PENDAHULUAN
1
- Hormonal imbalance
- Stres mental
- Kekurangan vitamin B12 dan mineral
- Gangguan pencernaan
- Radiasi.
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan
Stomatitis, jenis-jenis Stomatitis, faktor penyebab terjadinya Stomatitis, dan
bagaimana penanganan dari Stomatitis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
3
dalam takar berlebih. Pemahaman semacam ini tidak selamanya benar,
sebab Stomatitis bisa terjadi akibat beberapa faktor, misalnya trauma.
Trauma bisa terjadi pada saat makan, di mana proses pengunyahan bahan
makanan yang padat atau keras berakibat pada rusaknya jaringan lunak
rungga mulut. Stomatitis yang disebabkan karena trauma biasanya sembuh
sendiri tanpa pengobatan. Selain trauma, beberapa infeksi bisa menjadi
penyebab timbulnya Stomatitis seperti herpes simpleks, tuberculosis
(TBC), hingga infeksi karena HIV/AIDS. Selain itu, Stomatitis dapat juga
diakibatkan munculnya penyakit sistemik.
- Stomatitis kronis
Stomatitis kronis adalah Stomatitis yang disebabkan
xerostomia (mulut kering). Jenis ini jika dibiarkan akan sulit
sembuh.
4
Stomatitis apthous yang sifatnya rekuren dapat
diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinis yaitu ulser minor,
ulser mayor, dan ulser hipertiform:
5
- Rekuren apthous Stomatitis major
Rekuren aphtous Stomatitis major (MARAS), yang
diderita kira-kira 10% dari penderita RAS dan lebih hebat dari
MIRAS. Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm
dan berlangsung 4 minggu termasuk daerah-daerah yang
berkeratin. Tanda adanya ulser seringkali dilihat pada
MARAS. Jaringan parut terbentuk karena keparahan dan
lamanya lesi terjadi.
Rekuren apthous Stomatitis major lebih besar dibanding
MIRAS dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Awal
dari MARAS terjadi setelah masa puberitas dan akan terus
menerus hingga 20 tahun atau lebih.
6
Gambar 3: Herpertiformis Apthous Stomatitis
Vincen’t Stomatitis
Stomatitis yang terjadi pada jaringan normal ketika daya
tahan tubuh menurun. Etiologinya, bakteri normal yang ada pada
7
mulut, yaitu B. Flora. Bentuk Stomatitis ini erythem, ulcer dan
nekrosis pada ginggival.
Traumatik ulcer
Stomatitis yang ditemukan karena trauma. Bentuk lesinya
lebih jelas, dan nyeri tidak hebat.
8
Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya
Stomatitis ini. Ada pula yang mengatakan bahwa Stomatitis merupakan
reakasi imunologik abnormal pada rongga mulut. Sedangkan yang cukup
sering terjadi pada kita, terutama warga kota yang sibuk, adalah stres.
Faktor psikologis ini (stres) telah diselidiki berhubungan dengan
timbulnya Stomatitis.
Trauma
Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa trauma pada
bagian dalam rongga mulut dapat menyebabkan RAS. Dalam banyak
kasus, trauma ini disebabkan masalah-masalah yang sangat sederhana.
Trauma merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan ulser
teruatama pada pasien yang mempunyai kelainan tetapi kebanyakan
RAS mempunyai daya perlindungan yang relatif dan mukosa
mastikasi adalah salah satu proteksi yang paling umum.
9
gigi yang salah dapat merusak gigi dan jaringan yang ada di
dalam rongga mulut.
- Trauma makanan
Banyak jenis makanan yang kita makan dapat menggores
atau melukai jaringan-jaringan yang ada di dalam rongga mulut
dan menyebabkan terjadinya RAS. Contohnya adalah keripik
kentang, kue kering yang keras, apel dan setelah mengunya
permen keras.
- Prosedur dental
Prosedur dental dapat mengiritasi jaringan lunak mulut yang
tipis dan menyebabkan RAS. Terdapat informasi bahwa hanya
dengan injeksi novacaine dengan jarum dapat menyebabkan
timbulnya RAS beberapa hari setelah dilakukan penyuntikan.
- Menggigit bagian dalam mulut
Banyak orang menderita luka di dalam mulutnya karena
menggigit bibir dan jaringan lunak yang ada di dalam rongga
mulut secara tidak sengaja. Sering kali, hal ini dapat menjadi
sebuah kebiasaan yang tidak disadari atau dapat terjadi selama
tidur dan luka juga disebabkan oleh tergigitnya mukosa ketika
makan dan tertusuk kawat gigi sehingga dapat menimbulkan ulser
yang mengakibatkan RAS. Luka gigit pada bibir atau lidah akibat
susunan gigi yang tidak teratur.
Infeksi
Tidak terdapat fakta yang menunjukkan bahwa Stomatitis secara
langsung disebabkan oleh mikroba karena hanya sebagian kecil yang
disebabkan oleh infeksi silang dari Streptococci. Biasanya, untuk
mencegah infeksi rongga mulut dapat digunakan providone-iodine
(obat kumur).
Namun pada dasarnya, providone-iodine merupakan iodine
kompleks yang berfungsi sebagai antiseptic. Povidone-iodine mampu
membunuh mikroorganisme seperti jamur, bakteri, virus, protozoa,
10
dan spora bakteri. Tak heran agen ini berguna untuk terapi infeksi
yang berkaitan dengan mikroorganisme tersebut. Selain sebagai obat
kumur (mouthwash) yang digunakan setelah gosok gigi, povidone-
iodine gargle memang digunakan untuk mengatasi infeksi-infeksi
mulut dan tenggorokan, seperti gingivitis (inflamasi di gusi) dan tukak
mulut (Stomatitis).
Abnormalitas immunologi
Abnormalitas imonologi kemungkinan juga dapat menyebabkan
ulser. Sirkulasi antibodi diduga berhubungan dengan keadaan mukosa
dari rongga mulut. Dimana antibodi tersebut bergantung pada
mekanisme sitoksik atau proses penetralisir racun yang masuk ke
dalam tubuh. Sehingga jika sistem immunologi mengalami
abnormalitas, maka bakteri ataupun virus akan dengan mudah
menginfeksi jaringan lunak disekitar mulut.
Penyakit gastrointestinal
Walaupun diketahui bahwa ulser dapat menyebabkan penderita
sukar mencerna makanan, namun hal tersebut jarang dihubungkan
dengan penyakit gastrointestinal. Tetapi lebih sering dihubungkan
dengan defisiensi vitamin B12. Akan tetapi, ditemukan bahwa 5%
pasien dengan penyakit tersebut disebabkan oleh penyakit
gastrointestinal.
Defisiensi hematologi
Pasien dengan RAS yang disebabkan oleh defisiensi vitamin
B12, folat atau besi mencapai 20%. Seperti frekuensi defisiensi pada
pasien awalnya akan menjadi lebih buruk pada pertengahan usia.
Banyak pasien yang defisiensinya tersembunyi, hemoglobin dengan
batasan normal dan ciri utama adalah mikrositosis atau makrositosis
pada sel darah merah. Defisiensi hematologi juga dapat disebabkan
oleh defisiensi vitamin B12 atau folat.
11
Faktor hormonal
Pada umumnya penyakit Stomatitis banyak menyerang wanita,
khususnya terjadi pada fase stres dengan sirkulasi menstruasi. Dalam
sebuah penelitian, ditemukan kadar hormon progesterone yang lebih
rendah dari normal pada penderita RAS. Sementara kadar hormon
Estradiol, LH, Prolaktin, FSH pada kedua grup adalah normal. Pada
wawancara didapat adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami
RAS pada kelompok penderita dibandingkan bukan penderita RAS
(5% versus 10%, p=0,002). Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa penderita RAS pada umumnya mempunyai kadar hormon
progesterone yang lebih rendah dari normal dan ada salah satu
keluarganya yang menderita RAS.
Stress
Faktor stres dapat memicu terjadinya Stomatitis sebab stres
dapat mengganggu proses kerja dari tubuh sehingga mengganggu
proses metabolisme tubuh dan menyebabkan tubuh rentan terhadap
serangan penyakit, tidak hanya kejadian Stomatitis bahkan gangguan-
gangguan lainnya dapat dipicu oleh stres.
Biasanya pasien mengalami ulser pada saat stres dan beberapa
fakta menunjukkan hal tersebut. Namun, stres sulit untuk diukur dan
beberapa penelitian belum dapat menemukan hubungan antara stres
dengan munculnya ulser. Faktor psikologis (seperti emosi dan stres)
juga merupakan faktor penyebab terjadinya Stomatitis.
Infeksi HIV
Stomatitis dapat digunakan sebagai tanda adanya infeksi HIV,
dimana Stomatitis memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada keadaan
defisiensi imun, seperti yang telah dibahas sebelumnya. Namun
infeksi akibat virus HIV biasanya menunjukkan tanda klinis yang
sangat jelas. Dimana jaringan sudah parah.
12
Infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus)
merupakan infeksi kronik, yang memiliki 2 pola pada anak, yaitu :
- Pola pertama adalah yang didapati pada bayi dan anak-anak
akibat penularan prenatal.
Kebiasaan merokok
Kelainan Stomatitis biasanya terjadi pada pasien yang merokok.
Bahkan dapat terjadi ketika kebiasaan merokok dihentikan.
2.4 Patofisiologi
13
Tubuh memiliki system pertahanan tubuh alamiah terhadap serangan
bakteri yang disebut dengan sistem laktoperoksidase (LP-system). Sistem
ini terdapat pada saliva atau saliva yang berfungsi sebagai bakteriostatis
terhadap bakteri mulut dan bakteriosid terhadap bakteri patogen jika
tersedia ketiga komponennya. Yaitu enzim laktoperoksidase, dosianat, dan
hydrogen peroksida (H2O2). Bakteri di dalam mulut dapat berkembang
biak tak terkendali karena rusaknya sistem laktoperoksidase akibat
mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia, seperti perasa,
pewarna, pengawet, bahkan yang memakai zat pembasmi hama.
Pemakaian deterjen (sodium laurit sulfat) yang berlebihan dalam
pasta gigi juga dapat sebagai peneyebab dari rusaknya saliva. Bila dalam
pemakaian yang berlebihan atau melebihi toleransi dapat dengan mudah
merusak saliva dan menghancurkan sistem pertahanan alami. Tidak hanya
itu, pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi juga dapat
merusakkan LP system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga
dapat membunuh semua bakteri yang berada di dalam rongga mulut, yang
dapat mengakibatkan lingkungan mukosa mulut menjadi rusak. Seperti
telah diterangkan bahwa mulut merupakan pintu gerbang masuknya
14
kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Dilain
pihak mulut tidak dapat melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis
kuman ataupun berbagai pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat
merusak.
Rangsangan perusak yang masuk sesuai dengan potensinya akan
ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau sistemik. Tanggapan ini dapat
berlangsung wajar, artinya tanggapan-tanggapan tersebut secara normal
dapat dieleminasi melalui aksi fagositosis. Sebenarnya reaksi tubuh
terhadap rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk mengurangi atau
meniadakan peradangan tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan
amat berlebih, melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga reaksi
pertahanan yang tadinya dimaksudkan untuk melindungi struktur dan
fungsi jaringan justru berakhir dengan kerusakan jaringan sendiri. Dalam
keadaan yang tidak wajar, (Trauma, Stres dll ) terjadi ketidak seimbangan
immunologik yang melahirkan fenomena alergi dan defisiensi immunologi
dengan efek kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen vaskuler,
seluler dan matriks daripada jaringan. Dalam hal ini sistem imun yang
telah dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh porsi reaksi yang tidak
seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-jaringan sendiri disekitarnya.
Misalnya pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen, makrofag,
sel plasma, sel limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin.
Pada awal lesi terdapat infiltrasi limfosit yang diikuti oleh kerusakan
epitel dan infiltrasi neutrofil ke dalam jaringan. Sel mononuclear juga
mengelilingi pembuluh darah (perivaskular), tetapi vasculitis tidak terlihat.
Namun, secara keseluruhan terlihat tidak spesifik.
Perjalanan Stomatitis aphtous dimulai dari masa prodromal selama
1-2 hari, berupa panas atau nyeri setempat. Kemudian mukosa berubah
menjadi makula berwarna merah, yang dalam waktu singkat bagian
tengahnya berubah menjadi jaringan nekrotik dengan epitelnya hilang
sehingga terjadi lekukan dangkal. Ulkus akan ditutupi oleh eksudat fibrin
kekuningan yang dapat bertahan selama 10-14 hari. Bila dasar ulkus
15
berubah warna menjadi merah muda tanpa eksudat fibrin, menandakan lesi
sedang memasuki tahap penyembuhan.
Tahap perkembangan SAR dibagi kepada 4 tahap yaitu:
- Tahap premonitori, terjadi pada 24 jam pertama perkembangan
lesi SAR. Pada waktu prodromal, pasien akan merasakan sensasi
mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan muncul. Secara
mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi epitelium,
dan edema akan mulai berkembang.
- Tahap pre-ulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama
perkembangan lesi SAR. Pada tahap ini, makula dan papula
akan berkembang dengan tepi eritematus. Intensitas rasa nyeri
akan meningkat sewaktu tahap pre-ulserasi ini.
- Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2
minggu. Pada tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser
itu akan diselaputi oleh lapisan fibromembranous yang akan
diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang.
- Tahap penyembuhan, terjadi pada hari ke – 4 hingga 35. Ulser
tersebut akan ditutupi oleh epitelium. Penyembuhan luka terjadi
dan sering tidak meninggalkan jaringan parut dimana lesi SAR
pernah muncul. Semua lesi SAR menyembuh dan lesi baru
berkembang
16
Stadium Ulcerasi, pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi nekrosis
ditengah-tengahnya, batas sisinya merah dan udema tonsilasi ini
bertahan lama 1 – 16 hari. Masa penyembuhan ini untuk tiap-tiap
individu berbeda yaitu 1 – 5 minggu.
Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia :
Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi
tidak teratur.
Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah
perih
2.6 Diagnosa
Diagnosis Stomatitis bisa saja sulit. Riwayat pasien mungkin
menyingkap defisiensi nutrisi, penyakit sistemik, atau kontak dengan
bahan yang menyebabkan reaksi alergi. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk
mengevaluasi lesi oral dan masalah kulit lainnya. Pemeriksaan darah dapat
dilakukan untuk menentukan jika ada infeksi. Apusan mukosa mulut dapat
dikirim ke laboratorium untuk evaluasi mikroskopik, atau kultur mulut
juga dapat dilakukan untuk menentukan jika kemungkinan agen infeksius
adalah penyebab masalahnya.
17
dari sayuran dan buah-buahan yang merupakan vitamin natural.
Mengonsumsi vitamin natural lebih efektif dibandingkan dengan
mengonsumsi suplemen. Bila dikonsumsi berlebihan tidak akan merusak
tubuh, karena kelebihannya akan dikeluarkan oleh tubuh. Selain itu juga
lebih mudah diserap oleh tubuh. Pada penderita Stomatitis kambuhan yang
disertai kecemasan obat (faktor psikologis), pemberian obat dapat disertai
dengan obat antidepresan untuk mengatasi masalah psikologisnya. Dan
jika Stomatitis sudah terlalu parah, bisa digunakan antibiotika dan obat
penurun panas (bila sudah kronis disertai dengan demam).
Dengan mengetahui penyebabnya, kita diharapkan dapat
menghindari terjadinya Stomatitis aphtosa (Stomatitis) ini, diantaranya
dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi
yang cukup, terutama pada makanan yang mengandung vitamin B12 dan
zat besi. Selain itu, anda juga dianjurkan untuk menghindari stress. Namun
bila Stomatitis selalu hilang timbul, anda dapat mencoba dengan kumur-
kumur air garam hangat dan berkonsultasi dengan dokter gigi dengan
meminta obat yang tepat untuk Stomatitis yang dialaminya.
Ada beberapa usaha lain yang dilakukan untuk mencegah munculnya
Stomatitis. Misalnya, menjaga kesehatan umum terutama kesehatan pada
mulut, menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat
menggigit makanan, menghindari pasta gigi yang merangsang,
menghindari kondisi stress, menghindari makanan yang terlalu panas atau
terlalu dingin, sering mengkonsumsi buah dan sayuran, terutama vitamin
B, vitamin C, dan zat besi; serta menghindari makanan dan obat-obatan
atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.
2.8 Prognosis
Prognosis untuk kesembuhan Stomatitis tergantung pada penyebab
masalah. Banyak faktor lokal dapat dimodifikasi, dirawat, atau dihindari.
Penyebab infeksius Stomatitis biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan,
atau jika masalahnya disebabkan oleh obat-obatan tertentu, maka solusinya
yaitu dengan mengganti agen penyebab tersebut.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Stomatitis kronis
19
Para ahli telah menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya
Stomatitis ini, diantaranya adalah :
- Stres
1. Trauma
Faktor lain yang dapat menyebabkan trauma di dalam rongga mulut meliputi :
- Trauma makanan
- Prosedur Dental
2. Infeksi
3. Abnormalitas Imunologi
4. Penyakit Gastrointestinal
5. Defisiensi Hematologi
6. Faktor Hormonal
20
7. Stres
8. Infeksi HIV
9. Kebiasaan merokok
21
menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, sering
mengkonsumsi buah dan sayuran, terutama vitamin B, vitamin C, dan zat besi;
serta menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan
reaksi alergi pada rongga mulut
22
DAFTAR PUSTAKA
http://dokmud.wordpress.com/2009/11/03/Stomatitis.html
http://dokmud.wordpress.com/2009/11/03/Stomatitis.html
http://www.bunda.co.id/beritabunda/rubik_anak.php
http://raratvxqchun.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperwatan-pada-
pasien.html
http://doktersehat.com/waspada-Stomatitis-pada-gigi/#ixzz2kmmxPSue
http://doktersehat.com/waspada-Stomatitis-pada-gigi/
http://www.fkuii.orghttp://www.geocities.com
http://www.kosmojaya.com
http://www.republika.co.id
Kapita selekta kedokteran, jilid 1, media Aesculapius FKUI 1999
23