LAPORAN
PERANCANGAN SISTEM ELEKTRO (PKN II)
Disusun oleh :
Laporan Perancangan Sistem Elektro ini sebagai syarat wajib untuk memenuhi
kelengkapan kurikulum Strata-1 (S1) Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Disusun Oleh :
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PERANCANGAN SISTEM ELEKTRO (PKN II)
Laporan Perancangan Sistem Elektro ini sebagai syarat wajib untuk memenuhi
kelengkapan kurikulum Strata-1 (S1) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi
Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
DiajukanOleh :
Menyetujui / Mengesahkan :
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,
yang telah melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan kegiatan Perancangan Sistem Elektro (PKN II) dan menyusun
laporan. Laporan ini disusun untuk melengkapi kegiatan Perancangan Sistem
Elektro (PKN II) dan sebagai bukti bahwa penulis telah menempuh mata kuliah
PKN II.
Dalam pelaksanaan Perancangan Sistem Elektro ini tidak terlepas dari arahan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
Perancangan Sistem Elektro ini dapat berjalan dengan lancar dan laporan ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
2. Bapak Dr. Ir. Amir Hamzah, M.T. Selaku Rektor Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Ir. Toto Rusianto selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Institut
Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
4. Bapak Sigit Priyambodo, S.T., M.T. selaku ketua Jurusan Teknik Elektro,
Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta.
5. Bapak Ir. Muhammad Suyanto, M.T. selaku Dosen Pembimbing Perancangan
Sistem Elektro yang telah memberi banyak dukungan dan saran.
6. Ibu dan Bapak serta keluarga yang telah memberikan segala do’a, dukungan
spiritual maupun dukungan moril
7. teman-teman Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
angkatan 2014 yang luar biasa,terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya.
iv
penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dimasa yang
akan datang.
Penulis,
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
vi
2.4.2 Rotor (bagian motor yang bergerak) ............................................... 12
2.4.3 Beda Motor induksi rotor sangkar dengan rotor lilit ....................... 15
vii
3.3.1 Alat .................................................................................................. 36
3.3.2 Bahan............................................................................................... 36
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 3. 1 Diagram pemasangan dan perencanaan ........................................... 35
Gambar 3. 2 Diagram Balok ................................................................................. 37
Gambar 3. 3 Diagram pengawatan rangkaian power ............................................ 38
Gambar 3. 4 Diagram pengawatan rangkaian kendali .......................................... 39
Gambar 4. 1 Grafik perbandingan antara tegangan dan arus ................................ 46
Gambar 4. 2 Grafik perbandingan antara kecepatan dan waktu ........................... 47
Gambar 4. 3 Skematis untuk mendapatkan arus searah ........................................ 49
Gambar 4. 4 Grafik perbandingan antara hasil pengukuran dan perhitungan....... 50
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.5 Manfaat
Tugas Perancangan Sistem Elektro ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana menambah kemampuan mahasiswa.
b. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam penerapan
ilmu yang telah didapat dengan membuat suatu karya yang bermanfaat.
2. Bagi Institut
a. Sebagai media riset yang diharapkan mampu memberikan gambaran untuk
pengembangan teknologi ke arah yang lebih maju di masa yang akan
datang.
b. Sebagai bahan evaluasi guna mengembangkan serta meningkatkan mutu
pendidikan.
3
5
6
catu daya arus searah. Arus searah disuplai pada bagian lilitan stator ketika motor
sedang memutar beban. Salah satu tegangan disuplai diganti dengan tegangan arus
searah DC (Karmoto dan M Facta, 2000). Model pengereman dinamis merupakan
kerja dari perubahan motor menjadi generator. Prinsip ini digunakan untuk
melawan gaya putar karena pembebanan. Hasil pengereman model ini lebih halus
dan variatif dibanding dengan model yang lain.
Pengereman secara dinamis menghasilkan pengereman yang halus dan tidak
ada hentakan sehingga hampir tidak menimbulkan kerugian mekanis. Dalam
pengereman dinamis, lama waktu pengereman ditentukan oleh nilai arus searah
yang diinjeksikan kedalam kumparan stator, waktu penginjeksian dan kapasitas
beban motor.
Namun disamping hal tersebut diatas, terdapat pula factor-faktor kerugian yang
tidak menguntungkan dari motor induksi yaitu sebagai berikut:
1. Pengaturan kecepatan dari motor induksi sangat mempengaruhi
efesiensinya.
2. Kecepatan motor induksi akan menurun seiring dengan bertambahnya
beban, tidak seperti motor DC atau motor shunt.
3. Kopel awal mutunya rendah dibandingkan dengan motor DC shunt.
Disebut motor induksi, karena motor ini bekerja dengan adanya arus yang
terinduksi sebagai akibat dari adanya perbedaan relative antara putaran rotor
dengan medan magnet berputar yang dihasilkan oleh arus stator. Motor induksi ini
terdiri dari dua jenis, yaitu motor induksi dengan rotor belitan dan motor induksi
rotor sangkar.
Motor induksi bekerja sebagai berikut: listrik dipasok ke stator yang akan
menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini bergerak dengan kecepatan
sinkron disekitar rotor. Arus rotor menghasilkan medan magnet kedua, yang
berusaha untuk melawan medan magnet stator, yang menyebabkan rotor berputar.
Walaupun begitu, didalam prakteknya motor tidak pernah bekerja pada kecepatan
sinkron namun pada kecepatan dasar yang lebih rendah. Terjadinya perbedaan
antara dua kecepatan tersebut disebabkan adanya slip/geseran yang meningkat
dengan meningkatnya beban. Slip hanya terjadi pada motor induksi. Untuk
menghindari slip dapat dipasang sebuah cincin geser/slip ring, dan motor tersebut
dinamakan motor cincin geser/slip ring motor.
8
Lamel inti besi stator dan rotor bagian motor dengan garis tengah bagian motor,
dengan garis tengah bagian luar dari stator lebih dari 1 m. Bagi motor dengan garis
tengah yang lebih besar, lamel inti besi merupakan busur inti segmen yang
disambung-sambung menjadi satu lingkaran. Celah udara antara stator dan rotor
pada motor yang kecil adalah 0,25 - 0, 75 mm, pada motor yang besar sampai 10
mm. Celah udara yang besar ini disediakan bagi kemungkinan terjadinya
perenggangan pada sumbu sebagai akibat pembebanan transversal pada sumbu atau
sambungannya. Tarikan pada pita (belt) atau beban yang tergantung tersebut akan
menyebabkan sumbu motor melengkung.
Pada dasarnya inti besi stator dan belitan rotor motor tak serempak ini sama
dengan stator dan belitan stator mesin serempak. Kesamaan ini dapat ditunjukan
bahwa pada rotor mesin tak serempak yang dipasang/sesuai dengan stator mesin tak
serempak akan dapat bekerja dengan baik.
120.𝑓
𝑛𝑠 = …………………………………………………………………… (2.1)
𝑃
dimana:
ns = Kecepatan putar medan stator (rpm)
f = Frekuensi tegangan masukkan (Hz)
P = Jumlah kutub motor
11
Konstruksi stator motor induksi sendiri terdiri atas beberapa bagian yaitu:
1. Bodi motor (gandar).
2. Inti kutub magnet dan lilitan penguat magnet.
3. Sikat-sikat dan Pemegang Sikat.
Bentuk konstruksi stator motor induksi dapat kita lihat pada gambar 2.4.
Gambar 2. 4 Stator
medan putar stator dengan penghantar yang diam. Rotor akan berputar dalam arah
yang sama dengan arah medan putar stator, untuk mengurangi beda kecepatan
diatas. Jika rotor dibebani, maka putaran rotor akan turun sehingga terjadi
perbedaan kecepatan putaran antara rotor dan stator, perbedaan kecepatan putaran
ini disebut slip.
Motor induksi jenis ini mempunyai rotor dengan kumparan yang tediri dari
beberapa batang konduktor yang disusun sedemikian rupa sehingga menyerupai
sangkar tupai yang terlihat pada gambar dibawah ini, konstruksi rotor seperti ini
sangat sederhana bila dibandingkan dengan rotor jenis mesin listrik lainnya.
14
Seperti yang terlihat pada gambar 2.6, penambahan tahanan luar sampai
harga tertentu dapat membuat kopel mula mencapai harga maksimum, kopel mula
yang besar ini memang diperlukan pada waktu start.
15
Suatu keuntungan dari motor induksi dengan rotor lilit adalah dapat ditambah
tahanan luar. Hal ini sangat menguntungkan untuk starting motor pada beban yang
berat dan sekaligus sebagai pengatur putaran motor. Rangkaian motor induksi
dengan rotor lilit, dilengkapi dengan tahanan luar. Dalam penggunaannya rotor
sangkar lebih banyak dipakai sebab harganya murah. Kelemahan pada starting
torque diatasi dengan konstruksi double squirrel cage dan deep bar cage.
i. Bila nr = ns, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada
kumparan jangkar (rotor), dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor
akan ditimbulkan apabila (nr) lebih kecil dari (ns).
j. Dilihat dari cara kerjanya maka motor tak serempak disebut juga motor induksi
atau motor asinkron.
Prinsip kerja motor induksi ini juga dapat dijelaskan dengan gelombang
sinusoidal seperti pada gambar 2.9, terbentuknya medan putar pada stator motor
induksi. Tampak stator dengan dua kutub, dapat diterangkan dengan empat kondisi.
1. Saat sudut 00. Arus I1 bernilai positip sedangkan arus I2 dan arus I3 bernilai
negatif dalam hal ini belitan V2, U1 dan W2 bertanda silang (arus meninggalkan
pembaca), dan belitan V1, U2 dan W1 bertanda titik (arus listrik menuju
pembaca), terbentuk fluk magnet pada garis horizontal sudut 00. kutub S (south
= selatan) dan kutub N (north = utara).
2. Saat sudut 1200. Arus I2 bernilai positip sedangkan arus I1 dan arus I3 bernilai
negatif, dalam hal ini belitan W2, V1 dan U2 bertanda silang (arus meninggalkan
pembaca), dan kawat W1, V2 dan U1 bertanda titik (arus menuju pembaca).
Garis fluk magnit kutub S dan N bergeser 1200 dari posisi awal.
3. Saat sudut 2400. Arus I3 bernilai positif dan I1 dan I2 bernilai negatif,belitan U2,
W1, dan V2 bertanda silang (arus meninggalkan pembaca), dan kawat U1, W2
18
dan V1 bertanda titik (arus menuju pembaca). Garis fluk magnit kutub S dan N
bergeser 1200 dari posisi kedua.
4. Saat sudut 3600. Posisi ini sama dengan saat sudut 00. Dimana kutub S dan N
kembali keposisi awal sekali. Dari keempat kondisi diatas saat sudut 00 ; 1200 ;
2400 ; 3600, dapat dijelaskan terbentuknya medan putar pada stator, medan
magnet putar stator akan memotong belitan rotor. Kecepatan medan putar stator
ini sering disebut kecepatan sinkron, tidak dapat diamati dengan alat ukur tetapi
dapat dihitung secara teoritis yaitu dengan menggunakan rumus:
𝑓x120
𝑛𝑠 = = 𝑅𝑃𝑀 ……...…………………………………..................... (2.4)
𝑃
dimana:
ns = Kecepatan putaran medan stator (Rpm)
f = Frekuensi jala-jala (Hz)
120 = Konstanta
P = Jumlah kutub pada motor (pole)
5. Perbedaan kecepatan antara medan putar stator dengan rotor tergantung pada
besarnya beban dari motor tersebut. Perbedaan putaran ini disebut dengan slip
(S) yang dinyatakan dalam (%). Harga slip selalu berubah-ubah tergantung
beban yang di pukul yaitu dari 100% saat start sampai dengan 0% saat diam (Ns
= Nr). Perbedaan putaran antara putaran medan stator dan putaran rotor dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
(𝑛𝑠−𝑛𝑟)
% 𝑆𝑙𝑖𝑝 = ……………………………………………………..… (2.5)
𝑛𝑠
dimana :
ns = Kecepatan Medan Stator (Rpm)
nr = Kecepatan Motor Induksi (Rpm)
1. Jika waktu start dari motor induksi makin lama, maka pemanas pada belitan
akan lebih besar pula pada elemen pengaman. Hal ini akan berpengaruh
terhadap lifetime dari motor.
2. Arus akhir ke motor lebih tinggi.
3. Putaran akhir motor akan lebih rendah.
benar-benar berhenti bergantung pada kelembaman motor, beban dan friksi dari
motor itu sendiri. Untuk mengatur putaran penghentian motor, diperlukan sebuah
metode pengereman.
Motor induksi pada keseluruhan dapat diperlambat kecepatannya secara
mekanik, akan tetapi sistem pengereman mekanik memerlukan perawatan yang
bersifat periodik karena adanya kecenderungan untuk cepat rusak. Oleh karena itu
dibuatlah beberapa sistem pengereman yang dapat mengurangi efek negatif dari
pemakaian sistem pengereman secara mekanik, yaitu dengan sistem pengereman
secara elektrik. Metode pengereman tersebut penggunaannya tergantung dari
kondisi yang diinginkan terjadi, misalnya untuk menghentikan putaran mesin atau
hanya untuk memperlambat putarannya. Hal ini juga erat hubungannya dengan torsi
dan slip yang terjadi pada mesin.
Pada pengereman secara elektrik torsi pengereman yang dihasilkan
berdasarkan nilai arus injeksi yang diberikan pada belitan stator dan energi putaran
rotor diubah menjadi energi elektrik yang kemudian dikembalikan ke suplai daya,
atau dengan memberikan suatu medan magnet stasioner pada stator sehingga
putaran rotor akan berkurang dengan sendirinya, pengereman secara elektrik lebih
halus dan tidak ada hentakan yang terjadi.
Pengereman secara elektrik tidak dapat menghasilkan torsi untuk menahan
beban dalam keadaan sudah berhenti dan membutuhkan sumber energi listrik untuk
mengoperasikannya. Menghentikan motor dilakukan dengan cara menghilangkan
tegangan sumber sehingga diperoleh kecepatan putaran sama dengan nol. Terdapat
beberapa metode pengereman, yaitu :
1. Metode pengereman mekanik yaitu energi kinetik dari bagian yang berputar di
buang pada bagian yang bergesekan sebagai panas dengan menggunakan sepatu
rem yang terdapat pada rotor.
2. Metode pengereman plugging yaitu dengan membalikkan arah gerak dari rotasi
rotor, sehingga motor dapat menghasilkan daya torsi penyeimbang dan
selanjutnya membentuk daya perlambat (retarding force).
22
Untuk mencapai torsi pengereman yang tinggi, belitan pada motor harus diberi
eksitasi penuh. Intensitas pengereman pada eksitasi konstan tergantung dari arus
yang diberikan pada kumparan jangkar dan dengan menentukan tahanan (Rb).
Untuk menghitung besarnya tahanan pada pengereman dinamik dapat dilihat dari
persamaan dasar penurunan tegangan pada kumparan jangkar berikut ini :
E = I (Rarm + Rb) …………………………………….………………………. (2.6)
Tahanan untuk pengereman dinamik adalah sebagai berikut:
𝐸
𝑅𝑏 = 𝐼 + Rarm ………………………………………………………….…… (2.7)
24
dimana:
E = Tegangan pada saat pengereman dinamik (V)
I = Arus pada saat pengereman dinamik (A)
Rarm = Tahanan jangkar motor (Ω)
Rb = Tahanan pengereman (Ω)
Lebih besar fluk Φ, atau lebih besar input tegangan searah ke lilitan stator,
maka kopel rem lebih, sehingga motor lebih cepat berhenti. Besarnya torsi
elektromagnetik Te sebagai kopel pengereman adalah
𝑟
3 ( 2)
𝑇𝑒 = − 𝑤 𝐼 2 𝑎𝑐 𝑥 2 𝑚 𝑟2 2
1−𝑠
………………………………..... (2.10)
𝑠 ( ) + (𝑥𝑚 + 𝑥 1 2𝑠 )2
1−𝑠
dimana:
Te = Torsi elektromagnetik (Nm)
Tabel 2.1 Rumus arus injeksi DC pada keenam konfigurasi hubungan belitan
stator untuk pengereman dinamik
No. Konfigurasi Rangkaian Stator Persamaan
1 Konfigurasi 1
3
𝐼𝑑𝑐 = √ 𝐼𝑎𝑐
2
3 Konfigurasi 3 3
𝐼𝑑𝑐 = 𝐼𝑎𝑐
√2
4 Konfigurasi 4 2
𝐼𝑑𝑐 = 𝐼𝑎𝑐
√3
5 Konfigurasi 5 3 𝐼𝑎𝑐
𝐼𝑑𝑐 =
2 √2
6 Konfigurasi 6 3 𝐼𝑎𝑐
𝐼𝑑𝑐 =
2 √2
26
Pada kondisi Normal, MCB berfungsi sebagai sakelar manual yang dapat
menghubungkan (ON) dan memutuskan (OFF) arus listrik. Pada saat terjadi
Kelebihan Beban (Overload) ataupun Hubung Singkat Rangkaian (Short Circuit),
MCB akan beroperasi secara otomatis dengan memutuskan arus listrik yang
melewatinya. Secara visual, kita dapat melihat perpindahan Knob atau tombol dari
kondisi ON menjadi kondisi OFF. Pengoperasian otomatis ini dilakukan dengan
dua cara seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini yaitu dengan cara Magnetic
Tripping (Pemutusan hubungan arus listrik secara Magnetik) dan Thermal Tripping
(Pemutusan hubungan arus listrik secara Thermal/Suhu).
Bila motor diberi sumber arus bolak balik maka rotornya akan berputar dan
akan memuterkan piringan dengan perantara roda gigi. Roda piringan itu diberi
sustu tuas yang dapat menekan micro switch sehingga kontak kontak dari micro
switch akan membuka atau menutup. Bila daya yang diberikan terputus, maka pegas
akan menarik kembali piringan itu pada kedudukan semula dan kontak kontak
micro switch akan kembali pada kedudukan semula.
Prinsip Kerja Dioda Bridge pada dasarnya sama dengan 4 buah dioda
penyearah biasa yang disusun dalam rangkaian jembatan. Cara kerjanya pun sama
dengan cara kerja Penyearah Gelombang Penuh (Full Wave Rectifier).
.
Gambar 2.31 Simbol thermal overload relay
BAB III
PERANCANGAN ALAT
3.1 Pendahuluan
Perancangan adalah tahap terpenting dari seluruh proses pembuatan alat. Tahap
pertama yang paling penting dalam perancangan adalah membuat diagram balok
rangkaian, kemudian memilih komponen dengan karakteristik yang sesuai dengan
kebutuhan. Metode pengereman dinamik (dynamic braking) dianggap metode yang
paling efektif dan paling aman untuk digunakan untuk menghentikan putaran motor
induksi karena sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi rugi-rugi daya yang
terbuang selama proses pengereman.
35
36
No Nama Jumlah
1 Tang Potong 1 Buah
2 Tang Kombinasi 1 Buah
5 Obeng (+) dan (-) 2 Buah
7 Multimeter 1 Buah
8 Bor Listrik 1 Buah
9 Tespen 1 Buah
10 Amperemeter 1 Buah
11 Tang Ampere 1 Buah
12 Tacho Meter 1 Buah
13 Variac (Regulator) 1 Buah
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam perancangan pengereman dinamik pada motor
induksi tiga fasa ditunjukan pada Tabel 3.2.
Tabel 3. 2 Bahan yang digunakan.
3.4 Perancangan
3.4.1 Diagram Balok
Diagram balok ini memperlihatkan (dengan bantuan simbol balok yang
dilengkapi dengan keterangan) cara umum suatu sistem berfungsi. Diagram ini
tidak menunjukkan detail-detail sambungan, seperti yang ditunjukan pada gambar
Gambar 3.2.
41
42
2. Pengukuran tegangan pada percobaan ini diambil dari sumber 1 fasa yang
terhubung pada diode bridge 10 Ampere yang teganganya sudah diturunkan
dari 206,5 Volt menjadi 135,5 Volt. Diturunkanya tegangan disini bertujuan
44
agar diode bridge tidak mudah panas saat digunakan untuk pengereman motor
induksi 3 fase. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini.
3. Pengujian dilakukan dengan dua cara yaitu mengukur waktu motor listrik
berhenti berputar menggunakan pengereman dinamik dan tanpa
menggunakan pengereman dinamik. Pada pengujian ini diambil data seperti
kecepatan motor, arus AC dan DC serta waktu berhenti motor. Hasil
percobaan ditunjukkan pada tabel 4.3 dibawah ini.
4.3 Pembahasan
Hasil dari perancangan ini adalah alat pengendali motor listrik yang digunakan
untuk menjalankan motor listrik dan dilengkapi pengereman dinamik yang
digunakan untuk menghentikan putaran motor listrik. Dalam percobaan ini
menggunakan motor listrik 3 fase dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Tegangan = 220/380 V
b. Frekuensi = 50 Hz
c. Fase = 3 Fase
d. Kecepatan = 1500 Rpm
e. Arus = 6.04/3.5 A
f. Daya = 2 Hp (1491,4 watt)
g. Kutub = 4 kutub
Dari data yang telah didapatkan, maka dapat di buat grafik dari hasil
pengukuran, hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara
hasil pada setiap percobaan yang telah dilakukan. Pada grafik berikut adalah
perbandingan antara tegangan dan arus dari hasil pengukuran yang telah dilakukan,
pada percobaan ini yang diukur adalah tegangan dan arus AC pada input diode
bridge serta tegangan dan arus DC pada output dioda bridge yang digunakan untuk
46
pengereman dinamik. Berikut adalah hasil grafik dari pengukuran yang telah
dilakukan:
8
6
2.5 2.6 2.8 2.9 3 3 2.8 2.6 2.4
4 2.3
2
0
117.5 117.9 118.3 118.5 118.4 118.4 117.9 117.7 117.5 117.4
Tegangan (V)
Arus AC Arus DC
Tabel grafik pada gambar 4.1 menunjukan hasil pengukuran tegangan dan arus
AC sebagai input pada dioda bridge serta arus DC yang digunakan untuk injeksi
pada pengereman dinamik. Dalam 10 kali percobaan yang menunjukan bahwa
tegangan DC mengalami penurunan tegangan yang diakibatkan karena terjadi
perubahan tegangan menggunakan diode bridge dari tegangan AC menjadi
tegangan DC, rata rata penurunan tegangan sebesar 8,9 %.
Dari hasil percobaan menunjukan bahwa arus DC lebih tinggi dari arus AC.
Sebab pada rangkaian pengereman dinamik ini menggunakan dioda bridge sebesar
10 Ampere untuk melakukan pengereman, karena dalam proses pengereman
dinamik untuk membuat motor berhenti berputar membutuhkan arus injeksi yang
lebih besar dari arus input. Arus AC tertinggi terjadi pada percobaan 5 dan
percobaan 6 sebesar 3 Ampere dan arus terendah terjadi pada percobaan 10 sebesar
2,3 Ampere, sedangkan arus DC tertinggi terjadi pada percobaan 4 dan percobaan
5 sebesar 11,2 Ampere dan arus terendah pada percobaan 9 dan percobaan 10
sebesar 10,6 Ampere.
Tabel grafik berikutnya adalah hasil dari perbandingan antara kecepatan dan
waktu yang diukur menggunakan tacho meter dan stopwatch. Motor listrik yang
47
digunakan adalah motor listrik 3 fasa dengan tegangan dan arus nominal sebesar
220/380 Volt dan 6.04/3.5 Ampere. Berikut adalah hasil grafik dari pengukuran
kecepatan motor listrik yang telah dilakukan:
50
40
Waktu (s)
30
20
10
0.48 0.49 0.5 0.51 0.51 0.5 0.49 0.49 0.48 0.48
0
1498.3 1498.5 1498.8 1499.3 1499.3 1498.7 1498.6 1498.4 1498.4 1498.3
Kecepatan (rpm)
Tabel grafik pada gambar 4.2 menunjukan hasil pengukuran kecepatan motor
dan perbandingan waktu berhenti motor dengan pengereman dinamik maupun
tanpa pengereman. Dari 10 kali percobaan pengukuran kecepatan motor
menggunakan tacho meter yang dapat dilihat bahwa kecepatan motor berubah ubah
dan dapat mempengaruhi waktu berhenti motor dengan pengereman dinamik
maupun tanpa pengereman. Kecepatan tertinggi ada pada percobaan 4 dan
percobaan 5 sebesar 1499,3 rpm sedangkan kecepatan terendah pada percobaan 1
dan percobaan 10 sebesar 1498,3 rpm.
Untuk pengukuran waktu berhenti motor dengan pengereman dinamik maupun
tanpa pengereman dinamik dihitung menggunakan stopwatch. Dari 10 kali
percobaan, perbandingan waktu berhenti motor dengan pengereman dinamik dan
tanpa pengereman dapat dilihat bahwa waktu berhenti motor menggunakan
pengereman dinamik sangat cepat dan efisien dari segi waktu, sebab waktu yang
dibutuhkan agar motor listrik berhenti jika tidak menggunakan pengereman adalah
54,1 detik, sedangkan jika menggunakan pengereman dinamik hanya
48
membutuhkan waktu 0,49 detik. Dari sini dapat dilihat bahwa perbandingan waktu
berhenti motor dengan pengereman dinamik dan tanpa pengereman dinamik adalah
sebesar 99,1 % atau 1 : 110.
Dari hasil pengujian telah didapatkan data dan jika dilakukan perhitungan maka
akan mendapatkan hasil sebagai berikut:
𝐼𝑑𝑐 = √2 𝐼𝑎𝑐
dimana :
Idc = Arus injeksi pengereman (Ampere)
Iac = Arus induksi pada bagian rotor (Ampere)
50
Dari hasil perhitungan diatas dapat dibuat grafik perbandingan antara hasil
pengukuran dan hasil perhitungan dari arus DC yang diinjeksikan untuk
pengereman dinamik pada motor induksi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar perbedaan antara pengukuran dan hasil perhitungan, berikut adalah
hasil grafik dari hasil pengukuran dan perhitungan yang telah dilakukan:
Pengukuran Perhitungan
telah dilakukan. Dari tabel grafik diatas dapat dilihat bahwa dari hasil pengukuran
lebih besar dari hasil perhitungan, sebab pada rangkaian menggunakan dioda bridge
10 Ampere sebagai injeksi saat pengereman motor induksi. Rata-rata dari hasil
pengukuran dan perhitungan sebesar 10,8 Ampere dan 3,9 Ampere dengan
perbedaan sebesar 63,9 %.
Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa pada 10 kali percobaan rata-
rata torsi yang dihasilkan rotor sebesar 9,50 Nm. Fungsi torsi dan putaran
merupakan dasar untuk menentukan penggunaan motor, sehingga didapatkan
parameter dan efisiensi yang diharapkan.
Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa rata-rata besar persentase
selisih saat pengereman dengan arus injeksi sebesar 10,8 Ampere sebesar 0,9 %,
hal ini menunjukan bahwa waktu berhenti motor dengan pengereman dinamik
sangat efektif karena perbedaan waktu berhenti motor yang jauh dibandingkan
tanpa pengereman.
𝑛𝑠 − 𝑛
% 𝑆𝑙𝑖𝑝 = x 100 %
𝑛𝑠
Dari hasil 10 kali percobaan dan perhitungan diatas dapat dibuat kesimpulan
bahwa rata-rata terjadi slip pada motor saat melakukan percobaan sebesar 0,8 %.
Hal ini menunjukan bahwa rotor pada motor induksi tidak pernah dapat berputar
dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan medan putar. Semakin kecil slip,
semakin dekat pula kecepatan rotor dengan kecepatan medan putar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran dan uji coba data dan analisa yang telah
dilakukuan dapat ditarik kesimpulan:
1. Pengereman dinamik adalah teknik pengereman dengan menggunakan arus
DC yang digunakan untuk menghentikan motor. Saat saklar ON ditekan,
maka motor induksi akan beroperasi dan timer akan bekerja sesuai waktu
yang telah di atur. Setelah timer bekerja sesuai waktu yang telah di atur
maka kontaktor 1 akan mati dan suplai AC akan terputus, lalu kontaktor 2
akan bekerja dan memberi suplai DC yang tersambung dengan kumparan
stator, sehingga motor induksi mengalami penurunan putaran rotor lebih
cepat dibanding tanpa adanya injeksi arus DC.
2. Dari hasil pengukuran tegangan AC dan tegangan DC dapat dilihat bahwa
bahwa tegangan DC mengalami penurunan tegangan yang diakibatkan
karena terjadi perubahan tegangan menggunakan diode bridge dari tegangan
AC menjadi tegangan DC, dari semula 117,8 menjadi 104,7 dengan rata-
rata penurunan tegangan sebesar 8,9 %. Sedangkan dari hasil pengukuran
arus AC dan arus DC dapat dilihat bahwa arus DC lebih tinggi dari arus AC.
Sebab pada rangkaian pengereman dinamik ini menggunakan dioda bridge
sebesar 10 Ampere untuk melakukan pengereman, karena dalam proses
pengereman dinamik untuk membuat motor berhenti berputar
membutuhkan arus injeksi yang lebih besar. Tegangan AC tertinggi terjadi
pada percobaan 4 sebesar 118,5 Volt dan tegangan terendah pada percobaan
10 sebesar 117,4 Volt, sedangkan tegangan DC tertinggi terjadi pada
percobaan 4 sebesar 105,5 Volt dan tegangan terendah pada percobaan 9
dan percobaan 10 sebesar 104.3 Volt.
3. Dari hasil 10 kali percobaan, rata - rata lama waktu berhenti motor dengan
kecepatan 1498.6 Rpm tanpa mengunakan pengereman adalah 54,1 detik,
55
56
5.2 Saran
1. Untuk pengaturan waktu pengereman sesuai yang dibutuhkan, sebaiknya
dengan cara mengatur tegangan yang diinjeksikan kedalam stator. Untuk
kedepannya mungkin bisa ditambahkan potensio sebagai pengatur atau
pembatas tegangan yang akan diinjeksikan kedalam stator.
2. Pada perancangan pengereman dinamik ini perlu ditambahkan suatu sistem
yang dapat mematikan sistem secara otomatis apabila motor telah benar-
benar berhenti, agar arus DC yang diinjeksikan bisa berhenti setelah motor
berhenti bergerak sebab jika sistem tidak segera dimatikan maka akan
merusak dioda brige dan mungkin motor itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
57