dari mentor
dan role model selama proses
diskusi

Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
No Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

 Etika Publik
- Sopan
Besikap sopan selama proses
diskusi

96
d. Mencetak materi sosialisasi Print out materi sosialisasi  Akuntabilitas
- Tanggung Jawab
Mencetak materi sosialiasi sesuai
dengan draft yang telah dibuat

 Komitmen Mutu
- Cermat dan teliti
Memeriksa kembali materi
sosialisasi yang sudah dicetak
- Efisiensi
Mencetak materi sosialisasi sesuai
dengan kebutuhan

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

97
5 Perumusan soal pre test dan post a. Mencari referensi literatur  Akuntabilitas Kegiatan ini sesuai dengan Kegiatan ini akan
- Kerja keras
test pertanyaan terkait sistem misi RS Kusta dr. Rivai menguatkan nilai-nilai
triase Bekerja keras untuk mencari Abdullah Palembang RS Kusta dr. Rivai
referensi data yang valid
yaitu: Abdullah Palembang
- Kejelasan
yaitu:
Mencari referensi data yang valid
Meningkatkan pelayanan "Komitmen, Integritas,
dari sumber yang jelas
kusta dan kesehatan Profesional,
- Tanggung jawab lainnya secara Responsibility,
Bertanggung jawab terhadap
komprehensif dan terpadu.
kebenaran referensi yang dicari

Meningkatkan kualitas
 Komitmen Mutu dan kuantitas Sumber
- Teliti Daya Manusia
Proses pengumpulan literatur baik
melalui jurnal, text book, dll
dilakukan dengan teliti, lengkap
dan jelas

 Anti Korupsi
- Mandiri
Mengumpulkan sendiri literatur dan
bahan yang ada

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

98
b. Merancang draft soal Draft soal evaluasi  Akuntabilitas
- Kerja keras
evaluasi
Bekerja keras untuk mencari
referensi data yang akurat
- Tanggung jawab
Bertanggung jawab terhadap draft
soal evaluasi yang telah dibuat
 Komitmen Mutu
- Teliti
Menyusun soal dengan teliti
berdasarkan referensi yang ada

c. Konsulatsi dengan kepala Soal evaluasi  Nasionalisme


instalasi mengenai draft - Musyawarah dan mufakat
soal evaluasi Berdiskusi dengan mentor dan role
model mengenai rancangan soal
evaluasi untuk mencapai
kesepakatan

 Etika Publik
- Sopan
Besikap sopan selama proses
diskusi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

99
d. Mencetak soal evaluasi Print out soal evaluasi  Komitmen Mutu
- Teliti
Memeriksa kembali materi
sosialisasi yang sudah dicetak
- Efisiensi
Mencetak materi soal evaluasi sesuai
dengan kebutuhan

6 sosialisasi sistem triase yang baik a. Mengatur jadwal Jadwal kegiatan  Akuntabilitas Kegiatan ini sesuai dengan Kegiatan ini akan
kepada tenaga kesehatan di IGD sosialisasi sistem triase - Keadilan misi RS Kusta dr. Rivai menguatkan nilai-nilai
RS Kusta Dr. Rivai Abdullah yang baik Pembuatan jadwal kegiatan tiak Abdullah Palembang RS Kusta dr. Rivai
Palembangdan pembagian soal bersamaan dengan kegiatan lain yaitu: Abdullah Palembang
evaluasi sosialisasi Meningkatkan pelayanan yaitu:
 Komitmen Mutu kusta dan kesehatan Komitmen, Integritas,
- Efektifitas lainnya secara Profesional,
Mencari waktu yang disepakati komprehensif dan terpadu. Responsibility, dan
bersama agar semua dapat mengikuti Keteladanan
kegiatan sosialisasi Mengembangkan
pendidikan, pelatihan, dan
penelitian di bidang kusta
dan kesehatan lainnya.

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

100
b. menginformasikan Undangan  Akuntabilitas Optimalisasi pemanfaatan
kegiatan yang akan - Bertanggung jawab sarana dan prasarana
dilakukan kepada tenaga Membuat undangan berdasarkan waktu
kesehatan di IGD RS Kusta yang telah disepakati
Dr. Rivai Abdullah
Palembang  Komitmen Mutu
- Efektif
Pesan dari undangan dimengerti
oleh tenaga kesehatan

c. Melaksanakan pre test Nilai pre test  Akuntabilitas


kepada tenaga kesehatan - Kejelasan
tentang sistem triase Menjelaskan cara pengisian soal
simulasi secara jelas
- Bertangguang jawab
Mengawasi pelasanakan pre test
dengan penuh tanggung jawab

d. Melakukan sosialisasi Dokumentasi  Akuntabilitas


sistem triase kepada tenaga Dalam bentuk foto - Kerja Keras
kesehatan IGD RS Kusta Mempresentasikan materi
Dr. Rivai Abdullah Daftar Hadir Peserta sosialiasi dengan kerja keras
Palembang - Kepercayaan
Menyiapkan ruangan yang
kondusif

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

101
- Kejelasan
Menyampaikan sosialisasi dengan
jelas dan mudah dipahami
- Partisipatif
Sosialisasi kepada tenaga
kesehatan dilakukan sebagai bentuk
partisipasi tenaga kesehatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit
- Tanggung jawab
Bertanggung jawab dalam
informasi yang diberikan kepada
tenaga kesehatan

 Nasionalisme
- Menghargai pendapat
Sosialisasi dilakukan dengan
diskusi 2 arah

Menerima kritik dan saran saat


sosialisasi

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

 Etika Publik
- Sopan

102
Menyampaikan materi sosialisasi
dengan cara yang sopan

 Komitmen Mutu
- Berorientasi mutu
Sosialisasi diharapkan dapat
menambah pemahaman tenaga
kesehatan mengenai sistem triase
yang baik

 Anti Korupsi
- Mandiri
Sosialisasi dilakukan sendiri

e. Melaksanakan post test Nilai post test  Akuntabilitas
kepada tenaga kesehatan - Kejelasan
tentang sistem triase Menjelaskan cara pengisian post
test secara jelas
- Bertangguang jawab
Mengawasi pelasanakan post test
dengan penuh tanggung jawab

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi
7 Pemasangan label ruangan di IGD a. Mencari referensi tentang Label nama ruangan  Akuntabilitas Kegiatan ini sesuai dengan Kegiatan ini akan
RS kusta Dr. Rivai Abdullah sistem pelabelan di IGD - Kerja keras misi RS Kusta dr. Rivai menguatkan nilai-nilai
Palembang Membuat label penamaan Bekerja keras untuk mencari Abdullah Palembang RS Kusta dr. Rivai
ruangan IGD referensi data yang valid yaitu: Abdullah Palembang
- Kejelasan yaitu:

103
Mencari referensi data yang valid Meningkatkan pelayanan Profesional,
dari sumber yang jelas kusta dan kesehatan Responsibility,
- Tanggung jawab lainnya secara Keteladanan
Bertanggung jawab terhadap komprehensif dan terpadu
kebenaran referensi yang dicari
Meningkatkan dan
 Komitmen Mutu memenuhi sarana dan
- Teliti prasarana.
Proses pengumpulan literatur baik
melalui jurnal, text book, dll
dilakukan dengan teliti, lengkap
dan jelas

b. Membuat label penamaan Draft label ruangan  Akuntabilitas


ruangan IGD - Bertanggung jawab
Membuat label berdasarkan data
yang ada

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

c. Mencetak label ruangan Print out label ruangan  Komitmen Mutu


yang telah dibuat - Teliti
Melakukan pemeriksaan draft
label sebelum dicetak agar tidak

104
terjadi salah cetak agar terjadi
efisiensi kertas
- Efisiensi
Mencetak materi soal evaluasi sesuai
dengan kebutuhan
d. Menempel label ruangan Dokumentasi foto  Komitmen Mutu
sesuai lokasi - Teliti
Menempel label dengan cermat dan
teliti

- Berorientasi pada mutu


Menempelkan label untuk
memudahkan tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan
berdasarkan prioritas

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi
8 Evaluasi sosialisasi SOP dan a. Mengamati sistem triase Data ( Dokumentasi Foto)  Akuntabilitas Kegiatan ini sesuai dengan Kegiatan ini akan
penerapannya di IGD RS Kusta IGD setelah dilakukan - Tanggung jawab misi RS Kusta dr. Rivai menguatkan nilai-nilai
Dr. Rivai Abdullah Palembang sosialisasi Mempertanggungjawabkan hasil Abdullah Palembang RS Kusta dr. Rivai
pengamatan di IGD yaitu: Abdullah Palembang
 Etika Publik yaitu:
- Teliti Meningkatkan pelayanan Komitmen, Integritas,
Melakukan pengamatan keadaan di kusta dan kesehatan Profesional,
IGD dengan teliti lainnya secara Responsibility,

105
 Anti Korupsi komprehensif dan terpadu Keteladanan
- Jujur
Fakta dilapangan tidak ditambahi dan Meningkatkan kualitas
dikurangi dan kuantitas Sumber

b. Melakukan pengolahan data Data analisis  Akuntabilitas Daya Manusia.

dan analisis dari semua data - Kerja keras


yang diperoleh Bekerja keras dalam mengolah
data

- Tanggung jawab
Bertanggung jawab terhadap hasil
analisis data

- Jujur
Menganalisis data secara jujur
berdasar fakta yang ada

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

 Nasionalisme
- Kerjasama
Berkoordinasi dengan kepala
instalasi IGD dalam menganalisis
data
 Komitmen Mutu
- Berorientasi mutu
Menganalisis semua data yang ada
untuk meningkatkan mutu pelayanan
kepada pasien

106
 Anti Korupsi
- Disiplin
Menganalisis data dengan tepat
waktu

c. Membuat laporan hasil Laporan  Akuntabilitas
kegiatan  Kerja Keras
Bekerja keras dalam penyelesaian
laporan hasil kegiatan
 Tanggung Jawab
Laporan hasil dibuat dengan tanggung
jawab dan integritas tinggi

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata pelatihan Kontribusi Penguatan Nilai
Terhadap Visi dan Organisasi
Misi Organisasi

 Komitmen mutu
- Teliti
Membuat laporan dengan teliti

 Anti Korupsi
- Jujur
Membuat laporan berdasarkan
fakta yang ada

107
d. Mencetak hasil laporan Print out laporan  Komitmen Mutu
 Teliti
Melakukan pemeriksaan laporan
sebelum dicetak agar tidak terjadi
salah cetak agar terjadi efisiensi
kertas
 Berorientasi pada mutu
Laporan ini akan diteruskan ke unit
kerja yang terlibat untuk perbaikan

e. Melakukan tahap kegiatan Habituasi


kembali sehingga menjadi
habituasi

3.3. JADWAL KEGIATAN

Tabel 3.3 Tabel Jadwal Kegiatan


No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/ Hasil Waktu

Mei Juni Juli Agustus September

1 2 3 4 III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV


1 Koordinasi dengan a. Membuat undangan rapat Surat undangan diterima
kepala bidang koordinasi
pelayanan medik, b. Melaksanaan koordinasi Informasi diterima oleh
Kepala Instalasi bersama Kepala bidang peserta
IGD, kepala pelayanan medik, Kepala

108
ruangan, dan mentor Instalasi IGD, kepala
mengenai ruangan IGD, dan mentor
pelaksanaan mengenai pelaksanaan
“Optimalisai sistem “Optimalisai sistem
triase oleh tenaga triase oleh tenaga
kesehatan di IGD RS kesehatan di IGD RS
Kusta Dr. Rivai Kusta Dr. Rivai Abdullah
Abdullah Palembang”
Palembang” c. Meminta izin kepada Surat izin pelaksanaan
kepala bidang pelayanan kegiatan
medik terkait kegiatan
yang akan dilakukan di
IGD
d. Membuat laporan hasil Notulensi rapat
rapat
2 Pengumpulan data a. Menginformasikan Jadwal kegiatan
tentang fakta sistem jadwal kegiatan kepada diterima oleh kepala
triase di IGD RS Kusta kepala instalasi IGD dan instalasi IGD
Dr. Rivai Abdullah tenaga kesehatan IGD RS
Palembang Kusta Dr. Rivai Abdullah
Palembang
b. Melakukan pengamatan Data Fakta di IGD
sistem triase di IGD RS tentang penempatan
Kusta Dr. Rivai Abdullah pasien sesuai
Palembang prioritasnya

c. Menganalisis fakta di Fakta sistem triase


IGD IGD RS Kusta Dr.
Rivai Abdullah
Palembang
3 Telaah SOP sistem a. Meminta izin kepada Surat izin
triase IGD RS Kusta Dr. kepala inslalasi IGD untuk
Rivai Abdullah melakukan telaah SOP

109
Palembang sistem triase IGD RS
Kusta Dr. Rivai Abdullah
Palembang
b. Meminjam dokumen SOP SOP yang berlaku
kepada kepala instalasi
IGD
c. Mengumpulan referensi literatur
dari jurnal mengenai
sistem triase IGD

e. Menganilisis SOP yang sesuai


kesesuaian SOP
berkoordinasi dengan
kepala instalasi IGD
4 Persiapan materi a. Mencari referensi Literatur
sosialisasi sistem triase mengenai sistem triase
IGD IGD
b. Menyusun kerangka Draft materi sosialisasi
materi sosialisasi
c. Mendiskusikan draft Materi sosialisasi
materi sosialisasi
bersama mentor dan role
model
d. Mencetak materi Print out materi
sosialisasi sosialisasi

5 Perumusan soal pre test a. Mencari referensi literatur


dan post test pertanyaan terkait
sistem triase
b. Merancang draft soal Draft soal evaluasi
evaluasi

110
c. Konsulatsi dengan kepala Soal evaluasi
instalasi mengenai draft
soal evaluasi
d. Mencetak soal evaluasi Print out soal evaluasi
6 sosialisasi sistem triase a. Mengatur jadwal Jadwal kegiatan
yang baik kepada tenaga sosialisasi sistem triase
kesehatan di IGD RS yang baik
Kusta Dr. Rivai b. menginformasikan Undangan
Abdullah Palembangdan kegiatan yang akan
pembagian soal evaluasi dilakukan kepada
sosialisasi tenaga kesehatan di
IGD RS Kusta Dr. Rivai
Abdullah Palembang

c. Melaksanakan pre test Nilai pre test


kepada tenaga
kesehatan tentang
sistem triase
d. Melakukan sosialisasi Dokumentasi
sistem triase kepada Dalam bentuk foto
tenaga kesehatan IGD
RS Kusta Dr. Rivai Daftar Hadir Peserta
Abdullah Palembang

e. Melaksanakan post test Nilai post test


kepada tenaga
kesehatan tentang
sistem triase
7 Pemasangan label a. Mencari referensi Label nama ruangan
ruangan di IGD RS tentang sistem
kusta Dr. Rivai pelabelan di IGD
Abdullah Palembang b. Membuat label
penamaan ruangan IGD

111
c. Membuat label Draft label ruangan
penamaan ruangan IGD
d. Mencetak label ruangan Print out label ruangan
yang telah dibuat
e. Menempel label Dokumentasi foto
ruangan sesuai lokasi
8 Evaluasi sosialisasi SOP a. Mengamati sistem Data ( Dokumentasi
dan penerapannya di triase IGD setelah Foto)
IGD RS Kusta Dr. Rivai dilakukan sosialisasi
Abdullah Palembang b. Melakukan pengolahan Data analisis
data dan analisis dari
semua data yang
diperoleh
c. Membuat laporan hasil Laporan
kegiatan
d. Mencetak hasil laporan Print out laporan
e. Melakukan tahap Habituasi
kegiatan kembali
sehingga menjadi
habituasi

112
BAB IV
KESIMPULAN

1. Pembuatan laporan aktualisasi merupakan langkah yang digunakan agar peserta


diklat Latsar CPNS dapat menginternalisasi nila-nilai ANEKA serta peran dari
kedudukan ASN dalam memangku jabatan ASN.
2. Isu belum optimalnya sistem triase oleh tenaga kesehatan di Instalasi IGD RS Kusta
Dr. Rivai Abdullah Palembang diangkat karena seringkali pasien ditempatkan tidak
sesuai dengan skala prioritasnya serta belum terdapatnya label penamaan ruangan
di IGD
3. Upaya mengoptimalkan sistem triase dilakukan melalui 8 kegiatan, diantaranya
pengamatan sistem triase yang ada di IGD RS sebelum dilakukan sosialisasi,
menelaah SOP yang sudah ada apakah terdapat ketimpangan dalam
pelaksanaannya, melakukan sosialisasi yang bertujuan meningkatkan pemahaman
tenaga kesehatan terhadap sistem triase yang baik dilanjutkan dengan melakukan
pretest dan post test dalam rangka evaluasi pemahaman tenaga kesehatan terhadap
materi yang telah disampaikan. Pada akhirnya nanti peserta akan membuat laporan
evaluasi kegiatan dimana harapan peserta adanya perbaikan dalam pelaksanaan
triase di IGD. Sehingga kecacatan dan kematian dapat dicegah serta memberikan
pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
4. Kegiatan akan dilakukan di IGD RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang dari
bulan Mei sampai Agustus. Aktor yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini
adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter jaga IGD dan perawat IGD.

113
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Pegawai Negeri
Sipil.Modul Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri
Sipil Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Akuntabilitas. Modul Penyelenggaraan Perdana
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS Golongan III.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Anti-Korupsi. Modul Penyelenggaraan Perdana
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS Golongan III.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Etika Publik. Modul Penyelenggaraan Perdana
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS Golongan III.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Komitmen Mutu. Modul Penyelenggaraan Perdana
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS Golongan III.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Nasionalisme. Modul Penyelenggaraan Perdana
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS Golongan III.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
LembagaAdministrasi Negara. 2017. Manajemen ASN . Modul Penyelenggaraan Perdana
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS Golongan III.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
LembagaAdministrasi Negara. 2017. Whole of Government.Modul Penyelenggaraan Perdana
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS Golongan III.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. PelayananPublik.Modul Penyelenggaraan Perdana
Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS Golongan III.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

114

Anda mungkin juga menyukai