Akin Transfer Pricing (Fix) 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TRANSFER PRICING

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Internasional

Dosen Pengampu:
Dr. Heni Nurani, SE., M.Si., Ak., CA

Disusun oleh:
Ledy Sari Ledyny 5211161053
Selvia Juliyanti 5211161054
Apriyati Puji L 5211161058
Sucianingsih 5211161059
Diana Fauzi S 5211161065
Kelas : Akuntansi B

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan petunjuk dan rahmatnya , serta dukungan dari Dosen,orang-
tua, juga teman teman karena penulis dapat menyelesaikan tulisan ini yang berupa
makalah dengan judul “Transfer Pricing” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Internasional, oleh dosen pembimbing Dr. Heni Nurani, SE., M.Si., Ak.,
CA
Dengan membaca makalah ini penulis berharap dapat membantu teman-teman
serta pembaca dalam memahami materi tentang Manajemen keuangan,dan dapat
memperkaya wawasan pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini terdapat
kekurangan dan kesalahan dari segi kata-kata , bahasa, atau penulisan dalam
menyajikan materi. Saran dan kritik sangat diharapkan oleh penulis agar makalah ini
dapat lebih baik lagi. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-
teman dan pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Cimahi, 9 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
2.1 Definisi Transfer pricing ..................................................................... 3
2.2 Transfer Pricing dan Risikonya Terhadap Penerimaan Negara .......... 4
2.3 Metodologi Penentuan Harga Transfer ............................................... 6
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penetapan Transfer Pricing Harga
9
2.5 Penetapan Harga Transfer Internasional : Variabel yang Menyulitkan
12
2.6 Masalah Transfer Pricing .................................................................. 13
2.7 Tujuan Transfer Pricing..................................................................... 15
2.8 Ilustrasi Praktek Transferpricing ....................................................... 17
2.9 Analisis Kasus Yang Berhubungan Dengan Transfer Pricing .......... 19
BAB III ........................................................................................................ 22
PENUTUP ................................................................................................... 22
3.1 Simpulan ....................................................................................... 22
3.2 Saran ............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi yang terjadi pada saat ini, memberikan suatu


pengaruh yang besar bagi pola bisnis dan sikap para pelaku bisnis. Awalnya
transfer pricing dikenal dalam akuntansi manajemen sebagai kebijakan harga
yang diterapkan atas penyerahan barang atau jasa antar divisi/departemen di
dalam suatu perusahaan dengan tujuan untuk mengukur kinerja dari masing-
masing divisi/departemen tersebut. Seiring dengan perkembangan
zaman, perusahaan multinasional yang biasanya menerapkan
desentralisasi operasi dengan cara membagi perusahaannya atas pusat-
pusat pertanggungjawaban baik itu pusat biaya maupun pusat penghasilan,
telah memanfaatkan transfer pricing sebagai alat untuk menghindari
atau menggelapkan pajak dengan cara meminimalkan beban pajak
yang harus ditanggung perusahaan.
Melalui praktik transfer pricing, upaya meminimalkan beban pajak
dilakukan dengan cara mengalihkan penghasilan serta biaya suatu perusahaan
yang mempunyai hubungan istimewa dari suatu negara kepada perusahaan di
negara lain yang tarif pajaknya berbeda. Masalah pengalokasian penghasilan
dan biaya perusahaan multinasional ini harus diatur dengan baik dan
jelas oleh masing-masing negara yang terlibat dalam
transaksiinternasional. Pengaturan yang baik dan jelas diharapkan dapat
mencegah dan mendeteks tindakan-tindakan manipulasi pajak melalui transfer
pricing yang sering dilakukan perusahaan multinasional untuk melakukan
penghindaran / penggelapan pajak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari transfer pricing ?

1
2

2. Apa tujuan penetapan transfer pricing ?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan transfer pricing?

4. Apa saja tipe dan metode transfer pricing ?

5. Apa saja risiko transfer pricing terhadap penerimaan Negara ?


6. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan transfer pricing ?
7. Apa saja Masalah yang timbul dari transfer Pricing ?
8. Bagaimana ilustrasi dan kasus praktek transfer pricing ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari transfer pricing ?

2. Mengetahui tujuan dari penetapan transfer pricing ?

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan transfer pricing ?

4. Mengetahui tipe dan metode transfer pricing ?

5. Mengetahui apa saja risiko transfer pricing terhadap penerimaan Negara ?

6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan transfer pricing?

7. Mengetahui masalah yang timbul dari transfer pricing ?

8. Mengeathui bagaimana ilustrasi penerapan kasus praktek transfer pricing ?


BAB II
ISI

2.1 Definisi Transfer pricing

A. Definisi menurut para ahli


Gunadi (1994) mengemukakan bahwa Transfer pricing adalah penentuan
harga atau imbalan sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, atau
pengalihan teknologi antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa
dan suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud
mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahaan rugi,
menghindari pajak atau bea di suatu negara.
Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan
harga transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau
pun transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan.
Menurut Charles T. Hongren dan Gary L. Sundem “Transfer Pricing
adalah usaha perusahaan multinasional untuk mengurangi pajak penghasilan
dengan cara pengalokasian laba perusahaan keanak perusahaan yang memiliki
beban pajak yang lebih rendah.”. Transaksi transfer pricing juga dapat terjadi
antar perusahaan, baik didalam grup atau dengan pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa, baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri.
Transaksi transfer pricing memiliki 2 dimensi pengertian, yaitu:
1. Dimensi netral
Dalam dimensi ini, pengertian transaksi transfer pricing adalah strategi,
taktik, dan motif pengurangan beban pajak.
2. Dimensi pejorative
Dalam dimensi ini, pengertian transaksi transfer pricing adalah suatu
upaya untuk menghemat beban pajak dengan cara menggeser laba ke
perusahaan yang memiliki jumlah laba lebih kecil sehingga jumlah pajak

3
4

yang dikenakan lebih kecil atau ke negara yang tarif pajaknya lebih
rendah.
Jadi diambil dapat diambil kesimpulan Transfer pricing adalah
mekanisme penetapan harga yang tidak wajar atas transaksi penyediaan
barang atau penyerahan jasa oleh pihak- pihak yang memiliki
hubungan istimewa (related parties). Transfer pricing biasanya
dilakukan perusahaan-perusahaan multinasional. Dengan praktik yang
tidak sehat tersebut, mengakibatkan hilangnya potensi pajak yang
seharusnya diterima negara Inilah sebabnya, kegiatan yang bersifat
manipulatif ini sering dikaitkan dengan kerugian Negara. Transfer pricing
multinasional berkenaan dengan transaksi antardivisi dalam satu unit
hukum atau antarunit hukum dalam satu kesatuan ekonomi yang meliputi
berbagai wilayah kedaulatan negara.

2.2 Transfer Pricing dan Risikonya Terhadap Penerimaan Negara

Transfer pricing adalah suatu kebijakan perusahaan dalam menentukan


harga transfer suatu transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun
transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan. Terdapat dua kelompok
transaksi dalam transfer pricing, yaitu :
1. intra-company , Intra-company transfer pricing merupakan transfer pricing
antardivisi dalam satu perusahaan
2. inter-company transfer pricing, intercompany transfer pricing merupakan
transfer pricing antara dua perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa.
Transaksinya sendiri bisa dilakukan dalam satu negara (domestic transfer
pricing), maupun dengan negara yang berbeda (international transfer pricing).
Transfer pricing merupakan salah satu bentuk penghindaran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan multinasional karena perusahaan multinasional
memiliki perusahaan asing yang memungkinkan perusahaan melakukan
transfer pricing. Menurut Desriana (dalam Kiswanto dan Purwaningsih,2014)
5

berdasarkan Pasal 1 ayat (8) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
43/PJ./2010 yang diubah terakhir dengan PER-32/PJ./2011, mendefinisikan
penentuan harga transfer (transfer pricing) yaitu “penentuan harga dalam
transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa”.
R. Feinschreiber, dalam Darussalam, dkk (2013) mengemukakan transfer
pricing dalam perspektif perpajakan, adalah suatu kebijakan harga dalam
transaksi yang dilakukan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
Dalam praktek bisnis, transfer pricing sering dilakukan perusahaan
multinasional yang berada satu grup dengan perusahaan tersebut.
Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di lebih dari
satu negara di bawah pengendalian satu pihak tertentu. Dimana Wajib Pajak
menetapkan harga transfer ketika menjual, membeli, ataupun membagi
sumber daya (berwujud maupun tidak berwujud) dengan afiliasinya (Arnold
dan McIntyre, dalam Darussalam, dkk 2013).
Eden (2001) dalam Darussalam dan Sepriadi (2008) mengistilahkan
transfer pricing manipulation dengan suatu kegiatan untuk memperbesar biaya
atau merendahkan tagihan yang bertujuan untuk memperkecil jumlah pajak
yang terutang. Manipulasi harga yang dapat dilakukan dengan transfer pricing
antara lain manipulasi pada:
 Harga penjualan
 Harga pembelian
 Alokasi biaya administrasi dan umum atau pun pada biaya overhead
 Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham
(shareholder loan)
 Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan atas jasa
manajemen, imbalan atas jasa teknik, dan imbalan atas jasa lainnya
 Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak
yang mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar
6

 Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang/tidak
mempunyai substansi usaha (seperti: dummy company, letter box
company atau reinvoicing center

Transaksi transfer pricing yang dilakukan antar perusahaan ditandai dengan


adanya hubungan istimewa. Hal yang terpenting dalam menghitung laba kena
pajak adalah adanya indikasi hubungan istimewa dalam memperoleh penghasilan.

2.3 Metodologi Penentuan Harga Transfer

Harga transfer dapat didasarkan pada biaya selisih kenaikan atau harga pasar.
Pengaruh lingkungan atas harga transfer juga menimbulkan sejumlah pertanyaan
mengenai metodologi penentuan harga. Prinsip wajar atau harga transfer
antarperusahaan dengan mengandaikan transaksi itu terjadi antarpihak yang tidak
berhubungan instimewa di pasar yang kompetitif. Menurut undang-undang Pajak
Penghasilan di AS terdapat metode-metode:

1. Comparable Uncontrolled Price Method (CUPM)


Metode perbandingan harga antara pihak yang independen
(comparable uncontrolled
price) atau disingkat CUPM adalah metode penentuan harga transfer yang
dilakukan
dengan membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-
pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan harga dalam transaksi yang dilakukan
antara
pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa dalam kondisi atau
keadaan
yang sebanding. Kondisi yang tepat untuk menggunakan CUPM ini adalah :
7

 Barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki karakteristik yang identik


dalam kondisi yang sebanding; atau
 Kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa dengan pihak-pihak yang tidak memiliki Hubungan
Istimewa identik atau memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi atau
dapat dilakukan penyesuaian yang akurat untuk menghilangkan pengaruh
dari perbedaan kondisi yang timbul. Apabila tak ada kondisi di atas yang
sesuai, maka CUPM tidak dapat digunakan dan Wajib Pajak harus
menggunakan metode lainnya yang sesuai.

2. Cost-Plus Method (CPM)


Harga pasar wajar ditentukan dengan menambahkan tingkat laba
kotor wajar yang
diperoleh yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai
hubungan istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan
lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan
istimewa pada harga pokok penjualan yang telah sesuai dengan prinsip
kewajaran dan kelaziman usaha. Kondisi yang tepat untuk menggunakan
CPM adalah:
 Barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa;
 Terdapat kontrak/perjanjian penggunaan fasilitas bersama (joint facility
agreement) atau kontrak jual-beli jangka panjang (long term buy and
supply agreement) antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa; atau
 Bentuk transaksi adalah penyediaan jasa. Apabila tak ada kondisi di atas
yang sesuai, maka metode CPM tidak dapat digunakan dan Wajib Pajak
harus menggunakan metode lainnya yang sesuai.
8

3. Resale Price Method (RPM)


Metode harga penjualan kembali (resale price method) atau disingkat
RPM adalah
metode penentuan harga transfer yang dilakukan dengan membandingkan
harga dalam transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut
setelah dikurangi laba kotor wajar, yang mencerminkan fungsi, aset dan
risiko, atas penjualan kembali produk tersebut kepada pihak lain yang tidak
mempunyai hubungan istimewa atau penjualan kembali produk yang
dilakukan dalam kondisi wajar. Kondisi yang tepat untuk menggunakan
metode ini adalah :
 Tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi antara Wajib
Pajak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan transaksi antara
Wajib Pajak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa, khususnya
tingkat kesebandingan berdasarkan hasil analisis fungsi, meskipun
barang/jasa yang diperjualbelikan berbeda dan
 Pihak penjual kembali (reseller) tidak memberikan nilai tambah yang
signifikan atas barang atau jasa yang diperjualbelikan. Metode
Transactional Profit :
1) Profit Split :
 Metode ini digunakan apabila data pembanding tidak cukup
lengkap.
 Laba dari transaksi antara pihak-pihak yang memiliki
hubungan istimewa dapat diketahui dengan cara melakukan
analisis fungsi atas kegiatan usaha yang dilakukannya.
2) Transactional Net Margin Method (TNMM)
9

 Metode ini juga digunakan apabila data pembanding tidak cukup


lengkap.
 Membandingkan laba bersih dengan Harga Pokok Penjualan
(HPP), Penjualan atau aktiva yang dipergunakan untuk
menghasilkan laba bersih tersebut, setelah itu laba bersih atas
transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

4. Metode Lainnya: OECD Guidelines tidak memperkenankan metode lainnya


untuk
menentukan harga pasar wajar karena metode ini tidak mencerminkan harga
pasar wajar yang
sesungguhnya. Metode ini terdiri dari global split method dan juga formulary
apportionment
method.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penetapan Transfer Pricing Harga

Penetapan harga transfer merupakan sumber yang cukup baru etika


perusahaan berkembang secarainternasional, masalah penetapan harga pengiriman
langsung menjadimasalah yang lebih serius. diperkirakan bahwa dari semua
perdagangan internasionalterdiri atas pengiriman antar entitas-entitas bisnis yang
terkait. 4 transaksi antar negara juga menghadapkan perusahaan multinasional
pada pengaruh-pengaruh lingkungan yang menciptakan dan menghancurkan
peluang untuk meningkatkan keuntungan perusahaandengan penetapan harga
pengiriman. berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan dengan
penetapan harga transfer :
1. Pertimbangan Pajak dan Tarif
jika tidak ditiadakan oleh undang-undang, keuntungan perusahaan bisa
ditingkat kandengan menetapkan harga pengiriman untuk memindahkan
keuntungan dari anak perusahaan yang berlokasi di negara-negara berpajak
10

tinggi ke anak perusahaan yang berlokasi di negara-negara berpajak rendah.


Sedangkan tarif barang-barang impor juga mempengaruhi kebijakan
penetapan harga transfer perusahaan multinasional. sebagai contoh sebuah
perusahaan mengekspor barangkepada cabang perusahaannya yang
berdomisili disebuah negara bertarif tinggi bisamengurangi tarifnya dengan
menekan harga barang dagangan yang dikirim kesana. Sebagai tambahan
untuk semua kaitan ini, perusahaan multinasional harus memperhitungkan
biaya dan keuntungan tambahan, ekternal dan internal. secaraekternal, $3?
memiliki otoritas perpajakan yang bertentangan dengan kebiasaan resmi
negara-negara impor dan administrator pajak penghasilan dari negara ekspor
dan impor.
Tarif yang lebih tinggi dibayar oleh importer yang menurunkan pajak
dasar untuk pajak penghasilan. Secara internal, perusahaan harus
mengevaluasi keuntungandari pajak penghasilan yang lebih rendah (lebih
tinggi) di negara impor terhadapkegiatan impor yang lebih tinggi (lebih
rendah), sebagaimana besar (kecil) pajak penghasilan yang dibayarkan oleh
perusahaan dinegara ekspor.

2. Perhitungan Tarif
Tarif barang-barang impor juga mempengaruhi kebijakan penetapan
harga transfer perusahaan multinasional. Sebagai contoh sebuah
perusahaan mengekspor barang kepada cabang perusahaannya yang
berdomisili disebuah negara bertarif tinggi bisa mengurangi tarifnya dengan
menekan harga barang dagangan yang dikirim kesana. Sebagai tambahan
untuk semua kaitan ini, perusahaan multinasional harus
memperhitungkan biaya dan keuntungan tambahan, ekternal dan
internal. Secara ekternal, MNC memiliki otoritas perpajakan yang
bertentangan dengan kebiasaan resmi negara-negara impor dan administrator
pajak penghasilan dari negara ekspor dan impor. Tarif yang lebih tinggi
11

dibayar oleh importer yang menurunkan pajak dasar untuk pajak penghasilan.
Secara internal, perusahaan harus mengevaluasi keuntungan dari pajak
penghasilan yang lebih rendah (lebih tinggi) di negara impor terhadap
kegiatan impor yang lebih tinggi (lebih rendah), sebagaimana besar (kecil)
pajak penghasilan yang dibayarkan oleh perusahaan dinegara ekspor.

3. Faktor-faktor Kompetitif/Persaingan

Untuk memfasilitasi pendirian cabang perusahaan diluar negeri, perusahaan


induk bisa mendukung cabang perusahaan dengan memakai faktur
pada harga yang sangat rendah. Semua harga cabang perusahaan ini bisa
dihilangkan secara berkala ketika cabang perusahaan memperkuat posisinya
dipasar luar negeri. Sama halnya, harga transfer yang rendah bisa digunakan
untuk membentengi usaha yang ada dari dampak persaingan asing dipasar
local atau pasar lainnya dengan kata lain profit yang diperoleh dari
suatu negara dapat menyokong penetrasi kepasar lain. Dampak
persaingan secara tidak langsung juga dapat terjadi. Untuk memperbaiki akses
cabang perusahaan luar negeri dengan pasar modal, ketetapan harga transfer
rendah untuk input dan ketetapan harga transfer tinggi untuk output
bisa menyokong laporan pendapatan dan posisi keuangannya. Kadang-
kadang, harga transfer dapat digunakan untuk melemahkan cabang perusahaan
pesaing

4. Resiko lingkungan
Mengingat perhitungan persaingan diluar negeri mungkin menuntut
beban biaya transfer yang rendah untuk cabang perusahaan diluar negeri,
resiko dari inflasi harga tinggi mungkin sebaliknya. Inflasi mengikis daya beli
kas perusahaan. Harga transfer barang yang lebih tinggi untuk barang atau
jasa membuat cabang perusahaan berhadapan dengan inflasi tinggi yang bisa
menghanguskan semua kas yang ada daricabang perusahaan.
12

5. Perhitungan Penilaian Pereforma


Kebijakan penetapan harga juga dipengaruhi oleh dampak mereka
dalam tindakanmanagerial dan sering menjadi penentu utama performa
perusahaan. sebagai contoh, jika misi cabang perusahaan luar negeri adalah
untuk menyediakan persediaan untuk sistem perusahaan yang tersisa, harga
transfer yang tepat memungkinkan manajemen perusahaan memberikan
cabang perusahaan sebuah arus pendapatan yang dapatdigunakan dalam
perbandingan performa. Akan tetapi, hal ini sulit bagi
perusahaanterdesentralisasi untuk menetapkan harga transfer antar perusahaan
yang (%)mendorong manager untuk mengambil keputusan yang
memaksimalkan keuntungandan sesuai dengan target umum perusahaan dan
(&) member dasar yang cukup untuk menilai performa manager dan
perusahaan.

6. Kontribusi akuntansi
Manajemen akuntan bisa berperan signifikan dalam mengukur sasaran dalam
strategi penetapan harga transfer. Rintangannya adalah menjaga
perspektif global ketika memetakan keuntungan dan biaya yang
sesuai dengan keputusan harga transfer. Pertama yang terjadi adalah
dampaknya pada keputusan dalam sistem perusahaan. Mengukur sejumlah
kesepakatan adalah sulit karena pengaruh lingkungan yang harus
diperhitungkan secara kelompok, tidak secara individu.

2.5 Penetapan Harga Transfer Internasional : Variabel yang Menyulitkan

Harga transfer menetapkan nilai moneter terhadap pertukaran antar


perusahaan yang terjadi antara unit operasi dan merupakan pengganti harga pasar.
Pada umumnya harga transfer dicatat sebagai pendapatan oleh satu unit biaya oleh
unit lainnya. Transaksi lintas negara juga membuka perusahaan multinasional
13

terhadap sejumlah pengaruh lingkungan yang menciptakan sekaligus


menghancurkan peluang untuk meningkatkan laba perusahaan melalui penetapan
harga transfer. Sejumlah variabel seperti pajak, tarif kompetisi lalu inflasi, nilai
mata uang, pembatasan atas tranfer dana, risiko politik dan kepentingan sekutu
usaha petungan sangat memperumit keputuasan penentuan harga transfer.
Penentuan harga transfer merupakan sesuatu yang baru timbul belakangan ini.
Penentuan harga transfer di Amerika Serikat berkembang bersamaan dengan
pergerakan desentralisasi yang mempengaruhi banyak usaha Amerika selama
paruh pertama abad ke-20. Sekali perusahaan berekspansi secara internasional
masalah penentuan harga transfer juga berekspansi dengan cepat. Terdapat faktor-
faktor diantaranya :
1. Faktor Pajak
2. Faktor Tarif
3. Faktor Daya Saing
4. Faktor Evaluasi Kerja

2.6 Masalah Transfer Pricing

Bila dicermati secara lebih lanjut, transfer pricing dapat menyimpang secara
signifikan dari harga yang disepakati. Oleh karena itu transfer pricing juga sering
dikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk
mengurangi laba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu
negara.
Pada prinsipnya praktik transfer pricing (dengan harga yang tidak sama
dengan harga pasar) dapat didorong oleh alasan pajak (tax motive) maupun bukan
pajak (non-tax motive). Berbagai studi di luar Indonesia menunjukkan hal
tersebut (Carson;1979, Vaitson;1974, dalam Caves;1996). Motivasi pajak atas
praktik transfer pricing dilaksanakan dengan sedapat mungkin memindahkan
penghasilan ke negara dengan beban pajak terendah atau minimal. Salah satu
bentuk pengalihan penghasilan, misalnya dalam bentuk pembayaran royalti
14

karena dengan sangat langkanya standar harga (tarif) pasar atas royalti sangat sulit
bagi administrasi pajak untuk mengatasinya. Kopits (dalam Caves;1996)
menyatakan bahwa paling kurang 13% pembayaran royalti dari negara
bcrkcmhang (ke negara maju) merupakan transformasi royalti menjadi dividen.
Selanjutnya, sehubungan dengan harga barang (bahan) input produksi, Lecras
(dalam Caves;1996) menyatakan bahwa berdasarkan studi tahun 1985 perusahaan
multinasional yang beroperasi di ASEAN memakai dasar selain harga pasar
dalam menghitung transfer pricenya.
Semakin mudah tingkat otonomi anggota perusahaan multinasional di
mancanegara semakin tinggi pemanfaatan strategi transfer pricing. Semakin
kurang menentu-nya lingkungan tempat operasi anggota perusahaan tersebut,
semakin besar porsi penjualan ekspor ketimbang penjualan domestik dan semakin
tinggi potensi penghasilan, maka motivasi pajak terhadap transfer pricing semakin
ekstensif.
Ada beberapa masalah yang timbul dari trasfer pricing ini yaitu tidak
terlepasnya dari fenomena bisnis perusahaan besar yang multi unit yang akan
melakukan ekspensi usaha ke luar negri dengan mengoperasikan usahanya secara
desentralisasi dan mengimplementasikan konsep cpst-revanue atau
konsep corporate profit center. Konsep desentralisasi profit center tersebut
merupakan sebuah alat yang bisa dipakai dalam mengukur dan menilai kinerja
sebagai bentuk dari tujuan manajemen dan juga motivasi pengelolaan unit-unit
perusahaan multinasional yag bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan.

Faktor Pendorong munculnya masalah


Ada masalah ketat pengawasan aparat pemerintah yang berhubungan dan juga
kebutuhan informasi, menjadi hal yang akan mendorong : pelaksanaan transfer
princing, secara keseluruhan akan adanya faktor pendorong pemicu munculnya
massalah transfer princing tersebut ialah :
15

 Pergerakan menuju desentralisasi, divisionalisasi dan penggunaan konsep


(cnrpu ratc profit center).
 Pemanfaatan transfer pricing dalam bisnis dan investasi internasional.
 Aparat perpajakan dan bea cukai di beberapa negara sebagai pengawasa
transfer princing.
 Keperluan pengungkapan segmentasi informasi dan transaksi antar-unit dalam
group perusahaan

2.7 Tujuan Transfer Pricing

Secara umum, tujuan penetapan harga transfer adalah untuk mentransmisikan


data keuangan di antara departemen-departemen atau divisi-diisi perusahaan pada
waktu mereka saling menggunakan barang dan jasa satu sama lain (Henry
Simamora, 1999:273) Selain tujuan tersebut, transfer pricing terkadang
digunakan untuk mengevaluasi kinerja divisi dan memotivasi manajer divisi
penjual dan divisi pembeli menuju keputusan-keputusan yang serasi dengan
tujuan perusahaan secara keseluruhan. A transfer pricing system should satisfy
three objectives: acurate performance evaluation, goal congruence, and
preservation of divisional autonomy (Joshua Ronen and George McKinney,
1970:100-101).
Sedangkan dalam lingkup perusahaan multinasional, transfer
pricingdigunakan untuk, meminimalkan pajak dan bea yang mereka keluarkan
diseluruh dunia Transfer pricing can effect overall corporate incame taxes. This
is particulary true for multinational corporations (Hansen and Mowen,
1996:496).
1. Tipe dan Metode (Transfer Pricing)
Beberapa metode transfer pricing yang sering digunakan oleh perusahaan-
perusahaan Multinasional dan divisionalisasi/departementasi dalam
melakukan aktifitas keuangannya adalah :
1) Harga Transfer Dasar Biaya (Cost-Based Transfer Pricing)
16

Perusahaan yang menggunakan metode transfer atas dasar biaya


menetapkan harga transfer atas biaya variabel dan tetap yang bisa dalam 3
pemelihan bentuk yaitu : biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah
mark-up (full cost plus markup) dan gabungan antara biaya variabel dan
tetap (variable cost plus fixed fee).
2) Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer Pricing)
Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode transfer pricing atas dasar
harga pasar inilah merupakan ukuran yang paling memadai karena
sifatnya yang independen. Namun keterbatasan informasi pasar yang
terkadang menjadi kendala dalam mengunakan transfer pricing yang
berdasarkan harga pasar.
3) Harga Transfer Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-
divisi dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing
untuk menegosiasikan harga transfer yang diinginkan. Harga transfer
negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam
pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan
tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas harga transfer
yang dinegosiasikan.

2. Transfer Pricing pada Perusahaan Multinasional


Menurut Zain (2003:297-298), kebijakan transfer pricing multinasional
bertujuan:
1) Memaksimalkan penghasilan global
2) Mengamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi
pasar
3) Evaluasi kenerja anak/cabang perusahaan manca negera
4) Penghidaran pengendalian devisa
5) Mengontrol kredibilitas asosiasi
17

6) Meningkatkan bagian laba joint ventura


7) Reduksi resiko moniter
8) Mengamankan cash flow anak/cabang di luar negeri

2.8 Ilustrasi Praktek Transferpricing

Praktek transferpricing yang biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan


multinasional. Perusahaan induk (parent company) yang terletak di Belgia
memproduksi suatu produk, dengan harga pokok Rp 100. Tarif pajak yang
berlaku di negara tersebut adalah 42%. Untuk menghindari pengenaan pajak
dengan tarif yang tinggi, perusahaan induk memutuskan untuk menjual produk
tersebut ke anak perusahaan yang ada di Puerto Rico dengan harga transfer yang
sama dengan harga pokok yaitu Rp 100, sehingga pajak yang terutang atas
transaksi penjualan antara perusahaan induk dan anak perusahaan adalah Rp 0.
Hal ini disebabkan karena harga transfer yang digunakan sama dengan harga
pokok produk, sehingga atas transaksi ini tidak menimbulkan laba yang akan
dikenakan pajak. Rekayasa atas harga transfer ini dibuat untuk menghindari pajak
dengan tarif yang tinggi yang berlaku di negara tempat perusahaan induk berada.
Kemudian barang yang sudah dibeli, dijual oleh anak perusahaan di Puerto Rico
ke anak perusahaan lain yang ada di Amerika dengan harga transfer Rp 200. Tarif
pajak yang berlaku di negara Puerto Rico adalah 0%. Transaksi penjualan ini
menimbulkan laba sebesar Rp 200. Atas laba yang timbul, seharusnya terutang
pajak. Tetapi karena tarif pajak yang berlaku di negara tersebut 0%, maka pajak
yang terutang atas laba yang dihasilkan adalah sebesar Rp 0. Kemudian barang
yang sudah dibeli oleh anak perusahaan yang ada di Amerika dijual kembali ke
perusahaan yang tidak mempunyai hubungan istimewa di negara yang sama,
dengan harga jual Rp 200.
Kebijaksanaan menetapkan harga jual ini dimaksudkan untuk menghindari
pajak dengan tarif yang tinggi yang berlaku di negara yang bersangkutan. Asumsi
18

tarif pajak yang berlaku di negara Amerika 35%. Selanjutnya dapat dihitung
bahwa pajak terutang atas transaksi penjualan ini adalah sebesar Rp 0.
Hal ini disebabkan karena harga jual atas produk tersebut sama dengan harga
pokok pembelian barang, sehingga laba yang timbul atas transaksi ini adalah Rp
0. Kesimpulan yang dapat ditarik dari transaksi-transaksi di atas, adalah betapa
pentingnya mengetahui tarif pajak yang berlaku di suatu negara, sebelum
mengambil keputusan untuk melakukan transaksi penjualan dan pembelian
barang. Tabel di bawah ini akan memperjelas ilustrasi di atas.

Tabel : Praktik Transfer Pricing pada Perusahaan Multinasional


Perusahaan Induk Anak Perusahaan di Anak Perusahaan
di Belgia Puerto Rico di Amerika
Penjualan $ 100 $ 200 $ 200
Harga Pokok Penjualan $ 100 $ 100 $ 200
Laba $ 0 $ 100 $ 0
Tarif Pajak 42% 0% 0%
Pajak Terutang $ 0 $ 0 $ 0

Masalah transfer pricing ini perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut dari
Pemerintah setempat, karena terkadang anak perusahaan yang didirikan dalam
suatu negara, hanya bersifat sebagai transit place atau tempat persingahan semata.
Suatu survey yang dilakukan oleh Ernst & Young LLp, 1999 menemukan bahwa
masalah transfer pricing merupakan masalah utama dalam bidang perpajakan
selama kurun waktu 2 tahun terakhir yang terjadi pada perusahaan-perusahaan
multinasional di seluruh dunia. Oleh karena itu banyak kantor akuntan publik
melakukan auditcompliance, untuk melakukan pemeriksaan atas masalah transfer
pricing ini yang memang berpengaruh terhadap jumlah pajak yang harus
dibayarkan. Gambar berikut ini akan memperlihatkan persentase
19

dilakukannya audit compliance pada perusahaanperusahaan multinasional yang


tersebar di berbagai negara besar di dunia.

2.9 Analisis Kasus Yang Berhubungan Dengan Transfer Pricing

Adanya kasus transfer pricing antara PT. Adaro Indonesia dengan anak
perusahaanya yaitu Coaltrade services International Pte Ltd, telah menunjukan
bahwa adanya indikasi penyalahgunaan sistem harga transfer yang dilakukan
oleh perusahaan tersebut. Sistem harga transfer sejatinya merupakan suatu harga
jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat
pendapatan divisi penjual (selling division) dan biaya divisi pembeli (buying
divison) (Henry Simamora, 1999:272) serta terkadang digunakan untuk
mengevaluasi kinerja divisi dan memotivasi manajer divisi penjual dan divisi
pembeli menuju keputusan-keputusan yang serasi dengan tujuan perusahaan
secara keseluruhan. (Joshua Ronen and George McKinney, 1970:100-101).
Namun praktik yang dilakukan oleh perusahaan, khususnya perusahaan
multinasional sering tidak sesuai dengan apa yang seharusnya mereka lakukan
atau tidak sesuai dengan mekanisme sistem harga transfer yang sesungguhnya.
Dimana perusahaan melakukan praktik transfer pricing ini hanya untuk
menghindari pungutan pajak dalam negeri supaya penghasilan perusahaan atau
pemegang saham menjadi lebih tinggi.

Menurut teori diatas seharusnya transfer pricing dilakukan untuk tujuan


perusahaan Namun dalam kasus Adaro ini praktik transfer pricingnya dilakukan
untuk memfasilitasi para pemegang saham untuk mendapatkan keuntungan
sebesar besarnya, bukan untuk memfasilitasi perusahaan mendapatkan
keuntungan. Ketika para individu atau pemegang saham ini hanya memfokuskan
pada keuntungan individu tanpa memperhatikan keuntungan perusahaan, maka
tujuan dari dilaksanakanya sistem harga transfer inipun menjadi tidak bisa dicapai
serta sistem harga transfer yang dijalankan pun menjadi disfungsional.
20

Timpangnya harga transfer yang dilakukan antara Adaro dengan anak


perusahaanya apabila dibandingkan dengan harga pasar batubara secara
internasionla sebenarnya juga telah melanggar UU perpajakan yang berlaku di
indonesia. Dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perpajakan No. 11 Tentang
Pajak Pertambahan Nilai mengatur tentang transaksi yang berhubungan dengan
transfer pricing. Pasal ini berbunyi : Dalam hal harga jual atau penggantian
dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka harga jual atau penggantian dihitung
atas dasar harga pasar wajar pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak itu dilakukan. Oleh karena itu, sebenarnya dibutuhkan peran langsung
dari pemerintah untuk mencegah terjadinya kasus Adaro ini di perusahaan-
perusahaan besar di indonesia lainya. Apabila pemerintah kurang tanggap dalam
mengantisipasi praktik-praktik penyalahguanaan sistem harga tranfer ini maka
sangat wajar bila kedepanya pendapatan negara dari sektor pajak akan berkurang
karena perusahaan-perusahaan yang lain tentunya juga akan meniru cara yang
dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia.

Dalam hal ini, pemerintah seharusnya semakin ketat dalam melakukan


pengawasan terhadap sitem harga transfer yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan di indonesia . Adanya berbagai undang-undang yang mengatur
mekanisme harga tranfer antar anak perusahaan yang masih dalam satu grup
perusahaan seharusnya bisa mempermudah pemerintah unutk mencegah kasus
adaro ini terulang. Keberadaan Undang-Undang Perpajakan No. 10 Tahun 1994 ,
Surat Edaran Dirjen Pajak N0. SE-04/PJ.7/1993, dan undang- Undang lainya
seharusnya bisa memberikan kekuatan bagi pemerintah untuk melakukan
pengawsan serta koreksi terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang menyalahi
aturan. Ketika seluruh elemen baik itu elemen dari pemerintah, ataupun
perusahaan telah berkomitmen menjalankan kewajibanya masing-masing maka
akan sangat mmudah untuk mencegah sistem harga transfer yang dijalankan oleh
perusahaan-perusahaan di dalam negeri menjadi disfungsional serta mencegah
21

praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam


negeri melalu transaksi yang tidak wajar (non arm’s length price).

Praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan


dalam negeri memalaui transaksi yang tidak wajar (non arm’s length price)
misalanya seperti yang dilakukan PT Adaro Indonesia telah memberikan efek
negative bagi negara Indonesia, karena apabila dibiarkan secara terus menerus
akan menyebabkan negara menderita kehilangan pendapatan pajak dengan jumlah
yang cukup signifikan. Dari berkurangnya pendapatan pajak itu sendiri saja sudah
akan memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi negara Indonesia, belum
lagi dampak-dampak tidak langsung yang kemudian muncul seperti berkurangnya
dana untuk pelayanan masyarakat, berkurangnya dana bantuan/ subsidi dari
pemerintah. Selain dari penghindaran pajak kerugian yang ditanggung oleh
masyarakat Indonesia dari praktik semacam ini dapat dikatakan tidak sebanding,
karena masyarakat Indonesia yang dalam kasus contoh ini juga diposisikan
sebagai salah satu pasar target dari perusahaan tersebut hanya menjadi layaknya
sapi perah yang tidak mendapatkan imbalan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Transfer pricing didefinisikan sebagai nilai atau harga jual khusus yang
dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi
penjual (selling division) dan biaya divisi pembeli (buying division). Transfer
pricing hanya dilakukan oleh perusahaan semata-mata hanya untuk menilai
kinerja antar anggota atau divisi perusahaan yaitu untuk meningkatkan daya saing
perusahaan anak yaitu dengan memperbaiki akses perusahaan anak ke dalam
pasar modal lokal, laba dan posisi keuangan bisa dinaikkan dengan menetapkan
harga yang rendah bagi transfer input kepada perusahaan anak tersebut dan harga
transfer yang tinggi bagi ouputnya. Permasalahannya ialah seiring dengan
perkembangan zaman, praktek transfer pricing sering juga dipakai untuk
manajemen pajak yaitu sebuah usaha untuk meminimalkan jumlah pajak yang
harus di bayar.
Bila diperhatikan secara lanjut, transfer pricing dapat menyimpang secara
signifikan dari harga yang disepakati, oleh karena itu transfer pricing sering
dikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk
mengurangi laba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak dari suatu negara
karena laba sistem korporasi bisa ditingkatkan dengan menetapkan harga-harga
transfer yang tinggi dan 76 menetapkan harga-harga transfer yang rendah untuk
memindahkan laba dari perusahaan anak yang berlokasi dalam negara-negara
bertarif pajak rendah.
Transfer pricing merupakan isu klasik di bidang perpajakan dan menjadi
momok bagi tax authority setiap negara (baik negara maju maupun berkembang)
karena dapat mengakibatkan hilangnya potensi penerimaan pajak. Adanya
hubungan istimewa merupakan kunci dilakukannya praktek transfer pricing dalam
bidang perpajakan.

22
3.2 Saran
Kami berharap agar pemerintah khususnya Departemen Keuangan RI lebih
dapat lebih berperan lagi dalam menentukan harga transfer dan dalam
menerbitkan peraturan mengenai menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menentukan besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi pihak yang mempunyai hubungan istimewa dalam
suatu perusahaan agar semuanya dapat berjalan secara maksimal dan efektif demi
kesejahteraan rakyat dan tidak merugikan Negara.

23
DAFTAR PUSTAKA

Choi, Frederick D.S., And Gerhard D. Mueller, 2005., Akuntansi Internasional –


Buku 1, Edisi 5., Salemba Empat, Jakarta.

https://heheoye.wordpress.com/2011/12/09/analisis-kasus-transfer-pricing-pt-
adaro-indonesia/

https://www.dictio.id/t/metode-yang-digunakan-untuk-menentukan-harga-
transfer-transfer-pricing-yang-wajar/8182

https://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/17/transfer-pricing-dalam-
praktek-perpajakan-internasional/

http://platinumindo01.blogspot.com/2016/09/transfer-pricing.html

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-transfer-pricing/4050/

http://seputarpengertian.blogspot.com/2016/10/pengertian-dan-tujuan-transfer-
pricing.html

Anda mungkin juga menyukai