Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Demam berdarah atau di dalam duunia medis disebut DHF merupakan salah satu
penyakit yang sangat banyak di derita oleh masyarakat, terutama di negara tropis dan sub
tropis. DHF terjadi akibat dari gigitan nyamuk aedes aegypty. Nyamuk ini banyak
bersarang di daerah yang banyak tergenang air.

Peningkatan penyakit ini dikarenakan pengaruh dari hidup masyarakat yang


kurang bersih, di mana banyak masyarakat yang membuang sampah serta tidak menutup
tempat penampungan air yang merupakan tempat yang baik untuk bersarangnya nyamu,

Dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia telah di lakukan suatu usaha untuk
mengurangi perkembangan penyakit ini. Usaha yang di lakukan adalah melakukan
kampanye 3M yaitu, menguras, mengubur, serta menutup tempat atupun barang-barang
yang dapat menjadi tempat bersarangnya nyamuk aedes aegypty ini.

Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan tentang penyakit DHF itu sendiri
serta asuhan keperawatan yang dapat dilakukan untuk penderita DHF yang diharapkan
dapat menambah informasi serta pengetahuan bagi pembaca.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari DHF?


2. Apa penyebab DHF?
3. Apa anatomi dan fisiologi dari sistem hematologi?
4. Bagaimana patofisiologi dari DHF?
5. Apa manifestasi klinik dari DHF?
6. Apa klasifikasi dari DHF?
7. Apa saja komplikasi dari DHF?
8. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan?
9. Apa penatalaksanaan dari DHF?

1
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada klien dengan DHF?

1.3 Tujuan
Tujuan berdasarkan rumnusan masalah diatas adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari DHF
2. Untuk mengetahui penyebab DHF
3. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem hematologi
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari DHF
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari DHF
6. Untuk mengetahui klasifikasi dari DHF
7. Untuk mengetahui saja komplikasi dari DHF
8. Untuk mengetahui pemeriksaan yang dilakukan
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari DHF
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada klien dengan DHF

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medis


2.1 Pengertian

Demam berdarah dengue (DHF) adalah penyakit demam dengan ciri-ciri demam
manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer, 2000).
Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan
ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Demam Berdarah Dengue
(DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123).
Jadi, dapat disimpulkan DHF adalah penyakit yang disebabkan virus Dengue,
yang masuk melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

2.2 Etiologi

Penyakit demam dengue dan DBD pada seseorang dapat disebabkan oleh virus
Dengue termasuk family Flaviviridae dan harus dibedakan dengan demam yang
disebabkan virus japanese Ecephalitis dan Yellow Fever (demam kuning).Ditemukan
empat serotipe virus Dengue dan dapat dibedakan dengan sifat “biotipe”. Semua
kelompok family Flaviviridae dapat menunjukan bentuknya yang karakteristik meliputi
struktur genome dan sifat untuk melipat gandakan dirinya.

2.3 Anatomi Fisiologi

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Warna merah itu keadaanya tidak tetap bergantung pada banyaknya

3
oksigen dan karbon dioksida di dalamnya. Darah yang banyak mengandung banyak
karbondioksida warnanya merah tua.
Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernapas,dan zat ini sangat
berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh.Darah selamanya
beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja pompa jantung. Selama darah berada
dalam pembuluh maka akan tetap encer,tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia
akan manjadi beku.
Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah
tersebut sedikit obat anti pembekuan/sitras natrikus. Dan keadaan ini sangat berguna
apabila darah tersebut diperlukan untuk tranfusi darah.Pada tubuh yang sehat atau orang

dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira⅟13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5

liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,
pekerjaan,keadaan jantung atau pembuluh darah.
Darah terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Sel-sel darah
1) Eritrosit (sel darah merah)
Sel darah merah (SDM) atau eritrosit adalah cakram bikonfak tidak berinti
yang kira-kira berdiameter 8 µm, tebal bagian tepi 2μm dan ketebalannya
berkurang di bagian tangah menjadi hanya 1 mm atau karang. Karena lunak dan
lentur maka selama melewati mikrosirkulasi sel-sel ini mengalami perubahan
konfigurasi.Erirosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak
dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan
mengedarkan oksigen.Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan
darah.
Sel darah merah atau eritrosit adalah jenis sel darah yang banyak dan berfungsi
membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang
belakang. Sel darah merah adalah salah satu contoh sel yang tidak berinti.Sel darah
merah berbentuk pipih dan cekung di bagian tengahnya, tidak memiliki inti, tidak
dapat menembus dinding kapiler darah dan berwarna kekuning-kuningan. Pada
orang dewasa sel darah merah berjumlah sekitar 5 juta sel/mm² darah pada laki-laki
dan 4juta sel/mm² darah pada perempuan. Pada orang dewasa sel darah merah
4
dibentuk dalam sumsum tulang pipih, sedangkan pada janin sel darah merah
dibentuk dalam hati dan limfa.Setelah berumur 120 hari, sel darah merah akan mati
dan diubah menjadi bilirubin atau zat pewarna empedu.
Sel darah merah mengandung hemoglobin, sel darah merah dihasilkan dari
limfa, hati, kura dan sumsum merah pada tulang pipih, sel darah merah yang sudah
rusak akan dibuang ke dalam hati.Hemoglobin yang keluar dari eritrosit yang mati
akan terurai menjadi 2 zat yaitu hematin yang mengandung Fe yang berguna untuk
pembuatan eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat yang terdapat dalam
eritrosit berguna untuk mengikat oksigen dan karbondioksida.
Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15gr dalam 100cc darah.
Normal Hb wanita11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.

Gambar Sel daerah merah

2) Leukosit (sel darah putih)


Sel darah putih atau lekosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel
darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi
sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna,
memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid,dan dapat menembus dinding
kapiler/diapedesis. Normalnya kita memiliki hingga sel darah putih dalam satu liter
darah manusia dewasa yang sehat atau sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam
kasus leukimia, jumlahnya dapat meningkat hingga 500000 sel per tetes.Leukosit
bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuhdan bertugas untuk memusnahkan
benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau
bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap.
Fungsinya sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel)
5
tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu
mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke
pembuluh darah. Sel leukosit disamping berada di pembuluh darah juga terdapat di
seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh
masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam darah akan lebih
banyak dari biasanya.
Hal ini disebabkan leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe,
sekarang beredar di dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10000/mm³ disebut
leukositosis dan kurang dari 6000/mm³ disebut leukopenia.

Gambar.Sel darah putih

3) Trombosit (sel pembeku darah)


Keping darah, lempeng darah, trombosit atau platelet, adalah flagmen sel yang
tersirkulasi dalam darah yang terlibat dalam mekanisme hemostatis tingkat sel yang
menimbulkan pembekuan darah (trombus).
Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit dapat menyebabkan
pendarahan, sedangkan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan resiko trombosis.
Trombosit memiliki bentuk yang tidak teraur, tidak berwarna,tidak berinti,
berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh
benda kasar, jumlah trombosit adalah 200000-300000 keping/mm³ darah.

6
Trombosit diproduksi di sumsum merah, keping darah berfungsi dalam
pembekuan darah, jika ada orang yang terkena demam berdarah,maka jumlah
trombosit ini akan semakin sedikit sehingga darah semakin mengental dan
menyebabkan kematian, oleh karena itu penderita demam berdarah harus di tranfusi
darah agar mendapat pasukan trombosit yang banyak.

b. Plasma darah
Bagian 55% dari darah yang berupa cairan kekuningan dan membentuk
medium cairan darah disebut plasma darah. 90% bagian plasma darah terdiri dari air.
Plasma darah ini memiliki fungsi mengangkut sari makanan ke dalam sel dan
membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan, plasma darah ini juga
bermanfaat untuk menghasilkan zat antibodi untuk menjaga kekebalan tubuh dari
penyakit.
Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan,merupakan
mediasirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel darah merah, sel darah
putih,dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi bahan organik dan
anorganik dari suatu organ atau jaringan.
Zat-zat plasma darah :
1) Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2) Garam-garam mineral(garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain).
3) Protein darah(albumin, globulin )meningkatkan viskositas darah dan juga
menimbulkan takanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan dalam
tubuh.
4) Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin).
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
6) Antibodi/antitoksin(Syaifuddin,2006).

Fungsi Darah

Fungsi darah terdiri atas :

1. Sebagai alat pengangkut yaitu :

7
a. Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
jaringan tubuh.
b. Mengangkat karbon dioksida dari jaringan untuk di keluarkan melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke
seluruh jaringan/alat tubuh.
d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikelarkan melalui kulit dan ginjal.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan
perantaraan leukosit dan antibodi/zat-zat antiracun.
3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya merah, tetapi
apabila dilihat di baeah mikroskop maka nyatalah bahwa dalam darah terdapat benda-
benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah. Sedang cairan berwarna kekuning-
kuningan disebut plasma.

2.4 Klasifikasi
Menurut Aziz Alimul (2006:123) manifestasi Klinik DHF sangat bervariasi yaitu:
1. Demam, penyakit ini didahului oleh demam yang tinggi atau panas mendadak
berlangsung 3-8 hari kemudian turun secara cepat.
2. Ruam biasannya 5-12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, dan berlangsung
selama 3-4 hari.
3. Pembesaran hati yang terjadi pada permulaan demam (sudah dapat diraba sejak
permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi
20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai
80mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin dan lembab, terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki.

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu:


1. Derajat I : Demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif,trombositopenia, himokonsentrasi.

8
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah,
tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan kulit dingin dan
gelisah.
4. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak

2.5 Patofisiologi

Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas


vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga
menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume darah menurun
lebih dari 20% pada kasus-kasus berat,hal ini didukung penemeuan post-mortem
meliputi efusi serosa, efusi pleura, hemokonsentrasi hipoproteinemi.
Tidak terjadinya lesi destruktif nyata pada vaskuler, menunjukkan bahwa
perubahan sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja singkat.Penderita
sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorsi dengan
cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostatis pada DBD dan DSS
melibatkan 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopeni, dan kelainan koagulasi.
Hampir semua penderita DBD mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan
trombositopeni, banyak diantaranya penderita menunjukkan koagulogram yang
abnormal.
Selain itu ditemukan juga Hematomegali akibat perembesan cairan dari ruang
intravaskuler. Pada pemulaan demam biasanya hati sudah teraba,meskipun pada anak
yang kurang gizi, hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hematogali dan
hati teraba kenyal, harus dipehatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita.
Virus masuk ke dalam tubuh manusia akan beraplikasi Dinotis Slipatikum
regional dan menyebar ke jaringan lain terutama ke sistem retikulo endoterial dan kulit
secara bionkogen maupun hematogen, kemudian tubuh akan membentuk kompleks
virus antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen
yang akan melepas Anaphilotosin C3a dan C5a akan melepas histamin yang akan
menyebabkan peningkatan permeabialitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma melalui endotel dinding tersebut sehingga akan terjadi kebocoran plasma, dan

9
dimusnahkan oleh sistem retikula endotelia dengan akibat trombositopenia terhebat dan
pendarahan pada keadaan agregasi tersebut akan melepaskan aminfaso aktif (histamine
dan sitokinin) yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan
trombosit faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi intravaskuler.
Pada kasus DHF trombosit akan menurun pada suhu turun yaitu setelah sakit
ketiga penurunan jumlah trombosit <100.000/mm3 atau kurang dari 1-2 trombosit atau
pandangan besar (Ipb) dengan rata-rata pemeriksaan dilakukan pada 10 Idp, pada
umumnya terjadi sebelum terdapat peningkatan hematokrit, yaitu sebelum suhu
turun.Penurunan hematokrit >20% (misalnya 30% menjadi 42%) menggambarkan
pembesaran plasma.

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang mungkin timbul pasca-infeksi virus dengue amat beragam,
mulai dari demam tidak spesifik (sindrom infeksi virus), demam dengue, demam
berdarah dengue (DBD), hingga yang terberat, yaitu sindrom syok dengue.
Pada penderita penyakit DBD dapat diyemukan gejala-gejala klinis dan kelainan
laboratoris sebagai berikut.
 Kriteria klinis :
1. Masa Inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue ke
dalam kulit terdapat masa laten yang berlangsung 4 - 5 hari diikuti oleh
demam, sakit kepala dan malaise.
2. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlagsung selama 2 - 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya
demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia, nyeri
punggung, nyeri tulang dan persendian,nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyertainya.
3. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya terjadi
pada kulit, dan dapat berupa uji turniket yang positif, mudah terjadi
10
perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Selain itu juga
dapat dijumpai epitaksis dan perdarahan gusi, hematomesis dan melena.
4. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak
yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal, harus diperhatikan kemungkinan akan
terjadinya renjatan pada penderita.
5. Renjatan ( syok )
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin
pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki serta cyanosis di sekitar mulut.
Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis
yang buruk. Nadi menjadi lembut dan cepat, kecil bahkan sering tidak teraba.
Tekanan darah sistolik akan menurun sampai di bawah angka 80 mmHg.
6. Gejala klinik lain
Nyeri epigastrum, muntah-muntah, diare maupun obstipasi dan kejang-kejang.
Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukkan akan terjadinya
perdarahan gastrointestinal dan syok.
 Kriteria laboratoris :
1. Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) ≤ 100.000/mm³.
2. Peningkatan kadar hematokrit >20% dari nilai normal.
Diagnosis penyakit DBD ditegakkan berdasarkan adanya dua kriteria
klinis atau lebih,ditambah dengan adanya minimal satu kriteria laboratoris.

2.7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita DHF jika penanganan yang
terlamabat adalah :

1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan koagulopati,
trombositopenia,dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda

11
dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis, dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2–7, disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma,
efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia,
hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran
balik vena (venous return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah
jantung, sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan
sirkulasi jaringan. DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis
mengakibatkan aktivity dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard
dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia
jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler.
Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
dispnea, sesak napas.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan antibody DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan
penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

12
a) IgG Dengue positif.
b) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit >150.000).
c) Hemoglobin meningkat >20%.
d) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat >37.0).
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia hiponatremia,
hipokalmia.
f) SGOT dan SGPT mungkin meningkat.
g) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
h) Waktu pendarahan memanjang.
i) Pada analisa gas darah arteri menunjukan asidosis metabolik PCO2<35-40
mmHg,HCO3 rendah.
2) Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminoria ringan
3) Melakukan pengukuran antibody pasien dengan cara HI test (Hemoglobination
Inhibition test) atau dengan uji pengikatan komplemen (komplemen fixation test)
pada pemeriksaan serologi dibutuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa
akut dan pada masa penyembuhan. Untuk pemeriksaan serologi diambil darah
vena 2-5 ml.
b. Pemeriksaan radiologi
1) Foto thorak
Pada foto thorak mungkin dijumpai pleura effusion.
2) Pemeriksaan USG
PadaUSG didapatkan nematomegali dan splenomegali.

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis yang diberikan pada penderita DHF adalah :

 Terapi Demam Berdarah Dengue bersifat suportif (meningkatkan daya tahan


tubuh) dan simtomatis (menghilangkan gejala). Belum ditemukan obat khusus
untuk membunuh virus Dengue.
 Perlu mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma (virus Dengue
menyerang dinding pembuluh darah) dan memberikan terapi substitusi
13
(pengganti) komponen darah bilamana diperlukan. Jika jumlah trombosit sangat
rendah dan timbul perdarahan, maka diberikan transfuse trombosit.
 Dalam pemberian terapi cairan, perlu pemantauan pemberian cairan. Dengan
memperhatikan pasien baik secara klinis maupun laboratories (melihat kadar
Hemoglobin, Hematokrit, dantrombosit). Proses kebocoran plasma dan terjadinya
trombositopenia (trombosit yang turun) umumnya terjadi hari ke 4 hingga 6 sejak
demam. Dengan demikian, perlu waspada bila merawat DBD di hari ke 4 hinggi
ke 6. Pada hari tersebut pasien sering tidak mengeluh panas dan cenderung minta
rawat jalan.
 Hari ke-7 demam, proses kebocoran plasma akan berkurang dan cairan kembali
dari ruang interstitial (di sekitar pembuluh darah) ke intravascular (ke dalam
pembuluh darah). Terapi cairan pada keadaan tersebut secara bertahap harus
dikurangi. Sebab, akan menimbulkan timbunan cairan yang cukup banyak di
pembuluh darah.
 Perlu pemantauan kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi
pleura (penumpukan cairan di lapisan paru) atau pun asites (penumpukan cairan
di rongga perut). Dapat dilihat dari gejala klinis : sesak nafas, nafas terasa berat,
dan perasaan tidak nyaman.
 PerluTerapi nonfarmakologis (tanpa obat) yang meliputi tirah baring (pada
trombosit openia= penurunan jumlah trombosit yang berat). Kadar trombosit
normal: 150 ribu sampai 450 ribu. Apabila turun di bawah 100 ribu sebaiknya
dirawat di rumah sakit. Karena dikhawatirkan akan terjadi perdarahan dan
kemungkinan Syok (Sindrom Syok pada Dengue).
 Pemberian makanan dengan kandungan gizi: nasi biasa atau nasi lunak sesuai
dengan selera pasien. Diperlukan makanan yang tidak mengandung zat atau
bumbu yang mengiritasi saluaran cerna (pedas, asam).
 Terapi simptomatis (penghilang gejala), diberikan antipiretik (obat penurun
panas): parasetamol, mengatasi keluhan dyspepsia (rasa tidaknyaman di uluhati,
berupa mual, muntah, sebah, mudah kenyang, kembung, sering sendawa).
 Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DBD
dewasa mengikuti 5 protokol, yang mengacu pada protokol WHO.

14
Penatalaksanaan di atas terbagi dalam 5 kategori, sebagai berikut:

1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok.


2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat.
3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit (kekentalan darah)
>20% .
4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa.
5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, dan lain-lain.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF dating ke rumah sakit.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan yang mendadak disertai dengan keluhan lain .
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien sebelumnya.
d. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi klien mengalami sakit.
3. Pola persepsi fungsional kesehatan
4. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pencernaan
Gejala : penurunan nafsu makan, mual, muntah, dan sakit saat menelan.
Tanda : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeri tekan pada ulu
hati.
b. Sistem perkemihan
Tanda : penurunan berkemih dan hematuri.
c. Pola istirahat dan tidur

15
Gejala : kelelahan dan kesulitan tidur.
Tanda : nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak.
d. Pola aktivitas dan latihan
Gejala : keluhan lemah.
Tanda : dispnea, pola napas tidak efektif.
e. Pola persepsi sensasi dan kognitif
Gejala : nyeri ulu hati, nyeri otot atau sendi, pegal-pegal seluruh tubuh.
Tanda : cemas dan gelisah.
f. Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : ansietas, ketakutan.
g. Sirkulasi
Gejala : sakit kepala, pusing, gelisah.
Tanda : nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dispnea, perdarahan.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan viremia sekunder terhadap infeksi dengue.
2. Resiko deficit volume dan cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan
intraseluler ke ekstraseluler.
3. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit.
4. S
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Hipertermi Setelah dilakukan a. Observasi tanda-tanda Tanda-tanda vital merupakan
berhubungan tindakan keperawatan vital. acuan untuk mengetahui
dengan viremia dalam …x24 jam keadaan umum klien.
sekunder terhadap temperature suhu
b. Kaji saat timbulnya
infeksi dengue dalam batas normal, deman. Untuk mengidentifikasi pola
dengan criteria hasil : deman klien.
a. Klien tidak c. Tingkatkan intakecairan. Peningkatan suhu tubuh
menunjukkan mengakibatkan penguapan
kenaikan suhu tubuh meningkat sehingga
tubuh. perlu diimbangi asupan caian.

16
b. Suhu tubuh d. Catat intake dan output
Untuk mengetahui
dalam batas ketidakseimbangan cairan tubuh.
normal. e. Berikan terapi cairan IV
sesuai program dokter. Pemberian cairan sangat penting
bagi klien dengan suhu tinggi.

Resiko deficit Setelah dilakukan a. Mengobservasi adanya Agar dapat segera dilakukan
volume dan cairan tindakan keperawatan tanda-tanda syok. tindakan untuk menangani
berhubungan dalam …x24 jam syok yang dialami klien.
dengan deficit volume cairan
b. Observasi tanda dan gejala
berpindahnya terpenuhi, dengan dehidrasi. Defisit cairan akan ditandai
cairan intraseluler criteria hasil : dengan menurunnya keluaran
ke ekstraseluler a. TTV stabil. urin < 25 ml/ jam.
c. Menganjurkan klien untuk
b. CRT kurang Asupan cairan sangat
banyak minum.
dari 3 detik. diperlukan untuk menambah
c. Urine output volume cairan tubuh.
30-50 cc/jam d. Kolaborasi pemberian Pemberian cairan ini sangat
cairan IV sesuai program
penting karena cairan langsung
dokter.
masuk ke pembuluh darah.
Resiko terjadinya Setelah dilakukan a. Monitor tanda-tanda Penurunan trombosit
perdarahan tindakan keperawatan penurunan trombosit yang merupakan tanda adanya
berhubungan dalam …x24 jam disertai tanda klinis. kebocoran pembuluh darah.
dengan penurunan perdarahan tidak b. Anjurkan klien untuk Aktivitas klien tidak terkontrol
trombosit terjadi, dengan criteria banyak istirahat. dapat menyebabkan
hasil : perdarahan.
c. Antisipasi adanya
Menunjukkan Mencegah perdarahan lebih
perdarahan.
perbaikan keadaan lanjut.
umum dan tanda-
tanda vital yang baik. d. Kolaborasi monitor Dengan trombosit yang
trombosit setiap hari. dipantau setiap hari, dapat
diketahui tingkat kebocoran.
e. Kolaborasi pemberian anti
Mengurangi perdarahan.
perdarhan sesuai program
dokter

17
4. Evaluasi
1. Tanda-tanda vital klien dalam batas normal.
2. Intake cairan dan asupan klien terpenuhi.

18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Data umum
a Identitas pasien
Nama : Nn. H. N
Umur : 16 thn 4 bln 2 hari
Alamat : Jl. Kembar Sari Indah
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMA
Jenis kelamin :P
Status : Belum kawin
Agama : Katolik
Tanggal masuk RS : 16-04-2016
Tanggal pengkajian : 18-04-2016
Diagnosa masuk/medis : DHF
b. Identitas keluarga/ penanggung jawab
Nama : Tn. P
Jenis kelamin : L
Agama : Katolik
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Ayah
Alamat : Jl. Kembar Sari Indah

2. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat Kesehatan Klien
1). Riwayat kesehatan sekarang
a) Alasan Masuk Rumah Sakit

19
Klien mengatakan sejak kamis siang demam, klien sudah berobat tapi tidak
ada perubahan.
b) Keluhan utama
Klien mengeluh demam dengan suhu 39,5 C.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan demam sejak kamis siang, merasa pusing serta mual dan
muntah.
d) Keluhan yang menyertai
Klien mengatakan pusing, mual dan muntah.
e) Riwayat tindakan konservatif dan pengobatan yang telah didapat
Klien pernah diberi amoxillin dan sumagesic.
2). Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a) Riwayat penyakit atau rawat inap sebelumnya
Klien mengatakan pernah menderita siniusitis.
b) Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan minuman
serta obat.
c) Riwayat operasi
Klien mengatakan tidak pernah dilakukan tindakan operasi.
d) Riwayat pengobatan
Klien mengatakan pernah mengkonsumsi obat-obatan yang di beli di apotik
pada saat demam.
3). Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan bahwa ibu klien menderita tumor.
b. Keadaan perumahan dan sanitasi lingkungan
Klien mengatakan tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan lingkungannya
kurang bersih.
c. Genogram 3 generasi

20
laki-laki
perempuan
pasien

3. Data biologis
a. Penampilan umum
Keadaan umum klien tampak sakit sedang kesadaran compos mentis, GCS 15 ( E4
M6 V5), kekuatan otot ektremitas kanan atas 5 kiri 5, ektremitas bawah kanan 5 kiri
5, terpasang infuse Asering 2000 cc/jam di tangan kiri, akral teraba hangat.
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/ 70 mmHg S: 39,5 °C axilla kiri, N: 88 x/ menit arteri radialis kanan irama
teratur, denyutan teraba kuat RR: 16 x/menit, irama teratur.
c. Tinggi badan dan berat badan
Klien mengatakan tinggi badan 161 cm dan berat badan 80 kg.
IMT 30,1 (klien dalam kategori obesitas).
d. Anamneses dan pemeriksaan fisik persistem
1) Sistem pernafasan
a) Anamnese:pasien mengatakan nafas tidak sesak.
b) inspeksi: pernafasan pasien normal, jalan nafas tidak tampak ada sumbatan,
bentuk dada tampak simetris dan pengembangan dada asimetris, tidak tampak
adanya retraksi dada dan kontraksi otot-otot bantu pernafasan, tidak tampak
cyanosis.

21
c) Palpasi: tidak teraba adanya deviasi trakea, tidak teraba krepitasi ditulang
sternum maupun kosta
d) Perkusi : sonor
Terdengar sonor di ICS 7-8
Batas paru hepar di ICS 4-5
e) Auskultasi :bunyi nafas bronchovasikuler, tidak terdengar suara nafas
tambahan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

2) Sistem kardiovaskuler
a) Anamnese: klien mengatakan tidak ada nyeri dada.
b) inspeksi:konjungtiva tidak tampak anemis, tidak tampak adanya epistaksi,
warna kulit normal, turgor kulit baik, Ictus cordis tepat di ICS 5 kiri
midklavikula ,capilari revil <2 detik
c) Palpasi: ektremitas teraba hangat, tidak teraba adanya edema
d) Perkusi :
Terdengar normal
Batas-batas jantung: Atas di ICS 2
Bawah di ICS 4
Kanan di ICS 4
Kiri di ICS 5 midklavikula
e) Auskultasi :bunyi jantung normal,Heat raet 88 x/menit

Masalah keperawatan : tidak ada masalah dengan klien

3) Sistem Pencernaan
a) Anamnese: Klien mengatakan biasa makan 2-3 x/ hari namun masih sedikit
merasakan mual dan muntah.
b) inspeksi: lidah dan selaput lendir tampak lembab,. Tampak gigi bersih, mulut
bersih, tonsil T1.
c) Palpasi: kelenjar tyroid simetris, abdomen teraba supel, tidak ada nyeri tekan
tidak teraba pembesara hepar / lien

22
d) Perkusi : timpani
e) Auskultasi : tidak terdengar bruit tyroid dan aorta abdominal, bising usus 5 x
/menit
Masalah keperawatan : mual dan muntah

4) Sistem perkemihan
a) Anamnese: Klien mengatakan buang air kecil 4-6 x/hari, tidak ada keluhan
saat BAK
b) inspeksi: urin kuning jernih
c) Palpasi: tidak teraba distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan di daerah
simpisis pubis
d) Perkusi : pasien tidak menunjukkan ekpresi kesakitan/ nyeri saat daerah
pinggang di pukul/diketuk
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

5) System muskuloskeletal
a) Anamnese: klien mengatakan tidak ada keluhan
b) inspeksi: ektremitas atas dan bawah tampak simetris dan terkordinasi
c) Palpasi: tidak teraba krepitasi, tonus otot teraba kuat di ektremitas . kekuatan
otot ektremitas atas dan bawah 5.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

6) Sistem integumen
a) Anamnese: pasien mengatakan tidak ada keluhan
b) inspeksi: kulit pasien tampak bersih, warna hitam, tidak tampak adanya
hematoma, kuku tampak pendek dan bersih tidak tampak clubbing finger,
rambut kepala warna hitam, tidak rontok, kulit kepala bersih, tidak ada lesi
c) Palpasi: turgor kulit baik, teraba hangat
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

7) Sistem reproduksi

23
a) Anamnese: pasien mengatakan tidak ada keluhan.
b) inspeksi:payudara tampak normal.
c) Palpasi: tidak teraba benjolan di payudara
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

8) Sistem persyarafan
a) Anamnese: klien mengatakan tidak ada keluhan
b) Inspeksi:
 Kesadaran kualitatif : kesadaran klien composmentis
 Kesadaran kuantitatif :klien dapat berorientasi dan berkomunikasi
dengan baik.
 Orientasi: klien mengetahui kalau dirinya sedang dirawat di rumah
sakit.
 Kemampuan kalkulasi : klieng dapat berhitung dengan baik saat
ditanya oleh perawat
 Memori : klien mampu mengingat segala hal yang ditanyakan perawat
 Kemampuan berbicara:klien mampu berkomunikasi dengan baik
 Kemampuan koordinasi: klien mampu menggerakan tubuh dengan
baik sesuai perintah yang diberikan.
c) Inspeksi dan Palpasi
12 saraf cranial
 Nervus I ( olfaktorius)
Klien mampu mengenali aroma minyak kayu putih.
 Nervus II ( optikus)
Klien tampak mampu melirik kiri dan kanan saat diajak bicara ,respon
menutup mata saat dahi diketuk, test lapang pandang kanan dan kiri
baik.
 Nervus III ( okulomotorius)
Klien mampu menggerakkan bola mata dengan baik mengikuti arah
jari tangan perawat.
 Nervus IV (Troklearis)

24
Klien mampu menggerakkan bola mata dengan baik juga.
 Nervus V ( trigeminus)
Reflek saat kornea disentuh kasa klien berkedip, saat wajah digores
dengan serabut yang kasar klien tampak menyeringai, saat membuka
dan menutup mulut teraba kontraksi otot maseter, tidak terjadi elevasi
rahang
 Nervus VII ( facialis)
Saat membuka mata kelopak mata tampak semetris, alis simetris.
 Nervus VIII ( auditorius )
Mampu mendengarkan gesekan tangan
 Nervus IX ( glasofaringeal)
Klien mampu menelan dengan baik
 Nervus X ( Vagus )
Reflek muntah pasien ada
 Nervus XI ( aksesoris)
Klien mampu mengangkaat bahu kiri dan kanan secara bersamaan.
 Nervus XII ( hipogosus)
Klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkan lidah.
Tes sensori:
d) Perkusi
Refleks fisiologis : klien merasakan sakit yang lutut klien di pukul dengan
hummer.
Reflek patologis : tidak ada masalah
e) Masalah keperawatan: tidak ada masalah
9) Sistem Imun-Hematologi
a) Anamnesa : klien mengatakan sekarang sudah lebih baik
b) Inspeksi : klien tampak senang dan sehat
c) Masalah keperawatan : tidak ada masalah
10) Sistem Persepsi Sensori
a) Anamnesa : klien mengatakan kadang-kadang merasakan pusing
b) Inspeksi : klien tampak tenang

25
c) Masalah keperawatan:pusing

4. Data psikologis :
a. Status emosi : Klien mengatakan selalu menyelesaikan masalah
b. Konsep diri :
1) Gambaran diri sebagai manusia pada umumnya
2) Harga diri : klien mengatakan sangat dekat dengan keluarganya.
3) Identitas diri : sebagai pelajar dan anak
c. Peran :sebagai pelajar yang menimbang ilmu di sekolah Aloysius.
d. Gaya komunikasi : klien berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia
e. Pola interaksi : klien sangat mampu berinteraksi dan kooperatif.
f. Pola mengatasi masalah : klien mengatakan selalu mampu mengatasi masalah dengan
baik.

5. Data Sosio-spiritual:
a. Hubungan social : pasien tampak kooperatif dengan perawat,
b. Kultur yang diikuti: klien mengatakan berbudaya jawa barat
c. Kegiatan agama dan relasi dengan Tuhan : klien mengatakan selalu melakukan
kegiatan keagamaan yang diwajibkan.

6. Persepsi pasien terhadap penyakitnya : menerima penyakitnya dan ingin cepat sembuh
dan beraktifitas seperti biasa

7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 18-04-2016
Ht : 41,8% (N : 40 – 54)
Trombosit : 109 (N : 150 – 450.000)
Tanggal 19-04-2016
Ht : 42% (N : 40 – 54)
Trombosit : 79 (N : 150 – 450.000)

26
b. Radiologi (Rontgen, USG, CT-Scan, MRI)
Tidak dilakukan.
c. EKG
Tidak dilakukan.
d. Terapi (oral dan parenteral/injeksi)

1). Terapi oral :

 Sumagesic 3x
2). Terapi injeksi :klien tidak mendapatkan terapi injeksi
e. Acara infus : Asering (500 ml), dengan 2000 cc/jam.
f. Mobilisasi : baik

TERAPI

1. Nama obat : Sumagesic


 Golongan:
 Dosis untuk klien: k/p 3x1
 Indikasi untuk klien :
 Efek samping :
 Kontra indikasi :

3.2 Pengelompokan Data


Data Subyektif Data Obyektif
 Klien mengatakan badan masih  TD : 110/ 70 mmHg
terasa hangat  S: 39,5 °C axilla kiri,
 Klien masih merasakan pusing  N: 88 x/ menit arteri radialis kanan
 Klien mengatakan masih irama teratur denyutan teraba kuat
merasakan mual  RR : 16 x/menit
 Pasien terpasang infuse asering
2000 cc/jam

27
 Hasil laboratorium tanggal 19-04-
2016
Ht :
42% (N
: 40 – 54)
Trombosit :
79 (N
: 150 – 450.000)

 Klien bisa mobilisasi dengan baik


 Kebutuhan tidak dibantu oleh
perawat dan keluarga

3.3 Analisa data

Data Etiologi Masalah


DS Virus dengue  Hipertermi
 Klien mengatakan badan masih terasa hangat  Gangguan
 Klien masih merasakan pusing Viremia kebutuhan
 Klien mengatakan masih merasakan mual nutrisi
Masuk ke pembuluh darah kurang dari
otak melalui aliran darah kebutuhan
sehingga mempengarui  Pusing
DO
ehipotalamus
 TD : 110/ 70 mmHg
 S: 40 °C axilla kiri,
Suhu tubuh meningkat
 N: 76 x/ menit arteri radialis kanan irama tidak teratur denyutan mekanisme tubuh
teraba kuat untuk melawan virus
 Heat rate 78x/ menit
 Pasien terpasang infuse ringer asetat 20 tetes/menit
28
 Hasil laboratorium tanggal 02-03-2016 peningkatan asam
Ht : 36% (N : 40 – 54) lambungmual dan muntah
Trombosit: 77 (N : 150 – 450.000) gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan
komplemen antigen
 Klien bisa mobilisasi dengan baik antibodi
 Kebutuhan tidak dibantu oleh perawat dan keluarga pelepasan peptida

pembebasan histamin
permebialitas dinding
pembuluh darah

kebocoran plasma
plasma banyak mengumpul
pada jaringan interstitial
tubuh
udem sehingga menekan
saraf c
nyeri

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan viremia
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia
3. Gangguan rasa nyaman pusing berhubungan dengan proses patologis penyakit

29
30
3.5 Recana Keperawatan
No Tgl Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1 18- Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Kaji saat timbulnya demam. 1. untuk mengidentifikasi
perawatan 2 x 24 jam pola demam pasien
04- viremia ditandai dengan:
diharapkan suhu tubuh
2016  Klien mengatakan badan masih klien dapat berkurang 2. Observasi tanda vital (suhu, 2. tanda vital merupakan
dengan kriteria hasil : acuan untuk mengetahui
terasa hangat nadi, tensi, pernafasan) setiap 3
a. klien mengatakan keadaan umum pasien
 Hasil pengukuran tanda-tanda kondisi tubuhnya nyaman. Jam
b. Suhu 36,80C-37,50C
vital: c. Tekanan darah 120/80
TD : 110/ 70 mmHg mmHg 3. Anjurkan pasien untuk banyak
d. Respirasi 16-24 x/mnt 3. Peningkatan suhu tubuh
S: 39,5 °C axilla kiri, minum (2,5 liter/24 jam)
e. Nadi 60-100 x/menit mengakibatkan
N: 88 x/ menit arteri radialis penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu
kanan irama teratur denyutan diimbangi dengan asupan
teraba kuat 4. Berikan kompres hangat cairan yang banyak
RR : 16 x/menit 4. Dengan vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan
yang
5. Anjurkan untuk tidak
mempercepat penurunan
memakai selimut dan pakaian
suhu tubuh
yang tebal

5. pakaian tipis membantu


6. Berikan terapi cairan mengurangi penguapan
tubuh
intravena dan obat-obatan sesuai

31
program
6. pemberian cairan sangat
dokter
penting bagi pasien
dengan suhu tinggi

No Tgl Diagnosa Keperawatan Perencanaan


Tujuan Intervensi Rasional
2 18- Gangguan kebutuhan nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan umum 1. Mengetahui kebutuhan
tindakan keperawatan pasien dan keluhan pasien. yang diperlukan oleh
04- dari kebutuhan berhubungan
selama 2 x 24 jam pasien.
2016 dengan mual, muntah, anoreksia diharapkan perubahan
status nutrisi kurang dari 2. Tentukan program diet dan
ditandai dengan: 2. Mengidentifikasi
kebutuhan tubuh dapat pola makan pasien dan
 klien mengatakan masih teratasi bandingkan dengan makanan kekurangan dan
dengan kriteria : yang dapat dihabiskan oleh
merasakan mual penyimpangan dari
a. Mencerna jumlah pasien
kalori/nutrien yang tepat kebutuhan terapeutik
b. Menunjukkan tingkat 3. Identifikasi makanan yang
energi biasanya disukai atau dikehendaki yang
c. Berat badan stabil atau sesuai
bertambah dengan program diit.
3. Mengkaji pemasukan
makanan yang adekuat
4. Ajarkan pasien dan Libatkan
(termasuk absorbsi dan
keluarga pasien pada
perencanaan utilisasinya)
makan sesuai indikasi

4. Meningkatkan rasa
keterlibatannya;
5. Kolaborasi dengan dokter

32
untuk pemberian obat anti mual. Memberikan informasi
kepada keluarga untuk
memahami nutrisi pasien

5. Pemberian obat antimual


dapat mengurangi rasa mual
sehingga kebutuhan nutrisi
pasien tercukupi.

No Tgl Diagnosa Keperawatan Perencanaan


Tujuan Intervensi Rasional
3 18- Gangguan rasa nyaman pusing Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat pusing a. Mengindikasi kebutuhan
berhubungan dengan proses perawatan 2 x 24 jam pasien (skala, frekuensi, durasi) untuk intervensi dan juga
04-
patologis penyakit ditandai diharapkan pusing pasien tanda-tanda
2016 dengan: dapat berkurang dan perkembangan/resolusi
 Klien masih merasakan pusing menghilang dengan 2. 2. Berikan lingkungan yang komplikasi
kriteria hasil : tenang dan nyaman dan tindakan
a. Pasien mengatakan kenyamanan b. Lingkungan yang nyaman
nyerinya hilang akan membantu proses
b. Nyeri berada pada relaksasi
skala 0-3
c. Tekanan darah 120/803. 3. Berikan aktifitas hiburan yang
mmHg tepat c. Memfokuskan kembali

33
d. Suhu 36,80C-37,50C perhatian; meningkatkan
e. Respirasi 16-24 x/mnt kemampuan
f. Nadi 60-100 x/mnt untuk menanggulangi nyeri.

d. Keluarga akan membantu


4. 4. Libatkan keluarga dalam
proses penyembuhan dengan
asuhan keperawatan.
melatih
pasien relaksasi.

e. Relaksasi akan
5. 5. Ajarkan pasien teknik
memindahkan rasa pusnig ke
relaksasi
hal lain.
6.
f. Memberikan penurunan
6. Kolaborasi dengan dokter nyeri.
untuk pemberian obat analgetik

3.6 Implementasi Keperawatan

NO Tanggal Implementasi Evaluasi Nama / tanda


Jam tangan

34
1 18-04-
2016 Memberikan obat oral sumagesic 3x1
S
07.30 Ani
wib  Klien mengatakan badan masih terasa hangat
 Klien masih merasakan pusing dan nyeri
kepala
Melakukan anamnese dan pengkajian fisik pasien
S: Klien mengatakan masih merasakan mual
09.30  Klien mengatakan badan masih terasa hangat O
wib  TD : 120/ 80 mmHg
 Klien masih merasakan pusing dan nyeri kepala
 S: 37.0 °C axilla kiri,
Klien mengatakan masih merasakan mual
O  N: 76 x/ menit arteri radialis kanan irama
 TD : 120/ 80 mmHg teratur denyutan teraba kuat
 S: 37.0 °C axilla kiri,  Heat rate 78x/ menit
 N: 76 x/ menit arteri radialis kanan irama teratur  Klien terpasang infuse asering 2000 cc/jam
denyutan teraba kuat di tangan kiri
 Heat rate 78x/ menit  Klien mampu mobilisasi sendiri
 Klien terpasang infuse asering 2000 cc/jam di
tangan kiri
A : Tujuan tercapai sebagian
 Klien mampu mobilisasi sendiri P : Intervensi dilanjutkan

35
NO Tanggal Implementasi Evaluasi Nama / tanda
Jam tangan
2 19-04- Melakukan anamnese S
2016 S: Ani
 Klien mengatakan badan sudah terasa segar
08.30  Klien mengatakan badan sudah terasa segar
wib  Klien mengataka sudah tidak merasa pusing
 Klien mengataka sudah masih merasa pusing
lagi
Klien mengatakan tidak merasakan mual lagi
Klien mengatakan tidak merasakan mual
lagi
O
11.30
wib Melakukan pemeriksaan tanda vital  TD : 120/ 80 mmHg
S : klien mengatakan nafsu makan sudah
 S: 36,5 °C axilla kiri,
bertambah
O : Tanda vital TD 120/ 80mhg, HR 82x/ menit  N: 82x/ menit arteri radialis kanan irama
S: 36,5 °C, RR 18x/ menit,
teratur denyutan teraba kuat
13.00  Klien terpasang infuse asering 2000 cc/jam
wib  Klien mampu mobilisasi sendiri
Memberikan obat oral sumagesic 3x1

A : Tujuan tercapai sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

36
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
DHF merupakan penyakit yang sering terjadi dan disebabkan oleh virus dengue. Virus
dengue mempunyai beberapa tipe yang dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak.
Menurut WHO ada 4 derajat DHF yang terdiri dari derajat 1,derajat 2,derajat 3, dan derajat 4
dengan klasifikasinya masing-masing.

DHF harus segera ditangani sebab apabila penanganannya terlambat dapat menyebabkan
komplikasi yang berlanjut dan juga kematian mendadak.

4.2 Saran
 Untuk penderita DHF harus meningkatkan asupan makan, mengikuti pengobatan
dengan benar.
 Untuk pembaca:
 Sanitasi lingkungan harus selalu terjaga
 Terapkan prinsip 3M dalam setiap rumah yaitu mencuci, menguras,dan
mengubur.
 Banyak melakukan aktifitas olahraga agar tubuh tetap sehat
 Mengkonsumsi makanan yang bergizi

37
DAFTAR PUSTAKA

Mph, Widoyono. 2008. Penyakit tropis: Epidemiologi,Penularan,Pencegahan dan


Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga

Aziz Alimul.H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Arif, Mansjoer, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. FKUI, Jakarta: Medica
Aesculpalus

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-iinhidayat-6183-2-babiir-i.pdf

http://eprints.ums.ac.id/16724/2/BAB_I.pdf

38
39

Anda mungkin juga menyukai