Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PERAWATAN (CURING) PADA BETON DENGAN LIMBAH ABU BOILER

PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN


TERHADAP KUAT TEKAN BETON

FD Pardi Habeahan1, Nursyamsi2


1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan

e-mail: pardi.habeahan@gmail.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU
Medan

e-mail:

ABSTRAK
Salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan beton adalah perawatan (curing). Perawatan (curing)
adalah suatu langkah/tindakan untuk memberikan kesempatan pada semen/beton mengembangkan kekuatannya
secara wajar dan sesempurna mungkin. Perawatan (curing) beton dilakukan setelah beton mencapai final setting,
artinya beton telah mengeras, sampai dengan minimal 7 hari (initial curing). Beton merupakan gabungan
material yang terutama terdiri dari tiga bahan campuran yaitu: semen, air, dan agregat yang memiliki
perbandingan tertentu. Namun bahan baku pembentuk beton yang selama ini diperoleh dari alam cenderung
menurun mendorong peneliti menambahkan bahan-bahan lain yang mempunyai sifat yang sama dengan
pembentuk beton dalam campuran beton. Salah satunya adalah abu boiler PKS. Limbah abu boiler PKS
merupakan salah satu limbah yang menjadi masalah utama bagi perusahaan industri. Untuk itu, peneliti berusaha
memanfaatkan abu boiler PKS ini agar pemanfaatannya dapat dioptimalkan. Dari hasil pengujian diperoleh
kenaikan nilai pada slump, dan penurunan kuat tekan untuk semua variasi menjadi 84.22%, 71,43% dan 56,30%
dari beton normal untuk curing rendam. Untuk curing plastik 90.47%, 69.81%, dan 54.25% dari beton normal.
Untuk curing kering 74.15%, 63,75%, dan 52,03% dari beton normal. Beton dengan curing plastik dan curing
kering akan mengalami penurunan kuat tekan dari curing rendam. Penurunan kuat tekan pada beton normal
menjadi 89.29%, 76.01% dari curing rendam. Untuk substitusi 7,5% yaitu 95.92%, 62.30% dari curing rendam.
Untuk substitusi 12,5% yaitu 87.26%, 69.41% dari curing rendam. Untuk substitusi 17,5% yaitu 86.04%,
72.91% dari curing rendam.

Kata kunci : beton normal, abu boiler PKS, kuat tekan, curing.

ABSTRACT

One of the factors that affect the strength of concrete is curing. curing is a step/ action to provide
opportunities for cement/ concrete to develop strength naturally and as perfectly as possible . curing of concrete
after the concrete reaches the final setting , meaning that the concrete has hardened, up to a minimum of 7 days
(initial curing ). Concrete is a composite material consisting primarily of a mixture of three materials : cement ,
water , and aggregates that have a certain ratio . But the concrete -forming materials that have been obtained
from the wild tend to decrease encourage researchers to add other materials that have properties similar to
concrete forming in the concrete mix . One is the palm oil mill boiler ash . Boiler ash waste palm oil mill waste is
one of the major problem for industrial companies . To that end , researchers tried to exploit palm oil mill boiler
ash is so that the utilization can be optimized. From the test results obtained by the increase in value on the
slump and compressive strength decreased for all variations be 84.22 % , 71.43 % and 56.30 % of normal
concrete for water curing. For curing plastics (membrane curing) 90.47 % , 69.81 % , and 54.25 % of normal
concrete . For dry curing of 74.15 % , 63.75 % , and 52.03 % of normal concrete. Concrete with plastic curing
and dry curing will decrease the compressive strength of water curing. Decrease in the compressive strength of
normal concrete to be 89.29 % , 76.01 % of the water curing. For the substitution of 7.5 %, is 95.92 % , 62.30 %
of the water curing. For the substitution 12.5 % that is 87.26 % , 69.41 % of the water curing. For the substitution
17.5 % that is 86.04 % , 72.91 % of the water curing.

Keywords : normal concrete , palm oil mill boiler ash , compressive strength , curing .

1
Pendahaluan
Pembangunan dewasa ini semakin berkembang dengan pesat, hal ini dapat dilihat dengan semakin
banyaknya dibangun konstruksi berskala besar. Seperti sebagai sarana transportasi berupa jembatan berbentang
panjang, jalan layang, bangunan air seperti bangunan pembangkit tenaga listrik, bendungan maupun pada
struktur bangunan seperti gedung perkantoran, hotel bertingkat tinggi, serta apartement sebagai sarana
perumahan yang banyak diminati dewasa ini di kota-kota besar. Dari sekian banyak konstruksi yang telah dibuat
terlihat bahwa konstruksi beton lebih dominan digunakan. Misalnya, pada konstuksi jalan, gedung bertingkat
maupun pada stuktur bangunan air seperti pada bendungan dan saluran irigasi. Untuk itu dituntut pula bagaimana
mendapatkan suatu kuat tekan yang sesuai dengan yang direncanakan.
Bersamaan dengan meningkatnya skala pembangunan menunjukkan semakin banyak kebutuhan beton
di masa yang akan datang. Beton merupakan material utama untuk konstruksi yang banyak digunakan di seluruh
dunia. Campuran yang homogen antara semen, air, aggregate halus (pasir) dan aggregate kasar (kerikil) dengan
atau tanpa bahan tambahan lainnya dengan perbandingan tertentu. Semen merupakan komposisi utama dalam
pembuatan beton. Dengan demikian kebutuhan akan bahan baku semen dan material campuran lainnya seperti
agreat kasar, agregat halus, air serta bahan tambahan lainnya akan meningkat pula. Namun bahan baku yang
selama ini diperoleh dari alam cenderung menurun akibat eksploitasi yang terus dilakukan.
Melihat fenomena di atas, banyak orang mencoba memanfaatkan limbah untuk digunakan dalam
campuran beton. Namun tidak menghilangkan sifat beton asli pada normalnya. Salah satu limbah yang dapat
dipergunakan tersebut adalah limbah abu boiler pabrik kelapa sawit (PKS).
Menurut data yang diperoleh dari PTPN V, Indonesia merupakan salah satu Negara produsen Crude
Palm Oil (CPO) terbesar di dunia. Indonesia menjadi prosuden CPO dunia terbesar dengan total kontribusi
sekitar 22,03 juta ton (47,2%) atau naik 4,2% dibandingkan sebelumnya. Luas kebun kelapa sawit pada tahun
2011 yang ada di Indonesia mencapai 8,9 juta ha (PTPN V, 2010, par 4). Berkaitan dengan isu lingkungan,
pengolahan limbah kelapa sawit harus mendapatkan penanganan yang tepat. Limbah abu boiler PKS ini berasal
dari pengolahan kelapa sawit yang merupakan sisa dari pembakaran cangkang dan serabut kelapa sawit di dalam
tungku pembakaran pada suhu 700-800 oC. kandungan silika yang terdapat dalam abu ini cukup besar sehingga
cukup potensial untuk digunakan.
Untuk mencapai mutu beton yang direncanakan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti
cara pencampuran (mixing), penuangan (casting), pemadatan (compacting), dan perawatan (curing). Faktor lain
yang tidak kalah penting adalah mutu bahan pembantu seperti mutu cetakan (form work).
Perawatan (curing) adalah suatu langkah/tindakan untuk memberikan kesempatan pada semen/beton
mengembangkan kekuatannya secara wajar dan sesempurna mungkin. Untuk tujuan tersebut maka suatu
pekerjaan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras. Kelembaban beton itu harus dijaga agar proses
hidrasi semen dapat terjadi dengan wajar dan berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan, akan
terjadi beton yang kurang kuat dan juga timbul retak-retak.
Secara umum perawatan beton dibagi atas beberapa metode, seperti metode perawatan basah,
penguapan, membran, dan lain-lain. Pada penelitian ini dilakukan dengan perawatan menggunakan metode
sealed curing, metode dry curing, dan water curing. Metode perawatan membran bertujuan untuk melindungi air
yang ada di dalam beton agar tidak keluar begitu juga air dari luar tidak masuk ke dalam beton, tanpa
menggunakan air tambahan dari luar beton untuk membantu proses hidrasi. Metode ini disebut juga metode
pengontrol air.
Dalam penelitian ini dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu seberapa besar pengaruh beton yang
dilapisi membran (plastik) sebagai pembungkus benda uji dengan beton yang dirawat dengan metode dry curing
atau water curing dengan substitusi abu boiler PKS terhadap kuat tekan.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh beton yang dilapisi
membran (plastik) sebagai pembungkus benda uji dengan beton yang dirawat dengan metode dry curing atau
water curing dengan substitusi abu boiler PKS terhadap kuat tekan, sehingga diperoleh suatu sistem perawatan
yang menghasilkan beton sesuai dengan perencanaan.
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi perkembangan
teknologi beton, antara lain sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian ini kiranya dapat kita jadikan suatu acuan bahwa penggunaan abu boiler PKS sebagai
komponen pembentuk beton merupakan suatu pilihan yang patut dipertimbangkan untuk mengubah sifat
beton tertentu sesuai yang diinginkan.
2. Bahan pertimbangan bagi perusahaan / individu untuk menggunakan abu boiler PKS sebagai salah satu
bahan dalam adukan beton.
3. Penggunaan abu boiler PKS dapat meminimalkan penggunaan semen (ekonomis).
4. Dapat mengurangi polusi lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah abu boiler PKS.
5. Untuk mengetahui perbandingan berbagai metode perawatan beton. Yang akhirnya dapat di aplikasikan di
lapangan.

2
6. Dapat menjadi bahan yang dipertimbangkan dalam pembuatan suatu produk dari beton.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental di laboratorium dengan melakukan pengujian
kuat tekan beton terhadap benda uji dengan berbagai perlakuan curing.
Penyediaan bahan penyusun beton seperti semen, bahan substitusi semen (abu boiler pabrik kelapa
sawit), batu pecah, dan pasir. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan bahan campuran beton yaitu :
 Analisa ayakan agregat halus dan agregat kasar
 Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi agregat halus dan agregat kasar.
 Pemeriksaan berat isi pada agregat halus dan agregat kasar.
 Pemeriksaan kadar lumpur (pencucian agregat kasar dan agregat halus lewat ayakan No.200).
 Pemeriksaan kandungan organik (colorimetric test) pada agregat halus.
Abu boiler Pabrik Kelapa Sawit (PKS) diperoleh dari pembakaran cangkang dan serabut buah kelapa
sawit di dalam ketel uap pada pabrik pengolahan minyak kelapa sawit PT. Inno Wangsa Oil & Fat, Jalan MG
Manurung No. 12 Medan. Abu boiler PKS yang digunakan sebagai substitusi semen diayak dan harus lolos
ayakan No. 200.
Proporsi bahan-bahan penyusun beton ditentukan melalui sebuah perancangan beton (mix design). Hal
ini dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat teknis secara ekonomis. Dalam menentukan
proporsi campuran dalam penelitian ini berdasarkan pada SK SNI 03-2834-2000 Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal dan diperoleh komposisi campuran yaitu 1.00 : 1.62 : 2.31 : 0.50 (semen : pasir : batu
pecah : air) dalam perbandingan berat. Variasi persentase substitusi abu boiler PKS 7.5%, 12.5%, dan 17.5%
terhadap berat semen. Untuk mengetahui nilai kuat tekan beton maka dibuat benda uji berbentuk silinder
dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm masing-masing sebanyak 6 buah untuk benda uji beton normal dan
untuk beton dengan substitusi abu boiler PKS. Setelah umur beton 24 jam, cetakan silinder dibuka dan mulai
dilakukan perawatan beton (curing) dengan cara :
 Metode water curing (perawatan basah) : direndam dalam bak perendaman
Dilaksanakan berdasarkan SNI. 03-2493-1991, Metoda Pembuatan Dan Perawatan Benda Uji Beton Di
Laboratorium
 Metode dry curing (perawatan kering) : diletakkan dalam ruangan laboratorium
 Metode sealed curing (perawatan membran) : dibungkus plastik (plastik gula) diikat karet di bagian
atasnya.
Dilaksanakan berdasarkan SNI. 4817-2008, Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton
Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump yang didasarkan pada SNI
1972:2008. Percobaan ini menggunakan corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya,
yang disebut kerucut Abrams.
Pengujian kuat tekan beton menggunakan metode pengujian kuat tekan beton berdasarkan SNI 03-1974-
1990 dengan menggunakan alat compression machine dan dilakukan pada umur benda uji beton 7 hari dan 28
hari.

Hasil dan Pembahasan


Slump
Konsistensi/kelecakan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump yang berdasarkan pada
SNI 1972:2008. Cara Uji Slump Beton. Percobaan ini menggunakan corong baja yang berbentuk konus
berlubang pada kedua ujungnya, yang disebut kerucut Abrams. Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atas
berdiameter 10 cm, dan tinggi 30 cm.
Hasil percobaan slump dari campuran beton dengan substitusi abu boiler PKS terhadap semen dapat
dilihat pada Tabel 1 dan digambarkan pada Gambar 1.

Tabel 1 Nilai Slump Campuran Beton Dengan Substitusi Abu Boiler PKS
Variasi Penambahan Abu Nilai Slump
Boiler (cm)
0% 12
7.5% 14
12.5% 15
17.5% 17

3
Dari tabel dapat dilihat bahwa dengan meningkatnya persentase substitusi abu boiler nilai slump naik dengan
signifikan.

Gambar 1 Grafik Nilai Slump Terhadap Variasi Abu Boiler PKS


Naiknya nilai slump akan memudahkan pengerjaan (workability meningkat) akan tetapi daya ikat beton akan
berkurang seiring meningkatnya keenceran beton

Kuat Tekan Beton


Pengujian ini untuk menentukan kuat tekan (compressive strength) beton dengan benda uji berbentuk
silinder yang dibuat dan dimatangkan (curing) di laboratorium. Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban
per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang
dihasilkan oleh mesin tekan (compression machine).
Pengujian kekuatan tekan beton dengan atau tanpa menggunakan substitusi abu boiler PKS dilakukan
pada umur 7 dan 28 hari. Pengujian kuat tekan beton ini berdasarkan SNI 03-1974-1990, Metode Pengujian Kuat
Tekan Beton.
Hasil perhitungan kuat tekan beton dengan atau tanpa menggunakan substitusi abu boiler PKS
pengujian kuat tekan pada umur 7 dan 28 hari ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kuat Tekan Silinder Beton


7 Hari 28 Hari

Variasi Berat % Berat %


Curing Kuat Kuat
Substitusi Rata- Terhadap Rata- Terhadap
Tekan Tekan
rata Beton rata Beton
(MPa) (MPa)
(Kg) Normal (Kg) Normal
0% 12.83 18.97 100.00 12.85 32.31 100.00
7.5% 12.77 17.04 89.83 12.83 27.21 84.22
Rendam
12.5% 12.62 13.70 72.22 12.78 23.08 71.43
17.5% 12.43 11.91 62.78 12.70 18.19 56.30
0% 12.73 17.74 100.00 12.88 28.85 100.00
7.5% 12.67 16.78 94.59 12.60 26.10 90.47
Plastik
12.5% 12.68 12.15 68.49 12.60 20.14 69.81
17.5% 12.38 9.62 54.23 12.55 15.65 54.25
0% 12.57 24.33 100.00 12.72 21.93 100.00
7.5% 12.52 17.80 73.16 12.67 16.26 74.15
Kering
12.5% 12.42 14.08 57.87 12.55 13.98 63.75
17.5% 12.30 11.89 48.87 12.15 11.41 52.03

4
Dari hasil pengujian kuat tekan silinder beton di atas menunjukkan, terjadinya penurunan kuat tekan
akibat substitusi abu boiler PKS. Hal ini menunjukkan bahwa abu boiler mengakibatkan berkurangnya daya ikat
beton. Namun dalam batas pemakaian tertentu hasil kuat tekan yang dihasilkan masih sesuai dari kuat tekan
rencana.
Hilangnya air pada beton akibat penguapan baik pada saat pembongkaran cetakan benda uji,
pengangkutan, ataupun kehilangan air pada saat pengecoran akan mengakibatkan berkurangnya air dalam beton
yang akan mengganggu proses berlangsungnya hidrasi semen. Semen yang berhidrasi dengan baik akan
memberikan kekuatan yang maksimum (Indrayumansyah, 2001:5).
Pada curing rendam, air yang hilang tersebut akan digantikan air yang yang ada disekitar benda uji yang
direndam. Pengeringan (penguapan air beton) tidak akan mungkin terjadi, beton tersebut tidak akan mungkin
kehilangan air yang dibutuhkannya untuk proses pengerasan. Proses perawatan beton berlangsung secara teratur
akan menghindari terjadinya keretakan pada beton tersebut serta kuat tekan beton yang diharapkan akan tercapai
(Indrayumansyah, 2001:5).
Perawatan beton dengan curing plastik, digunakan untuk menutup permukaan beton guna menghindari
hilangnya air selama masa perawatan dan berfungsi juga untuk mengurangi naiknya temperatur beton yang
permukaannya secara langsung terkena sinar matahari dalam hal material tipe pemantul putih (SNI 4817-2008).
Sehingga jumlah air dalam beton tetap terjaga untuk hidrasi semen. Curing rendam lebih baik dari curing plastik,
karena dalam curing rendam air yang hilang selama proses pengecoran ataupun pembongkaran cetakan akan
digantikan air perendam benda uji. Sedangkan curing plastik hanya berfungsi untuk mencegah terjadinya
penguapan lanjutan agar hidrasi semen berjalan dengan baik.
Pada curing kering, air dengan mudah menguap dari beton. Penguapan ini bisa saja diakibatkan oleh
suhu, ataupun tiupan angin. Besarnya penguapan air ini akan menghambat proses terjadinya hidrasi semen. Hal
ini terlihat dari rendahnya kuat tekan yang dihasilkan dari curing kering ini.
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa beton curing rendam akan menghasilkan kuat tekan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan beton curing plastik ataupun curing kering. Hal ini menunjukkan bahwa
hidrasi semen akan berlangsung lebih baik pada perawatan beton dengan curing rendam.
Ini dapat dilihat dari Gambar 2 berikut :

Gambar 2 Grafik Kuat Tekan Beton

5
Gambar 3 Grafik Kuat Tekan Silinder dengan Curing Rendam (Water Curing)

Dari hasil pengujian silinder beton dengan curing rendam pada umur 7 dan 28 hari diperoleh hasil
bahwa terjadi penurunan kekuatan pada setiap penggantian kadar penggunaan Abu Boiler. Sehingga didapat
grafik yang semakin menurun seiiring penggantian kadar Abu Boiler. Kuat tekan tertinggi terjadi pada substitusi
Abu Boiler 7,5% sebesar 26.22 MPa untuk umur 7 hari dan 27.21 MPa untuk umur 28 hari.

Gambar 4 Grafik Kuat Tekan Silinder Dengan Curing Plastik (Sealed Curing)

Dari hasil pengujian silinder beton dengan curing plastik pada umur 7 dan 28 hari diperoleh hasil bahwa
terjadi penurunan kekuatan pada setiap penggantian kadar penggunaan Abu Boiler. Sehingga didapat grafik yang
semakin menurun seiiring penggantian kadar Abu Boiler. Kuat tekan tertinggi terjadi pada substitusi Abu Boiler
7,5% sebesar 25.81 MPa untuk umur 7 hari dan 26.10 MPa untuk umur 28 hari.

6
Gambar 5 Grafik Kuat Tekan Silinder Dengan Curing Kering (Dry Curing)

Dari hasil pengujian silinder beton dengan curing kering pada umur 7 dan 28 hari diperoleh hasil bahwa
terjadi penurunan kekuatan pada setiap penggantian kadar penggunaan Abu Boiler. Sehingga didapat grafik yang
semakin menurun seiiring penggantian kadar Abu Boiler. Kuat tekan tertinggi terjadi pada substitusi Abu Boiler
7,5% sebesar 17,80 MPa untuk umur 7 hari dan 16,26 MPa untuk umur 28 hari.

Pengaruh Curing Terhadap Kuat Tekan Beton

Gambar 6 Hubungan Curing dengan Kuat Tekan Substitusi 0%

Dari hasil pengujian silinder beton dengan substitusi abu boiler 0% pada umur 7 dan 28 hari diperoleh
hasil bahwa kuat tekan dengan curing rendam lebih tinggi dibanding dengan curing plastik dan kering. Kuat
tekan tertinggi terjadi pada curing rendam sebesar 32.31 MPa. dan yang paling rendah adalah kuat tekan dengan
curing kering sebesar 21.93 MPa.

7
Gambar 7 Hubungan Curing dengan Kuat Tekan Substitusi 7,5%
Dari hasil pengujian silinder beton dengan substitusi abu boiler 7,5% pada umur 7 dan 28 hari diperoleh
hasil bahwa kuat tekan dengan curing rendam lebih tinggi dibanding dengan curing plastik dan kering. Kuat
tekan tertinggi terjadi pada curing rendam sebesar 27.21 MPa. dan yang paling rendah adalah kuat tekan dengan
curing kering sebesar 16.26 MPa.

Gambar 8 Hubungan Curing dengan Kuat Tekan Substitusi 12,5%

Dari hasil pengujian silinder beton dengan substitusi abu boiler 12,5% pada umur 7 dan 28 hari
diperoleh hasil bahwa kuat tekan dengan curing rendam lebih tinggi dibanding dengan curing plastik dan kering.
Kuat tekan tertinggi terjadi pada curing rendam sebesar 23.08 MPa. dan yang paling rendah adalah kuat tekan
dengan curing kering sebesar 13.98 MPa.

8
Gambar 9 Hubungan Curing dengan Kuat Tekan Substitusi 17,5%

Dari hasil pengujian silinder beton dengan substitusi abu boiler 17,5% pada umur 7 dan 28 hari
diperoleh hasil bahwa kuat tekan dengan curing rendam lebih tinggi dibanding dengan curing plastik dan kering.
Kuat tekan tertinggi terjadi pada curing rendam sebesar 18.19 MPa. dan yang paling rendah adalah kuat tekan
dengan curing kering sebesar 11.41 MPa.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, kesimpulan yang dapat dibuat adalah:
1. Penggunaan abu boiler pada campuran beton dengan substitusi 7,5%, 12,5%, dan 17,5% dari pemakaian
semen dapat meningkatkan nilai slump sehingga workability beton bertambah.
2. Penggunaan abu boiler pada campuran beton dengan substitusi 7,5%, 12,5%, dan 17,5% dari pemakaian
semen mengalami penurunan nilai kuat tekan dari beton normal setiap variasinya untuk semua macam-
macam curing beton.
3. Secara umum, hasil penelitian menyimpulkan bahwa beton dengan perawatan rendam menghasilkan kuat
tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan curing plastik. Serta curing kering menghasilkan kuat tekan
yang paling rendah dari ketiga macam curing.
4. Kuat tekan beton normal dengan curing rendam dan curing plastik memenuhi kuat tekan beton rencana, baik
pada umur 7 hari maupun umur 28 hari. Kuat tekan beton dengan curing rendam yaitu 29.18 MPa untuk
umur 7 hari dan 32,31 MPa untuk umur 28 hari. Kuat tekan beton dengan curing plastik yaitu 27.29 MPa
untuk umur 7 hari dan 28.85 MPa untuk umur 28 hari.
5. Substitusi abu boiler 7,5 % memenuhi kuat tekan beton rencana untuk jenis curing rendam dan plastik. Kuat
tekan beton substitusi abu boiler 7,5 % dengan curing rendam yaitu 26.22 MPa untuk umur 7 hari dan 27,21
MPa untuk umur 28 hari. Sedangkan, kuat tekan beton substitusi abu boiler 7,5 % dengan curing plastik
yaitu 27.29 MPa untuk umur 7 hari dan 28.85 MPa untuk umur 28 hari.
6. Sedangkan kuat tekan beton normal dengan curing kering tidak memenuhi kuat tekan beton rencana, baik
pada umur 7 hari maupun umur 28 hari. Kuat tekan beton dengan curing kering yaitu 24,33 MPa untuk umur
7 hari dan 21,93 MPa untuk umur 28 hari.

9
Saran
Dari hasil penelitian ini, saran yang dapat disampaikan adalah:
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode curing yang berbeda sebagai bahan
perbandingan dalam perencanaan pekerjaan beton.
2. Pada penggunaan abu boiler 7,5% dengan curing rendam dan plastik kuat tekan beton yang ditemukan
masih sesuai dengan kuat tekan rencana, sehingga perlu dilakukan pengujian terhadap perilaku mekanik
beton yang lain untuk mengetahui kelayakannya dalam pelaksanaan konstruksi.
3. Kombinasi antara limbah abu boiler dengan material lain maupun kombinasi metode curing yang berbeda
juga dapat dipertimbangkan guna memperoleh hasil yang lebih baik.
4. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan perawatan terhadap perilaku mekanik
beton yang lain dengan berbagai metode perawatan yang ada.

Daftar Pustaka

Indrayumansyah. 2001. Pentingnya perawatan beton untuk mencapai nilai kekuatan. Jurnal Jurusan
Teknik Sipil, Politeknik Negeri Padang: Padang.
Mulyono, Tri. 2003. Teknologi Beton. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Nugraha,Paul & Antoni. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta : Penerbit Andi.
SNI. 03-1974-1990. Tentang “Metode Pengujian Kuat Tekan Beton”.
SNI. 03-2493-1991. Tentang “Metoda Pembuatan Dan Perawatan Benda Uji Beton Di Laboratorium”.
SNI. 03-2834-2000. Tentang “Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal”.
SNI. 1972:2008. Tentang “Cara Uji Slump Beton”.
SNI. 4817-2008. Tentang “Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton”.
Ptpn5. 2012. Produksi Crude Palm Oil (CPO) Dunia.
<http://www.bumn.go.id/ptpn5/id/publikasi/berita/produksi-cpo-dunia- diprediksi-4667- juta-ton/> [di
akses tanggal 20 juni 2013].

10

Anda mungkin juga menyukai