HUKUM PERTANAHAN
Kelompok II
Muhammad Abdi : 170101040109
Agus Biadi : 170101041011
Pada prinsipnya yang dapat mempunyai hak guna bangunan ialah warga Negara
Indonesia dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia, serta berkedudukan di
Indonesia pula.[3] Hal tersebut seperti yang diatur dalam Pasal 36 ayat (1) UUPA jo Pasal 19
Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 yang menentukan bahwa yang dapat mempunyai
hak guna bangunan adalah:
2) badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia
Berdasarkan ketentuan di atas bahwa yang dapat menjadi subjek hak guna bangunan
adalah warga negara Indonesia dan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia. Dalam hal badan hukum asing ingin memiliki hak guna
bagunan maka dua unsur, yakni didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia, harus ada. Jadi hanya Warga Negara Indonesia saja yang dapat mempunyai hak guna
bangunan ini, dan di sini terlihat bahwa prinsip nasionalitas tetap dipertahankan, sehingga orang
yang bukan warga negara Indonesia hanya dapat mempunyai hak seperti yang ditentukan pada
huruf b pasal di atas yaitu badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia
3. Hak Pengelolaan
Berdasarkan Pasal 67 Permenag No. 9/1999, HPL dapat diberikan kepada pihak-pihak sebagai
berikut:
a. instansi pemerintah termasuk Pemerintah Daerah;
b. Badan Usaha Milik Negara
c. Badan Usaha Milik Daerah
d. PT. Persero
e. Badan Otorita
f. badan-badan hukum Pemerintah lainnya yang ditunjuk Pemerintah.
3. Hak Pengelolaan
HPL dapat terjadi karena 2 (dua) hal, yaitu:
1. Konversi hak penguasaan sebagaimana dimaksud dalam Permenag No.9/1965.
2. Pemberian hak atas tanah berasal dari tanah negara yang diberikan melalui permohonan, sebagaimana
diatur dalam Permenag No.9/1999.
D. Hak dan Kewajiban Hak Pakai, Hak Guna Bangunan, Hak Pengelolaan
1. Hak Pakai
Menurut ketentuan Pasal 52 PP 40/1996 tentang hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak
pakai atas tanah , hak dari pemegang hak pakai adalah:
a. Pemegang hak pakai berhak menguasai dan mempergunakan tanah yang diberikan dengan hak
pakai selama waktu tertentu untuk keperluan pribadi atau usahanya serta untuk memindahkan hak
tersebut kepada pihak lain dan membebaninya, atau selama digunakan untuk keperluan tertentu.
Pasal 50 PP 40/1996 tentang hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah mengatur
kewajiban pemegang hak pakai adalah sebagai berikut
a. Membayar uang pemasukan yang jumlah dan cara pembayarannya ditetapkan dalam keputusan
pemberian haknya, perjanjian penggunaan tanah hak pengelolaan atau dalam perjanjian pemberian hak
pakai atas tanah hak milik;
b. Menggunakan tanah sesuai dengan peruntukannya dan persyaratan sebagaimana ditetapkan
dalamkeputusan pemberiannya, atau perjanjian penggunaan tanah hak pengelolaan atau perjanjian
pemberian hak pakai atas tanah hak milik;
c. Memelihara dengan baik tanah dan bangunan yang ada di atasnya serta menjaga kelestarian lingkungan
hidup;
d. Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan hak pakai kepada negara, pemegang hak
pengelolaan atau pemegang hak milik sesudah hak pakai tersebut hapus;
e. Menyerahkan sertipikat hak pakai yang telah hapus kepada Kepala Kantor Pertanahan.
f. Pasal 51 PP40/1996 menentukan kewajiban tambahan bagi pemegang hak yang tanahnya mengurung
atau menutup pekarangan atau bidang tanah lain dari lalu lintas umum atau jalan air juga wajib
memberikan jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain bagi pekarangan atau bidang tanah yang
terkurung tersebut.
3. Hak Pengelolaan
Diatur bahwa Hak Pengelolaan ini mengandung kewenangan kepada pemegang haknya untuk :
1. Merencanakan peruntukan dan pengguanaan tanah tersebut.
2. Menggunakan tanah itu untuk kepentingan sendiri.
3. Menyerahkan bagian-bagian dari tanah itu kepada pihak ketiga dengan hak pakai yang berjangka waktu
enam (6) tahun.
Jangka Waktu Hak Pakai, Hak Guna Usaha dan Hak Pengelolaan
1. Hak Pakai
Hak pakai atas tanah hak milik diberikan untuk jangka waktu paling lama dua puluh lima tahun dan
tidak dapat diperpanjang. Setelah hak pakai berakhir, hak pakai dapat diperbaharui atas kesepakatan
pemegang hak pakai dan pemegang hak milik melalui pemberian hak pakai baru dengan akta yang dibuat
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah. Setiap perpanjangan dan pembaharuan hak pakai wajib didaftarkan di
buku tanah pada Kantor Pertanahan.
2. Hak Guna Bangunan
Hak guna usaha diberikan untuk pertama kalinya paling lama 35 tahun dan dapat diperpanjang paling
lama 25 tahun. Setelah jangka waktu dan perpanjangannya berakhir, kepada pemegang hak dapat
diberikan pembaruan hak di atas tanah yang sama (Pasal 8 PP 40/1996 juncto Pasal 29 UUPA).
3. Hak Pengelolaan
Tidak mempunyai jangka waktu kepemilikan sehingga jangka waktu HPL tidak terbatas.
“Orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna bangunan dan tidak lagi memenuhi
syarat-syarat yang tersebut dalam ayat 1 pasal ini dalam jangka waktu 1 tahun wajib melepaskan
atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat. Ketentuan ini berlaku juga
terhadap pihak yang memperoleh hak guna bangunan, jika ia tidak memenuhi syarat-syarat
tersebut. Jika hak guna bangunan yang bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan dalam
jangka waktu tersebut, maka hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan, bahwa hak-hak
pihak lain akan diindahkan, menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah”
Berdasarkan ketentuan di atas bahwa orang atau badan hukum yang tidak memenuhi syarat
sebagai subjek hak guna bangunan wajib melepaskan atau mengalihkan hak guna bangunan yang
dikuasainya kepada pihak lain dalam jangka waktu satu tahun dan ketentuan ini berlaku pula
bagi pihak yang menerima hak guna bangunan. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka hak guna
bangunan tersebut akan hapus karena hukum. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hak guna
bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Peralihan hak guna bangunan wajib didaftarkan seperti yang ditentukan dalam Pasal 38 ayat (1)
UUPA yang menentukan bahwa:
“Hak guna bangunan, termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan
hapusnya hak tersebut harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam
Pasal 19”
Berdasarkan ketentuan tersebut bahwa setiap pemberian, peralihan dan hapusnya hak guna
bangunan wajib didaftarkan menurut Pasal 19.
Peralihan hak guna bangunan diatur lebih lanjut dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 40
Tahun 1996. Hak guna bangunan dapat beralih dan dialihkan. Hal tersebut ditentukan dalam
Pasal 34 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 yang menentukan bahwa hak
guna bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Peralihan hak guna bangunan dapat terjadi karena beberapa hal. Hal ini diatur dalam Pasal 34
ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, yang menentukan bahwa:
1. Jual-beli;
2. Tukar-menukar;
3. Penyertaan modal;
4. Hibah;
5. Pewarisan.”
Kemudian apabila terjadi peralihan hak guna bangunan maka peralihan tersebut wajib
didaftarkan di Kantor Pertanahan agar peralihan tersebut sah. Mengenai hal tersebut secara tegas
diatur dalam Pasal 34 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 yang menentukan
bahwa peralihan hak guna bangunan sebagimana yang diatur dalam ayat (1) harus didaftarkan
pada Kantor Pertanahan.
3. Hak Pengelolaan
Hak pengelolaan tidak dapat diberikan kepada perseorangan baik warga negar Indonesia maupun
Negara asing. Hak pengelolaan hanya dapat diberikan kepada badan hukum tertentu. Hanya badan hukum
yang mempunyai tugas dan fungsinya berkaitan dengan pengelolaan tanah yang dapat diberikan hak
pengelolaan.
Pasal 40 UUPA jo Pasal 35 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 mengatur
mengenai hapusnya hak guna bangunan. Hak guna bangunan hapus karena:
2) Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang hak pengelolaan atau pemegang hak
milik sebelum jangka waktunya berakhir, karena:
(c) Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
3) Dilepaskan secara sukarela oleh pemengan haknya sebelum jangka waktu berakhir;
5) Ditelantarkan;
6) Tanahnya musnah;
7) Ketentuan dalam Pasal 36 ayat (2) UUPA dan Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
40 Tahun 1996 menentukan bahwa orang atau badan hukum yang mempunyai hak guna
bangunan dan tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam Pasal 36 ayat (1)
UUPA dan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 dalam jangka waktu satu tahun
wajib melepaskan hak guna bangunan tersebut;
Dengan hapusnya hak guna bangunan maka tanah tersebut akan menjadi tanah Negara, jika hak
guna bangunan tersebut diberikan di atas tanah Negara. Jika yang memberikan hak guna
bangunan tersebut adalah pemegang hak milik maka kembali kepada penguasaan penuh dari
pemegang hak milik atas tanah tersebut atau dengan kata lain hak miliknya menjadi penuh
kembali.
3. Hak Pengelolaan
Hapusnya hak pengelolaan
1. Karena dilepaskan oleh pemegang haknya.
4. Karena berakhir jangka waktunya (kalau pemberian haknya diberikan untuk jangka waktu tertentu).