Anda di halaman 1dari 8

Nifas

1. Pengertian Nifas
Menurut pendapat Prawirohardjo (2010) masa nifas dimulai setelah keluarnya
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Masa nifas
merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil.
Menurut Nurul jannah (2011) masa nifas disebut juga masa postpartum atau
puerperium, adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan,
dan pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6
minggu atau 40 hari pasca persalinan.
Masa nifas atau puerpurium adalah masa setelah persalinan dimana tubuh melakukan
penyesuaian diri baik fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan yang dimulai
segera setelah placenta lahir sampai tubuh menyesuaikan diri secara sempurna dan/atau
berakhir ketika organ-organ kandungan kembali mendekati keadaan sebelum hamil yang
berlangsung selama 6 minggu. Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan, yaitu
a. Perubahan Fisiologi
b. Perubahan Psikologi
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk meningkatkan kesejahtaraan
fisik dan pisikologis bagi ibu dan bayi, pencegahan diagnosa dini dan pengobatan
komplikasi pada ibu, merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu, mendukung dan
memperkuat keyakinan ibu serta meyakinkan ibu mampu melaksanakan perannya dalam
situasi keluarga dan budaya yang khusus, imunisasi ibu terhadap tetanus dan mendorong
pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan
pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2009).
3. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :
1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia,
tekanan darah, dan suhu.
2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3) Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu) Pada periode ini bidan tetap melakukan
perawatan dan pemeriksaan seharihari serta konseling KB (Saleha, 2009).
4. Kunjungan Nifas Menurut PWS KIA
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan yang sesuai standar pada ibu mulai 6
jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. untuk deteksi dini komplikasi
pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan pada ibu nifas dengan melakukan
kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu minimal
1) Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan.
Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan mencegah pendarahan masa nifas karena
atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, dan merujuk bila
pendarahan berlanjut, memberikan konseling kepada ibu dan salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian
ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, juga menjaga bayi tetap
sehat dengan cara mencegah hipotermia dan jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
2) Kunjungan nifas kedua pada masa 2 minggu setelah persalinan (8-14 hari)
Kunjungan ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau cairan, dan
istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenali asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) Kunjungan nifas ketiga yaitu pada masa 6 minggu setelah persalinan (36-42hari).
Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan, kunjungan ini
tujuannya sama dengan kunjungan yang kedua. Setelah kunjungan ketiga maka
dilakukanlah kunjungan keempat dilakukan 6 minggu setelah persalinan yang
merupakan kunjungan terakhir selama masa nifas kunjungan ini bertujuan untuk
menanyakan pada ibu tentang penyulit–penyulit yang ia atau bayi alami, juga
memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini. (Prawirohardjo,
2002)
Pelayanan yang diberikan adalah :
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, respirasi
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uteri)
c. Pemeriksaan lochea dan pegeluaran pervaginam
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan
e. Pemberian kapsul Vit. A 200.000 IU sebanyak 2 kali pertama segera setelah
melahirkan kedua setelah 24 jam pemberian kapsul Vit. A pertama. Tenaga
kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas antara lain dokter
spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
5. Perubahan-Perubahan Masa Nifas
1) Perubahan Fisiologi
(1) Perubahan pada uterus
Menurut Pusdiknakes-JHPIEGO (2003) Involusi atau pengerutan uterus
merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke keadaan sebelum hamil
dengan bobot 60 gram. Involusi terjadi segera setelah melahirkan dan
berlangsung cepat.
a. Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras dengan TFU 2 jari
di bawah pusat, setelah 12 jam TFU 1jari bawah pusat, 2 hari berikutnya
uterus tidak berkurang, setelah 2 hari berikutnya uterus mengecil 1 cm
perhari hingga hari ke 14 tidak terabalagi.
b. Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uerus, dimana enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot yang
sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semua dalam 5 kali lebar
dari semula selama kehamilan. Proses proeolitik adalah proses pemecahan
protein yang hasil pemecahan akan diabsorpsi dan sisanya dikeluarkan
melalui urine.
c. Efek oksitosin
Peran oksitosin adalah untuk menimbulkan kontraksi dan retraksi otot uteri
sehingga akan mengkompres pembuluh darah yang menyebabkan
kurangnya suplay darah ke uterus. Proses ini untuk mengurangi tempat
implantasi plasenta serta mengurangi pendarahan. Dengan involusi uterus
ini maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi neuritis (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama sisa
cairan yang disebut lochea yang berakhir dalam waktu 3-6 minggu. Luka
pada bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan
endometrium .
2.1 Tabel perubahan yang normal didalam uterus selama post partum.
Waktu Berat Diamete Palpasi
uterus r uterus servik
Pada tahap 500 gram 12,5 cm Lembut/lun
persalinan 450 gram 7,5 cm ak
Pada tahap minggu I 200 gram 5,0 cm 1 cm
Pada akhir minggu II 60 gram 2,5 cm 1 cm
Pada akhir 6 minggu Menyempit

2.2 Tabel Penurunan tinggi uterus pada masa nifas sebagai berikut:
Hari Penurunan
Segera setelah bayi lahir Setinggi pusat
Setelah uri lahir 2 jari di bawah pusat
1 minggu Pertengahan pusat simfisis
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis
6 minggu Bertambah kecil
8 minggu Sebesar normal
Lochea mengalami perubahan karena proses involusi (Manuaba,1998) :
a. Lochea Rubra (cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua(desidua: selaput lendir rahim pada keadaan
hamil,) vernik casosa, lanugo,dan mekonium,selama 1-3 hari pasca
persalinan.
b. Lochea sanguilenta : warnanya putih bercampur darah. Ini terjadi pada
hari ke 3-7 pasca persalinan.
c. Lochea serosa: Berwarna kuning dancairan ini tidak berdarah lagi ada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochia alba: cairan putih yang tejadi pada hari setelah dua minggu.
(2) Perubahan serviks
Menurut Prawirohardjo (2010) servik setelah melahirkan pada bagian
ektoserviks (porsio) akan terlihat memar, sedikit koyak. Beberapa hari setelah
persalinan, osteum eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak
rata tetapi retak. Akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari dan
lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis servikalis.
Setelah post partum, OUE lebih besar dan ada retak serta robekan pada
pinggirannya.
(3) Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina
Menurut Pusdiknakes - JHPIEGO (2003) berkurangnya sirkulasi progesterone
mempengaruhi otot-otot panggul, perineum, vagina dan vulva. Proses ini
membantu pemulihan ke arah tinisitas / elastisitas normal dari ligamentum otot
rahim. Semua ini merupakan proses bertahap yang akan berguna apabila ibu
melakukan ambulasi dini, senam nifas, dan mencegah timbulnya
konstipasi.Sarwono Prawiradirdjo (2010) mengemukakan bahwa luka-luka pada
jalan lahir seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan
serviks, bila tidak seberapa luas lukanya, umumnya akan sembuh dengan baik,
kecuali bila terdapat infeksi. Umumnya. dinding vagina akan kembali setelah 6-
8 minggu dan rugae akan timbul kembali kira-kira minggu ke-4.
(4) Perubahan pada sistem gastrointestinal
a. Nafsu makan
Setelah pemulihan sempurna dari analgetik, anastesi, dan kelelahan,
kebanyakan ibu nifas merasa cepat lapar.
b. Motilitas
Penurunan tonus otot dan motilitas traktus gastrointestinal berlangsung hanya
beberapa waktu setelah persalinan. Penggunaan analgetik dan anastesiyang
berlebih dapat memerlambat pemulihan motilitas usus.
c. Pengosongan usus
Pengosongan usus secara spontan terlambat 3-5 hari setelah persalinan karena
dehidrasi dan kurang makan serta pembengkakan perineal yang disebabkan
oleh episiotomi.
(5) Perubahan sistem urinaria
a. Sensitivitas kandung kemih terhadap cairan kadang-kadang menghilang. Hal
ini disebabkan karena oedema yang disebabkanoleh trauma kandung kencing.
b. Gangguan BAK dalam 6-8 jam.
c. Kadang-kadang terjadi hematuria.
d. ±40% pada ibu nifas mengalami protein urea non patologis sampai hari kedua
post partum.
e. Serta jumlah urine yang keluar dapat melebihi 3000 m per harinya sebagai
suatu cara tubuh untuk megurangi cairan ekstraseluler.
(6) Perubahan sistem muskuloskeletal (diatasis recti abdominalis)
Dinding perut menjadi lembek dan kendor, karena peregangan abdomen secara
bertahap pada waktu hamil. Bila peregangan berlebihan terkadang menimbulkan
otot-otot dinding perut terpisah.

(7) Perubahan sistem endokrin


Estrogen dan progesteron serta prolaktin menurun secara cepat, kadar prolaktin
pada ibu menyusui akan meningkat secara bertahap karena rangsangan dari
isapan bayi.
(8) Perubahan sistem kardiovaskuler
Volume Darah : Perubahan pada volume darah terjadi dalam 3-4 minggu setelah
persalinan.
Cardiac Output : Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II
persalinan dan tetap tinggi sampai 48 jam post partum, kemudian kembali
kembali pada keadaan sebelum hamil 2-3 minggu.
Komponen Darah : Hb, HT, Eritrosit, mendekati keadaan sebelum melahirkan
dan berangsur-angsur kembali ke keadaan sebelum hamil.
(9) Perubahan tanda-tanda vital
a. Suhu
Suhu pada 24 jam pertama post partum meningkat sampai 38°C akibat dari
dehidrasi persalinan. Jika berturut-turut selama dua hari suhu ≥38°C harus
dipikirkan adanya kemungkinan infeksi (Manuaba, 1998). Infeksi dapat
dikarenakan febris puerpuralis, infeksi traktus genetalis, mastitis, dan infeksi
sistemik.
b. Nadi
6-8 jam post partum umumnya terjadi bradikardi sebagai suatu konsekuensi
dari peningkatan cardiac output. Setelah 3 bulan post partum, nadi kembali
seperti sebelum hamil. Nadi dianggap normal yakni antara 50-70
kali/menit.nadi yang cepat mengindikasikan hipovolemia sekunder dan
perdarahan.
c. Respirasi
Respirasi segera menjadi normal seperti sebelum hamil.
d. Tekanan Darah
a. Tensi ibu tetap stabil. Jika terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg
atau lebih pada saat ibu berubah posisi dari tidur terlentang keposisi duduk
mungkin merupakan gangguan sementara pada komponen kardivaskuler
terhadap penurunan tekanan vaskuler panggul.
b. Kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dengan diastolik 15 mmhg, terutama
bila disertai sakit kepala atau perubahan penglihatan, dapat dicurigai
adanya preeklamsia.
c. Berkeringat dan menggigil mungkin disebabkan oleh vasomotor
instability, bila disertai panas berarti untuk membantu pengeluaran jumlah
sisa atau kelebihan cairan tubuh.
2) Perubahan Psikologi
Perubahan psikologis pada ibu disebbabkan kesan pertama, penyesuaian emosional,
post partum blues menjadi orang tua merupakan hal kritis yang disebut fase
honeymoon yaitu fase kritis setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama
antara ibu, ayah, dan anak.
Berikut ada 3 fase pada masa nifas.
a. Fase taking in
Perhatian ibu terutama pada kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan
ketergantungan (berlangsung selama 2 hari). Ibu tidak menginginkan kontak
dengan bayinya tetapi bukan tidak memperhatikan. Dalam fase ini yang
diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayinya.
Ibu mengenang pengalaman melahirkan yang baru dialaminya untuk memulihkan
tenaga memerlukan tidur dan asupan nutrisi yang adekuat.
b. Fase taking hold
Fase ini berlagsung selama 10 hari dimana ibu berusaha mandiri dan berinisiatif,
perhatian terhadap kemampuan mengaasi fungsi tubuhnya, ingin belajar tentang
perawatan dirinya dan bayinya, serta timbul rasa kurang percaya diri sehingga
perlu dibimbing.
c. Fase letting go
Ibu merasa bahwa bayinya merupakan bagian dari dirinya, mendapat peran dan
tanggung jawab baru. Terjadi peningkatan kemandirian dalam perawatan diri
sendiri dan bayinya serta penyesuaian dalam hubungan keluarga termasuk bayi.

Anda mungkin juga menyukai