PEMBAHASAN
1
1Junaidi, Fathona Fajri, “Analisis Distribusi Aliran Sungai Musi(Ruas Jembatan Ampera Sampai
Dengan Pulau Kemaro”. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. Vol 2 No.3, September 2014, hal 542.
2
https://limnologifpikub2013-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/limnologifpikub2013.wordpress.com/2013/07/16/32/amp/?amp...
3
Rendhiesuswanto.blogspot.com
3
4
4
Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan RI, Banjir, Jakarta, 2007, hal 1.
5
Sifat medan
Badai Hujan Lebat
Aliran air dasar
Aliran Air dari Pusat Cuci Mobil
Aliran Mata Air
Penyiraman Bunga / Irigasi Pertanian
Konstruksi & Rekonstruksi
Penyaluran Saluran Saluran Drainase illegal
Kegiatan Sosial / Budaya
Gelombang laut / lumba-lumba
Pengelolaan Sampah yang Buruk5
5
Kofo A Aderogba,” Substantive Causes and Effects of Floods in South Western Nigeria
and Sustainable Development of the Cities and Towns”. Journal of Emerging Trends in Educational
Research and Policy Studies (JETERAPS) . 2012.Vol 3 No.4.hal.554.
6
3Rosyidie, Arief, “Banjir : Fakta dan Dampaknya, serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan”.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan kota, Vol 24 No. 3, Desember 2013, hal 243.
6
Banjir adalah suatu fenomena alam yang terjadi pada saat musim
hujan. Banjir bisa disebabkan oleh ketidakmampuan sungai dalam
menampung debit aliran permukaan atau terhalangnya aliran permukaan
untuk masuk ke saluran alami yang umumnya berupa sungai. Terhalangnya
aliran permukaan untuk masuk ke sungai umumnya dikarenakan sistem
drainase yang ada belum memadai atau tidak sesuai dengan kondisi lapangan.
7
4Rosyidie, Arief, “Banjir : Fakta dan Dampaknya, serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan”.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan kota, Vol 24 No. 3, Desember 2013, hal 244.
7
Banjir merupakan salah satu jenis bencana alam yang saat ini sering
terjadi di Indonesia. Banyak faktor yang dapat menyebabkan banjir,
diantaranya adalah pembangunan yang tidak memperhatikan nilai nilai
lingkungan sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem dalam suatu
DAS. Hasil penelitian jangka panjang dan dilakukan di berbagai penjuru
dunia juga menunjukkan bahwa jumlah aliran air meningkat apabila (Bosch
dan Hewlett, 1982 dalam Hibbert 1983): Hutan ditebang atau dikurangi dalam
jumlah yang cukup besar; Jenis vegetasi diubah dari tanaman yang berakar
dalam menjadi tanaman berakar dangkal; Vegetasi penutup tanah diganti dari
tanaman dengan kapasitas intersepsi tinggi ke tanaman dengan tingkat
intersepsi yang lebih rendah.9
B. Luapan Sungai
Ada tiga parameter yang diperlukan dalam analisis luapan sungai
yaitu, debit aliran permukaan, geometri sungai, dan material badan sungai.
Ada beberapa metode dalam analisis debit aliran permukaan diantarnya
metode rasional, Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu, dan Melchior.
8
1Suharyanto, Agus,”Prediksi Titik Banjir Berdasarkan Kondisi Geometri Sungai”. Jurnal Rekaya Sipil.
Vol 8 No. 3, 2014, hal 229.
9
2Alfian Galih Utama,Arwan Putra Jaya,Abdi Sukmono, “Kajian Kerapatan Sungai Dan Indeks
Penutupan Lahan Sungai Menggunakan Penginderaan Jauh”. Jurnal Geodesi Undip. Vol 5 No.1,
Tahun 2016, hal. 286.
9
10
2Suharyanto, Agus,”Prediksi Titik Banjir Berdasarkan Kondisi Geometri Sungai”. Jurnal Rekaya Sipil.
Vol 8 No. 3, 2014, hal 230.
11
Dari
Wahyuancol.wordpress.com.cdn.ampproject.org/v/s/wahyuancol.wordpress.com/2008/06/06/banjir
-luapan-sungai/amp…
10
sungai, waduk, bendungan, dan ada yang diserap oleh tanah (akar-akar
pohon).
Pada saat hujan turun dengan debit yang cukup deras akan
menghasilkan jumlah air yang banyak. Air dengan jumlah yang banyak
membutuhkan luas penampang yang besar, hal ini sesuai dengan teori fisika
bahwa semakin besar debit air maka semakin besar volume air yang
dihasilkan setiap satuan waktu.
12
Jurnal Pillar Of Physics Education, Vol. 4. November 2014, 57-64 Pengaruh Lks Terintegrasi Materi
Bencana Banjir Pada Konsep Benda Tegar Dan Fluida Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Dalam Model
Case Based Learning, Hal. 58
12
Kecepatan aliran air pada banjir dipengaruhi oleh debit air dan luas
penampang. Semakin besar debit air maka semakin cepat pula laju aliran air.
Artinya Kecepatan aliran air berbanding lurus dengan debit air. Jika dikaitkan
dengan gaya dan tekanan maka dapat dijelaskan bahwa laju aliran air yang
besar akan memberikan gaya yang besar dan gaya yang besar akan
memberikan tekanan yang besar. laju aliran air juga bergantung pada letak
ketinggian suatu tempat. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin besar
laju aliran air.
Hal ini dikaitkan dengan konsep energi yaitu energi potensial dan
energi kinetik. Oleh karena itu pada saat air hujan turun dengan debit yang
semakin besar maka kecepatan air akan semakin membesar begitu pula ketika
air yang meluap dari sungai, bendungan, ataupun waduk yang letaknya lebih
tinggi akan memiliki energi kinetik yang lebih besar sehingga kecepatan
aliran air juga akan semakin membesar. Kecepatan air yang besar akan
menyebabkan derasnya aliran air. Ketika aliran air ini menumbuk atau
menabrak benda-benda disekitarnya maka benda-benda benda tersebut akan
ikut terbawa arus atau tetap berada di tempatnya.
Ini tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan oleh laju aliran
air. Laju aliran air yang besar akan menimbulkan gaya yang besar, gaya yang
besar ini memberikan tekanan pada benda-benda tersebut, jika benda-benda
tersebut tidak dapat menahan tekanan yang besar dari laju aliran air maka
benda-benda tersebut akan terbawa arus, tetapi jika benda-benda tersebut
mampu menahan tekanan dari laju aliran air maka benda-benda tersebut akan
tetap berada di tempatnya.
13
Aliran air yang terjadi ketika banjir dapat berupa aliran trubulen
dimana pergerakan dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena
mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan. Pertukaran
momentum ini akan menimbulkan pusaran arus yang deras sehingga
menyebabkan kerugian yang dapat merusak bangunan-bangunan yang
terdapat di sekitarnya.
Air Lematang dan sub DAS Air Selangis Besarserta menganalisis debit banjir
rancangan berdasarkan karakteristik fisik kedua subDAS dengan Metode
HSSGAMA I. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya membahas
mengenai analisis debit banjir puncak berdasarkan karakteristik fisik kedua
sub DAS dengan metode HSS GAMA.
Hasil survei primer yang telah dilakukan tidak ada satu pun responden
menyebutkan ketinggian genangan mencapai 80 cm ke atas dengan
penyampaian apapun seperti menggunakan fisik badan atau benda (kendaraan,
trotoar, tembok, dll) yang mencirikan ketinggian tersebut.
15
Adapun jarak perbedaan nilai yang ditemui berkisar kurang dari 5,5
hingga dari 8,5 yang ada di KPY. Pada nilai kemiringan atau kelerengan yang
besar juru ditemui frekuensi genangan tertinggi sedangkan nilai kelerengan
terkecil ditemui frekuensi genangan terendah. Hal ini didasarkan atas
penilaian kontur atau kemiringan secara makro kedetilan sekitar 30 meter saja
menunjukkan daerah datar lebih banyak menghasilkan atau ditemui genangan.
Tinggi genangan 20 cm, 30 cm, dan 40 cm menjadi karakteristik genangan
yang sering muncul pada Tabel 6. hasil tabulasi dengan persentase frekuensi
berturut-turut 19,23 persen, 32,69 persen, dan 26, 92 persen.
Hal ini menunjukkan pada nilai koefisien ini memang jarang ditemui
karena sangat padat sekali dan hanya beberapa lokasi saja yang terjadi
genangan. Secara umum nilai koefisien yang semakin besar mulai dari nilai
60 terjadi perubahan yang terlihat dengan ditemuinya genangan yang semakin
sering atau banyak pada nilai 60 ke atas, namun berkurang pada nilai 80.Hasil
pengukuran dan penilaian terhadap kelerengan lahan yang ada di sekitar
genangan (dalam Lampiran 26) menunjukkan genangan semakin banyak
ditemui di daerah yang semakin datar. Penjelasan tersebut ditunjukkan dari
nilai koefisien kelerengan yang semakin kecil ditemui frekuensi genangan
yang semakin besar atau semakin banyak genangan tanpa memperhatikan
karakteristik genangan yang terjadi.
2. Aspek fisik yang terdiri dari, rasio kondisi jalan yang yang rusak
dan tingginya kepadatan bangunan
F. Prediksi Banjir
1. Model permukaan
Merupakan model tangki yang membagi curah hujan menjadi
aliran permukaan. Lapisan tangki memiliki 7 parameter yang akan
digunakan untuk dasar kalibrasi yaitu kapasitas kalibrasi akhir, tinggi
tampungan maksimum, tinggi aliran dan koefisien pengaturan aliran
dan tinggi tampungan awal.
13
Arisni, Karunia..Penggunaan Data Satelit Untuk Pemodelan Hidrologi Dan Analisis Banjir Di Sub-DAS
Rokan Stasiun Lubuk Bandara. vol 3, No 12016.
14
Erich J. Plate. 2002. Flood Risk And Flood Management. Journal of Hydrology. Vol 2. No 11.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Banjir hanyalah salah satu dari sekian banyak bencana alam yang
sering terjadi. Banjir sering terjadi terutama pada musim hujan dengan
intensitas yang sering dan lebat. Daerah yang menjadi langganan banjir
terutama pada daerah sekitar arus sungai. Namun daerah yang jauh dari
sungai pun kadang terkena musibah banjir juga jika curah banjir terjadi
hujan yang datang terus menerus dan sungai tidak lagi sanggup menampung
banyaknya air hujan.
A. SARAN
Bencana banjir yang selama ini terjadi di Indonesia telah membawa
kerugian yang sangat besar. Melihat kondisi ini, maka pencegahan banjir
adalah hala yang mutlak yang harus dilakukan oleh seluruh warga negara
Indonesia guna mencegah dan meminimalkan dampak yang akan terjadi
akibat bencana banjir.
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, Fathona Fajri. 2014 .Analisis Distribusi Aliran Sungai Musi(Ruas Jembatan
Ampera Sampai Dengan Pulau Kemaro. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan. Vol 2
No.3
https://limnologifpikub2013-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/limnologifpikub2013.wordpress.com/2013/07/16/32/amp
/?amp...
Rendhiesuswanto.blogspot.com
Wahyuancol.wordpress.com.cdn.ampproject.org/v/s/wahyuancol.wordpress.com/200
8/06/06/banjir-luapan-sungai/amp
Https://Www.Kompasiana.Com/Vildaz/5a24ad9ab3f86c61984beaa2/Teori-Banjir-
Berdasarkankonsep-Fisika-Dan-Early-Warning-System-Di-Indonesia
Jurnal Bering’s vol 06 No 2 Oktober 2017 Analisis Karakteristik Fisik Subdas Air
Lematang Dam Subdas Air Selangie Besar Terhadap Debit Banjir Puncak.
Arisni, Karunia. 2016. Penggunaan data satelit untuk pemodelan Hidrologi Dan
analisis Banjir di sub-DAS Rokan Stasiun Lubuk Bandara.vol 3. No 1.
Erich J. Plate. 2002. Flood Risk And Flood Management. Journal of Hydrology. Vol
2. No 11.
Kofo A Aderogba. 2012.” Substantive Causes and Effects of Floods in South Western
Nigeria and Sustainable Development of the Cities and Towns”. Journal of Emerging
Trends in Educational Research and Policy Studies (JETERAPS) .