Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

HYSTERIA POSSESION
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim

Disusun Oleh:

Erna Setiawati 312018019


Neng Rika Sopiyanti 312018049
Pipit Septiawati 312018008
Septian Sahidayatulloh 312018004

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
Taufik, Hidayah dan InayahNya kepada kami, sehingga kami masih dapat menghirup
nafas keislaman sampai sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah berjuang dengan
semangatnya yang begitu mulia yang telah membawa kita dari jaman Jahilliyah
kepada jaman Islamiyah.

Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang


berjudul “Hysteria possession”. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
Asuhan keperawatan spiritual muslim yang telah membimbing kami, dan tidak
lupa Kedua Orang tua dan teman-teman yang senantiasa mendukung dan memotivasi
kami dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan
Allah SWT.

Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, apalagi dalam
penyusunannya kami cukup mendapatkan hambatan namun berkat dukungan semua
pihak, Alhamdulillah makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Sebagai bahan motivasi maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang dapat
membangun tentunya, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami
dan bagi masyarakat umumnya. Terima Kasih, semoga Allah senantiasa membimbing
kita bersama.

Bandung, April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Definisi...............................................................................................................3
B. Epidemiologi......................................................................................................3
C. Etiologi...............................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis...............................................................................................9
E. Jenis Histeria Posesion.....................................................................................11
F. Faktor-faktor Penyebab Histeria Posesion dalam Islam...................................12
G. Penatalaksanaan................................................................................................12
Conto Kasus................................................................................................................ 16
BAB III PENUTUP.....................................................................................................18
A. Kesimpulan.......................................................................................................18
B. Saran.................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan mental merupakan modal utama kehidupan seorang
manusia. Tanpa mental yang sehat, seorang manusia tidak dapat melaksanakan
tugas kemanusiaannya dengan baik. Seseorang dalam keadaan kesehatan
mental, memiliki perasaan diri (sense of self) yang utuh sebagai manusia
dengan kepribadian dasar yang tunggal. Manusia yang sehat tidak hanya sehat
secara fisik, tetapi juga sehat secara psikis.

Gangguan jiwa atau gangguan mental adalah gangguan sindrom atau


pola perilaku, atau psikologis seseorang yang secara klinik cukup bermakna,
dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (Distress) atau
Disability didalam suatu atau lebih fungsi yang penting dari manusia
(PPDGJ-III, 2003).
Histeria berada dalam kategori ilmiah dan medis diartikan sebagai
mental dan penyakit kejiwaan. Menurut bagian diagnostik dan statistical
manual of mental disorder yang berisi daftar berbagai gangguan mental dan
psikologis menjadi tujuh tipe salah satunya gangguan jiwa biasa atau yang
dikenal sebagai histeria. Trance kesurupan (possession trance), suatu
perubahan tunggal atau episodik dalam keadaan kesadaran yang ditandai oleh
penggantian rasa identitas pribadi yang lain dengan identitas pribadi.

Pada tahun 2015, pernah dilakukan penelitian mengenai “Simptom


hysteria rasukan jin dalam perspektif pesakit, perawat dan hadis” oleh Ezwan
Rafiq Husin, dkk Terdapat perbedaan antara istilah ‘rasukan jin’ dengan
‘gangguan jin’. ‘Rasukan jin’ bermaksud ‘kemasukan jin’ dan sebahagian
daripada bentuk ‘gangguan jin’. Sedangkan,‘gangguan jin’ tidak semestinya

1
2

bermaksud ‘rasukan jin’ dan dapat berarti ‘godaan jin’ bermaksud untuk
menakutkan atau melakukan maksiat saja. Mimpi buruk dan kebiasaan klien
akan mulai berkurang dan menghilang setelah dirawat secara ruqyah. Ruqyah
dilakukan dengan tujuan menghindarkan rasukan dan gangguan jin. Sulit
dibedakan antara pasien kerasukan biasa atau al-mass, sihir atau hanya gejala
mimpi yang dinyatakan oleh perawat, semuanya mempunyai persamaan
antara satu sama lain, yaitu sebagai simptom mimpi rasukan jin secara umum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hysteria possesion?
2. Apa Epidemiologi dari hysteria possesion?
3. Apa Etiologi dari hysteria possession?
4. Apa Manifestasi klinis dari hysteria possesion
5. Apa saja jenis hysteria possesion
6. Apa yang menjadi faktor-faktor penyebab hysteria possession dalam
islam?
7. Bagaimana penatalaksanaan hysteria possesion?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi hysteria possesion
2. Untuk mengetahui Epidemiologi dari hysteria possesion
3. Untuk mengetahui Etiologi dari hysteria possession
4. Untuk mengetahui Manifestasi klinis hysteria possesion
5. Untuk mengetahui jenis hysteria possesion
6. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab hysteria possession dalam islam
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hysteria possesion
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Histeria dari sudut kesehatan psikologi adalah gangguan kesehatan di
mana tahap kesadaran orang tersebut berubah dan dia tidak bisa mengingat
apa yang sedang terjadi. Dia menunjukkan perilaku, emosi dan pemikiran
yang tidak normal. Kesurupan atau trance/possession merupakan salah satu
dari gangguan disosiasi bersama dengan amnesia psikogenik fugue
psikogenik, kepribadian ganda, dan depersionalisasi (Holmes 1991).
Hysteria possession adalah kesurupan, masalah kesurupan ini tidak
hanya menyangkut penafsiran psikiatrik tetapi dalam masyarakat kita
memasuki wilayah teologis, mistis dan budaya. Pendekatan kepada gejala
histeria possession ini memerlukan pemahaman yang mendalam bagi konselor
mengenai keyakinan keagamaan pasien dan beberapa latar belakang budaya
untuk menanganinya.
Kesurupan atau possession and trance adalah gangguan yang ditandai
dengan adanya gejala utama kehilangan sebagian atau seluruh integrasi
normal di bawah kendali kesadaran antara ingatan masa lalu, kesadaran
identitas dan penginderaan segera, serta kontrol terhadap gerakan tubuh.
Menurut Kaplan dan Saddock, keadaan “kesurupan” (trance) adalah
suatu bentuk disosiasi yang mengundang keingintahuan dan tidak benar-benar
dimengerti.
B. Epidemiologi
Menurut laporan Eastern Journal of Medicine, kasusnya lebih banyak
dijumpai di negara dunia ketiga dan negara-negara bagian timur daripada

3
4

bagian barat. Di India yang kultur dan budayanya mirip Indonesia, kesurupan
atau possesion syndrome atau possesion hysterical merupakan bentuk
disosiasi yang paling sering ditemukan. Angka kejadiannya kurang lebih 1
hingga 4 persen dari populasi umum.
Kondisi trance biasanya terjadi pada perempuan dan seringkali
dihubungkan dengan stress atau trauma (Wulf, 1997). Hal ini terbukti dari
kasus-kasus yang terjadi sebagian besar adalah perempuan. Hal ini mungkin
karena perempuan lebih sugestible atau lebih mudah dipengaruhi
dibandingkan laki-laki. Mereka yang mempunyai kepribadian histerikal yang
salah satu cirinya sugestible lebih berisiko untuk disosiasi atau juga menjadi
korban kejahatan hipnotis. Berdasarkan usia, sebagian besar korban disosiasi
berusia remaja dan dewasa muda. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
mereka yang berisiko untuk disosiasi adalah perempuan usia remaja atau
dewasa muda yang mudah dipengaruhi (The American Psychiatric Publishing
Textbook of Psychiatry, 5th Edition).Wulf (1997) menyatakan, ketika individu
merasa terlepas dari dirinya atau seolah-olah ia seperti bermimpi, maka dapat
dikatakan ia memiliki pengalaman disosiatif. Kemungkinan besar disosiasi
terjadi setelah kejadian-kejadian yang membuat individu sangat stress.
Mungkin juga terjadi ketika psikis seseorang melemah atau mengalami
tekanan mental. Banyak jenis penelitian menyatakan suatu hubungan antara
peristiwa traumatik, khususnya penyiksaan fisik dan seksual pada masa anak-
anak, dengan disosiatif (Kaplan, 2010). Kondisi trans disosiatif adalah
fenomena yang sangat mengagumkan dan menarik namun membingungkan.
Studi epidemiologi possesion telah dilaporkan berhubungan dengan
krisis sosial di masyarakat. Dengan begitu banyaknya pemberitaan mengenai
kesurupan kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan fenomena tersebut, di
mana fenomena kesurupan sering kali dan bahkan selalu dikaitkan dengan
adanya gangguan dari roh-roh halus yang mengambil alih tubuh korban
selama beberapa waktu dan membuat korban tidak sadar akan apa yang ia
5

perbuat. Tentunya paham seperti ini merupakan paham tradisional yang ada,
diturunkan dan berkembang dalam masyarakat kita.
Kemungkinan besar disosiasi terjadi setelah kejadian-kejadian yang
membuat individu sangat stress. Mungkin juga terjadi ketika psikis seseorang
melemah atau mengalami tekanan mental. Anak-anak dapat mengalami
periode amnestic berulang atau keadaan mirip trance setelah penyiksaan fisik
atau trauma (Kaplan dan Saddock,2010).
C. Etiologi
1. Multifaktorial, utamanya terkait kondisi psikologis yang tertekan.
Etiologi dari gangguan disosiasi ini diduga bersifat psikologis. Faktor
predisposisinya menurut The American Psychiatric Publishing Textbook of
Psychiatry, 5th Edition antara lain:
a. Memiliki karakter cemas dan takut, karakter histerik
b. Keinginan untuk menarik diri dari pengalaman yang menyakitkan secara
emosional
c. Konflik antarpribadi, kondisi subyektif yang berarti, penyakit, dan
kematian individu atau bermimpi dari individu almarhum
d. Depresi
e. Berbagai stressor dan faktor pribadi, seperti finansial, perkawinan,
pekerjaan, peperangan dan agama.
Menurut Cameron, kondisi ini memang multifaktorial, di mana
faktor-faktor spiritual, sosial, psikologis dan fisik semua mungkin
memainkan peran etiologi. Namun, tidak ada teori biologis tentang asal-usul
gangguan. Oleh karena itu, selain skrining untuk kondisi medis dan psikiatris
umum, dokter juga harus memeriksa konteks budaya tertentu .
Penyebab kesurupan dari sisi ilmiah disimpulkan oleh beberapa pakar
ilmu psikiatri yang menyebutkan tekanan sosial dan mental yang masuk ke
dalam alam bawah sadar sebagai biang penyebab kesurupan. Banjir, tsunami,
gizi buruk, ketidakadilan, upah kecil, kesenjangan yang sangat mencolok,
6

kelelahan fisik dan jiwa adalah beberapa contoh tekanan tersebut. (Joyanna,
2006 dan Suryani, 2006)
Berikut satu contoh kasus dari keadaan trans disosiatif seperti yang
pernah dialami oleh subyek dalam penelitian Chiu, SN 2007. Subyek pernah
mengalami kondisi trans ketika berusia 20 tahun. Saat kejadian itu subyek
merasa dalam dirinya ada yang mengendalikan, ia berteriak-teriak dan
menangis dan terjadi hampir lima jam lamanya, dia tidak menyadari bahwa
dia dalam keadaan trans. Subyek mengakui sebelum mengalami kondisi
trans, subyek mempunyai berbagai permasalahan yang berat. Saat itu banyak
permasalahan yang dihadapinya, mulai dari masalah pribadi, masalah dengan
keluarga hingga masalah perekonomian yang tidak bisa terselesaikan.
2. Peningkatan kekuatan pita gelombang otak theta dan alpha
Kesurupan yang berhubungan dengan ritual agama atau religi dapat
kita lihat dalam upacara adat di Bali yang disebut Kerauhan. Banyak orang
sehat disini mengalami kerasukan. Namun, keberadaannya belum terbukti
secara ilmiah sehingga seorang pakar psikologi dan ilmu syaraf dari Jepang,
Manabu Honda, melakukan penelitian pada tahun 2000 untuk mengukur
gelombang otak saat masyarakat Bali kesurupan. Honda dan kawan-
kawannya menggunakan sistem telemetri Elektro Encephalogram (EEG)
multi channel portable untuk mengukur gelombang otak dari 24 orang-orang
yang kesurupan saat upacara adat ini. Mereka berhasil untuk pertama kalinya
menunjukkan kalau fungsi otak ternyata berubah menjadi tidak biasa saat
seseorang kerasukan. Kekuatan pita gelombang otak theta dan alpha dari
orang yang kesurupan ternyata meningkat secara signifikan. Gelombang ini
tetap tinggi selama beberapa menit setelah mereka sadar dari kesurupan.
Bukan hanya itu, mereka yang kesurupan memiliki tingkat konsentrasi beta-
endorphin, dopamine dan noradrenalin yang tinggi. Ketiga zat ini merupakan
narkotika endogen, artinya narkotika yang dibuat oleh otak sendiri. Honda
dan kawan-kawannya menyimpulkan kalau kondisi ini diaktifkan oleh suara
7

alunan gamelan Bali yang mengandung beberapa sinyal yang tak terdengar
tapi dapat memacu kerja syaraf. Penelitian ini menunjukkan kalau
setidaknya, kesurupan tipe ritual merupakan semacam hiburan seperti halnya
dansa atau musik dimana orang terlarut di dalamnya.
3. Orang yang bermasalah dalam isu agama dan budaya
Penelitian untuk kesurupan yang tidak ritualistik lebih sulit dilakukan
karena tidak terduga kapan datangnya, seperti kesurupan massal mendadak
yang sering terjadi di SMP dan SMA di Indonesia. Namun, dua orang
psikolog dari Singapura, Beng-Yeong Ng dan Yiong-Huak Chan baru saja
berhasil menentukan faktor-faktor psikosial yang menyebabkan seseorang
dapat mengalami kesurupan. Mereka melakukan wawancara mendalam
terhadap 58 orang pasien yang pernah mengalami kesurupan dan
membandingkannya dengan 58 pasien yang mengalami depresi berat.
Mereka menemukan kalau orang yang sering mengalami kesurupan adalah
orang yang memiliki masalah dalam isu agama dan budaya; terpaparkan pada
kondisi trans (kesurupan disengaja) dan memiliki peran sosial sebagai
seorang rohaniawan atau pendamping seorang rohaniawan. Penelitian oleh
Berry (2002) dan kawan-kawan di China membenarkan kondisi ini. Mereka
menambahkan data mengenai apa yang terjadi saat seseorang kesurupan.
Berdasarkan wawancara terhadap 20 orang yang pernah kesurupan mereka
memperoleh data sebagai berikut: 19 kehilangan kendali atas tindakan, 18
mengalami perubahan perilaku atau bertindak berbeda, 12 kehilangan
kesadaran atas sekelilingnya, 11 kehilangan identitas pribadi, 10 kehilangan
kemampuan membedakan antara kenyataan dan fantasi, 10 mengalami
perubahan nada suara, 9 mengalami perhatian yang tidak fokus, 9 mengalami
kesalahan dalam menilai, 8 mengalami kesulitan berkonsentrasi, 7
kehilangan kemampuan menilai waktu, 7 kehilangan ingatan, 6 kehilangan
kemampuan merasa sakit dan 4 percaya kalau dirinya berubah ujud. Dilihat
dari agen yang merasuki, sembilan dirasuki oleh orang yang telah meninggal,
8

lima oleh dewa/mahluk ghaib yang baik, empat oleh roh hewan, dan 2 oleh
setan. Satu tidak tahu siapa yang merasukinya. Lima melaporkan dimasuki
oleh lebih dari satu agen. Satu percaya kalau ia dirasuki oleh beberapa orang
yang telah meninggal, yang lain percaya kalau ia dirasuki oleh lebih dari satu
mahluk halus seperti dewa baik dan setan yang memasuki dirinya serentak.
Gaw et al bahkan menambahkan bukti dari luar sampelnya kalau di China,
seseorang bahkan bisa kesurupan benda mati, seperti batu dan kayu. Gaw et
al menggabungkannya dalam satu istilah: penyakit atribusi. Penyakit atribusi
ini termasuklah susto di Amerika Latin dimana seseorang merasa dirinya
sangat ketakutan, hwa-byung dari Korea dimana seseorang merasa dirinya
sangat marah, dan kesurupan dimana seseorang merasa dirinya dimasuki
mahluk asing.
4. Terkait fenomena Multiple Personality Disorder
Peneliti Indonesia, Luh Ketut Suryani, dan seorang peneliti barat,
Gordon D Jensen menyimpulkan kalau fenomena kesurupan memiliki analog
paling sesuai dengan fenomena MPD (Multiple Personality Disorder).
Perbedaannya, kesurupan sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Hal ini
bisa dibilang berlaku pula pada MPD, karena fenomena MPD terjadi di satu
kebudayaan saja, yaitu kebudayaan barat. Dengan kata lain, MPD adalah
salah satu contoh fenomena yang melatarbelakangi kesurupan pula.
5. Pengaruh energi asing, khususnya energi infra merah.
Menurut Jerald Kay kesurupan artinya aura tubuh sedang dipengaruhi
energi asing, khususnya energi infra merah yang tidak dapat dilihat kasat
mata oleh manusia, sesuatu yang punya energi itu artinya masih berjiwa. Roh
sudah tidak berenergi karena sudah tidak memiliki jiwa, tapi makhluk halus
belum tentu. Banyak makhluk halus yang masih mengeluarkan materi dan
energi inframerah. Sedikit berbeda dengan pakar lainnya, ia percaya bahwa
penyebab kesurupan berasal dari mental yang dimasuki energi asing dan
tidak ada hubungannya dengan masalah-masalah fisik seperti kurang gizi dan
9

lainnya. Energi asing bisa berasal dari lingkungan sekitar dan bisa dicek
menggunakan foto aura. Kesurupan bukan hanya sebuah peristiwa fisik tapi
lebih pada penurunan daya tahan mental. Stres dan gangguan lainnya
mungkin bisa mempengaruhi tapi itu bukan faktor utamanya. Penyebab
utamanya itu karena mentalnya memang sedang tidak kuat.
6. Kekacauan neurotransmitter
Ditinjau dari sistem saraf, kesurupan adalah fenomena serangan
terhadap sistem limbik yang sebagian besar mengatur emosi, tindakan dan
perilaku. Sistem limbik sangat luas dan mencakup berbagai bagian di
berbagai lobus otak. Dengan terganggunya emosi dan beratnya tekanan
akibat kesulitan hidup, timbullah rangsangan yang akan memengaruhi
sistem limbik. Akhirnya, terjadilah kekacauan dari zat pengantar rangsang
saraf atau neurotransmitter. Zat penghantar rangsang saraf yang keluar
mungkin norepinephrin atau juga serotonin yang menyebabkan perubahan
perilaku atau sebaliknya.Kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba atau secara
bertahap, bersifat sementara atau kronis. Reaksi disosiasi ini menimpa
mereka yang jiwanya labil ditambah dalam kondisi yang membuatnya
tertekan. Stress yang bertumpuk ditambah pemicu memungkinkan reaksi
yang dikendalikan alam bawah sadar ini muncul ke permukaan, sehingga
seseorang yang mengalami stress berat, maka ia sangat mudah sekali akan
mengalami trans disosiasi.
D. Manifestasi Klinis
Menurut David Holmes 1991, ada beberapa gejala yang biasanya
menyerang orang kesurupan diantaranya:
1. Bertindak lepas kontrol dan berbeda dari biasanya
2. Hilang kesadaran akan sekitarnya dan tidak sadar dirinya sendiri
3. Sulit membedakan kenyataan atau fantasi pada waktu yang sama
4. Perubahan nada suara
5. Kesusahan berkonsentrasi
6. Kadang-kadang hilang ingatan
10

Dan menurut Maramis, 2009 terdapat dua macam keadaan yang


dinamakan kesurupan oleh masyarakat, yaitu:
1. Orang itu merasa bahwa di dalam dirinya ada kekuatan lain yang berdiri di
samping “aku”-nya dan yang dapat menguasainya. Jadi simultan terdapat dua
kekuatan yang bekerja sendiri-sendiri dan orang itu berganti-ganti menjadi
yang satu dan yang lain. Kesadarannya tidak menurun. Perasaan ini
berlangsung kontinu. Dalam hal ini kita melihat suatu permulaan perpecahan
kepribadian yang merupakan gejala khas bagi skizofrenia.
2. Orang itu telah menjadi lain, ia mengidentifikasikan dirinya dengan orang
yang lain, binatang atau benda. Jadi pada suatu waktu tidak terdapat dua atau
lebih kekuatan di dalam dirinya (seperti dalam hal yang pertama), tapi terjadi
suatu metamorphosis yang lengkap. Ia telah menjadi orang yang lain, binatang
atau barang, dan ia juga bertingkah laku seperti orang, binatang atau barang
itu. Sesudahnya terdapat amnesia total atau sebagian.
Keadaan yang kedua ini adalah disosiasi. Bila disosiasi itu terjadi karena
konflik dan stress psikologik, maka keadaan itu dinamakan reaksi disosiasi
(suatu sub jenis dalam nerosa histerik). Bila disosiasi ini terjadi karena
pengaruh kepercayaan dan kebudayaan, maka dinamakan kesurupan. Tidak
jarang kedua keadaan ini secara ilmiah sukar dibedakan karena kepercayaan
dan kebudayaan juga dapat menimbulkan konflik dan stress.
Gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala
terasa berat, badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa
ringan, dan ngantuk. Perubahan ini biasanya masih disadari oleh subjek,
tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak mampu mengendalikan dirinya, melakukan
sesuatu di luar kemampuan dan beberapa di antaranya merasakan seperti ada
kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya.
Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah
dirinya lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan dari luar.
11

Keadaan saat kesurupan ada yang menyadari sepenuhnya, ada yang


menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali.
Frigerio menyatakan, ada tiga stadium yang dialami orang kesurupan, yaitu:
1. Irradiation, subjek tetap menyadari dirinya tetapi ada perubahan yang
dirasakan pada tubuhnya.
2. Being diside, subjek berada dalam dua keadaan yang berbeda, namun ada
sebagian yang dialaminya disadarinya.
3. Stadium incorporation, subjek sepenuhnya dikuasai oleh yang memasukinya
dan semua keadaan yang dialami tidak diingatnya.
Kesurupan biasanya berbeda dengan histeria. Jika histeria hanya
mengeluarkan teriakan-teriakan dan tidak mengubah jenis suara, tapi kesurupan
bisa mengubah pita suara. Bisa jadi suaranya berubah menjadi suara laki-laki
padahal ia seorang perempuan atau juga sebaliknya.

E. Jenis Histeria Posesion


Kriteria gangguan histeria posesion atau kesurupan adalah sebagai berikut.
1. Trans, yaitu perubahan keadaan atau hilangnya rasa identitas pribadi yang
biasanya terjadi secara sementara dan jelas tanpa penggantian oleh
identitas pengganti, disertai dengan sekurangnya satu dari:
a. Penyempitan kesadaran tentang sekeliling, atau penyempitan dan
pemusatan perhatian selektif yang tidak biasanya terhadap stimuli
lingkungan.
b. Perilaku atau gerakan stereotifik yang dirasakan diluar kendali orang
tersebut.
2. Trans pemilikan atau (possession trance), yaitu, suatu perubahan tunggal
dalam keadaan kesadaran yang ditandai oleh penggantian rasa identitas
pribadi yang biasanya dengan identitas baru, misalkan oleh suatu ruh,
kekuatan, dewa, atau orang lain yang dibuktikan oleh satu atau lebih dari
gejala berikut:
12

a. Perilaku atau gerakan stereotifik dan ditentukan secara kultural yang


dirasakan sebagai dikendalikan oleh agen pemilikan (possession
agent).
b. Amnesia penuh atau sebagian terhadap kejadian.
F. Faktor-faktor Penyebab Histeria Posesion dalam Islam
Ada beberapa sebab terjadinya gangguan jin pada manusia diantaranya:
1. Manusia itu sendiri mengundang jin itu dalam tubuh manusia contohnya
seperti permainan jelangkung atau pagelaran kuda lumping.
2. Adanya rasa cinta dari jin ke manusia atau sebaliknya
3. Sekedar ingin menyakiti manusia atau atas dasar motif balas dendam.
Manusia kadang menyakiti jin tanpa dia menyadari seperti menyiram air
panas, menginjaknya, terjatuh dari tempat tinggi lalu mengenai jin tersebut
sengaja atau tidak sengaja. Termasuk juga menyakiti jin yang berbentuk
anjing, ular, kalajengkin, kucing, dan binatang lainnya.
4. Adanya tindak kejahatan jin terhadap manusia. Misalnya jin tersebut
membuat orang yang dirasukinya lumpuh atas suruhan dukun.
5. Dalam QS Al-Jin adanya hubungan kerjasama antara manusia dan jin
berupa diantara manusia yang meminta bantuan jin untuk melaksanakan
keinginan orang tersebut.
G. Penatalaksanaan
1. Psikoterapi
Penatalaksanaan dengan menggali kondisi fisik dan neurologiknya.
Bila tidak ditemukan kelainan fisik, perlu dijelaskan pada pasien dan
dilakukan pendekatan psikologik terhadap penanganan gejala yang ada.
Masuk rumah sakit diindikasikan bagi pasien yang memiliki
kecenderungan untuk membahayakan dirinya atau orang lain, ketika efek
dari penggunaan terapi obatnya harus dipantau atau ketika diagnosis
sementara belum dapat ditentukan. Perawatan di rumah sakit
memungkinkan pasien untuk memisahkan diri dari pengaruh lingkungan,
penganiayaan fisik dan seksual, dan stress yang mungkin telah memicu
reaksi atau episode amnesia, kelakuan kompulsif atau kecerobohan
mereka. Hal ini juga melindungi mereka disaat masa membingungkan
13

dalam hidup mereka. Indikasi lain adalah ketika mereka pernah mencoba
atau memiliki tanda atau ide untuk bunuh diri.
Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan
disosiatif ini. Bentuk terapinya berupa terapi bicara, konseling atau terapi
psikososial, meliputi berbicara tentang gangguan yang diderita oleh
pasien jiwa. Terapinya akan membantu anda mengerti penyebab dari
kondisi yang dialami. Psikoterapi untuk gangguan disosiasi sering
mengikutsertakan teknik seperti hipnotis yang membantu kita mengingat
trauma yang menimbulkan gejala disosiatif.
Penanganan gangguan disosiatif yang lain meliputi :
a. Terapi kesenian kreatif.
Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa tipe terapi ini
menggunakan proses kreatif untuk membantu pasien yang sulit
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Seni kreatif dapat
membantu meningkatkan kesadaran diri. Terapi seni kreatif
meliputi kesenian, tari, drama dan puisi.
b. Terapi kognitif
Terapi kognitif ini bisa membantu untuk
mengidentifikasikan kelakuan yang negative dan tidak sehat dan
menggantikannya dengan yang positif dan sehat, dan semua
tergantung dari ide dalam pikiran untuk mendeterminasikan apa
yang menjadi perilaku pemeriksa.

c. Terapi obat
Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penanganan awal,
walaupun tidak ada obat yang spesifik dalam menangani
14

gangguan disosiatif ini. Biasanya pasien diberikan resep berupa


anti-depresan dan obat anti-cemas untuk membantu mengontrol
gejala mental pada gangguan disosiatif ini.
Barbiturat kerja sedang dan singkat, seperti tiopenal dan
natrium amobarbital diberikan secara intravena dan
benzodiazepine dapat berguna untuk memulihkan ingatannya
yang hilang. Pengobatan terpilih untuk fugue disosiatif adalah
psikoterapi psikodinamika suportif-ekspresif.

2. Terapi pada Anak


Menurut freud cara penyelesaian orang jika mengalami suatu
kesurupan adalah dengan cara sebagai berikut :
a. isolasi sesegera mungkin anak yang terkena kesurupan.
b. tempatkan orang yang terkena kesurupan di tempat tertutup namun yang
aman dan udara bisa keluar masuk dalam ruangan dengan baik
c. tenangkan suasana, karena kesurupan cenderung membuat suasana
menjadi gaduh, ketakutan, dan crowded atau ramai.
d. tenangkan anak yang mengalami kesurupan dengan membiarkannya,
jangan dipaksa atau dipegang apalagi diteriaki terlebih di pukul.
e. kalau membaca Al- quran bacakan dengan penuh kekhusyuan dan
dengan nada pelan sehingga akan menenangkan si sakit
3. Pengobatan Alternatif
Ahli terapi biasanya merekomendasikan menggunakan hipnosis
yang biasanya berupa hipnoterapi atau hipnotis sugesti sebagai bagian dari
penanganan pada gangguan disosiatif.

Hipnosis menciptakan keadaan relaksasi yang dalam dan tenang


dalam pikiran. Saat terhipnotis, pasien dapat berkonsentrasi lebih intensif
dan spesifik. Karena pasien lebih terbuka terhadap sugesti saat pasien
terhipnotis. Ada beberapa konsentrasi yang menyatakan bahwa bisa saja
ahli hipnotis akan menanamkan memori yang salah dalam mensugesti
15

4. Metode Qur’anic healing (Ruqiah Syar’iyah)


Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan dari
pelaksanaan qur‟anic healing (ruqyah) yaitu:
a. Terapi penyembuhan qur‟ani atau ruqyah menggunakan kalam
Allah SWT (ayat-ayat al-Qur‟an, atau nama-nama dan sifat-saifat-
Nya, atau berupa doa yang diriwayatkan dari Nabi SAW.
b. Menggunakan bahasa Arab yang fasih atau bahasa yang dapat
dipahami.
c. Terapis meyakini bahwa ruqyah tidak memberikan efek
sendirinya, melainkan dengan takdir Allah SWT.
d. Penyembuhan qur‟ani atau ruqyah tidak dilakukan dengan cara
yang dilarang. Contohnya, meruqyah dalam kondisi
junub (berhadats besar), atau peruqyah memerintahkan pasien
berada dalam kondisi junub.
e. Terapi ruqyah tidak dilakukan oleh dukun, atau paranormal.
f. Kalimat-kalimat atau bacaan-bacaan ruqyah tidak mengandung
ungkapan-ungkapan atau simbol-simbol yang diharamkan.21
Muhamad Arifin menambahkan tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan sebelum melakukan terapi penyembuhan qur‟ani atau
ruqyah, yaitu:
1) Menyiapkan suasan yang kondusif sebelum melakukan terapi
2) Membersihkan tempat terapi dari hal-hal yang melanggar
sya‟riat.
3) Memberikan konseling ataupun taushiyah kepada pasien tentang
solusi pengobatan, bimbingan, pelajaran dan pedoman agama agar
pasien dapat mengembangkan akalnya, dan keimanannya.
4) Sunnah berwudhu pagi pasien dan terapis.
5) Menutup aurat bagi perempuan yang hendak diterapi.
6) Berdoa kepada Allah agar diberi pertolongan.
7) Perdana Ahmad dalam bukunya qur‟anic healing thecnology
mengatakan bahwa hal-hal yang perlu dilakukan sebelum
melakukan terapi, yaitu:
 Berwudhu sebelum melakukan terapi penyembuhan
qur‟ani atau ruqyah.
16

 Memberikan konseling.
 Mendengarkan nasehat-nasehat agama dan petunjuk
pelaksanaan terapi penyembuhan qur‟ani atau ruqyah,
 Berbaring atau duduk degan mengmbil sikap relaksasi
tubuh yang enak dan nyaman dan relaksasi fikiran. 23
Selain berbagai syarat di atas yang perlu dilakukan sebelum melakukan
terapi penyembuhan qur‟ani atau ruqyah, terdapat beberapa hal yang
perlu dilakukan oleh terapis maupun pasien dalam pelaksanaan terapi
ruqyah (penyembuhan qur‟ani), yaitu:
a. Pasien mendengarkan lantunan ayat suci al-Qur‟an dengan
khusyuk
b. Terapis meminta pasien untuk merasakan sensasi yang terjadi
selama proses mendengarkan lantunan ayat suci al-Qur‟an
c. Terapis membacakan ayat-ayat suci al-Qur‟an dengan fasih dan suara
yang merdu
d. Terapis meletakan tangannya pada tubuh pasien yang dirasa sakit.

Adapun ayat-ayat yang menjadi bacaan ruqyah, yaitu:

1) Isti‟adzah
Yang merupakan permohonan perlindungan kepada Allah Swt juga
merupakan bacaan sebelum memulai bacaan al-Qur‟an. Allah Swt
berfirman:
Artinya:
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. (Q.S. An-
Nahl: 98)
2) Lafadz basmalah
Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
penyayang”.
3) Surat al-Fatihah ayat 1-7
Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha
17

Pemurah lagi Maha Penyayang. yang menguasai di hari Pembalasan.


Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah Kami meminta pertolongan. Tunjukilah Kami jalan yang
lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat”.

4) Surat al-Baqarah ayat 255, dan 284-286


Artinya:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya);
tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit
dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa
izin- Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu
Allah melainkan apa yang dikehendaki- Nya. Kursi Allah meliputi
langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
5) Surat al-A‟raf ayat 54-56
Artinya:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan- Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing- masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha
suci Allah, Tuhan semesta alam. Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak
18

menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu


membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

6) Surat al-Mukminun ayat 115-118


Artinya:
“Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak
akan dikembalikan kepada kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja
yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang
mempunyai) 'Arsy yang mulia. Dan Barangsiapa menyembah
Tuhan yang lain di samping Allah, Padahal tidak ada suatu
dalilpun baginya tentang itu, Maka Sesungguhnya perhitungannya di
sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada
beruntung. Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah
rahmat, dan Engkau adalah pemberi rahmat yang paling baik.
7) Surat as-Shaffat ayat 1-10
Artinya:
“Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-
benarnya. Dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-
benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat). Dan demi
(rombongan) yang membacakan pelajaran. Sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar Esa. Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di
antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari.
Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan
hiasan, Yaitu bintang-bintang. Dan telah memeliharanya (sebenar-
benarnya) dari Setiap syaitan yang sangat durhaka. Syaitan syaitan
itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) Para Malaikat
19

dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka


dan bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi Barangsiapa (di
antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); Maka ia
dikejar oleh suluh api yang cemerlang.

8) Surat ar-Rahmah ayat 33-36


Artinya:
“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak
dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan
kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kepada kamu, (jin dan
manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga Maka kamu
tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya). Maka nikmat
Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.
9) Surat al-Hasyr ayat 21-25
“Kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah
gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja,
yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan
Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang
Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang
Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang
mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit
dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku
dan musuhmu menjadi teman- teman setia yang kamu sampaikan
20

kepada mereka (berita- berita Muhammad), karena rasa kasih


sayang; Padahal Sesungguhnya mereka telah ingkar kepada
kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan
(mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu.
jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan
mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). kamu
memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada
mereka, karena rasa kasih sayang. aku lebih mengetahui apa yang
kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. dan Barangsiapa
di antara kamu yang melakukannya, Maka Sesungguhnya Dia telah
tersesat dari jalan yang lurus.
10) Surat al-Ikhlas
Artinya:
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia.
11) Surat al-Falaq
Artinya:
“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai
subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam
apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang
sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan
pendengki bila ia dengki."
12) Surat an-Nas
Artinya:
“Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari
kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari
(golongan) jin dan manusia.”
21

Sementara bacaan-bacaan dari hadith yang dapat digunakan


untuk penyembuhan qur‟ani ini adalah:
“Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang
mengganggumu, dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang hasad,
Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku
meruqyahmu.” (HR. Muslim).
"Aku berlindung pada kemuliaan Allah dan kekuasaan-Nya dari
keburukan yang aku rasakan dan aku takutkan.” (HR. Imam
Ahmad).
“Ya Allah Rabb manusia, hilangkanlah bahaya. Sembuhkan ia,
Engkaulah sang penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali
kesembuhan dari-Mu, dengan satu kesembuhan yang tidak
menyisakan sakit.” (HR. Muslim).
“Aku berlindung pada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari
setiap setan dan binatang berbisa dan dari setiap mata yang
menimpakan keburukan.” (HR. Bukhari).
5. Qur’anic Healing (Ruqyah) Sebagai Psikoterapi
Di dalam al-Qur‟an maupun Hadith Nabi SAW terdapat banyak ayat
dan hadith yang menegaskan bahwa al-Qur‟an adalah penyembuh atas
penyakit-penyakit. Di antaranya firman Allah SWT:
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit- penyakit (yang berada)
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman”. (QS. Yunus: 57).
Ayat di atas menjelaskan bahwa al-Qur‟an adalah obat bagi
penyakit-penyakit yang terdapat di dalam dada, sedangkan kata
dada atau hati berkaitan dengan mental dan jiwa (psikologis).
Sehingga menurut Quraish Shihab ketika menafsirkan ayat ini
menjelaskan bahwa al-Qu‟ran berfungsi menyembuhkan penyakit-
penyakit ruhani (psikologis).
22

Penyembuhan atau pengobatan qur‟ani telah dikenal sejak


zaman Nabi SAW. Penyembuhan dengan ayat-ayat al-Qur‟an ini
disebut dengan ruqyah. Ruqyah atau terapi penyembuhan Qur‟ani
adalah ilmu dan seni penyembuhan, pembentengan dan perlawanan dari
penyakit fisik, gangguan jin dan sihir serta segala marabahaya.
Dari sekian banyak ayat-ayat al-Qur‟an dan Hadith Nabi SAW yang
membicarakan tentang eksistensi al-Qur‟an sebagai Syifa‟ dan rahmat
bagi orang-orang yang hatinya dipenuhi keimanan, ditambah lagi
dengan bayaknya penelitian ilmiah yang mengonfirmasi
kebenaran wahyu tersebut sehingga bukan hal yang mustahil apabila al-
Qur‟an diposisikan sebagai sebenar-benarnya media penyembuhan bagi
manusia-manusia yang muslimin sekarang ini. Tapi lagi-lagi yang
menjadi faktor ketidakterimaan sebagian orang pada pengobatan dengan
al-Q pada suatu hari malaikat Jibril datang mengahampiri Rasulullah
SAW, lalu ia bertanya, “wahai Muhammad, apakah engkau
sakit?”Beliau menjawab,”Ya. Kemudian Malaikat Jibril
meruqyahnya dengan berkata:
Artinya:
“Dengan nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang
mengganggumu, dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang hasad. Allah
menyembuhkanmu. Dengan nama Allah aku meruqyahmu.
Kalimat “dari segala apa yang mengganggumu” menunjukkan bahwa
metode penyembuhan qur‟ani ini mampu menyembuhkan penyakit apa
saja baik psikis maupun fisik.
Lantas bagaimana posisi qur‟anic healing (ruqyah) dalam
penyembuhan? Dalam al-Qur‟an maupun Hadith-Hadith Shahih Nabi
SAW telah banyak menjelaskan posisi qur‟anic healing sebagai
alternatif penyembuhan terhadap berbagai macam gangguan fisik
maupun psikis.
Terhadap manusia yang mengalami gangguan kejiwaan (gangguan
psikis) selain mendapatkan pertolongan dari psikiater dan ahli jiwa
23

sangat dianjurkan pula untuk melakukan qur‟anic healing atau ruqyah,


sebab ayat-ayat al-qur‟an dapat memberikan pengaruh positif terhadap
penggiatan kerja jantung, menstabilkannya, danur‟an adalah
minimnya pengetahuan tentang al-Qur‟an dan minimnya dasar ilmiah
yang materil pada metode penyembuhan ini. menghilangkan kegelisahan
serta kegundahannya, sehingga dapat menenangkan jantung . Hal ini
adalah sesuatu yang dapat berdampak pada kerja anggota-anggota tubuh
lainnya.
Maka dari uraian singkat di atas dan berdasarkan beberapa ayat dan
penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli bahwa qur‟anic healing
(ruqyah) adalah metode pengobatan di samping untuk fisioterapi, juga
sebagai psikoterapi yang dapat digunakan oleh semua kalangan,
terkhusus para muslimin.

Contoh kasus :
Menurut Harsono (2012) di dalam jurnalnya meneliti gambaran Trans
disosiatif pada mahasiswi menggunakan metode penelitian wawancara (Rahayu dan
Ardani,2004:63) adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan
maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh kedua pihak.tujuan mengadakan
wawancara secara umum untuk menggali struktur kognitif dan dunia makna dari
perilaku subjek yang diteliti.
24

Dari kasus kesurupan yang dialami kedua subjek penelitian, masuk dalam
kriteria diagnostic berupa trans disosiatif. Kesurupan yang dialami subjek satu FF
adalah perubahan keadaan kesadaran atau hilangnya rasa identitas pribadi yang
terjadi secara sementara. Perilaku atau gerakan strereotipik yang dirasakan diluar
kendali yaitu berupa ia menjerit-jerit dengan suara tanpa makna, selain itu badannya
menegang, ada kecenderungan menyakiti diri sendiri dengan tangannya, giignya
menggigit keras. Subjek dua IA mengalami perubahan tunggal atau episodic dalam
keadaan kesadaran yang ditandai oleh penggantian rasa identitas pribadi yang lain
dengan identitas pribadi, hal ini Nampak dari gaya bicara dan perilaku IA yang
berbeda dengan ia yang biasanya. Dan kesurupan yang terjadi pada FF dan IA bukan
merupakan sebuah praktek budaya dan keagamaan.

Faktor-faktor penyebab yang mendasari trans disosiatif yang dialami kedua


subjek ada factor internal dan factor eksternal. Ada beberapa pola factor yang sama
antara kedua subjek yaitu dari factor internal karena adanya stress dan frustasi,
kelelahan fisik. Selain itu ada beberapa pola yang berbeda pada factor internal pada
IA ada gejala kecemasan yang muncul dan dirasa intens, gangguan tidur insomnia.
Kemudian factor exsternal yang berkonstribusi pada FF adalah massalah kondisi
social pertemanan dan percintaan remaja yang mempengaruhi secara langsung
terjadinya trans disosiatif. Pada IA factor exsternal yang mempengaruhi secara
langsung adalah masalah keluarga, massalah perkuliahan dan organisasi.

Trans disosiatif kedua subjek dilatarbelakangi beberapa factor yang


berpengaruh secara tidak langsung diantaranya adalah pada FF adala pola asuh orang
tua yang longgar dan ada kecenderungan kepribadian histrionik, teori dari hysteria
melihat gangguan trans disosiatif adalah manifestasi dari kepribadian histrionic
(During et al. 2011: 238). Trans disosiatif yang dialami oleh IA dilatarbelakang oleh
pola asuh oleh orang tua yang terlalu keras, ada kecenderungan kepribadian
dependen, orang dengan gangguan disosiatif/ konversi sebetulnya lebih cenderung
untuk menunjukan ciri-ciri gangguan kepribadian dependen (Nevid, Rathus &
25

Greene, 1997 : 282). Selain itu pada IA juga ada cerita yang tidak menyenangkan
yaitu berupa tindak kekerasan pada masa kanak-kanak.

Setelah mengalami trans disosiatif kedua subjek sama-sama merasakan


kesakitan secara fisik seperti badan pegal-pegal, kepala dan kaki terassa sakit, jempol
kaki gemetar, merasa seperti bangun tidur. Akan tetapi secara spesilogis merasa ayem,
seperti sudah ada yang terlepas. Kemudian orang-orang disekitar subjek juga lebih
perhatian kepada subjek. Dan hal ini membuat kedua subjek lebih merasa bahagia
secara emosional.

Treatment yang dilakukan oleh kedua subjek adalah dengan di rukyah atau
dengan pendekatan ritual keagamaan. Karena baik subjek dan lingkungan sekitar
subjek mempercayai apa yang telah dialami subjek merupakan murni karena
gangguan makhluk ghaib. Sehingga dasar penyebab utama tidak teratasi. Pemilihan
metode rukyah sebagai interfensi terhadap trans disisoatif sudah dianggap hal normal
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dibandingkan dengan interfensi medis yang
sudah terstandar. Hal ini dipengaruhi karena nilai-nilai kepercayaan dan kebudayaan
yang sudah turun temurun diwariskan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi dalam pandangan islam histeria possession merupakan kesurupan,
masalah kesurupan ini tidak hanya menyangkut penafsiran psikiatrik tetapi
dalam masyarakat kita memasuki wilayah teologis, mistis dan budaya.
Kesurupan terjadi bisa dipicu oleh faktor jin atau manusia itu sendiri oleh
sebab itu, Rasulullah mengajarkan doa-doa yang dapat melindungi kita dari
gangguan jin.

B. Saran
Peran perawat dalam memberikan kebutuhan khusus untuk pasien dengan
keadaaan histeria dari pandangan islam dapat dengan pemberian psikoterapi
islam yang memiliki ruang lingkup selain dalam proses penyembuhan juga
pada usaha peningkatan diri seperti psikoterapi islam yang merupakan usaha
untuk peningkatan diri, membersihkan hati, menguasai pengaruh dorongan
primitif, menumbuhkan akhlakul karimah. Untuk kedepannya psikoterapi
islam dapat dikembangkan dengan yang lebih inofatif.

26
DAFTAR PUSTAKA
.
Beng-Yeong Ng, Yiong-Huak Chan. (2004). Psychosocial stressors that
precipitate dissociative trance disorder in Singapore. Australian and New
Zealand Journal of Psychiatry. Volume 38, Issue 6, pages 426–432.
Chiu, SN. (2007). Historical, Religious, and Medical Perspectives of Possession
Phenomenon. Hongkong Journal of Psychiatry ; 10 (1):14-18.
Holme, David. (1991) Abnormal Psychology, New York: Harper Collins
Publishers, Inc.,
Joyanna Silberg. Guidelines for the Evaluation and Treatment of Dissociative
Symptoms in Children and Adolescents. Journal of Trauma &
Dissociation, Vol. 5(3) 2006.
Kaplan HI, Sadock BJ. (2010) Synopsis of Psychiatry. seventh edition,
Baltimore;Williams & Wilkins.
Luh Ketut Suryani, Gordon D. Johnson. (2006). Trance and Possession in Bali: A
Window on Western Multiple Personality, Possession Disorder, and
Suicide. Oxford University Press
Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. (2009). Surabaya, Airlangga
University Press,
Oohashi T, Kawai N, Honda M, Nakamura S, Morimoto M, Nishina E, Maekawa
T (2002) Electroencephalographic measurement of possession trance in
the field. Clin Neurophysiol 113:435-445.
The American Psychiatric Publishing Textbook of Psychiatry, 5th Edition.
Wulf, D.M.(1997). Psychology of Religion Classic and Contemporary. 2nd
edition. New York : John Wiley & Sons, Inc
Arifin Z, Isep. 2017. Bimbingan dan Perawata Rohani Islam di Rumah Sakit.
Bandung: Fokus Media.
Musfir bin Said Az-Zahrani. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.

27
28

Perdana, Ahmad. 2005. Ruqiyah Syar’iyyah Vs Ruqiyah Gadungan (Syirqiyyah).


Jogjakarta: Quraniq Media Pustaka.
Ezwan Rafiq Husin dkk. 2015. Simptom mimpi hysteria rasukan jin dalam
perspektif pesakit, perawat dan hadis. Internasional journal of Islamic and
civilizational studies. Vol 2 No. 2 (2015) 30-44.

Anda mungkin juga menyukai