Anda di halaman 1dari 20

Tugas Metodologi Penelitian Pendidikan

Disusun Oleh :

Kelompok III

Ayu Nofitasari (1110016100018)

Heni Lupita Sari (1110016100055)

Mukhayarah (1110016100043)

Endah Lestari (1110016100066)

Hilayiyah Hilda N. (1110016100070)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013
A. JUDUL
PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP MINAT BELAJAR
BIOLOGI PADA KONSEP SISTEM PENCERNAAN MANUSIA
B. KERANGKA TEORITIK
1. Pengelolaan Kelas
a. Pengertian pengelolaan kelas
Dalam proses pembelajaran dikelas yang sangat urgen
untuk dilakukan oleh seorang guru adalah mengupayakan atau
menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan kondisi
belajar yang baik diharapkan proses belajar mengajar akan
berlangsung dengan baik pula. Proses pembelajaran yang baik akan
meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan serta kesalahan
dalam pembelajaran. Maka dari itu penting sekali bagi seorang
guru memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar mengajar
yang baik dan untuk mencapai tingkat efektivitas yang optimal
dalam kegiatan instruksional kemampuan pengelolaan kelas
merupakan salah satu faktor yang juga harus dikuasai oleh seorang
guru, di samping faktor-faktor lainnya.1 Kemampuan tersebut yang
kemudian disebut dengan kemampuan mengelola kelas.
Sebelum memberikan pengertian tentang pengelolaan kelas
berikut iniadalah pengertian tentang kelas yang dikemukakan oleh
Purnomo, bahwa "Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik)
dan rombongan belajar (lingkungan emosional)".2
Lingkungan fisik meliputi : (1) ruangan, (2) keindahan kelas,
(3)pengaturan tempat duduk, (4) pengaturan sarana dan alat
pengajaran, (5)ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan

1
Nasrun, Media Metoda dan Pengelolaan Kelas terhadap Keberhasilan Praktek Lapangan
Kependidikan, (Forum Pendidikan : Universitas Negeri Padang, XXVI (04), Desember, 2001
),h.429.
2
Purnomo, Strategi Pengajaran, (Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,
Email:Tim_pepak@sabda.Org, 2005 ),h.3.
lingkungan sosio-emosionalmeliputi: (1) tipe kepemimpinan guru,
(2) sikap guru, (3) suara guru, (4) pembinaan hubungan yang baik.3
Kelas bukanlah sekedar ruangan dengan segala isinya yang
bersifatstatis dan pasif, namun kelas juga merupakan sarana
berinteraksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Ciri
utama kelas adalah pada aktivitasnya untuk dapat menjalankan
aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang dinamis perlu adanya
suatu aktivitas pengelolaan kelas baik dan terencana.
Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya berkaitan
langsung dengan proses belajar mengajar, misalnya tujuan yang
jelas, menguasai materi, pemilihan metode yang tepat, penggunaan
sarana, dan evaluasi yang tepat. Hal lain yang tidak kalah
pentingnya adalah keberhasilan guru dalam mencegah timbulnya
perilaku subyek didik yang mengganggu jalannya proses belajar
mengajar, kondisi fisik belajar dan kemampuan mengelolanya.4
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pengelolaan
diartikan dengan "penyelenggaraan, pengurusan".5 Sedangkan yang
dimaksud dengan kelas adalah "tingkat, ruang tempat belajar di
sekolah". Dengan kata lain pengelolaan kelas diterjemahkan secara
singkat sebagai suatu proses penyelenggaraan atau pengurusan
ruang dimana dilakukan kegiatan belajar mengajar, dan untuk lebih
jelasnya berikut pengertian pengelolaan kelas yang dikemukakan
oleh Usman, bahwa "pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar".

3
Ibid. h.17
4
Hendyat Soetopo, Pendidikan dan Pembelajaran, Teori, Permasalahan, dan Praktek.
(Malang : UMM Press, 2005), h.200
5
W.J.S., Poerwadarmita, Tim Penyusun Kamus Pusat Kamus Besar Bahasa Indonesia,
( Jakarta : Balai Pustaka, 2002 ), h.470
Sedangkan menurut Wina Sanjaya bahwa pengelolaan kelas
adalah Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat
mengganggu suasana pembelajaran.6
Pendapat lain yang cukup menarik dalam buku Quantum Teaching
tentang kelas, yaitu berfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas yang mendirikan landasan dan kerangka untuk
belajar. Beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah
dikemukakan oleh para ahli di atas, dapatlah memberi suatu
gambaran serta pemahaman yang jelas bahwa pengelolaan kelas
merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar
proses atau kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara
lancar.
Pengelolaan kelas merupakan masalah yang amat kompleks
dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak
didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan secara
efektif dan efisien. Pandangan mengenai pengelolaan kelas
sebagaimana telah dikemukakan di atas intinya memiliki
karakteristik yang sama, yaitu bahwa pengelolaan kelas merupakan
sebuah upaya yang real untuk mewujudkan suatu kondisi proses
atau kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dengan pengelolaan
kelas yang baik diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran di mana proses tersebut memberikan pengaruh positif
yang secara langsung menunjang terselenggaranya proses belajar
mengajar di kelas.

b. Tujuan pengelolaan kelas

6
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta
: Kencana Prenada Media Grup, 2005), Edisi pertama, Cetakan ke-2, h.174.
Menurut Usman pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu
tujuan:
1. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan
menggunakan fasilitas belajar untuk bermacam-macam
kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.
2. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan
siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan
belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil
yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung
pada tujuan pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas
adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam.macam kegiatan belajar
siswa sehingga subjek didik terhindar dari permasalah
mengganggu seperti siswa mengantuk, enggan mengerjakan tugas,
terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain
sebagainya.7
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan
pengelolaan kelas adalah menyediakan, menciptakan dan
memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas sehingga siswa
dapat belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu juga guru dapat
mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang
digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan
tujuan umum dan tujuan khusus.
c. Keterampilan pengelolaan kelas
Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya berkaitan
langsung dengan proses belajar mengajar, misalnya tujuan yang
jelas, menguasai materi, pemilihan metode yang tepat, penggunaan
sarana, dan evaluasi yang tepat. Hal lain yang tidak kalah

7
Hendyat Soetopo, Op. Cit, h. 200.
pentingnya adalah keberhasilan guru dalam mencegah timbulnya
perilaku subyek didik yang mengganggu jalannya proses belajar
mengajar, kondisi fisik belajar dan kemampuan mengelolanya.
Oleh sebab itu kegiatan guru dapat dibagi menjadi dua,
yaitu kegiatan pengelolaan pengajaran dan kegiatan pengelolaan
kelas.8 Tujuan pengajaran yang tidak jelas, materi yang terlalu
mudah atau terlalu sulit, urutan materi tidak sistematis, alat
pembelajaran tidak tersedia, merupakan contoh masalah
pembelajaran. Sedangkan subyek didik mengantuk, enggan
mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, mengganggu teman
lain, mengajukan pertanyaan aneh, tempat duduk banyak kutu
busuk, ruang kelas kotor, merupakan contoh masalah pengelolaan
kelas. Dan untuk penanggulangannya seorang guru harus dapat
memberikan bimbingan sebab ini secara psikologis akan menarik
keterlibatan siswa. Guru bisa memulainya dengan apa yang siswa
sukai, bagaimana cara berpikir mereka dan bagaimana mereka
menyikapi hal.hal yang terjadi dalam kehidupan mereka.9
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang
mengaktifkan siswa perlu diperhatikan hal.hal sebagai berikut :
1. Aksesbilitas : siswa mudah menjangkau alat dan sumber belajar.
2. Mobilitas : siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke
bagian yang lain.
3. Interaksi : memudahkan terjadi interaksi antara diri siswa
maupun antar Siswa.
4. Variasi kerja siswa : memungkinkan siswa bekerja secara
perorangan, berpasangan atau berkelompok.10
Pada intinya, kemampuan guru memilih strategi
pengelolaan kelas yang tepat sangat tergantung pada

8
Ibid, h. 200.
9
Bobbi De Porter,dkk., Quantum Learning, ( Bandung : Kaifa, 2000), h. 26
10
Boediono, Kegiatan Belajar Mengajar Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi http : //
www. Puskur. Or. Id / Data / Buku KBM. Pdf, (Jakarta : Puskur, Balitbang Depdiknas, 2002), h. 8
kemampuannya menganalisis masalah kelas yang dihadapinya jika
ia tepat meletakkan strategi tersebut maka proses belajar mengajar
akan efektif.

d. Pendekatan dalam pengelolaan kelas


Menurut James Cooper yang dikutip oleh Hendyat Soetopo
mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas, yaitu:
pendekatan modifikasi perilaku, pendekatan sosio-emosional, dan
pendekatan proses kelompok.11 Berikut penjelasan ketiga
pendekatan di atas adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan modifikasi perilaku (Behavior-Modification
Approach)
Pendekatan ini didasari oleh psikologi behavioral
yang menganggap perilaku manusia yang baik maupun
yang tidak baik merupakan hasil belajar. Oleh sebab itu
perlu membentuk, mempertahankan perilaku yang
dikehendaki dan mengurangi atau menghilangkan
perilaku yang tidak dikehendaki. Berdasarkan pendekatan
ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
pendekatan modifikasi perilaku aktivitas di utamakan
pada penguatan tingkah laku siswa yang baik maupun
tingkah laku siswa yang kurang baik, dengan pendekatan
ini diharapkan guru dapat merubah tingkah laku siswa
sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Teknik-teknik
yang dapat diterapkan adalah:12
a) Penguatan negative
Penguatan negatif adalah pengurangan hingga
penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan

11
Hendayat Soetopo, Op Cit. h. 201-205
12
Ibid. h. 201-202
untuk mendorong terulangnya perilaku yang
diharapkan.
b) Penghapusan
Penghapusan adalah usaha mengubah tingkah laku
subyek didik dengan cara menghentikan respon
terhadap tingkah laku mereka yang semula
dikuatkan oleh respon itu.
c) Hukuman
Yaitu penghentian secara langsung perilaku anak
yang menyimpang. Sebenarnya penguatan negatif
dan penghapusan merupakan hukuman yang tidak
langsung. Dengan kata lain hukuman adalah
pengajuan stimulus tidak menyenangkan untuk
menghilangkan dengan segera tingkah laku subyek
didik yang tidak diharapkan.
2. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional
Climate Approach)
Pendekatan sosio-emosional bertolak dari
psikologi klinis dan konseling. Pandangannya adalah
bahwa proses belajar-mengajar yang berhasil
mempersyaratkan hubungan sosio-emosional yang baik
antara guru subyek didik.
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan ini
mengutamakan pada hubungan yang baik antar personal
di dalam kelas, baik itu guru dengan siswa maupun siswa
dengan siswa, sehingga siswa merasa aman dan senang
berada dalam kelas serta berpartisipasi dalam proses
belajar mengajar dalam kelas. Dengan kata lain peran
guru sangat penting dalam menciptakan iklim belajar
yang kondusif dan guru diharapkan dapat merasakan apa
yang dirasakan oleh siswa serta mampu menyikapinya
secara demokratis.
3. Pendekatan Proses Kelompok (Group-Process Approach)
Pendekatan proses kelompok berangkat dari
psikologi sosial dan dinamika kelompok, dengan
anggapan bahwa proses belajar-mengajar yang efektif dan
efisien berlangsung dalam konteks kelompok. Untuk itu
guru harus mengusahakan agar kelas menjadi suatu ikatan
kelompok yang kuat.
Dapat penulis simpulkan pendekatan proses
kelompok ini bahwa pengalaman belajar siswa didapat
dari kegiatan kelompok di mana dalam kelompok terdapat
norma-norma yang harus diikuti oleh anggotanya,
terdapat tujuan yang ingin dicapai, adanya hubungan
timbal balik antar anggota kelompok untuk mencapai
tujuan, serta memelihara kelompok yang produktif. Lain
halnya dengan guru yang memperhatikan siswa, selalu
terbuka, terhadap keluhan siswa, mau mendengarkan
kesulitan belajar siswa, maupun selalu bersedia
mendengarkan saran dan kritik dari siswa adalah guru
yang disenangi oleh siswa. Siswa akan rindu dengan
kehadirannya, siswa merasa nyaman disisinya, dan siswa
merasa bahwa dirinya adalah keluarga bagi guru tersebut.
Figur yang demikian ini biasanya akan sedikit sekali
menemui kesulitan dalam mengelola kelas.
Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru
seperti inilah yang diyakini berkorelasi positif dengan
perubahan tingkah laku dan prestasi hasil belajar siswa.
Dengan kata lain, menciptakan iklim kelas yang baik
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
efektivitas dan kualitas pembelajaran di kelas. Jadi
pengelolaan kelas yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kemampuan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang
optimal.

2. Minat Belajar
Kata “Minat” mengandung pengertian kecenderungan jiwa yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau
kegiatan. Menurut Kartono, “minat merupakan momen-momen dari
kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang
dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat
elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat.”13 Sardiman A. M. berpendapat
bahwa “minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila
seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan
dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan kebutuhannya sendiri.”14
Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari
keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah
kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi,
pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman.15
Adapun kata “belajar” mengandung makna aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk mengetahui sesuatu, baik melalui
pengamatan, pengalaman, membaca dan lain sebagainya.
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan.
Semua benda yang hidup menjadi obyek dari biologi. Oleh karena itu
biologi berobyekkan benda-benda yang hidup. Maka cukup banyak ilmu-
ilmu yang tergabung di dalamnya. Biologi sebagai salah satu bidang ilmu
pengetahuan juga merupakan objek pada aspek minat. Dengan demikian,

13
Kartini, Kartono, 1995, Psikologi Umum, Bandung: Mandar Maju
14
Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1988), h.
76.
15
Hardjana. Kiat Sukses di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius. 1994.
bidang biologi dapat melahirkan reaksi perasaan senang, gembira, dan
semangat belajar, begitu pula sebaliknya, tergantung dari kepribadian
siswa sendiri apakah menaruh minat yang tinggi terhadap bidang biologi
atau tidak.16
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang
berminat terhadap biologi akan mempelajari biologi dengan sungguh-
sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian
pelajaran biologi, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam
belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum karena adanya daya
tarik yang diperoleh dengan mempelajari biologi. Siswa akan mudah
menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Berdasarkan hasil penelitian
psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat
mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu,
bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru.17
Dari Pengertian minat dan pengertian belajar seperti yang telah
dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah
dimana perasaan senang, kemauan disertai perhatian dan keaktifan yang
disengaja, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku, baik berupa
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
1. Unsur-Unsur Minat
a) Perhatian
Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan
baik, dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa
dalam belajar. Menurut Sumadi Suryabrata “Perhatian adalah
banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas
yang dilakukan.”18 Kemudian Wasti Sumanto berpendapat
“Perhatian adalah pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu

16
Abu Ahmadi, 1998, Didaktik Metodik,Cet.II,( Semarang: CV Toha Putra)
17
Slameto, 1995, Belajar dan Faktor-faktor yang memengaruhinya, h.61
18
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1989), h. 14.
kepada suatu obyek, atau pendayagunaan kesadaran untuk
menyertai suatu aktivitas.”19
Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih
sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi. Maka dari itu
sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik
perhatian anak didiknya sehingga mereka mempunyai minat
terhadap pelajaran yang diajarkannya. Orang yang menaruh
minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang
besar. Ia tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi
aktivitas tersebut. Oleh karena itu seorang siswa yang
mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan
berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu
dengan belajar.
b) Perasaan
Unsur yang tak kalah pentingnya adalah perasaan dari anak
didik terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Perasaan
didefinisikan “Sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif
yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal
dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai
taraf.”20
Tiap aktivitas dan pengalaman yang dilakukan akan selalu
diliputi oleh suatu perasaan, baik perasaan senang maupun
perasaan tidak senang. Perasaan umumnya bersangkutan
dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena
mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan
sesuatu. Yang dimaksud dengan perasaan di sini adalah
perasaan senang dan perasaan tertarik. “Perasaan merupakan

19
Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), h. 32
20
Sumadi Suryabrata, Op.Cit., h. 66.
aktivitas psikis yang di dalamnya subjek menghayati nilai-nilai
dari suatu objek.”21
Perasaan sebagai faktor psikis non intelektual, yang khusus
berpengaruh terhadap semangat belajar. Jika seorang siswa
mengadakan penilaian yang agak spontan melalui perasaannya
tentang pengalaman belajar di sekolah, dan penilaian itu
menghasilkan penilaian yang positif maka akan timbul
perasaan senang di hatinya akan tetapi jika penilaiannya negatif
maka timbul perasaan tidak senang.
Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat
dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan tidak senang
akan menghambat dalam mengajar, karena tidak adanya sikap
yang positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar.
c) Motif
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
“sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk
melakukan kreativitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.”22
Menurut Sumadi Suryabrata, motif adalah “keadaan dalam
pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu guna mencari suatu tujuan.”23
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang
mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar
penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Dan
minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan
untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi

21
W.S. Winkell, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983),
h. 30.

22
Sardiman AM, Op.Cit., (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 73.
23
Sumadi Suryabrata, Op.Cit., h. 32.
untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam
rentangan waktu tertentu. Ketiadaan minat terhadap suatu mata
pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik tidak
bergeming untuk mencat apa-apa yang telah disampaikan oleh
guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak
mempunyai motivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus
bisa membangkitkan minat anak didik. Sehingga anak didik
yang pada mulanya tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena
ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang
yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu
yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Jadi motivasi
merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang
sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat
motivasi dalam belajar.

3. Sistem Pencernaan pada manusia


Sistem pencernaan manusia adalah proses perubahan atau pemecahan zat
makanan dari molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana
dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan. Sistem
pencernaan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Pencernaan mekanis
Yaitu pencernaan makanan secara fisik, mengubah bentuk kasar
menjadi halus, seperti mengunyah, menggiling, mengaduk,
menekan maupun melumatkan.
b. Pencernaan kimiawi atau enzimatis
Yaitu pengubahan zat makanan dengan bantuan enzim pencernaan.
c. Pencernaan biologis
Yaitu pencernaan yang memanfaatkan kerjasama yang
menguntungkan dengan mikroba.
Sedangkan menurut tempat terjadinya, pencernaan dibagi menjadi dua,
yaitu :
1. Pencernaan intrasel, yaitu pencernaan yang terjadi di dalam sel
2. Pencernaan ekstrasel, yaitu pencernaan yang terjadi di luar sel atau
melalui saluran pencernaan
Makanan yang kita makan tidak dapat langsung diserap dan digunakan
oleh alat-alat tubuh kita. Agar dapat diserap oleh sel-sel jonjot usus,
makanan harus dicerna terlebih dahuu oleh alat-alat pencernaan. Alat- alat
pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran dan kelenjar pencernaan.
Saluran pencernaan merupakan saluran yang dilalui bahan makanan. Kelenjar
pencernaan adalah bagian yang mengeluarkan enzim untuk membantu
mencerna makanan. Saluran pencernaan antara lain sebagai berikut.
a. Mulut
Di dalam rongga mulut, terdapat gigi, lidah, dan kelenjar air liur
(saliva). Gigi terbentuk dari tulang gigi yang disebut dentin. Struktur gigi
terdiri atas mahkota gigi yang terletak diatas gusi, leher yang dikelilingi
oleh gusi, dan akar gigi yang tertanam dalam kekuatan-kekuatan rahang.
Mahkota gigi dilapisi email yang berwarna putih. Kalsium, fluoride, dan
fosfat merupakan bagian penyusun email. Untuk perkembangan dan
pemeliharaan gigi yang bai, zat-zat tersebut harus ada di dalam makanan
dalam jumlah yang cukup. Akar dilapisi semen yang melekatkan akar
pada gusi.
Ada tiga macam gigi manusia, yaitu gigi seri (insisor) yang berguna untuk
memotong makanan, gigi taring (caninus) untuk mengoyak makanan, dan
gigi geraham (molar) untuk mengunyah makanan. Dan terdapat pula tiga
buahkelenjar saliva pada mulut, yaitu kelenjar parotis, sublingualis, dan
submandibularis. Kelenjar saliva mengeluarkan air liur yang mengandung
enzim ptialin atau amilase, berguna untuk mengubah amilum menjadi
maltosa. Pencernaan yang dibantu oleh enzim disebut pencernaan
kimiawi. Di dalam rongga mulut, lidah menempatkan makanan di antara
gigi sehingga mudah dikunyah dan bercampur dengan air liur. Makanan
ini kemudian dibentuk menjadi lembek dan bulat yang disebut bolus.
Kemudian bolus dengan bantuan lidah, didorong menuju faring.
b. Faring dan esophagus
Setelah melalui rongga mulut, makanan yang berbentuk bolus akan
masuk kedalam tekak )faring). Faring adalah saluran yang memanjang
dari bagian belakang rongga mulut sampai ke permukaan kerongkongan
(esophagus). Pada pangkal faring terdapat katup pernapasan yang disebut
epiglottis. Epiglotis berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan
(laring) agar makanan tidak masuk ke saluran pernapasan. Setelah melalui
faring, bolus menuju ke esophagus; suatu organ berbentuk tabung lurus,
berotot lurik, dan berdidnding tebal. Otot kerongkongan berkontraksi
sehingga menimbulkan gerakan meremas yang mendorong bolus ke
dalam lambung. Gerakan otot kerongkongan ini disebut gerakan
peristaltik.
c. Lambung
Otot lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus, memecahnya
secara mekanis, dan mencampurnya dengan getah lambung. Getah
lambung mengandung HCl, enzim pepsin, dan renin. HCl berfungsi untuk
membunuh kuman-kuman yang masuk berasama bolus akan
mengaktifkan enzim pepsin. Pepsin berfungsi untuk mengubah protein
menjadi peptone. Renin berfungsi untuk menggumpalkan protein susu.
Setelah melalui pencernaan kimiawi di dalam lambung, bolus menjadi
bahan kekuningan yang disebut kimus (bubur usus). Kimus akan masuk
sedikit demi sedikit ke dalam usus halus.

d. Usus halus
Usus halus memiliki tiga bagian yaitu, usus dua belas jari
(duodenum), usus tengah (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Suatu
lubang pada dinding duodenum menghubungkan usus 12 jari dengan
saluran getah pancreas dan saluran empedu. Pankreas menghasilkan
enzim tripsin, amilase, dan lipase yang disalurkan menuju duodenum.
Tripsin berfungsi merombak protein menjadi asam amino. Amilase
mengubah amilum menjadi maltosa. Lipase mengubah lemak menjadi
asam lemak dan gliserol. Getah empedu dihasilkan oleh hati dan
ditampung dalam kantung empedu. Getah empedu disalurkan ke
duodenum. Getah empedu berfungsi untuk menguraikan lemak menjadi
asam lemak dan gliserol.
Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan di jejunum. Pada bagian
ini terjadi pencernaan terakhir sebelum zat-zat makanan diserap. Zat-zat
makanan setelah melalui jejunum menjadi bentuk yang siap diserap.
Penyerapan zat-zat makanan terjadi di ileum. Glukosa, vitamin yang larut
dalam air, asam amino, dan mineral setelah diserap oleh vili usus halus;
akan dibawa oleh pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Asam
lemak, gliserol, dan vitamin yang larut dalam lemak setelah diserap oleh
vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh getah bening dan akhirnya
masuk ke dalam pembuluh darah.
e. Usus besar
Bahan makanan yang sudah melalui usus halus akhirnya masuk ke
dalam usus besar. Usus besar terdiri atas usus buntu (appendiks), bagian
yang menaik (ascending colon), bagian yang mendatar (transverse colon),
bagian yang menurun (descending colon), dan berakhir pada anus. Bahan
makanan yang sampai pada usus besar dapat dikatakan sebagai bahan
sisa. Sisa tersebut terdiri atas sejumlah besar air dan bahan makanan yang
tidak dpat tercerna, misalnya selulosa.
Usus besar berfungsi mengatur kadar air pada sisa makanan. Bil kadar
iar pada sisa makanan terlalu banyak, maka dinding usus besar akan
menyerap kelebihan air tersebut. Sebaliknya bila sisa makanan
kekurangan air, maka dinding usus besar akan mengeluarkan air dan
mengirimnya ke sisa makanan. Di dalam usus besar terdapat banyak
sekali mikroorganisme yang membantu membusukkan sisa-sisa makanan
tersebut. Sisa makanan yang tidak terpakai oleh tubuh beserta gas-gas
yang berbau disebut tinja (feses) dan dikeluarkan melalui anus.
C. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel X (Pengelolaan Kelas)
Definisi konsep Pengelolaan kelas diartikan sebagai
usaha guru untuk mengatur siswa
dan ruang kelas agar kegiatan belajar
mengajar berlangsung menarik dan
menyenangkan, meliputi : pengaturan
perabot kelas, sarana belajar, alat
peraga, pajangan kelas, tempat duduk
siswa, dan pengelompokkan siswa.
Pengelolaan kelas dilakukan oleh guru
untuk menciptakan dan
mengendalikan situasi kelas yang
kondusif agar siswa dapat belajar
dengan sebaik mungkin demi kelancaran
proses belajar mengajar (PBM).
Definisi operasional Pengelolaan kelas adalah keterampilan
guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal
dan mengembalikannya bila
terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar.
Adapun indikator pengelolaan kelas
yang baik adalah
1) Kondisi belajar yang optimal. Kondisi
belajar yang nyaman, tenang,
bersih, sejuk sangat membantu perhatian
siswa, sehingga perhatian
siswa dapat terpusat pada materi
pelajaran.
2) Menunjukkan sikap tanggap. Prilaku
positif atau negatif yang muncul
di dalam kelas harus dapat disikapi
dengan baik sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
3) Memusatkan perhatian. Dengan
memusatkan perhatian secara terus
menerus terhadap siswa dapat
mempertahankan konsentrasi belajar
siswa tersebut.
40
4) Memberikan petunjuk dan tujuan
yang jelas. Sering terjadi kurangnya
konsentrasi siswa disebabkan oleh
ketidakpahaman siswa terhadap
arah dan sasaran yang akan dicapai.
5) Memberikan teguran dan penguat.
Teguran diberikan untuk
mengarahkan tingkah laku siswa, dan
penguat perlu dilakukan untuk
memberikan respon positif dengan cara
memberikan pujian dan

2. Variable Y (Minat Belajar Biologi pada Konsep Sistem Pencernaan )


Definisi konsep Minat Belajar adalah perasaan senang,
keinginan atau kemauan disertai
perhatian dan keaktifan yang disengaja,
sehingga melahirkan perubahan tingkah
laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan
keterampilan.

Definisi operasional Minat belajar biologi adalah minat belajar


yang ditujnukkan oleh siswa biologi.
Adapun indikator minat belajar adalah
sebagai berikut :
 Perasaan senang dalam mengikuti
proses belajar mengajar dikelas
 Perhatian dalam mengikuti proses
belajar mengajar dikelas
 Sikap siswa terhadap pelajaran
biologi
 Kebiasaan belajar siswa
 Usaha siswa untuk meningkatkan
belajar biologi
 Yakin akan hasil pekerjaan
sendiri
 Selalu bersemangat belajar
biologi
 Kesadaran siswa akan manfaat
dan kegunaan biologi dalam
kehidupan sehari hari maupun
kehidupannya di masa mendatang
 Kecendrungan siswa untuk selalu
siap pada kegiatan pembelajaran
biologi
 Tanggung jawab siswa terhadap
tugas pada mata pelajaran biologi
Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu. Didaktik Metodik. Cet.II; Semarang: CV. Toha Putra. 1998.

Boediono, Kegiatan Belajar Mengajar, Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas : dalam


Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi, http : // www.or.id/data/Buku
KBM.Pdf, 2002.

Buchari. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Aksara Baru. 1985.

De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2000.

Hardjana. Kiat Sukses di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius. 1994.

Kartini, Kartono. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju. 1995.

Nasrun, Media, Metoda dan Pengelolaan Kelas Terhadap Keberhasilan Praktek


Lapangan Kependidikan, Jurnal Pendidikan, Forum Pendidikan Universitas
Negeri Padang XXVI (04), Desember. 2001.

Poerwadarmita, W.J.S, Tim Penyusun Kamus Pusat Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta : Balai Pustaka, 2002.

Purnomo, Strategi Pengajaran, Yogyakarta: Universitas Sanata DarmaYogyakarta,


Email: Tim . Pepak @Sabda.Org. 2005.

Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,


Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. 2005

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang memengaruhinya. Jakarta: PT Rineka


Cipta. 1995.

Soetopo, Hendayat, Pendidikan dan Pembelajaran, Teori, Permasalahan, dan


Praktek, Malang : UMM Press. 2005.

Situs web

http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4004.pdf diakses tgl 8 april 2013 pukul


03.15
http://bhebeth89.files.wordpress.com/2008/06/3.pdf diakses tgl 8 april 2013 pukul
03.20

Anda mungkin juga menyukai