Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PENCEGAHAN STUNTING”

Dosen Pengampu :

M. Rizal Permadi, S.Gz., M.Gizi

Disusun oleh :
Golongan A / Kelompok 1
1. Fairus Abril Farid Sholihin (G42170049)
2. Dewi Ariska (G42170056)
3. Retno Herawati (G42170062)
4. Ainur Rahmatillah (G42170065)
5. Della Krisma Prialita (G42170066)
6. Rizkia Nur Andriani (G42170078)
7. Amalina Agustin (G42170082)
8. Emilda Nur Rohma Dewi (G42170096)

PROGRAM STUDI D4 GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Materi penyuluhan : Pencegahan stunting
Pokok bahasan : Pencegahan stunting
Sasaran : Orang tua anak
Hari/ Tanggal : Sabtu, 25 Mei 2019
Waktu : 30 menit
Tempat : Puskesmas Sumbersari

1. Latar Belakang
Sudah bukan rahasia lagi bahwa sanitasi buruk mengakibatkan
beragam dampak negatif baik bagi kesehatan, ekonomi maupun
lingkungan. Saat ini tantangan pembangunan sanitasi semakin berat
dengan adanya temuan bahwa sanitasi buruk mengakibatkan sebagian
besar generasi penerus bangsa terdiagnosa stunted. Sanitasi buruk dan air
minum yang terkontaminasi mengakibatkan diare yang mengganggu
penyerapan zat-zat gizi dalam tubuh, akibatnya anak-anak tidak
mendapatkan zat gizi yang memadai sehingga pertumbuhannya
terhambat.
Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting (tubuh pendek)
karena kurang gizi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
mencatat angka kejadian stunting nasional mencapai 37,2 persen. Angka
ini meningkat dari 2010 sebesar 35,6 persen (Rizma, 2016). Oleh karena
itu dalam hal ini diperlukan upaya pencegahan stunting salah satunya
dengan penyuluhan bagaimana cara mencegah stunting diberikan pada
orangtua anak.
2. Tujuan
1.1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan orang tua dapat
mengetahui dan memahami cara untuk mencegah stunting pada
anak.
1.2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, orang tua dapat mengetahui dan
memahami tentang :
a. Definisi stunting,
b. Penyebab stunting,
c. Ciri-ciri anak yang mengalami stunting,
d. Dampak stunting,
e. Cara pencegahan stunting.
3. Rencana Kegiatan
1.1. Metode : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
1.2. Media : Leaflet, Poster, Penayangan Slide PPT.
1.3. Alat Bantu : LCD Projector, Laptop, Microphone,
Sound System.
1.4. Tempat dan Waktu : Puskesmas Sumbersari/Sabtu, 25 Mei 2019
1.5. Pemateri : Kelompok 1/Golongan A Gizi Klinik 2017
1.6. Sasaran : Orang tua anak
1.7. Waktu : 30 menit
4. Kegiatan Penyuluhan
KBM KMB Media/Alat
No. Metode Waktu
(Penyuluhan) (Sasaran) Bantu

Kegiatan Awal

Memberikan
salam dan Menjawab Sound
Ceramah 2 menit
1. memperkenalkan salam System
diri
Menyampaikan
maksud dan Mendengarkan Sound
Ceramah 1 menit
2. tujuan penyaji System
penyuluhan
Menggali
Mendengarkan
pengetahuan
dan menjawab Tanya Sound
peserta tentang 2 menit
3. pertanyaan dari Jawab System
materi yang akan
penyaji
disampaikan

Kegiatan Inti

Penyajian dan
diskusi
mengenai :
a. Definisi
stunting,
b. Penyebab
Leaflet,
stunting, Memperhatikan
Slide PPT,
c. Ciri-ciri anak dan Ceramah,
LCD
yang mendengarkan Tanya 20 menit
4.
Projector,
mengalami keterangan jawab
Sound
stunting, penyaji
System
d. Dampak
stunting,
e. Cara
pencegahan
stunting.

Kegiatan Akhir

Melakuan
evaluasi atau Menjawab
Tanya Sound
menanyakan pertanyaan dari 4 menit
5. Jawab system
kembali materi penyaji
yang telah
disampaikan
kepada peserta
Menyimpulkan Memperhatikan
materi yang dan
telah mendengarkan Sound
Ceramah 1 menit
6. disampaikan dan penyaji, System
memberikan Menjawab
salam penutup salam penutup

5. Evaluasi
5.1. Struktur :
a. Ruang kondusif untuk kegiatan.
b. Peralatan penunjang penyuluhan tersedia dan berfungsi.
c. Media dan materi tersedia dan memadai.
d. SDM memadai.
5.2. Proses :
a. Ketepatan waktu sudah baik.
b. Audiens/orang tua anak cukup antusias dan partisipatif.
c. Faktor penghambat orang tua dalam mengikuti penyuluhan
yaitu, bahasa dan anak yang menangis sehingga
mengganggu konsentrasi orang tua.
5.3. Hasil :
Terjadi peningkatan pengetahuan audiens/orang tua anak
setelah dilakukan penyuluhan mengenai pencegahan stunting. Hal
ini dapat dilihat dari jumlah jawaban benar pada post-test jika
dibandingkan dengan jumlah jawaban benar pada pre-test (75%)
6. Materi Penyuluhan (Lampiran 1)
7. Daftar Pustaka (Lampiran 2)
8. Pre-test dan Post-test (Lampiran 3)
MATERI PENYULUHAN
(Lampiran 1)

A. Definisi Stunting
Stunting merupakan istilah para nutrisi untuk penyebutan anak
yang tumbuh tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek).
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah
atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak -
anak lain seusianya (MCN, 2009).
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (-2SD)
ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan
kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia
anak. Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi
badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai
pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka
panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan. Stunting
merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi
genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit
(ACC/SCN, 2000).
B. Penyebab Stunting
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan
penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan
menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IGR)
sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan
disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit
infeksi yang berulang dan meningkatnya kebutuhan metabolik serta
mengurangi nafsu makan sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada
anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Gillespie,
2001).
Gizi uruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor
saja seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebakan oleh banyak
faktor dimana faktor- faktor tersebut saling berhubungan satu sama
lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai
berikut:
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat
gizidalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin,
dan air).
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
3. Riwayat penyakit.
Di salah satu negara berkembang juga menunjukkan bahwa faktor
risiko utama untuk stunting pada bayi usia<6 bulan entah perilaku
ibuataukarakteristiki biologisanakdi bawahkendali ibu, misalnya, status
menyusui dan berat lahir bayi. Setelah usia 6 bulan, karakteristik sosial-
ekonomi rumah tangga muncul dengan perilaku dan variabel biologis
sebagai penentu penting dari gizi buruk, misalnya status pendidikan yang
rendah. Status sosial ekonomi rumah tangga mempengaruhi risiko stunting
awal pedesaan daripada di perkotaan.
Stunting menandakan konsekuensi akumulasi dari pertumbuhan
tulangmelambat sering dikaitkan dengan diet jangka panjang, infeksi
berulang, atau keduanya. Prevalensi stunting berangsur-angsur meningkat
pada anak-anak sejak lahir sampai usia 2 tahun. Faktor risiko stunting dan
wasting pada usia yang berbeda dan dalam berbagai lingkungan dan aturan
sosial budaya. Kita tahu bahwa asupan makanan yang tidak memadai dan
tinggi morbiditas dalam konteks sosial dan kemiskinan ekonomi
meningkatkan risiko anak-anak dari pertumbuhan yang tidak sesuai. Pola
asupan makanan dan morbiditas perilaku pengasuhan anak (termasuk
praktik pemberian makan), keyakinan budaya, akses ke perawatan
kesehatan, dan ekosistem lingkungan menjamin individu di butuhkan
pendekatan khusus ketika mempelajari faktor risiko gizi buruk.
C. Ciri-ciri anak yang mengalami stunting
1. Anak yang stunted, pada usia 8-10 tahun lebih terkekang/ tertekan
(lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye-contact)
dibandingkan dengan anak non-stunted jika ditempatkan dalam
situasi penuh tekanan.
2. Anak dengan kekurangan protein dan energi kronis (stunting)
menampilkan performa yang buruk pada tes perhatian dan memori
belajar, tetapi masih baik dalam koordinasi dan kecepatan gerak.
3. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah
5cm/tahun decimal
4. Tanda tanda pubertas terlambat (payudara, menarche, rambut
pubis, rambut ketiak, panjangnya testis dan volume testis
5. Wajah tampak lebih muda dari umurnya
6. Pertumbuhan gigi yang terlambat.
D. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ),
sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan
sekolah karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya
pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan,
produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa sehingga akan menjadi
beban negara.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko
meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan
motorik yang rendah serta fungsi- fungsi tubuh yang tidak seimbang
(Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi
pada masa-masa emas ini akan eraki at uruk pada kehidupan erikutnya dan
sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka
waktu panjang yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi
mikro.
E. Cara Pencegahan Stunting
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur namun pertambahan tinggi badan relatif kurang
sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat.Jika terjadi gangguan
pertumbuhan tinggi badan pada balita maka untuk mengejar pertumbuhan
tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia
sekolah sampai remaja relati kecil kemungkinannya. Maka peluang besar
untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin dengan mencegah
faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur, ibu
hamil maupun pada alita. Selain itu, menangani balita yang dengan tinggi
dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting serta terhadap balita
yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin
dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi
bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang
cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe) dan terpantau
kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja
sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan di eri makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas
selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi
berupa kapsul vitamin A. Memantau pertumbuhan balita di posyandu
merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya
gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya
balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi
lingkungan dan penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap
sumber air terlindung, serta pemukiman yang layak.Juga meningkatkan
akses keluarga terhadap daya beli pangan dan biaya berobat bila
sakitmelalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak padapengetahuan
dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya,
sehingga anak berada dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah
akses keluarga terhadap informasi dan penyediaan informasi tentang
kesehatan dan gizi anak yang mudah di mengerti dan dilaksanakan oleh
setiap keluarga juga merupakan cara yang efekti dalam mencegah
terjadinya balita stunting.
1. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi
Penanggulangan stunting yang paling efekti dilakukan pada seribu
hari pertama kehidupan, yaitu :
 Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara
terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu
mendapatmakanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil
dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang
Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan
tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu
mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama
kehamilan.Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak
mengalami sakit.
 Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan
begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Bayi sampai dengan usia 6 ulan di beri Air Susu Ibu(ASI)
saja (ASI Eksklusif).
 Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASIbayi di beri Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus
dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan
anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi
dasar lengkap.
 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan
oleh setiap rumah tangga.
2. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
 Kebutuhan gizi masa hamil
Pada seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan
gizinya dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses
metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga
keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping
proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan
untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta,
uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan
secukupnya saja,bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka
macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan
untuk pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat
pertumbuhan atau pembangun yaitu protein,selama itu juga
perlu tam ahan vitamin dan mineral untuk memmantu
proses pertumbuhan itu.
 Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih
besar di banding dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya
tetap sama.Pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan berenergi tinggi. Susu untuk
memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Kadar
air dalam ASI sekitar 88 gr %. Maka ibu yang sedang
menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2-2,5 liter air
sehari gelas, di samping bisa juga ditambah dengan minum
air buah.
 Kebutuhan Gizi Bayi 0-12 bulan
Pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi cukup di beri Air Susu
Ibu (ASI).ASI adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari
lahir sampai kurang lebih umur 6 ulan. Menyusui sebaiknya
dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia
ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit pada
masing-masing payudara hingga payudara benar-benar
kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu
dan rekuensi menyusui, maka payudara akan memproduksi
ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 0,5-2 liter perhari.
DAFTAR PUSTAKA
(Lampiran 2)

Allen, L., Gillespie, S., 2001. What works? A review of the efficacy and
effectiveness of nutrition intervention. ACC/SCN. Nutrition Policy Paper
No.15

Ricci, Judith A. and Becker, Stan. 2014 Risk factors for wasting and stunting
among children in Metro Cebu, Philippines. The American Journal of
Clinical Nutrition.

Riset Kesehatan Dasar. 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri

Rizma. 2016. 8,8 Juta Anak Indonesia Bertubuh Kerdil.


(http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/26/o1k24o385
-88-juta-anak-indonesia-bertubuh-kerdil-part1). Diakses pada tanggal Mei
2019.
Soal Pre-Post-Test

1. Apa yang Anda ketahui tentang stunting?


2. Bagaimana ciri-ciri anak yang menderita stunting?
3. Apa dampak yang akan didapatkan jika anak menderita stunting?

Anda mungkin juga menyukai