Makalah Kelompok 2 (PPH Final)
Makalah Kelompok 2 (PPH Final)
PENDAHULUAN
Pajak Penghasilan dikelompokkan menjadi PPh bersifat Final dan PPh bersifat
tidak final. Pajak penghasilan bersifat final artinya pajak penghasilan yang
pengenaannya sudah final (berakhir), sehingga tidak dapat dikreditkan
(dikurangkan) dari total pajak penghasilan terutang pada tahun akhir pajak.
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha bagi Wajib Pajak dengan
peredaran bruto tertentu bersifat final, dimaksudkan agar dapat memberi
kemudahan bagi Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan dari usaha dengan
peredaran bruto tertentu dapat melakukan perhitungan, penyetoran dan pelaporan
pajak penghasilan yang terutang.
Pengertian dari PPh final adalah bahwa atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh akan dikenakan PPh dengan tarif tertentu dan dasar pengenaan
pajak tertentu pada saat penghasilan tersebut diterima atau diperoleh. PPh yang
dikenakan, baik yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri, bukan
merupakan pembayaran di muka atas PPh terutang tetapi sudah langsung melunasi
PPh terutang untuk penghasilan tersebut. Dengan demikian, penghasilan yang
dikenakan PPh final ini tidak akan dihitung lagi PPh nya di SPT Tahunan untuk
dikenakan tarif umum bersama-sama dengan penghasilan lainnya. Begitu juga,
PPh yang sudah dipotong atau dibayar tersebut juga bukan merupakan kredit
pajak di SPT Tahunan.
2. Wajib Pajak
Wajib Pajak dengan peredaran bruto tertentu dalam PPh bersifat final 1% sebagai
berikut:
1. Wajib Pajak orang pribadi dan badan kecuali bentuk usaha tetap.
2. Wajib Pajak orang pribadi dan badan kecuali bentuk usaha tetap menerima
penghasilan dari usaha tidak termasuk penghasilan jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000
untuk semua cabang dalam satu tahun pajak.
Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas meliputi:
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas seperti pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, peniali, dan aktuaris.
2. Pemain music, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, pemain drama.
3. Olahragawan
4. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
5. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
6. Agen iklan
7. Pengawas atau pengelola proyek
8. Perantara
9. Petugas penjaja barang dagangan
10. Agen asuransi
11. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang atau penjualan langsung dan
sejenis lainnya.
Berikut yang tidak termasuk Wajib Pajak dalam PPh bersifat final 1% meliputi:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
dan/atau jasa yang dalam usahanya:
a. Menggunakan sarana dan prasana yang dapat dibongkar pasang baik
menetap maupun tidak menetap
b. Menggunakan sebagian maupun seluruh tempat umum yang tidak
seharusnya digunakan untuk usaha.
2. Wajib Pajak badan yang
a. Belum beroperasi secara komersial
b. Dalam jangka waktu satu tahun setelah beroperasi secara komersial
memperoleh peredaran bruto melebihi Rp 4.800.000.000
Pelaporan PPh pasal 15 dalam Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 15 meliputi:
1. Imbalan yang dbayarkan/terutang kepada perusahaan pelayaran dalam negeri;
2. Imbalan yang diterima karena pengangkutan orang dan/atau barang ,
penyewaan kapal laut oleh perusahaan pelayaran dalam negeri;
3. Imbalan carter (sewa) kapal laut dan/atau pesawat udara yang
dibayarkan/terutang kepada perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar
negeri;
4. Imbalan yang diterima karena pengangkutan orang dan/atau barang termasuk
carter (sewa) kapal laut dan/atau udara oleh perusahaan pelayaran dan/atau
penerbangan luar negeri;
5. Imbalan carter (sewa) pesawat udara yang dibayarkan/terutang kepada
pesawat penerbangan dalam negeri.
Pajak yang dibayarkan di luar negeri (PPh Pasal 24) dapat diperhitungkan
dengan PPh yang terutang setinggi tingginya 1,2% dari penghasilan yang
diterima di luar negeri tersebut.
1. Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI
Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di atur dengan
peraturan pemerintah No. 131 tahun 2000. Menurut PP No 131 tahun 2000,
atas penghasilan berupa bunga yang berasal dari deposito dan tabungan serta
diskonto SBI yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri dan BUT dikenakan
Pajak Penghasilan yang bersifat final. Besarnya PPh yang dipotong adalah 20%
dari jumlah bruto.
PPh (final) = 20% x Bruto
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan dengan bank.
Contoh :
Pada tanggal 1 Januari 2008 Tuan Budi menyimpan uang di Bank Mandiri
berbentuk depositosebesar 100.000.000 dengan tingkat suku bunga 12 % per
tahun, kesepakatan penarikan antara Tuan Budi dan pihak bank yaitu 1 tahun yaitu
pada 1 Januari 2009, sehingga menerima bunga setiap bulan sebesar 1.000.000.
Atas bunga sebesar 1.000.000 dipotong PPh Pasal 4 (2) sebesar : 1.000.000 x 20
% = 200.000
Uang yang diterima tuan budi dari bunga deposito per bulan sebesar :
1.000.000-200.000 = 800.000
Diskonto adalah Jumlah selisih kurang antara nilai kini kewajiban (present value)
dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat bunga
nominal lebih rendah dari tingkat bunga efektif.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia . SBI merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral untuk melakukan Operasi pasar terbuka.
Bank Indonesia mengeluarkan SBI untuk menyerap kelebihan uang yang beredar.
Penghasilan berupa imbalan atau penghasilan sejenis lainnya dengan nama dan
dalam bentuk apapun dari Sertifikat Bank Indonesia dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah.
Contoh :
Tahun 2011 Tuan Budi membeli surat berharga yang dikeluarkan Bank Indonesia
senilai Rp 20.000.000, kemudian pada tahun 2013 dijual kepada Tuan Amin
senilai Rp. 22.000.000. Maka Tuan budi mendapat bruto sebesar Rp. 2.000.000,00
tersebut.
20% x Rp. 2.000.000 = Rp. 400.000
Sedangkan wajib pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap, biasanya PPh yang
dipotong adalah 20% dari jumlah bruto atau tarif berdasarkan perjanjian
penghindaran Pajak Berganda yang berlaku.
Potongan PPh ini tidak dilakukan terhadap :
1. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
2. Bunga deposito dan tabungan serta Sertifikat bank Indonesia, sepanjang
jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak
melebihi Rp. 7.500.000,00 dan bukan merupakan jumlah yang pecah-pecah.
3. Bunga deposito dan tabungan, serta diskonto SBI yang diterima atau
diperoleh dana pensiun yang pendirianya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
4. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintan dalam rangka pemilikan
rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah
sederhana dan sangat sederhana,atau rumah susun sederhana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.
Dengan demikian tarif pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari
transaksi penjualan saham di Bursa Efek adalah sebagai berikut:
Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan
dari transaksi penjualan saham di bursa adalah:
Dasar Hukum
Definisi
1. Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan.
2. Bunga/diskonto Obligasi adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh
pemegang Obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto.
3. Bunga obligasi adalah jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan
obligasi.
1. Diskonto obligasi dengan kupon (tingkat bunga) adalah selisih lebih harga jual
atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi, tidak termasuk bunga
Penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk, atas
bunga dan/atau diskonto yang diterima pemegang Obligasi dengan kupon
pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi, dan diskonto yang diterima pemegang
Obligasi tanpa bunga pada saat jatuh tempo Obligasi; dan/atau
2. perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau
pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima penjual Obligasi pada saat
transaksi.
4. berjalan.
5. Diskonto obligasi tanpa bunga adalah selisih lebih harga jual atau nilai
nominal di atas harga perolehan obligasi.
Pemotong
Saat
Pemotong Objek Pemotongan Tarif
Pemotongan
Bunga (jumlah bruto
bunga sesuai dengan
masa kepemilikan
obligasi) dan/atau
diskonto (selisih lebih Jatuh Tempo Jika Penerima Obligasi
harga jual atau nilai Bunga adalah:
nominal di atas harga Obligasi
Penerbit obligasi atau perolehan obligasi, tidak WPDN/BUT :
custodian selaku agen termasuk bunga berjalan) 15%
pembayaran yang yang diterima pemegang WPLN: 20% atau
ditunjuk obligasi dengan kupon sesuai dengan
Tax Treaty
Diskonto (selisih lebih
harga jual atau nilai
nominal di atas harga Jatuh Tempo
perolehan obligasi) yang Obligasi
diterima pemegang
obligasi tanpa bunga
Bunga (jumlah bruto
bunga sesuai dengan
masa kepemilikan
Perusahaan efek, dealer, obligasi) dan diskonto
atau bank selaku (selisih lebih harga jual Saat
pedagang perantara atau nilai nominal di atas Transaksi
dan/atau pembeli harga perolehan obligasi,
tidak termasuk bunga
berjalan) yang diterima
penjual obligasi
Perusahaan efek, dealer,
bank, dana pensiun, dan
Bunga dan/atau diskonto
reksadana,selaku pembeli
Obligasi yang diterima Saat
Obligasi langsung tanpa
atau diperoleh penjual Transaksi
melalui perantara. (Pasal
Obligasi.
4 ayat (1) huruf c PMK
85/PMK.03/2011)
Kondisi Saat
Pemotong Pihak yang dipotong
Transaksi Pemotongan
Jika ada Kustodian atau sub-
sebelum
pencatatan registry (selaku pihak
mutasi hak
mutasi yang mencatat mutasi Penjual obligasi
kepemilikan
kepemilikan hak kepemilikan
dilakukan
obligasi obligasi)
untuk bunga:
saat jatuh
tempo bunga,
dihitung
berdasarkan
Penjualan
masa
obligasi
kepemilikan
secara
penuh sejak
langsung Jika penjualan tanggal jatuh
tanpa obligasi hanya tempo bunga
perantara atas unjuk Penerbit obligasi berakhir.
kepada (tidak (emiten) atau
pihak Pembeli/ pemegang untuk
memerlukan kustodian yang
selain obligasi diskonto: saat
pencatatan ditunjuk sebagai agen
pemotong mutasi hak pembayaran jatuh tempo
kepemilikan obligasi,
obligasi) dihitung
berdasarkan
masa
kepemilikan
penuh sejak
tanggal
penerbitan
perdana
obligasi.
Dalam hal dapat dibuktikan bahwa penjual Obligasi atas unjuk adalah pihak
yang tidak diberlakukan pemotongan PPh atau pihak lain yang telah dikenakan
pemotongan PPh, pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas bunga
pada saat jatuh tempo bunga atau diskonto pada saat jatuh tempo Obligasi, dihitung
berdasarkan masa kepemilikan penuh dikurangi dengan masa kepemilikan penjual
Obligasi tersebut.
Objek pajak ini adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
a. Jumlah bruto nilai pengalihan yaitu nilai tertinggi antara nilai berdasarkan
akta pengalihan hak dan nilai jual objek pajak (NJOP) tanah dan
bangunan;
b. Nila berdasarkan keputusan pejabat pemerintah yang bersangkutan, dalam
hal pengalihan kepada pemerintah;
c. Nilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak adalah karena
lelang.
PPh terutang bersifat final dihitung sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan
pajak.
8. Pajak Penghasilan atas Bunga Simpanan yang di Bayarkan oleh Koperasi kepada
Anggota Koperasi Orang Pribadi
Pajak pengasilan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 15 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112 Tahun
2010.
1. Pengertian
Penghasilan berupa bunga simpanan adalah imbalan berupa bunga
simpanan diterima anggota koperasi orang pribadi dari dana yang disimpan
anggota koperasi orang pribadi pada koperasi tempat orang pribadi tersebut
menjad anggota.
2. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib pajak ini adalah orang pribadi sebagai anggota koperasi yang
mempunyai simpanan di koperasi tersebut dan memperoleh/menerima bunga atas
simpanannya. Objek pajak ini adalah bunga simpanan yang diterima oleh
anggotanya. Tidak termasuk dalam bunga simpanan ini adalah bunga simpanan
yang diterima anggota koperasi orang pribadi yang merupakan bagian dari sisa
hasil usaha. Bunga simpanan yang jumlahnya tidak melebihi Rp240.000 (dua
ratus empat puluh ribu rupiah) dalam sebulan, dikecualikan dari pengenaan PPh
ini.
3. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Besarnya tarif ini adalah :
a. Sebesar 0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai
dengan Rp240.000 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan;
b. Sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan
berupa bunga simpanan lebih dari Rp240.000 (dua ratus empat puluh ribu
rupiah) per bulan.
Dasar pengenaan pajak ini adalah jumlah bruto bungan simpanan yang
diterima oleh anggota koperasi tersebut. PPh terutang bersifat final dhitung
sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan pajak.
9. Pajak Penghasilan atas Dividen yang Diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
Pajak penghasilan atas dividen yang diterima oleh wajib pajak orang
pribadi diatur dlam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2009 dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 111 Tahun 2010.
1. Pengertian
Dividen merupakan bagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang diterima oleh pemegang saham atas kepemilikan saham dalam sebuah
perseroan. Termasuk dividen dalam hal ini adalah dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
2. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib pajak ini adalah orang pribadi dalam negeri yang bertindak
sebagai pemegang saham suatu perseroan, pemegang solis suatu perusahaan
asuransi, dan anggota koperasi yang menerima sisa hasil usaha. Objek pajak
ini adalah dividen sebagaimana dijelaskan pada pengertian.
3. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Diminta:
1. Hitunglah PPh yang harus dipotong oleh Bank Perdana pada saat
membayarkan penghasilan.
2. Buatlah bukti potong atas seluruh pembayaran tersebut.
3. Setorkan pajak yang telah dipotong dengan menggunakan SSP.
4. Buatlah surat pemberitahuan masa PPh Pasal 4 ayat (2).
PENYELESAIAN
Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Bank Perdana adalah:
Wajib Pajak Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak PPh yang Dipotong
Akbar 6% x Rp100 juta x 1/12 = Rp 500.000 20% Rp 100.000
Amelia Rp 200.000.000 25% Rp 50.000.000
PT Anggun Rp 50.000.000 4% Rp 2.000.000
Vinvina Noveria Rp 15.000.000 10% Rp 1.500.000
Total Rp 265.500.000 Rp 53.600.000
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak Penghasilan Final adalah pajak yang dikenakan dengan tariff dan
dasar pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
selama tahun berjalan. Pembayaran, pemotongan atau pemungutan PPh Final
yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri bukan merupakan
pembayaran atas PPh terutang atas penghasilan tersebut, sehingga wajib pajak
dianggap telah melakukan pelunasan pajaknya.
B. Daftar Pustaka