A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Roemani Semarang pada tanggal 1 Maret
2014 sampai dengan 31 Maret 2014 di ruang Ayub 1 (Ustman), Ayub 2, Ayub 3,
Ismail 1, dan Ismail 2. Jumlah sampel yang dalam penelitian ini adalah 22
responden, tetapi di kurun waktu yang sudah ditentukan untuk pengambilan
sampel peneliti mendapatkan sebanyak 25 responden, sehingga dalam penelitian
ini menggunakan sampel sejumlah 25 responden. Seluruh sampel telah dilakukan
pemeriksaan tanda – tanda vital, pemeriksaan laborat, pemeriksaan fisik,
observasi, dan wawancara sesuai dengan instrumen penelitian yang sudah
dipersiapkan sebelumnya. Sampel juga sudah sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi yang sudah ditentukan. Hasil dari penelitian ini, adalah :
1. Diskripsi karakteristik pasien DHF di Rumah SakitRoemani Semarang
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Diskripsi karakteristik pasien DHF berdasarkan jenis kelamin
di Rumah Sakit Roemani Semarang, Maret 2014 (n=25)
Variabel f %
Laki-laki 14 56,0
Perempuan 11 44,0
Jumlah 25 100,0
32
b. Umur
Tabel 4.2
Diskripsi karakteristik pasien DHF berdasarkan umur (tahun)
di Rumah Sakit Roemani Semarang, Maret 2014 (n=25)
c. Pendidikan
Tabel 4.3
Diskripsi karakteristik pasien DHF berdasarkan pendidikan
di Rumah Sakit Roemani Semarang, Maret 2014 (n=25)
s f %
SMP 7 28,0
SMA 10 40,0
Diploma 1 4,0
Sarjana 7 28,0
Total 25 100,0
33
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden masuk rumah sakit rata – rata
setelah merasakan gejala selama 3 atau 4 hari.
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa tekanan darah responden rata – rata
stabil tidak mengalami banyak perubahan, dengan tekanan sistolik
terendah terjadi pada hari pertama yaitu 90 mmHg dan tertinggi terjadi
pada hari pertama dan ketiga yaitu 132 mmHg. Tekanan diastolik
terendah terjadi pada hari pertama dan kedua yaitu 60 mmHg dan
tertinggi pada hari ketiga yaitu 84 mmHg.
34
2) Frekuensi nadi
Tabel 4.6
Diskripsi karakteristik pasien DHF berdasarkan frekuensi nadi
(kali/menit) di Rumah Sakit Roemani Semarang, Maret 2014 (n=25)
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat rata – rata frekuensi nadi responden
tidak berbeda jauh dari hari pertama sampai hari ketiga. Frekuensi nadi
tertinggi terjadi pada hari kedua dengan nilai terendah 78 kali/menit dan
tertinggi 102 kali/menit.
3) Frekuensi pernapasan
Tabel 4.7
Diskripsi karakteristik pasien DHF berdasarkan frekuensi pernapasan
(kali/menit) di Rumah Sakit Roemani Semarang, Maret 2014 (n=25)
35
13) Suhu badan
Tabel 4.8
Diskripsi karakteristik pasien DHF berdasarkan suhu badan (0C)
di Rumah Sakit Roemani Semarang, Maret 2014 (n=25)
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat suhu badan dihari pertama sampai
hari ketiga mengalami penurunan sampai dengan normal. Suhu badan
tertinggi terjadi pada hari pertama yaitu 40.50C, sedangkan suhu
terendah terjadi pada hari ketiga yaitu 36.20C.
g. Hasil Laborat
1) Nilai IgM
Tabel 4.9
Diskripsi karakteristik pasien DHF berdasarkan hasil pemeriksaan IgM
di Rumah Sakit Roemani Semarang, Maret 2014 (n=25)
Variabel f %
Positif 15 60.0
Standar DKK 10 40.0
Total 25 100.0
36
2) Hemoglobin
Tabel 4.10
Diskripsi karakteristik pasien DHF berdasarkan hasil pemeriksaan
hemoglobin (gr/dl) di Rumah Sakit Roemani Semarang, Maret 2014
(n=25)
3) Haematokrit
Tabel 4.11
Diskripsi karakteristik pasien DHF berdasarkan hasil pemeriksaan
hematokrit (%) di Rumah Sakit Roemani Semarang, Maret 2014 (n=25)
37
4) Trombosit
Tabel 4.12
Diskripsi karakteristik pasien DHF berdasarkan hasil pemeriksaan
trombosit (/mm3) di Rumah Sakit Roemani Semarang,
Maret 2014 (n=25)
38
i. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
j. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (nyeri, mual).
k. Diare berhubungan dengan proses fisiologi (proses infeksi).
39
diagnosa tersebut frekuensinya menurun sehingga tinggal dua diagnosa yang
proporsinya lebih dari 90 % yaitu resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kegagalan fungsi regulator (100 %) dan .resiko
perdarahan berhubungan dengan trombositopenia (100 %). Hari ketiga hanya
tinggal diagnosa resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
yang proporsinya masih tinggi yaitu 96 %.
Penelitian ini meneliti 10 diagnosa keperawatan pada pasien DHF seperti yang
tercantum dalam tabel 4.13 nomer 1 – 10. Dari 10 diagnosa tersebut ada satu
diagnosa yang tidak terumuskan yaitu diagnosa keperawatan ansietas
berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan. Seluruh pasien yang
menjadi responden tidak ada yang memenuhi kriteria untuk merumuskan
diagnosa tersebut.
Selain 10 diagnosa yang diteliti, peneliti juga menemukan dua diagnosa yang
dapat dirumuskan pada pasien DHF yaitu : Insomnia berhubungan dengan
ketidaknyamanan fisik (nyeri, mual). Insomnia adalah suatu kondisi yang
menyebabkan gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang ditandai
dengan pasien menyatakan sulit tidur, pasien menyatakan dan tampak kurang
bergairah, dengan kriteria mayor pasien menyatakan sulit tidur. Hari pertama
ada 40 % responden yang mengalami masalah insomnia.
40
Diagnosa kedua yaitu diare berhubungan dengan proses fisiologi (proses
infeksi). Diare adalah suatu kondisi berupa BAB cair atau tak berbentuk dan
frekuensinya sering, ditandai dengan feses lunak atau cair dan frekuensi lebih
dari tiga kali sehari, nyeri abdomen, mual / muntah, dengan kriteria mayor
feses lunak / cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Hari pertama ada 20
% responden yang mengalami, namun menurun dihari kedua dan ketiga.
41
c. Mual berhubungan dengan iritasi lambung.
d. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
faktor biologis.
e. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (viremia).
42
h. Nyeri akut berhubungan dengan proses biologis.
i. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
j. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (nyeri, mual,
batuk).
k. Diare berhubungan dengan proses fisiologi (proses infeksi).
Jadi, diagnosa yang perlu ditambahkan dalam SAK yang ada di Rumah Sakit
Roemani, yaitu :
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan fungsi
regulator.
b. Mual berhubungan dengan iritasi lambung.
c. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan defisiensi
volume cairan, gangguan mekanisme regulasi, muntah.
d. Nyeri akut berhubungan dengan proses biologis.
e. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
f. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik (nyeri, mual,
batuk).
g. Diare berhubungan dengan proses fisiologi (proses infeksi).
B. Pembahasan
Bagian pembahasan akan menjelaskan makna hasil dari penelitian ini yang
dikaitkan dengan tujuan penelitian yaitu mendiskripsikan karakteristik pasien
DHF di Rumah Sakit Roemani Semarang, mendiskripsikan diagnosa
keperawatan pasien DHF pada hari pertama sampai hari ke tiga di Rumah Sakit
Roemani Semarang, mendiskripsikan lima diagnosa keperawatan yang banyak
dialami pasien DHF di Rumah Sakit Roemani Semarang, dan mendiskripsikan
diagnosa keperawatan yang perlu ditambahkan dalam SAK di Rumah Sakit
Roemani Semarang. Selain itu, penelitian dalam pembahasan ini akan
disampaikan keterbatasan dari penelitian ini. Pembahasan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
43
1. Interpretasi dan diskusi hasil
a. Karakteristik responden
Hasil penelitian menunjukkan diagnosa keperawatan yang muncul pada
penderita DHF sesuai dengan manifestasi klinis yang ada pada pasien
DHF, namun perbedaan karakteristik responden menentukan dalam
perumusan diagnosa keperawatan. Dilihat dari karakteristik umur
responden yang rata-rata 25 tahun dengan umur tertinggi 62 tahun dan
terendah 13 tahun. Perbedaan Umur mempengaruhi dalam perumusan
diagnosa keperawatan seperti masalah nyeri. Pada orang tua rata- rata
mengatakan tidak ada nyeri yang sangat terutama pada ulu hati, tetapi pada
usia anak rata – rata responden mengatakan nyeri sehingga menyebabkan
responden tidak mau makan minum dan mempengaruhi masalah nutrisi.
44
mempengaruhi dalam perumusan diagnosa keperawatan terutama
hipertermi.
45
pasien DHF menunjukkan adanya masalah pada pasien. Penurunan tekanan
darah merupakan salah satu gejala terjadinya kekurangan volume cairan
dan syok (Mansjoer, 2005). Sedangkan, peningkatan tekanan darah diatas
normal merupakan salah satu tanda pasien mengalami masalah nyeri yang
hebat dan gelisah (Nanda, 2011).
46
pada masa inkubasi virus dengue. Jadi, hampir bisa dipastikan bahwa pada
pasien DHF akan ditemukan diagnosa keperawatan hipertermi dengan suhu
tertinggi bisa sampai 400C atau bahkan lebih. Masalah hipertermi dalam
penelitian ini tidak ditemukan pada beberapa responden karena pada saat
responden masuk Rumah Sakit Roemani pasien tersebut sudah melewati
fase demam atau lebih dari empat hari sehingga masalah hipertermi sudah
tidak ada lagi.
47
melebihi 15 % - 20 % dari tiga kalinya kadar hemoglobin menandakan
pasien mengalami kekurangan cairan dan syok hipovolemik pada pasien
DHF (Setiati & Soemantri, 2009). Hasil penelitian ini tidak ada responden
yang mengalami hal tersebut.
48
b. Diskripsi diagnosa keperawatan pasien DHF pada hari pertama sampai hari
ketiga dirawat di rumah sakit.
Diagnosa keperawatan pada penelitian ini dirumuskan berdasarkan
manifestasi klinis dan juga hasil laborat yang terjadi pada responden.
Diagnosa ini dirumuskan berdasarkan NANDA (2011). Hasil penelitian
didapatkan 11 diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan. Diagnosa –
diagnosa ini bisa dirumuskan apabila telah memenuhi kriteria mayor
Carpenito, (2012).
49
(Carpenito, 2011). Hasil penelitian hari pertama dan kedua 100 %
responden beresiko mengalami kekurangan volume cairan, sedangkan hari
ketiga menurun menjadi 96 %. Resiko kekurangan volume cairan adalah
suatu kondisi yang berisiko mengalami kekurangan cairan dalam tubuh
karena kurangnya intake cairan dan tingginya output cairan.
Trombositopeni salah satu faktor yang menunjukkan bahwa pasien
beresiko kekurangan cairan karena dengan adanya trombositopeni berarti
sudah terjadi proses permiabilitas pembuluh darah dan beresiko terjadi
kebocoran lebih lanjut apabila tidak ditangani dengan baik. Kurangnya
asupan oral juga merupakan faktor resiko karena dengan proses penyakit
(demam, perembesan plasma), pasien DHF sangat membutuhkan banyak
cairan. Faktor resiko yang lain adalah muntah dan diare. Muntah dan diare
menyebabkan ketidakseimbangan antara intake dan output, dimana
pengeluaran cairan akan lebih banyak dari pemasukannya sehingga akan
mengakibatkan kegagalan dalam proses regulasi. Dari hasil penelitian di
atas menunjukkan bahwa semua pasien DHF beresiko untuk terjadi
kekurangan volume cairan.
50
sebagian besar responden dalam penelitian ini tidak diperiksa kadar
elektrolitnya.
51
terlihat pucat karena pasien kekurangan energi karena tidak adanya
metabolisme. Peningkatan asam lambung menyebabkan peningkatan saliva
didalam mulut dan peningkatan saliva akan memdorong pasien untuk
menelan saliva sehingga pasien akan melakukan proses menelan yang lebih
banyak dari biasanya, selain itu asam lambung yang refluk akan
menyebabkan pasien merasakan pahit di mulut.
Diagnosa ketujuh hasil dari penelitian ini yaitu nyeri akut berhubungan
dengan proses biologis, ditandai dengan pasien mengatakan nyeri,
peningkatan tekanan darah dari biasanya, peningkatan frekuensi nadi dari
biasanya, peningkatan frekuensi pernapasan dari biasanya, gelisah, wajah
52
menunjukkan nyeri, sikap melindungi area nyeri, fokus menyempit,
perubahan posisi untuk menghindari nyeri, dan ada gangguan tidur,
dengan kriteria mayor pasien mengatakan nyeri (skala), perubahan tekanan
darah / nadi, gelisah, perubahan frekuensi pernapasan, wajah menunjukkan
nyeri, gerakan tubuh berhati - hati. Hasil penelitian hari pertama dan kedua
sebesar 44 %, dan hari ketiga menurun menjadi 36 %. Nyeri adalah suatu
kondisi yang muncul berupa rasa sakit pada pasien DHF karena adanya
serangan pada setiap bagian tubuh karena proses infeksi. Nyeri sering
terjadi pada nyeri kepala, nyeri pada tulang, otot, dan sendi, nyeri ulu hati,
dan pegal – pegal hampir diseluruh tubuh. Nyeri abdomen biasanya karena
terjadinya hepatomegali (Soegiyanto, 2006). Pasien DHF tidak semuanya
mengalami nyeri, hal ini dikarenakan berat ringannya infeksi dan juga daya
tahan tubuh pasien. Nyeri akan hilang setelah semua sistem tubuh sudah
mengalami perbaikan.
53
sehingga masalah ansietas diabaikan. Diagnosa kesembilan menjadi
gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ditandai
dengan tekanan darah abnormal terhadap aktivitas, frekuensi nadi abnormal
terhadap aktivitas, mengatakan pegal–pegal setelah beraktivitas,
mengatakan sakit setelah beraktivitas, mengatakan letih setelah
beraktivitas, mengatakan lemah setelah aktivitas, sesak setelah beraktivitas,
dengan kriteria mayor dispnea, nadi meningkat dan lemah, tekanan darah
diastolik meningkat > 15mmHg setelah pasien beraktifitas. Hasil penelitian
hari pertama sebanyak 72 % dan membaik dihari kedua 48 % dan hari
ketiga 24 %. Gangguan aktivitas adalah suatu kondisi yang menunjukkan
keterbatasan dalam menyelesaikan aktivitas sehari-hari, yang disebabkan
adanya kelemahan tubuh karena adanya masalah kekurangan volume
cairan, masalah ketidakseimbangan nutrisi serta adanya serangan pada
sistem tubuh sehingga timbul nyeri. Peningkatan pada tekanan darah, nadi
dan dispneu karena terjadinya peningkatan kerja jantung.
54
Diagnosa kesebelas yaitu diare berhubungan dengan proses fisiologi
(proses infeksi). Diare adalah suatu kondisi berupa BAB cair atau tak
berbentuk dan frekuensinya sering, ditandai dengan feses lunak atau cair
dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari (mayor), nyeri abdomen (minor),
mual/muntah (minor). Diagnosa bisa dirumuskan bila ada kriteria mayor.
Hasil penelitian hari pertama (20 %) dan membaik dihari kedua (16 %) dan
ketiga (4 %). Masalah diare terjadi karena serangan infeksi pada saluran
pencernaan. Diare tidak dialami pada semua responden, karena gangguan
saluran pencernaan pada pasien DHF tidak hanya menimbulkan diare saja
tetapi juga konstipasi, tetapi hal ini jarang juga terjadi pada pasien
(Mansjoer, 2005).
55
pertama ada mual dan muntah. Hal ini mempengaruhi proporsi hasil
penelitian dan mempengaruhi pada posisi lima besar.
56
penelitian ini responden yang mengalami mual belum tentu mengalami
masalah kekurangan nutrisi, tetapi pasien DHF yang mengalami
kekurangan nutrisi pasti mengalami mual. Anoreksia yang terjadi pada
pasien DHF pada masa inkubasi menyebabkan diagnosa ini masuk dalam
lima besar.
57
dalam SAK akan dilengkapi dengan etiologi dan juga batasan
karakteristiknya (symtom).
Hasil penelitian ada tujuh diagnosa yang perlu ditambahkan dalam SAK
yang ada di Rumah Sakit Roemani lengkap dengan batasan karakteristik
dari masing – masing diagnosa, tetapi dalam pembahasan ini akan
disampaikan dalam bentuk problem dan etiologi saja selengkapnya akan
ditampilkan dalam lampiran. Diagnosa pertama adalah resiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kegagalan fungsi regulator, muntah,
kurang intake cairan, diare, dan trombositopeni. Diagnosa ini perlu
ditambahkan untuk mencegah pasien DHF tidak jatuh ke dalam kondisi
kekurangan cairan karena pada pasien DHF akan mengalami mual,
muntah, anoreksia, diare, dan trombositopeni (Mansjoer, 2005).
Manifestasi tersebut sangat beresiko untuk terjadi kekurangan cairan.
58
Diagnosa keempat yaitu nyeri akut berhubungan dengan proses biologis.
Diagnosa ini perlu ditambahkan karena dalam masa inkubasi pasien DHF,
pasien akan merasakan nyeri disebagian anggota tubuh seperti sakit
kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu
hati, pegal-pegal pada saluran tubuh (Mansjoer, 2005). Nyeri ini akan
sangat mengganggu pada pasien dan akan mempengaruhi system yang
lain, karena nyeri akan mengurangi selera makan, meningkatkan tekanan
darah, meningkatkan frekuensi jantung, meningkatkan frekuensi
pernapasan, menimbulkan perilaku distraksi, dan nyeri yang hebat bisa
menimbulkan syok neurogenik dan juga gangguan tidur / insomnia
(NANDA, 2011).
59
Diagnosa ketujuh yaitu diare berhubungan dengan proses fisiologi (proses
infeksi). Diagnosa ini perlu ditambahkan karena diare akan membawa
dampak lain seperti output yang berlebihan, mual / muntah, dan nyeri
perut, sehingga akan menimbulkan masalah baru yaitu resiko kekurangan
volume cairan, mual, dan nyeri akut (NANDA, 2011).
2. Keterbatasan penelitian
a. Pengambilan data dilakukan hanya satu kali dalam sehari, sehingga
peneliti tidak bisa mengikuti pada saat kondisi pasien ada perubahan atau
renjatan di luar jam penelitian.
b. Sampel penelitian dilakukan pada responden dengan karakteristik yang
berbeda, sehingga manifestasi klinis yang timbul berbeda. Hal ini
mempengaruhi dalam perumusan diagnosa keperawatan.
c. Responden dalam penelitian ini tidak semuanya diperiksa IgM Dengue,
sehingga kepastian untuk diagnosa medis belum sepenuhnya bisa
ditegakkan.
60