PENDAHULUAN
BAB II
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI
Jenis ini sesuai untuk PLTP kapasitas kecil dan untuk kandungan gas yang tinggi.
Contoh jenis ini di Indonesia adalah PLTP Kamojang 1 x 250 kW dan PLTP Dieng 1 x 200.
Jika uap kering yang tersedia dalam jumlah yang lebih besar, dapat dipergunakan PLTP jenis
Condensing, dan dipergunakan kondensor dengan kelengkapannya yang seperti menara
pendingin dan pompa. Tipe ini sesuai untuk kapasitas yang lebih besar. Seperti contohnya
adalah PLTP Kamojang 1 x 30 MW dan 2 x 55 MW, serta PLTP Drajad 1 x 55 MW.
b. Dry Steam Power Plant
Panas bumi yang berupa fluida misalnya air panas alam (hot spring) di atas suhu 1750
C dapat digunakan sebagai sumber pembangkit Flash Steam Power Plants. Tipe ini
menggunakan uap basah sebagai sumber energinya. Uap ini perlu dipisahkan antara air dan
uapnya. Pada awalnya uap basah yang keluar berasal dari cairan bertemperatur tinggi yang
ada di perut bumi. Uap basah biasanya mengandung 20% uap dan 80% air. Berdasarkan hal
ini diperlukan separator untuk proses pemisahannya. Uap yang sudah dipisahkan diteruskan
ke turbin untuk menggerakkan generator, sedangkan airnya disuntikkan kembali ke dalam
perut bumi. Proses penyuntikan air ini selain untuk menjaga keseimbangan air dalam tanah,
air yang sudah diinjeksi akan mengalami proses pemanasan lagi yang nantinya dapat
dimanfaatkan. Tipe ini merupakan tipe yang sering digunakan di Indonesia. Contohnya adalah
PLTP Salak dengan 2 x 55 MW.
Gambar 2.2.2 Dry Steam Power Plant
c. Binary Cycle Power Plant
Pada tipe ini batuan panas merupakan sumber energinya. Batuan panas pada perut
bumi merupakan akibat dari kontak dengan sumber panas bumi yaitu magma. Teknologi ini
dapat dioperasikan pada suhu rendah yaitu antara 90o - 175o C. Pada proses pemanfaatannya,
air disuntikan ke dalam batuan panas dan nantinya akan diambil uap panas dari proses
tersebut. Uap panas ini digunakan sebagai penggerak turbin karena letak sumber batuan panas
ini jauh di dalam perut bumi. Untuk pemanfaatannya diperlukan teknik pengeboran khusus
yang memerlukan biaya yang relatif tinggi. Keuntungan dari teknologi binary-cycle ini adalah
dapat dimanfaatkan pada sumber panas bumi bersuhu rendah. Selain itu teknologi ini tidak
mengeluarkan emisi, karena alasan tersebut teknologi ini diperkirakan akan banyak dipakai
dimasa yang akan datang. Sedangkan kedua teknologi yang dijelaskan sebelumnya
menghasilkan emisi karbon dioksida, nitritoksida dan sulfur, namun 50x lebih rendah
dibanding emisi yang dihasilkan pembangkit minyak.
6) PLTP Darajat
PLTP Darajat terletak di Gunung Papandayan di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pembangkit yang dioperasikan bersama oleh Chevron Geothermal Indonesia dan PT
Pertamina ini mampu menghasilkan energi listrik sebesar 259 MW dan terdiri atas 3 unit.
4. Penurunan stabilitas tanah yang menyebabkan bahaya erosi mengancam. Ini dikarenakan
beberapa teknologi yang digunakan berupa pengeboran.