Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“PEMBERANTASAN KORUPSI”
Diajukan untuk Memenuhi salah satu Tugas
Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi
Dosen : Idah Paridah, M.Pd.I.

Disusun Oleh :

Aceng Kosim 2018110001


Adah Halimatusa’adah 2018110002
Aulia Miftahul Huda 2018110018
Erna Sabrina 2018110030
Nisa Siti Khadizah 2018110056
Salsavira 2018110074

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YAPATA AL-JAWAMI BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi dengan judul
“Pemberantasan Korupsi”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak.Terakhir kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Bandung, 01 April 2019

Penulis

i|PEMBERANTASAN KORUPSI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…….…………........................................................................................i
DAFTAR ISI…………………………………...……...............................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pemberantasan Korupsi..................................................................................3
2.2 Strategi Pemberantasan Korupsi.................................................................................4
2.3 Upaya Pencegahan Pada Level Personal Atau Individu.............................................6
2.4 Upaya Pencegahan Pada Level Organisasi.................................................................7
2.5 Peran Dan Kedudukan Lembaga Anti Korupsi...........................................................9
2.6 Pencegahan Korupsi Disektor Publik........................................................................10
2.7 Pencegahan Sosial Dan Pemberdayaan Masyarakat.................................................11
2.8 Pembuatan Instrument Hukum..................................................................................12
2.9 Mentoring Dan Evaluasi............................................................................................13
2.10 Upaya Penindakan.....................................................................................................13
2.11 Organisasi Internasional Anti Korupsi......................................................................13
2.12 Lembaga Swadaya Anti Korupsi Internasional.........................................................16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………................................................................................................18
3.2 Saran……..…………................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………...……..............................................19

ii | P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah korupsi di Indonesia pada mulanya hanya terkandung dalam khazanah
perbincangan umum untuk menunjukkan penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan
pejabat-pejabat Negara. Namun karena penyakit tersebut sudah mewabah dan terus
meningkat dari tahun ke tahun bak jamur di musim hujan, maka banyak orang memandang
bahwa masalah ini bisa merongrong kelancaran tugas-tugas pemerintah dan merugikan
ekonomi Negara.
Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan memberikan
sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling menyedihkan adalah sikap
rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh be-berapa
oknum pejabat lokal, maupun nasional.
Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan de-
monstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan “derita rakyat”.
Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk bertindak tegas kepada para korup-tor.
Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas
terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin
berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerin-tahan secara
menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata.
Persoalan korupsi di Negara Indonesia terbilang kronis, bukan hanya membudaya tetapi
sudah membudidaya. Pengalaman pemberantasan korupsi di Indonesia menunjukkan bahwa
kegagalan demi kegagalan lebih sering terjadi terutama terhadap pengadilan koruptor kelas
kakap dibanding koruptor kelas teri.
Beragam lembaga, produk hukum, reformasi birokrasi, dan sinkronisasi telah dilakukan,
akan tetapi hal itu belum juga dapat menggeser kasta pemberantasan korupsi. Seandainya saja
kita sadar, pemberantasan korupsi meski sudah pada tahun keenam perayaan hari antikorupsi
ternyata masih jalan ditempat dan berkutat pada tingkat “kuantitas”. Keberadaan lembaga-
lembaga yang mengurus korupsi belum memiliki dampak yang menakutkan bagi para
koruptor, bahkan hal tersebut turut disempurnakan dengan pemihakan-pemihakan yang tidak
jelas.
Dalam masyarakat yang tingkat korupsinya seperti Indonesia, hukuman yang setengah-
setengah sudah tidak mempan lagi. Mulainya dari mana juga merupakan masalah besar,
karena boleh dikatakan semuanya sudah terjangkit penyakit birokrasi. Hal ini tentu saja
1|PEMBERANTASAN KORUPSI
sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat
yang terbukti melekukan tindak korupsi. Maka dari itu, di sini kami akan membahas tentang
korupsi di Indonesia dan upaya untuk memberantasnya

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa Konsep Pemberantasan Korupsi?
2. Apa Saja Strategi Dan Upaya Pencegahan Pemberantasan Korupsi?
3. Bagaimana Peran Dan Kedudukan Lembaga Anti Korupsi?
4. Bagaimana Pencegahan Korupsi Disektor Publik, Pencegahan Sosial Dan
Pemberdayaan Masyarakat?
5. Bagaimana Pembuatan Instrument Hukum?
6. Apa Saja Yang Terdapat dalam Mentoring Dan Evaluasi Pemberantasan Korupsi?
7. Upaya Dan Penindakan Apakah Yang Harus Dilakukan?
8. Apa Saja Organisasi Internasional Anti Korupsi?
9. Ada Berapa Lembaga Swadaya Anti Korupsi Internasional?

2|PEMBERANTASAN KORUPSI
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pemberantasan Korupsi


Korupsi, sebuah istilah yang sudah menjadi bahan perbincangan setiap hari di kalangan
masyarakat.Selain maraknya kasus korupsi di berbagai elemen khususnya terjadi di elite-elite
pemeintahan kita, kasus korupsi ini juga belum menemukan penanganan tepat.Lembaga
yudikatif yang ada sampai dibentuknya komisi khusus seperti KPK ternyata belum bisa
menghasilkan efek jera dari sisi hukumannya.Terkadang muncul anggapan bahwa korupsi ini
semacam karakter seseorang yang serakah sehingga perlu penghukuman sesuai dan
setimpal.Padahal jika membicarakan korupsi khususnya pada pejabat pemerintahan banyak
hal yang sebenarnya kurang disadari dan dianggap lumrah. Gratifikasi, uang pelicin,
pungutan liar, diskon karena pejabat, dan lain sebagainya itu bisa digolongkan dalam korupsi
jika ada ketidakwajaran. Coba saja tengok pasal demi pasal pada Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kembali pada permasalahan memberikan hukuman dan efek jera, hukuman mati apakah
diperlukan?Banyak yang berpendapat bahwa sangat diperlukan termasuk apabila melihat
korupsi itu sebagai kejahatan kemanusiaan. Kejahatan kemanusiaan atau kejahatan luar biasa
bilamana korupsi itu dengan sengaja memiskinkan masyarakat, menggasak dana bantuan,
atau memanfaatkan penderitaan. Apalagi kalau si pelaku memang tergolong memiliki watak
kerakusan dan keserakahan maka hukuman mati itu pantas saja.Sementara jikalau hukuman
mati ada kita terlebih dahulu perlu memperhatikan sistem peradilan yang ada.Sistem
peradilan dari hakim, jaksa, dan termasuk pasal-pasal hukum yang jelas harus dibenahi.Paling
mengkhawatirkan ketika peradilannya saja juga korup, betapa bahayanya hukuman mati bisa
menimpa orang yang sejatinya tidak bersalah melainkan hanya dikambinghitamkan.
Berkaitan dengan konsep 3B sebenarnya merujuk pada point kedua yaitu “buang”.Bui dan
bunuh sudah banyak diusulkan dan diperbincangkan tetapi rasanya buang atau pengasingan
ini belum pernah terumuskan.Ide-ide seperti memiskinkan koruptor, mempermalukan
koruptor beserta keluarganya seakan kurang efektif menimbulkan efek jera. Berkaca pada
sistem buang di era yang lampau bisa memperbaiki diri seseorang maka mungkin saja
koruptor juga akan berubah setelah mengalami masa pengasingan. Diasingkan dalam artian
ditempatkan pada suatu wilayah tanpa sepengetahuan kerabat dan tanpa alat komunikasi
dalam bentuk apapun.Betul-betul dipisahkan dari dunianya selama ini dan dipindah-

3|PEMBERANTASAN KORUPSI
pindahkan dalam kurun waktu tertentu.Jadi, usulan hukuman mati adalah pilihan terakhir
ketika korupsi masih saja ada ketika gambaran hukuman pengasingn itu diterapkan.Rasanya
masih banyak pulau-pulau di Indonesia ini untuk mengucilkan kehidupan para koruptor itu.

2.2 Strategi Pemberantasan Korupsi


Untuk mencapai visi tersebut, maka dirancang 6 strategi yaitu:
 Pencegahan.
Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis.Praktiknya bisa berlangsung dimanapun, di
lembaga negara, lembaga privat, hingga di kehidupan sehari-hari.Melihat kondisi seperti itu,
maka pencegahan menjadi layak didudukkan sebagai strategi perdananya. Melalui strategi
pencegahan, diharapkan muncul langkah berkesinambungan yang berkontribusi bagi
perbaikan ke depan. Strategi ini merupakan jawaban atas pendekatan yang lebih terfokus
pada pendekatan represif.Paradigma dengan pendekatan represif yang berkembang karena
diyakini dapat memberikan efek jera terhadap pelaku tindak pidana korupsi
(tipikor).Sayangnya, pendekatan represif ini masih belum mampu mengurangi perilaku dan
praktik koruptif secara sistematis-massif. Keberhasilan strategi pencegahan diukur
berdasarkan peningkatan nilai Indeks Pencegahan Korupsi, yang hitungannya diperoleh dari
dua sub indikator yaitu Control of Corruption Index dan peringkat kemudahan berusaha (ease
of doing business) yang dikeluarkan oleh World Bank. Semakin tinggi angka indeks yang
diperoleh, maka diyakini strategi pencegahan korupsi berjalan semakin baik.
 Penegakan Hukum.
Masih banyak kasus korupsi yang belum tuntas, padahal animo dan ekspektasi masyarakat
sudah tersedot sedemikian rupa hingga menanti-nanti adanya penyelesaian secara adil dan
transparan.Penegakan hukum yang inkonsisten terhadap hukum positif dan prosesnya tidak
transparan, pada akhirnya, berpengaruh pada tingkat kepercayaan (trust) masyarakat terhadap
hukum dan aparaturnya.Dalam tingkat kepercayaan yang lemah, masyarakat tergiring ke arah
opini bahwa hukum tidak lagi dipercayai sebagai wadah penyelesaian konflik.Masyarakat
cenderung menyelesaikan konflik dan permasalahan mereka melalui caranya sendiri yang,
celakanya, acap berseberangan dengan hukum.Belum lagi jika ada pihak-pihak lain yang
memanfaatkan inkonsistensi penegakan hukum demi kepentingannya sendiri, keadaaan bisa
makin runyam.Absennya kepercayaan di tengah-tengah masyarakat, tak ayal, menumbuhkan
rasa tidak puas dan tidak adil terhadap lembaga hukum beserta aparaturnya. Pada suatu
tempo, manakala ada upaya-upaya perbaikan dalam rangka penegakan hukum di Indonesia,
maka hal seperti ini akan menjadi hambatan tersendiri. Untuk itu, penyelesaian kasus-kasus
4|PEMBERANTASAN KORUPSI
korupsi yang menarik perhatian masyarakat mutlak perlu dipercepat. Tingkat keberhasilan
strategi penegakan hukum ini diukur berdasarkan Indeks Penegakan Hukum Tipikor yang
diperoleh dari persentase penyelesaian setiap tahapan dalam proses penegakan hukum terkait
kasus Tipikor, mulai dari tahap penyelesaian pengaduan Tipikor hingga penyelesaian
eksekusi putusan Tipikor. Semakin tinggi angka Indeks Penegakan Hukum Tipikor, maka
diyakini strategi Penegakan Hukum berjalan semakin baik.
 Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan.
Meratifikasi UNCAC, adalah bukti konsistensi dari komitmen Pemerintah Indonesia untuk
mempercepat pemberantasan korupsi. Sebagai konsekuensinya, klausul-klausul di dalam
UNCAC harus dapat diterapkan dan mengikat sebagai ketentuan hukum di
Indonesia.Beberapa klausul ada yang merupakan hal baru, sehingga perlu diatur/diakomodasi
lebih-lanjut dalam regulasi terkait pemberantasan korupsi selain juga merevisi ketentuan di
dalam regulasi yang masih tumpang-tindih menjadi prioritas dalam strategi ini.Tingkat
keberhasilan strategi ini diukur berdasarkan persentase kesesuaian regulasi anti korupsi
Indonesia dengan klausul UNCAC. Semakin mendekati seratus persen, maka peraturan
perundang-undangan terkait pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia semakin
lengkap dan sesuai dengan common practice yang terdapat pada negara-negara lain.
 Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor.
Berkenaan dengan upaya pengembalian aset hasil tipikor, baik di dalam maupun luar negeri,
perlu diwujudkan suatu mekanisme pencegahan dan pengembalian aset secara langsung
sebagaimana ketentuan UNCAC. Peraturan perundang-undangan Indonesia belum mengatur
pelaksanaan dari putusan penyitaan (perampasan) dari negara lain, lebih-lebih terhadap
perampasan aset yang dilakukan tanpa adanya putusan pengadilan dari suatu kasus korupsi
(confiscation without a criminal conviction). Penyelamatan aset perlu didukung oleh
pengelolaan aset negara yang dilembagakan secara profesional agar kekayaan negara dari
aset hasil tipikor dapat dikembalikan kepada negara secara optimal.Keberhasilan strategi ini
diukur dari persentase pengembalian aset hasil tipikor ke kas negara berdasarkan putusan
pengadilan dan persentase tingkat keberhasilan (success rate) kerjasama internasional terkait
pelaksanaan permintaan dan penerimaan permintaan Mutual Legal Assistance (MLA) dan
Ekstradisi.Semakin tinggi pengembalian aset ke kas negara dan keberhasilan kerjasama
internasional, khususnya dibidang tipikor, maka strategi ini diyakini berjalan dengan baik.
 Pendidikan dan Budaya Antikorupsi.
Praktik-praktik korupsi yang kian masif memerlukan itikad kolaboratif dari Pemerintah
beserta segenap pemangku kepentingan.Wujudnya, bisa berupa upaya menanamkan nilai
5|PEMBERANTASAN KORUPSI
budaya integritas yang dilaksanakan secara kolektif dan sistematis, baik melalui aktivitas
pendidikan anti korupsi dan internalisasi budaya anti korupsi di lingkungan publik maupun
swasta. Dengan kesamaan cara pandang pada setiap individu di seluruh Indonesia bahwa
korupsi itu jahat, dan pada akhirnya para individu tersebut berperilaku aktif mendorong
terwujudnya tata-kepemerintahan yang bersih dari korupsi diharapkan menumbuhkan
prakarsa-prakarsa positif bagi upaya PPK pada khususnya, serta perbaikan tata-
kepemerintahan pada umumnya. Tingkat keberhasilan strategi ini diukur berdasarkan Indeks
Perilaku Antikorupsi yang ada dikalangan tata-kepemerintahan maupun individu di seluruh
Indonesia.Semakin tinggi angka indeks ini, maka diyakini nilai budaya anti korupsi semakin
terinternalisasi dan mewujud dalam perilaku nyata setiap individu untuk memerangi tipikor.
 Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Pemberantasan Korupsi.
Strategi yang mengedepankan penguatan mekanisme di internal Kementerian atau Lembaga,
swasta, dan masyarakat, tentu akan memperlancar aliran data atau informasi terkait progres
pelaksanaan ketentuan UNCAC. Konsolidasi dan publikasi Informasi di berbagai media, baik
elektronik maupun cetak, termasuk webportal PPK, akan mempermudah pengaksesan dan
pemanfaatannya dalam penyusunan kebijakan dan pengukuran kinerja PPK. Keterbukaan
dalam pelaporan kegiatan PPK akan memudahkan para pemangku kepentingan berpartisipasi
aktif mengawal segenap upaya yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga publik maupun
sektor swasta. Keberhasilannya diukur berdasarkan indeks tingkat kepuasan pemangku
kepentingan terhadap laporan PPK. Semakin tinggi tingkat kepuasan pemangku kepentingan,
maka harapannya, semua kebutuhan informasi dan pelaporan terkait proses penyusunan
kebijakan dan penilaian progres PPK dapat semakin terpenuhi.1

2.3 Upaya Pencegahan Pada Level Personal Individu


a. Membuat aturan/tata-tertib/kesepakatan/perjanjian, yang didasari akan kesadaran
bahwa seluruh organisasi mempunyai unsur manusiawi (karena anggota/individu-
individu di dalamnyaadalah manusia), sehingga berpeluang membuat kesalahan baik
secara sengaja dan maupun secara tidak sengaja.
b. Menerapkan kaidah-kaidah manajemen modern, di ataranya adalah perencanaan kerja
yang baik, sehingga mudah dimonitoring, diarahkan, diberi motivasi dan mudah

1
Sumber: Https://Makalahnih.Blogspot.Com/2014/09/6-Strategi-Pencegahan-Dan-Pemberantasan.Html.
Tanggal 30/3/2019 Waktu 22.56 Wib

6|PEMBERANTASAN KORUPSI
diawasi/dikendalikan. Sehingga semua tindakan, keputusan,kebijaksanaan dapat
dipertanggung jawabkan.
c. Menetapkan standar rekrutmen yang baik, dimana penerimaancalon penatalayanan
harus mempunyai (dilengkapi) syarat yarat yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan.Dimana kriteria tersebut adalah kriteria kepribadian yang tepat
(jeniskepribadian yang sesuai, misalnya tingkat affiliasi tinggi, needs ofachievement
tinggi, dlsb), motivasi, pengetahuan teknis, dan kejujuran moral.
d. Memperbaiki mutu lulusan sekolah-sekolah tinggi, PerguruanTinggi yang merupakan
pabrik penata-layanan, dengan menetapkan standar penerimaan yang cukup tinggi,
menetapkan
standar minimal pencapaian prestasi yang cukup menjamin kualitas, meramu
kurikulum yang memuat unsur-unsur manajemen modern, perilaku-organisasi,
sosiologi, pengetahuan hukum,guna mendapatkan lulusan yang sadar akan
keberadaannya, ditengah lingkungan masyarakat yang terus maju dengan cepat, dan
tingkat kemajemukan yang tinggi.
e. Menindak tegas seluruh pelanggaran organisasi yang bertujuan untuk mencari
keuntungan pribadi, guna mencegah timbulnya preseden buruk di kemudian hari.
Karena berdasarkan pengalaman banyak tindak korupsi yang terjadi adalah karena
meniru atau pengulangan. Menanamkan pemahaman bahwa organisasi
mempu Meningkatnya keadilan dan penegakan hukum yang tercermin dari
terciptanya sistemhukum yang adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif serta yang
memberikan perlindungandan penghormatan terhadap hak asasi manusia. .2

2.4 Upaya Pencegahan Korupsi Pada Level Organisasi


Contoh Perkara atas nama Liem Klan Yin berhubungan dengan penjualan aset tanah milik PT
Industri Sandang Nusantara (Persero) Cabang Bandung Putusan: pidana penjara 4
tahun,denda Rp. 1.000.000.000,00 subsidair 10 bulan, uang pengganti Rp24.006.438.333,00;
apabila uang tidak dibayar harta akan dista dan dilelang, apabila harta yang dilelang tidak
mencukupi penjualan aset tanah milik PT Industri Sandang Nusantara (Persero) Cabang
Bandung;Sumber: Indonesia Corruption WatchBerdasarkan kondisi dimana Indonesia tetap

2
Https://Www.Kompasiana.Com/Rickyhasibuan/55007adaa333117c6f5112fa/Bagaimana-Cara-Mencegah-
Korupsi. Tanggal 30/3/2019 Waktu 23.15 Wib

7|PEMBERANTASAN KORUPSI
dicap sebagai salah satu negara terkorupkelima di dunia tentunya ada beberapa hal yang
kurang tepat dalam pelaksanaan kebijakanatau pun kinerja dari lembaga pemberantasan
korupsi tersebut. Tidak berjalannya program- program pemberantasan korupsi di Indonesia
selama ini lebih banyak dikarenakan :
1. Dasar hukum untuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam pemberantasan korupsi
tidak kuat.
2. Program pemberantasan korupsi tidak dilakukan secara sistematis dan terintegrasi.
3. Sebagian lembaga yang dibentuk tidak punya mandat atau tidak melakukan
program pencegahan, sementara penindakan tindak pidana korupsi dilaksanakan secar
a sporadis,sehingga tidak menyurutkan pelaku korupsi lain dalam melakukan
pelanggaran yang sama.
4. Masyarakat mempunyai persepsi bahwa lembaga anti korupsi yang dibentuk
berafiliasikepada golongan/partai tertentu sehingga masyarakat tidak mempercayai
keberhasilanlembaga tersebut dalam memberantas korupsi.
5. Tidak mempunyai sistem sumber daya manusia yang baik, sistem rekrutmennya
tidaktransparan, program pendidikan dan pelatihan tidak dirancang untuk
meningkatkan profesionalisme pegawai dalam bekerja, sehingga SDM yang ada pada
lembaga tersebut tidakmemiliki kompetensi yang cukup dalam melaksanakan tugas
dalam pemberantasan korupsi.
6. Tidak didukung oleh sistem manajemen keuangan yang transparan dan
akuntabel.Sistem penggajian pegawai yang tidak memadai, mekanisme pengeluaran an
ggaran yang tidakefisien dan pengawasan penggunaan anggaran yang lemah.
7. Lembaga dimaksud menjalankan tugas dengan benar hanya pada tahun pertama dan
kedua,maka setelah itu menjadi lembaga pemberantas korupsi yang korup dan
akhirnya dibubarkan(Mochammad, 2009).Upaya pencegahan dan pemberantasan
korupsi bukanlah suatu hal yang baru dalamkebijakan pembangunan di Indonesia.
Kebijakan tersebut telah dilaksanakan pemerintahsejak masa Orde Lama. Begitu pula
pada masa Orde Baru juga telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971
tentang Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiAgenda yang terkait dengan
pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah agendamewujudkan Indonesia yang
adil dan demokratis. Dalam agenda tersebut terdapat beberapasasaran penting yang
hendak dicapai antara lain:
 Meningkatnya keadilan dan penegakan hukum yang tercermin dari terciptanya
sistemhukum yang adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif serta yang
8|PEMBERANTASAN KORUPSI
memberikan perlindungandan penghormatan terhadap hak asasi manusia;
terjaminnya konsistensi seluruh peraturan perundang-
undangan di tingkat pusat dan daerah sebagai bagian dari upaya memulihkan
kembali kepercayaan masyarakat terhadap kepastian hukum, dengan prioritas
penegakanhukum .
 Meningkatnya pelayanan birokrasi kepada masyarakat yang tercermin dari:
1. Berkurangnyasecara nyata praktek korupsi di birokrasi, dan dimulai dari
tataran(jajaran)pejabat yang paling atas
2. Terciptanya sistem pemerintahan dan birokrasi yang bersih, akuntabel,trans
paran, efisien dan berwibawa
3. Terhapusnya aturan, peraturan dan praktek. 3

2.5 Peran Dan Kedudukan Lembaga Anti Korupsi


 Peran
Peranan Dari Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Penyidikan dan Penuntutan Tindak
Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas: “melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi” (Pasal 6 huruf
c UU 30/2002). Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
terdiri atas:

a) Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang terdiri dari 5 (lima) Anggota Komisi
Pemberantasan Korupsi
b) Tim Penasihat yang terdiri dari 4 (empat) Anggota
c) Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai pelaksana tugas.4
Sebelum penyidik pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penyidikan
terhadap tindak pidana korupsi yang terjadi, terlebih dahulu penyidik harus mengetahui
mengenai terjadinya tindak pidana korupsi tersebut. Pengetahuan tentang telah terjadinya
tindak pidana korupsi dapat diketahui dari proses penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan.

3
Https://Www.Kompasiana.Com/Rickyhasibuan/55007adaa333117c6f5112fa/Bagaimana-Cara-Mencegah-
Korupsi. Tanggal 30/3/2019 Waktu 23.15 Wib
4
Lihat penjelasan Pasal 3, Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
Tanggal 30/3/2019 Waktu 23.30 Wib

9|PEMBERANTASAN KORUPSI
 Kedudukan
Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK adalah lembaga negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun. 5 Hal tersebut dinyatakan pada Pasal 3 Undang-undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Komisi
Pemberantasan Korupsi atau KPK adalah lembaga negara bantu yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun.5 Walaupun memiliki independensi dan kebebasan dalam
melaksanakan tugas dan kewenangannya, namun KPK tetap bergantung kepada cabang
kekuasaan lain dalam hal yang berkaitan dengan perangkat keanggotaannya. Dalam Pasal
30 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi menentukan bahwa pimpinan KPK yang terdiri dari satu ketua dan empat wakil
ketua, yang semuanya merangkap sebagai anggota, dipilih oleh DPR berdasarkan calon
anggota yang diusulkan oleh Presiden. KPK juga memiliki hubungan kedudukan yang
khusus dengan kekuasaan yudikatif, setidaknya untuk jangka waktu hingga dua tahun ke
depan karena Pasal 53 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengamanatkan pembentukan Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi (Tipikor) yang bertugas dan berwenang memeriksa serta memutus tindak
pidana korupsi yang penuntutannya diajukan oleh KPK. KPK sendiri dibentuk dengan
latar belakang bahwa upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang telah dilakukan
hingga sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Keberadaan lembaga negara
ada yang tercantum di dalam UUD NRI 1945 dan ada pula yang dibentuk berdasarkan
undang-undang, diantaranya KPK yang disebut sebagai lembaga negara bantu. Dengan
demikian, keberadaan lembaga KPK secara yuridis adalah sah berdasarkan konstitusi dan
secara sosiologis telah menjadi kebutuhan bangsa dan Negara Republik Indonesia.6

2.6 Pencegahan Korupsi di Sektor Publik


a. Salah satu cara mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat publik
melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum dan
sesudah menjabat. Masyarakat ikut memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah

5
Jeremy Pope, 2003, Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional, Transparency
International Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hal. 177. Tanggal 01/4/2019 Waktu 08.00 Wib
6
file:///C:/Users/S%20a%20n%20d%20r%20a%20_%202017/Downloads/10714-1-19654-1-10-20141017.pdf.
Tanggal 01/4/2019 Waktu 08.10 Wib

10 | P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I
kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan
dengan melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya ke orang lain.
b. Pengadaan barang atau kontrak pekerjaan di pemerintahan pusat dan daerah maupun
militer sebaiknya melalui lelang atau penawaran secara terbuka. Masyarakat diberi
akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil pelelangan tersebut.
c. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri dan anggota TNI-Polri
baru. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sering terjadi dalam proses rekrutmen tersebut.
Sebuat sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal perekrutan perlu
dikembangkan.
d. Sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang menitik-beratkan pada proses (process
oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented) perlu dikembangkan. Untuk
meningkatkan budaya kerja dan motivasi kerjanya, bagi pegawai negeri yang
berprestasi perlu diber insentif.7

2.7 Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat


a. Salah satu upaya memberantas korupsi adalah dengan memberi hak kepada
masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi. Perlu dibangun sistem
dimana masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi
sehubungan dengan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hajat hidup orang
banyak.
b. Isu mengenai public awareness atau kesadaran dan kepedulian publik terhadap bahaya
korupsi dan isu pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu bagian penting
upaya pemberantasan korupsi. Salah satu cara meningkatkan public awareness adalah
dengan melakukan kampanye tentang bahaya korupsi.
c. Menyediakan sarana untuk melaporkan kasus korupsi. Misalnya melalui telepon,
surat, faksimili (fax), atau internet.
d. Di beberapa negara pasal mengenai ‘fitnah’ dan ‘pencemaran nama baik’ tidak dapat
diberlakukan untuk mereka yang melaporkan kasus korupsi, dengan pemikiran bahwa
bahaya korupsi lebih besar daripada kepentingan individu.
e. Pers yang bebas adalah salah satu pilar demokrasi. Semakin banyak informasi yang
diterima masyarakat, semakin paham mereka akan bahaya korupsi

7
Http://Jeyysiska.Blogspot.Com/2013/07/Pencegahan-Dan-Upaya-Pemberantasan.Html. Tanggal 01/4/2019
Waktu 08.25 Wib

11 | P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I
f. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingkat lokal maupun
internasional juga memiliki peran penting untuk mencegah dan memberantas korupsi.
Sejak era Reformasi, LSM baru yang bergerak di bidang Anti Korupsi banyak
bermunculan. LSM memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan atas perilaku
pejabat publik. Contoh LSM lokal adal ICS (Indonesian Corruption Watch).
g. Cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan menggunakan
perangkat electronic surveillance. Alat ini digunakan untuk mengetahui dan
mengumpulkan data dengan menggunakan peralatan elektronik yang dipasang di
tempat-tempat tertentu. Misalnya kamera video (CCTV).
h. Melakukan tekanan sosial dengan menayangkan foto dan menyebarkan data para
buronan tindak pidana korupsi yang putusan perkaranya telah berkekuatan hukum
tetap.8

2.8 Pembuatan Instrumen Hukum


Dukungan terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi tidak cukup hanya
mengandalkan satu instrumen hukum yaitu Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Berbagai peraturan perundang-undangan atau instrumen hukum lain perlu
dikembangkan. Perlu peraturan perundang-undangan yang mendukung pemberantasan
korupsi yaitu Undang-Undang Tindak Pidana Money Laundering atau pencucian uang. Untuk
melindungi saksi dan korban tindak pidana korupsi, perlu instrumen hukum berupa Undang-
Undang Perlindungan Saksi dan Korban. Untuk memberdayakan pers, perlu UU yang
mengatur pers yang bebas. Perlu mekanisme untuk mengatur masyarakat yang akan
melaporkan tindak pidana korupsi dan penggunaan elektronic surveillance agar tidak
melanggar privacy seseorang. Hak warganegara untuk secara bebas menyatakan pendapatnya
juga perlu diatur. Selain itu, untuk mendukung pemerintahan yang bersih, perlu instrumen
kode etik yang ditujukan kepada semua pejabat publik, baik pejabat eksekutif, legislatif,
maupun code of conduct bagi aparat lembaga peradilan (kepolisian, kejaksaan, dan
peradilan).9

8
Http://Jeyysiska.Blogspot.Com/2013/07/Pencegahan-Dan-Upaya-Pemberantasan.Html. Tanggal 01/4/2019
Waktu 08.25 Wib
9
Http://Jeyysiska.Blogspot.Com/2013/07/Pencegahan-Dan-Upaya-Pemberantasan.Html. Tanggal 01/4/2019
Waktu 08.25 Wib

12 | P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I
2.9 Menitoring dan Evaluasi
Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan pemberantasan
korupsi agar diketahui capaian yang telah dilakukan. Melalui pemantauan dan evaluasi dapat
dilihat strategi atau program yang sukses dan gagal. Program yang sukses sebaiknya
silanjutkan, sementara yang gagal dicari penyebabnya.
Pengalaman di negara lain yang sukses maupun gagal dapat dijadikan bahan pertimbangan
ketika memilih cara, strategi, upaya, maupun program permberantasan korupsi di negara
tertentu. 10

2.10 Upaya Penindakan


Upaya penindakan dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap pelaku tindak pidana
korupsi. Dalam pelaksanaan upaya penindakan korupsi, pemerintah dibantu oleh sebuah
lembaga independen pemberantasan korupsi yaitu KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
Penindakan yang dilakukan oleh KPK semenjak KPK berdiri pada tahun 2002 telah
membuahkan hasil yang dapat disebut sebagai hasil yang memaksimalkan. Upaya
penindakan yang dilakukan oleh KPK terhadap tindak pidana korupsi merupakan upaya yang
tidak main-main dan tidak pandang bulu. Siapapun yang terindikasi melakukan tindak pidana
korupsi akan ditindak oleh lembaga independen ini tanpa terkecuali. Dalam melaksanakan
tugasnya, KPK membutuhkan peranan lembaga peradilan dalam menegakkan keadilan di
Indonesia terutama yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Tentunya pelaksanaan
proses peradilan dilakukan sesuai dengan mekanisme sistem peradilan di Indonesia dan
berdasarkan hukum dan undang-undang yang berlaku. Penindakan yang dilakukan
pemerintah melalui KPK terhadap pelaku tindak pidana korupsi dimaksudkan agar
memberikan efek jera kepada para pelakunya dan secara tidak langsung memberikan shock
therapy pada orang-orang yang berniat untuk melakukan tindak pidana korupsi baik itu di
dalam pemerintahan maupun di dalam kehidupan sehari-hari.11

2.11 Organisasi Internasional Anti Korupsi


 Akademi Anti-Korupsi Internasional (IACA)
sebuah organisasi internasional yang berbasis di Laxenburg, Austria. Ini adalah lembaga
global pertama dari jenisnya, yang didedikasikan untuk mengatasi kekurangan saat ini dalam

10
Http://Jeyysiska.Blogspot.Com/2013/07/Pencegahan-Dan-Upaya-Pemberantasan.Html. Tanggal 01/4/2019
Waktu 08.25 Wib
11
(https://id.scribd.com/doc/295595199/UPAYA-PEMBERANTASAN-KORUPSI) Tanggal 01/4/2019 Waktu
09.10 Wib

13 | P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I
pengetahuan dan praktek di bidang anti-korupsi dan berusaha untuk memberdayakan para
profesional untuk menghadapi tantangan masa depan.12 Indonesia Tingkatkan Kerja Sama
dengan IACA, bertujuan “Guna mewujudkan Indonesia yang bersih dari korupsi, perlu
adanya koordinasi, supervisi, monitoring, pencegahan, dan penindakan dengan peran serta
seluruh elemen bangsa. Selain itu, efisiensi dan efektivitas penegakan hukum juga perlu
ditingkatkan”13
 Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations)
Setiap 5 (lima) tahun, secara regular Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations)
menyelenggarakan Kongres tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakuan terhadap Penjahat
atau sering disebut United Nation Congress on Prevention on Crime and Treatment of
Offenders. Pada kesempatan pertama, Kongres ini diadakan di Geneva pada tahun 1955.
Sampai saat ini kongres PBB ini telah terselenggara 12 kali. Kongres yang ke-12 diadakandi
Salvador pada bulan April 2010.
Dalam Kongres PBB ke-10 yang diadakan di Vienna (Austria) pada tahun 2000, isu
mengenai Korupsi menjadi topik pembahasan yang utama. Dalam introduksi di bawah
tema International Cooperation in Combating Transnational Crime: New Challenges in the
Twenty-first Century dinyatakan bahwa tema korupsi telah lama menjadi prioritas
pembahasan. Dalam resolusi 54/128 of 17 December 1999, di bawah judul “Action against
Corruption”, Majelis Umum PBB menegaskan perlunya pengembangan strategi global
melawan korupsi dan mengundang negara-negara anggota PBB untuk melakukan review
terhadap seluruh kebijakan serta peraturan perundang-undangan domestik masing-masing
negara untuk mencegah dan melakukan kontrol terhadap korupsi.14

 Bank Dunia (World Bank)


Setelah tahun 1997, tingkat korupsi menjadi salah satu pertimbangan atau prakondisi dari
bank dunia (baik World Bank maupun IMF) memberikan pinjaman untuk negara-negara
berkembang. Untuk keperluan ini, World Bank Institute mengembangkan Anti-Corruption
Core, Program yang bertujuan untuk menanamkan awareness mengenai korupsi dan pelibatan
masyarakat sipil untuk pemberantasan korupsi, termasuk menyediakan sarana bagi negara-

12
https://www.masterstudies.co.id/universitas/Austria/International-Anti-Corruption-Academy-(IACA)/.
Tanggal 01/4/2019 Waktu 09.22 Wib.
13
https://kabar24.bisnis.com/read/20170623/19/665514/indonesia-tingkatkan-kerja-sama-dengan-organisasi-
internasional-antikorupsi. Tanggal 01/4/2019 Waktu 09.46 Wib
14
https://www.academia.edu/19259091/Gerakan_kerjasama_internasional_pencegahan_korupsi.Tanggal
01/4/2019 Waktu 11.00 Wib

14 | P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I
negara berkembang untuk mengembangkan rencana aksi nasional untuk memberantas
korupsi.15
 OECD (Organization for Economic Co-Operation and Development)
Setelah ditemuinya kegagalan dalam kesepakatan pada konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) pada sekitar tahun 1970-an, OECD, didukung oleh PBB mengambil langkah baru
untuk memerangi korupsi di tingkat internasional. Sebuah badan pekerja atau working group
on Bribery in International Business Transaction didirikan pada tahun 1989. Pada awalnya
kegiatan-kegiatan yang dilakukan OECD hanya melakukan perbandingan atau me-review
konsep, hukum dan aturan di berbagai negara dalam berbagai bidang tidak hanya hukum
pidana, tetapi juga masalah perdata, keuangan dan perdagangan serta hukum administrasi.
Pada tahun 1997, Convention on Bribery of Foreign Public Official in International Business
Transaction disetujui. Tujuan dikeluarkannya instrumen ini adalah untuk mencegah dan
memberantas tindak pidana suap dalam transaksi bisnis internasional. Konvensi ini
menghimbau negara-negara untuk mengembangkan aturan hukum, termasuk hukuman
(pidana) bagi para pelaku serta kerjasama internasional untuk mencegah tindak pidana suap
dalam bidang ini.16

 Masyarakat Uni Eropa


Di negara-negara Uni Eropa, gerakan pemberantasan korupsi secara internasional dimulai
pada sekitar tahun 1996. Tahun 1997, the Council of Europe Program against Corruption
menerima kesepakatan politik untuk memberantas korupsi dengan menjadikan isu ini sebagai
agenda prioritas. Pemberantasan ini dilakukan dengan pendekatan serta pengertian bahwa:
karena korupsi mempunyai banyak wajah dan merupakan masalah yang kompleks dan rumit,
maka pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan pendekatan multi-disiplin; monitoring
yang efektif, dilakukan dengan kesungguhan dan komprehensif serta diperlukan adanya
fleksibilitas dalam penerapan hukum.
Pada tahun 1997, komisi menteri-menteri negara-negara Eropa mengadopsi 20 Guiding
Principles untuk memberantas korupsi, dengan mengidentifikasi area-area yang rawan
korupsi dan meningkatkan cara-cara efektif dan strategi pemberantasannya. Pada tahun 1998
dibentuk GRECO atau the Group of States against Corruption yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas negara anggota memberantas korupsi. Selanjutnya negara-negara

15
https://www.academia.edu/19259091/Gerakan_kerjasama_internasional_pencegahan_korupsi.Tanggal
01/4/2019 Waktu 11.00 Wib
16
https://www.academia.edu/19259091/Gerakan_kerjasama_internasional_pencegahan_korupsi.Tanggal
01/4/2019 Waktu 11.00 Wib

15 | P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I
Uni Eropa mengadopsi the Criminal Law Convention on Corruption, the Civil Law
Convention on Corruption dan Model Code of Conduct for Public Officials. 17

2.12 Lembaga Swadaya Anti Korupsi Internasional


1. Transparency International
Transparency International (TI) adalah sebuah organisasi internasional non-
pemerintah yang memantau dan mempublikasikan hasil-hasil penelitian mengenai korupsi
yang dilakukan oleh korporasi dan korupsi politik di tingkat internasional. Setiap tahunnya TI
menerbitkan Indeks Persepsi Korupsi serta daftar perbandingan korupsi di negara-negara di
seluruh dunia. TI berkantor pusat di Berlin, Jerman, didirikan pada sekitar bulan Mei 1993
melalui inisiatif Peter Eigen, seorang mantan direktur regional Bank Dunia (World Bank).
Pada tahun 1995, TI mengembangkan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption
Perception Index). CPI membuat peringkat tentang prevalensi korupsi di berbagai negara,
berdasarkan survei yang dilakukan terhadap pelaku bisnis dan opini masyarakat yang
diterbitkan setiap tahun dan dilakukan hampir di 200 negara di dunia. CPI disusun dengan
memberi nilai atau score pada negara-negara mengenai tingkat korupsi dengan range nilai
antara 1-10. Nilai 10 adalah nilai yang tertinggi dan terbaik sedangkan semakin rendah
nilainya, negara dianggap atau ditempatkan sebagai negara-negara yang tinggi angka
korupsinya.

POSISI INDONESIA DALAM INDEKS PERSEPSI KORUPSI TI

Tahun Score CPI Nomor / Peringkat Jumlah Negara Yang Disurvei

2002 1.9 96 102

2003 1.9 122 133

2004 2.0 133 145

2005 2.2 137 158

2006 2.4 130 163

2007 2.3 143 179

2008 2.6 126 166

17
https://www.academia.edu/19259091/Gerakan_kerjasama_internasional_pencegahan_korupsi.Tanggal
01/4/2019 Waktu 11.00 Wib

16 | P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I
Dalam survey ini, setiap tahun umumnya Indonesia menempati peringkat sangat
buruk dan buruk. Namun setelah tahun 2009, nilai rapor ini membaik sedikit demi sedikit.
Tidak jelas faktor apa yang memperbaiki nilai ini, namun dalam realita situasi dan kondisi
korupsi secara kualitatif justru terlihat semakin parah. Melihat laporan survey TI, nampak
bahwa peringkat Indonesia semakin tahun semakin membaik. Namun cukup banyak pula
masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional yang tidak terlalu yakin terhadap
validitas survey tersebut. Walaupun tidak benar, secara sinis di Indonesia ada gurauan.18

2. TIRI
TIRI (Making Integrity Work) adalah sebuah organisasi independen internasional
non-pemerintah yang memiliki head-office di London, United Kingdom dan memiliki kantor
perwakilan di beberapa negara termasuk Jakarta. TIRI didirikan dengan keyakinan bahwa
dengan integritas, kesempatan besar untuk perbaikan dalam pembangunan berkelanjutan dan
merata di seluruh dunia akan dapat tercapai. Misi dari TIRI adalah memberikan kontribusi
terhadap pembangunan yang adil dan berkelanjutan dengan mendukung pengembangan
integritas di seluruh dunia. TIRI berperan sebagai katalis dan inkubator untuk inovasi baru
dan pengembangan jaringan.
Organisasi ini bekerja dengan pemerintah, kalangan bisnis, akademisi dan masyarakat
sipil, melakukan sharing keahlian dan wawasan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan praktis yang diperlukan untuk mengatasi korupsi dan mempromosikan
integritas. TIRI memfokuskan perhatiannya pada pencarian hubungan sebab akibat antara
kemiskinan dan tata pemerintahan yang buruk. Salah satu program yang dilakukan TIRI
adalah dengan membuat jejaring dengan universitas untuk mengembangkan kurikulum
Pendidikan Integritas dan/atau Pendidikan Anti Korupsi di perguruan tinggi.19

18
https://www.academia.edu/19259091/Gerakan_kerjasama_internasional_pencegahan_korupsi. Tanggal
01/4/2019 Waktu 11.00 Wib
19
https://www.academia.edu/19259091/Gerakan_kerjasama_internasional_pencegahan_korupsi. Tanggal
01/4/2019 Waktu 11.00 Wib

17 | P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi di Indonesia pada mulanya hanya terkandung dalam khazanah perbincangan
umum untuk menunjukkan penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan pejabat-pejabat
Negara. Namun karena penyakit tersebut sudah mewabah dan terus meningkat dari tahun ke
tahun bak jamur di musim hujan, maka banyak orang memandang bahwa masalah ini bisa
merongrong kelancaran tugas-tugas pemerintah dan merugikan ekonomi Negara.
Persoalan korupsi di Negara Indonesia terbilang kronis, bukan hanya membudaya tetapi
sudah membudidaya. Pengalaman pemberantasan korupsi di Indonesia menunjukkan bahwa
kegagalan demi kegagalan lebih sering terjadi terutama terhadap pengadilan koruptor kelas
kakap dibanding koruptor kelas teri. Dalam masyarakat yang tingkat korupsinya seperti
Indonesia, hukuman yang setengah-setengah sudah tidak mempan lagi. Mulainya dari mana
juga merupakan masalah besar, karena boleh dikatakan semuanya sudah terjangkit penyakit
birokrasi. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang
dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melekukan tindak korupsi. Maka dari itu,
memperlukan berbagai upaya untuk memberantasnya melalui berbagai konsep dan strategi.
guna mewujudkan Indonesia yang bersih dari korupsi.

3.2 Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan pencegahan
korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil. Dan seharusnya pemerintahlebih tegas terhadap
terpidana korupsi. Undang-undang yang adapun dapatdipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Agar korupsi tidak lagi menjadi budaya dinegara ini

18 | P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: https://makalahnih.blogspot.com/2014/09/6-strategi-pencegahan-dan-
pemberantasan.html
https://www.kompasiana.com/rickyhasibuan/55007adaa333117c6f5112fa/bagaimana-cara-
mencegah-korupsi
http://jeyysiska.blogspot.com/2013/07/pencegahan-dan-upaya-pemberantasan.html jam
Lihat penjelasan Pasal 3, Undang - Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi
Jeremy Pope, 2003, Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional,
Transparency International Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hal. 177.
file:///C:/Users/S%20a%20n%20d%20r%20a%20_%202017/Downloads/10714-1-19654-1-
10-20141017.pdf.
https://www.masterstudies.co.id/universitas/Austria/International-Anti-Corruption-Academy-
(IACA)
https://kabar24.bisnis.com/read/20170623/19/665514/indonesia-tingkatkan-kerja-sama-
dengan-organisasi-internasional-antikorupsi
https://www.academia.edu/19259091/Gerakan_kerjasama_internasional_pencegahan_korupsi

19 | P E M B E R A N T A S A N K O R U P S I

Anda mungkin juga menyukai