Akin Transfer Pricing (Fix) 2
Akin Transfer Pricing (Fix) 2
TRANSFER PRICING
Dosen Pengampu:
Dr. Heni Nurani, SE., M.Si., Ak., CA
Disusun oleh:
Ledy Sari Ledyny 5211161053
Selvia Juliyanti 5211161054
Apriyati Puji L 5211161058
Sucianingsih 5211161059
Diana Fauzi S 5211161065
Kelas : Akuntansi B
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan petunjuk dan rahmatnya , serta dukungan dari Dosen,orang-
tua, juga teman teman karena penulis dapat menyelesaikan tulisan ini yang berupa
makalah dengan judul “Transfer Pricing” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Internasional, oleh dosen pembimbing Dr. Heni Nurani, SE., M.Si., Ak.,
CA
Dengan membaca makalah ini penulis berharap dapat membantu teman-teman
serta pembaca dalam memahami materi tentang Manajemen keuangan,dan dapat
memperkaya wawasan pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini terdapat
kekurangan dan kesalahan dari segi kata-kata , bahasa, atau penulisan dalam
menyajikan materi. Saran dan kritik sangat diharapkan oleh penulis agar makalah ini
dapat lebih baik lagi. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-
teman dan pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
2
1.3 Tujuan
3
4
yang dikenakan lebih kecil atau ke negara yang tarif pajaknya lebih
rendah.
Jadi diambil dapat diambil kesimpulan Transfer pricing adalah
mekanisme penetapan harga yang tidak wajar atas transaksi penyediaan
barang atau penyerahan jasa oleh pihak- pihak yang memiliki
hubungan istimewa (related parties). Transfer pricing biasanya
dilakukan perusahaan-perusahaan multinasional. Dengan praktik yang
tidak sehat tersebut, mengakibatkan hilangnya potensi pajak yang
seharusnya diterima negara Inilah sebabnya, kegiatan yang bersifat
manipulatif ini sering dikaitkan dengan kerugian Negara. Transfer pricing
multinasional berkenaan dengan transaksi antardivisi dalam satu unit
hukum atau antarunit hukum dalam satu kesatuan ekonomi yang meliputi
berbagai wilayah kedaulatan negara.
berdasarkan Pasal 1 ayat (8) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
43/PJ./2010 yang diubah terakhir dengan PER-32/PJ./2011, mendefinisikan
penentuan harga transfer (transfer pricing) yaitu “penentuan harga dalam
transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa”.
R. Feinschreiber, dalam Darussalam, dkk (2013) mengemukakan transfer
pricing dalam perspektif perpajakan, adalah suatu kebijakan harga dalam
transaksi yang dilakukan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
Dalam praktek bisnis, transfer pricing sering dilakukan perusahaan
multinasional yang berada satu grup dengan perusahaan tersebut.
Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di lebih dari
satu negara di bawah pengendalian satu pihak tertentu. Dimana Wajib Pajak
menetapkan harga transfer ketika menjual, membeli, ataupun membagi
sumber daya (berwujud maupun tidak berwujud) dengan afiliasinya (Arnold
dan McIntyre, dalam Darussalam, dkk 2013).
Eden (2001) dalam Darussalam dan Sepriadi (2008) mengistilahkan
transfer pricing manipulation dengan suatu kegiatan untuk memperbesar biaya
atau merendahkan tagihan yang bertujuan untuk memperkecil jumlah pajak
yang terutang. Manipulasi harga yang dapat dilakukan dengan transfer pricing
antara lain manipulasi pada:
Harga penjualan
Harga pembelian
Alokasi biaya administrasi dan umum atau pun pada biaya overhead
Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham
(shareholder loan)
Pembayaran komisi, lisensi, franchise, sewa, royalti, imbalan atas jasa
manajemen, imbalan atas jasa teknik, dan imbalan atas jasa lainnya
Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak
yang mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar
6
Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang/tidak
mempunyai substansi usaha (seperti: dummy company, letter box
company atau reinvoicing center
Harga transfer dapat didasarkan pada biaya selisih kenaikan atau harga pasar.
Pengaruh lingkungan atas harga transfer juga menimbulkan sejumlah pertanyaan
mengenai metodologi penentuan harga. Prinsip wajar atau harga transfer
antarperusahaan dengan mengandaikan transaksi itu terjadi antarpihak yang tidak
berhubungan instimewa di pasar yang kompetitif. Menurut undang-undang Pajak
Penghasilan di AS terdapat metode-metode:
2. Perhitungan Tarif
Tarif barang-barang impor juga mempengaruhi kebijakan penetapan
harga transfer perusahaan multinasional. Sebagai contoh sebuah
perusahaan mengekspor barang kepada cabang perusahaannya yang
berdomisili disebuah negara bertarif tinggi bisa mengurangi tarifnya dengan
menekan harga barang dagangan yang dikirim kesana. Sebagai tambahan
untuk semua kaitan ini, perusahaan multinasional harus
memperhitungkan biaya dan keuntungan tambahan, ekternal dan
internal. Secara ekternal, MNC memiliki otoritas perpajakan yang
bertentangan dengan kebiasaan resmi negara-negara impor dan administrator
pajak penghasilan dari negara ekspor dan impor. Tarif yang lebih tinggi
11
dibayar oleh importer yang menurunkan pajak dasar untuk pajak penghasilan.
Secara internal, perusahaan harus mengevaluasi keuntungan dari pajak
penghasilan yang lebih rendah (lebih tinggi) di negara impor terhadap
kegiatan impor yang lebih tinggi (lebih rendah), sebagaimana besar (kecil)
pajak penghasilan yang dibayarkan oleh perusahaan dinegara ekspor.
3. Faktor-faktor Kompetitif/Persaingan
4. Resiko lingkungan
Mengingat perhitungan persaingan diluar negeri mungkin menuntut
beban biaya transfer yang rendah untuk cabang perusahaan diluar negeri,
resiko dari inflasi harga tinggi mungkin sebaliknya. Inflasi mengikis daya beli
kas perusahaan. Harga transfer barang yang lebih tinggi untuk barang atau
jasa membuat cabang perusahaan berhadapan dengan inflasi tinggi yang bisa
menghanguskan semua kas yang ada daricabang perusahaan.
12
6. Kontribusi akuntansi
Manajemen akuntan bisa berperan signifikan dalam mengukur sasaran dalam
strategi penetapan harga transfer. Rintangannya adalah menjaga
perspektif global ketika memetakan keuntungan dan biaya yang
sesuai dengan keputusan harga transfer. Pertama yang terjadi adalah
dampaknya pada keputusan dalam sistem perusahaan. Mengukur sejumlah
kesepakatan adalah sulit karena pengaruh lingkungan yang harus
diperhitungkan secara kelompok, tidak secara individu.
Bila dicermati secara lebih lanjut, transfer pricing dapat menyimpang secara
signifikan dari harga yang disepakati. Oleh karena itu transfer pricing juga sering
dikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk
mengurangi laba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu
negara.
Pada prinsipnya praktik transfer pricing (dengan harga yang tidak sama
dengan harga pasar) dapat didorong oleh alasan pajak (tax motive) maupun bukan
pajak (non-tax motive). Berbagai studi di luar Indonesia menunjukkan hal
tersebut (Carson;1979, Vaitson;1974, dalam Caves;1996). Motivasi pajak atas
praktik transfer pricing dilaksanakan dengan sedapat mungkin memindahkan
penghasilan ke negara dengan beban pajak terendah atau minimal. Salah satu
bentuk pengalihan penghasilan, misalnya dalam bentuk pembayaran royalti
14
karena dengan sangat langkanya standar harga (tarif) pasar atas royalti sangat sulit
bagi administrasi pajak untuk mengatasinya. Kopits (dalam Caves;1996)
menyatakan bahwa paling kurang 13% pembayaran royalti dari negara
bcrkcmhang (ke negara maju) merupakan transformasi royalti menjadi dividen.
Selanjutnya, sehubungan dengan harga barang (bahan) input produksi, Lecras
(dalam Caves;1996) menyatakan bahwa berdasarkan studi tahun 1985 perusahaan
multinasional yang beroperasi di ASEAN memakai dasar selain harga pasar
dalam menghitung transfer pricenya.
Semakin mudah tingkat otonomi anggota perusahaan multinasional di
mancanegara semakin tinggi pemanfaatan strategi transfer pricing. Semakin
kurang menentu-nya lingkungan tempat operasi anggota perusahaan tersebut,
semakin besar porsi penjualan ekspor ketimbang penjualan domestik dan semakin
tinggi potensi penghasilan, maka motivasi pajak terhadap transfer pricing semakin
ekstensif.
Ada beberapa masalah yang timbul dari trasfer pricing ini yaitu tidak
terlepasnya dari fenomena bisnis perusahaan besar yang multi unit yang akan
melakukan ekspensi usaha ke luar negri dengan mengoperasikan usahanya secara
desentralisasi dan mengimplementasikan konsep cpst-revanue atau
konsep corporate profit center. Konsep desentralisasi profit center tersebut
merupakan sebuah alat yang bisa dipakai dalam mengukur dan menilai kinerja
sebagai bentuk dari tujuan manajemen dan juga motivasi pengelolaan unit-unit
perusahaan multinasional yag bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan.
tarif pajak yang berlaku di negara Amerika 35%. Selanjutnya dapat dihitung
bahwa pajak terutang atas transaksi penjualan ini adalah sebesar Rp 0.
Hal ini disebabkan karena harga jual atas produk tersebut sama dengan harga
pokok pembelian barang, sehingga laba yang timbul atas transaksi ini adalah Rp
0. Kesimpulan yang dapat ditarik dari transaksi-transaksi di atas, adalah betapa
pentingnya mengetahui tarif pajak yang berlaku di suatu negara, sebelum
mengambil keputusan untuk melakukan transaksi penjualan dan pembelian
barang. Tabel di bawah ini akan memperjelas ilustrasi di atas.
Masalah transfer pricing ini perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut dari
Pemerintah setempat, karena terkadang anak perusahaan yang didirikan dalam
suatu negara, hanya bersifat sebagai transit place atau tempat persingahan semata.
Suatu survey yang dilakukan oleh Ernst & Young LLp, 1999 menemukan bahwa
masalah transfer pricing merupakan masalah utama dalam bidang perpajakan
selama kurun waktu 2 tahun terakhir yang terjadi pada perusahaan-perusahaan
multinasional di seluruh dunia. Oleh karena itu banyak kantor akuntan publik
melakukan auditcompliance, untuk melakukan pemeriksaan atas masalah transfer
pricing ini yang memang berpengaruh terhadap jumlah pajak yang harus
dibayarkan. Gambar berikut ini akan memperlihatkan persentase
19
Adanya kasus transfer pricing antara PT. Adaro Indonesia dengan anak
perusahaanya yaitu Coaltrade services International Pte Ltd, telah menunjukan
bahwa adanya indikasi penyalahgunaan sistem harga transfer yang dilakukan
oleh perusahaan tersebut. Sistem harga transfer sejatinya merupakan suatu harga
jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat
pendapatan divisi penjual (selling division) dan biaya divisi pembeli (buying
divison) (Henry Simamora, 1999:272) serta terkadang digunakan untuk
mengevaluasi kinerja divisi dan memotivasi manajer divisi penjual dan divisi
pembeli menuju keputusan-keputusan yang serasi dengan tujuan perusahaan
secara keseluruhan. (Joshua Ronen and George McKinney, 1970:100-101).
Namun praktik yang dilakukan oleh perusahaan, khususnya perusahaan
multinasional sering tidak sesuai dengan apa yang seharusnya mereka lakukan
atau tidak sesuai dengan mekanisme sistem harga transfer yang sesungguhnya.
Dimana perusahaan melakukan praktik transfer pricing ini hanya untuk
menghindari pungutan pajak dalam negeri supaya penghasilan perusahaan atau
pemegang saham menjadi lebih tinggi.
3.1 Simpulan
Transfer pricing didefinisikan sebagai nilai atau harga jual khusus yang
dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi
penjual (selling division) dan biaya divisi pembeli (buying division). Transfer
pricing hanya dilakukan oleh perusahaan semata-mata hanya untuk menilai
kinerja antar anggota atau divisi perusahaan yaitu untuk meningkatkan daya saing
perusahaan anak yaitu dengan memperbaiki akses perusahaan anak ke dalam
pasar modal lokal, laba dan posisi keuangan bisa dinaikkan dengan menetapkan
harga yang rendah bagi transfer input kepada perusahaan anak tersebut dan harga
transfer yang tinggi bagi ouputnya. Permasalahannya ialah seiring dengan
perkembangan zaman, praktek transfer pricing sering juga dipakai untuk
manajemen pajak yaitu sebuah usaha untuk meminimalkan jumlah pajak yang
harus di bayar.
Bila diperhatikan secara lanjut, transfer pricing dapat menyimpang secara
signifikan dari harga yang disepakati, oleh karena itu transfer pricing sering
dikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk
mengurangi laba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak dari suatu negara
karena laba sistem korporasi bisa ditingkatkan dengan menetapkan harga-harga
transfer yang tinggi dan 76 menetapkan harga-harga transfer yang rendah untuk
memindahkan laba dari perusahaan anak yang berlokasi dalam negara-negara
bertarif pajak rendah.
Transfer pricing merupakan isu klasik di bidang perpajakan dan menjadi
momok bagi tax authority setiap negara (baik negara maju maupun berkembang)
karena dapat mengakibatkan hilangnya potensi penerimaan pajak. Adanya
hubungan istimewa merupakan kunci dilakukannya praktek transfer pricing dalam
bidang perpajakan.
22
3.2 Saran
Kami berharap agar pemerintah khususnya Departemen Keuangan RI lebih
dapat lebih berperan lagi dalam menentukan harga transfer dan dalam
menerbitkan peraturan mengenai menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menentukan besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi pihak yang mempunyai hubungan istimewa dalam
suatu perusahaan agar semuanya dapat berjalan secara maksimal dan efektif demi
kesejahteraan rakyat dan tidak merugikan Negara.
23
DAFTAR PUSTAKA
https://heheoye.wordpress.com/2011/12/09/analisis-kasus-transfer-pricing-pt-
adaro-indonesia/
https://www.dictio.id/t/metode-yang-digunakan-untuk-menentukan-harga-
transfer-transfer-pricing-yang-wajar/8182
https://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/17/transfer-pricing-dalam-
praktek-perpajakan-internasional/
http://platinumindo01.blogspot.com/2016/09/transfer-pricing.html
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-transfer-pricing/4050/
http://seputarpengertian.blogspot.com/2016/10/pengertian-dan-tujuan-transfer-
pricing.html