Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
1. EDY JUNIARDI
4. VIKTORIA EPRIYANTI P
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah yang berjudul “Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Diabetes Mellitus” dengan lancar. Dalam pembuatan makalah ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dosen, yang telah memberikan
kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat tersampaikan dengan lancar.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
B. Saran ......................................................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
A. DEFINISI
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
1. Anatomi Pankreas
lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90
tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas
1
2
bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari
organ ini merentang ke arah limpadengan bagian ekornya menyentuh atau terletak
pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk
dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus (Tambayong,
2001).
a. Fungsi eksorin yaitu Membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
elektrolit
utama,yaitu :
2. Fisiologi
adenohipofisis dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan diintestin
dialirkan ke hepar melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai
glikogen. Pada saat ini kadar glukosa di vena porta lebih tinggi daripada vena
hepatica, setelah absorsi selesai gliogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa,
sehingga kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi dari vena porta. Jadi hepar
berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal glikogen di hepar cukup untuk
4
mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar
lebih aktif. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang
pengaruh insulin.
5
C. KLASIFIKASI TIPE DM
Klasifikasi Diabetes Melitus dari National Diabetus Data Group: Classification and
1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Melitus
D. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus adalah:
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor
adalah:
2) Obesitas
8
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes melitus adalah :
1. Diabetes tipe I
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa
hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin,
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi
awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau
berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
sentral biasanya lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras
hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai
vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah
dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
a. Hiperglikemia berpuasa
2. Diabetes Tipe II
penglihatan kabur
3. Ulkus Diabetikum
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
e. Paralysis (lumpuh).
13
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
fontaine:
G. KLASIFIKASI
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
a. Diabetes Tipe 1, DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel b pankreas (reaksi
autoimun). Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80--90% maka gejala DM mulai
muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa.
Sebagian besar penderita DM tipe 1 mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya
proses autoimun, dan sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun. Kondisi ini
digolongkan sebagai tipe 1 idiopatik. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum usia
30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria untuk klasifikasi.
b. Diabetes Tipe 2, DM tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal
sebagai non insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini terjadi
penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin resistance) dan
disfungsi sel beta. Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang
cukup untuk mengkompensasi insulin resistan. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya
14
defisiensi insulin relatif. Gejala minimal dan kegemukan sering berhubungan dengan
kondisi ini,yang umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa normal,
rendah, maupun tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut dan
kronik :
1. Komplikasi akut
15
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2. Komplikasi kronik
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
d. Ulkus/gangren
Organ/jaringan yg
Yg terjadi Komplikasi
terkena
mengalami kebocoran
kemih
normal
Berkurangnya rasa,
kaki
Darah Gangguan fungsi sel darah putih Mudah terkena infeksi, terutama
a. Faktor endogen:
dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi
aliran darah, produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler
resiko lain.
18
Merokok
Hiperlipidemia
Kaki dingin
Nyeri nocturnal
Kulit mengkilap
Penebalan kuku
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180%
maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai
ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai
GOD.
3. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet
cellantibody)
20
J. PENATALAKSANAAN
1. Medis :
a. Obat
Ekstra pankreatik
reseptor insulin
intraseluler
b. Insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
21
h) DM operasi
c) Ketoasidosis diabetik.
2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain
penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secaramekanik yang
dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin
diperlukan untuk kasus DM.Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan
aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua
glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak. Prinsip diet DM,
adalah:
kalorinya.
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes
komplikasi.
23
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Melitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita,
penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR=
BB (Kg)
TB (cm) – 100
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
b. Latihan
c. Pemantauan
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e. Pendidikan
K. PERAWATAN PALIATIF
Perawatan paliatif adalah perawatan yang bisa didapatkan para pasien yang
menderita penyakit kronis dengan stadium lanjut, yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Peningkatan hidup dilakukan dengan cara
pendekatan dari sisi psikologis, psikososial, mental serta spiritual pasien, sehingga
membuat pasien lebih tenang, bahagia, serta nyaman ketika menjalani pengobatan
3. Hospice care
Perawatan pasien DM dengan fase terminal (stadium akhir) dimana pengobatan
terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi. Perawatan ini bertujuan
meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman dari pasien, berlandaskan pada
aspek bio-psiko-sosial-spiritual. (Hospice Home Care, 2011)
Dampak Pada Aspek Biologis, Psikologis, Sosial dan Spiritual Setelah Melakukan
Perawatan Paliatif Terhadap Pasien DM :
1. Aspek Biologis
Dalam paradigma keperawatan sudah jelas bahwa profesi perawat memandang
klien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang berespons
secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis
dan asuhan keperawatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara
holistik . Aspek fisik atau biologis dimensi yang berkaitan dengan dunia di
sekitar kita melalui lima indera kita yang berpengaruh menyebabkan Diabetes
Melitus. Menurut Center for Diseas Control and Prevention (CDC), penyakit
DM yang terjadi pada laki-laki pada umumnya bisa dicegah dengan
menghindarkan diri dari kebiasaan kebiasaan buruk dalam keseharian. Perilaku
tidak sehat tersebut antara lain kebiasaan merokok, tidur larut malam, ,
mengkonsumsi minuman beralkohol dan lain-lain. Penyakit-penyakit tersebut
pada umumnya berasal dari akumulasi gaya hidup dan konsumsi makanan tidak
sehat yang secara terus menerus dilakukan sampai akhirnya tubuh tidak mampu
lagi mengatasi dan menyebabkan fungsi fisik tubuh terganggu
2. Aspek Psikologis
Adaptasi psikologis salah satunya bertujuan untuk memberikan rasa nyaman dan
aman. Masalah psikologi yang terbanyak terjadi pada manusia adalah rasa cemas
atau kecemasan. Pada saat seseorang mangalami stres ada yang menghadapinya
dengan berdiam diri, ada pula yang bersikap memberontak Menurut Tandra
(2007), ada tiga fase emosi yang umum dialami oleh mereka yang baru
mendapat informasi bahwa dirinya menderita DM (1) Reaksi penolakan; tidak
bisa menerima kenyataan bahwa dirinya mengidap DM atau menyalahkan hasil
laboratorium, (2) Reaksi marah; marah kepada orang di sekitarnya, kadang
timbul rasa bersalah karena marah kepada istri atau suami atau anak, dan
semuanya ini tidak akan memberikan hasil pengobatan DM yang baik, dan (3)
27
penuh rasa percaya dengan Tuhan (Yani, 2000). Menurut Dorsey (1996), do’a
termasuk kepasrahan atau penyerahan diri terhadap Tuhan, merupakan faktor
yang penting dalam perjalanan penyakit DM. aplikasi terapi religius lebih
ditekankan pada aspek spiritual care, dengan memberikan rambu-rambu
bimbingan spiritual pada pasien DM pada fase terminal untuk meningkatkan
keyakinan tentang makna sakit yang sedang diderita dan melakukan Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT). Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) merupakan salah satu varian dari satu cabang ilmu baru yang dinamai
energy psychology. SEFT adalah kombinasi kekuatan antara spiritual power
dengan energy psychology. Energy psychology adalah seperangkat prinsip dan
teknik memanfaatkan system energy tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran
emosi dan perilaku. SEFT bekerja dengan prinsip yang kurang lebih sama
dengan akupuntur dan akupresur, ketiganya berusaha merangsang titik-titik
kunci di sepanjang 12 jalur energy (energy meridian) tubuh yang sangat
berpengaruh pada kesehatan kita. Perbedaannya SEFT menggunakan cara yang
lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana. Ada empat hal yang
harus diperhatikan agar SEFT yang dilakukan efektif, empat hal tersebut
merupakan kunci keberhasil SEFT, yaitu Khusyu’. Ikhlas, pasrah dan syukur.
(Kusnanto, 2013)
B. CARA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES
MELITUS
1. Makan sehat
Asupan makanan harus menjadi perhatian utama penderita diabetes.
Sebab, makanan dengan indeks glikemik tinggi, dapat meningkatkan gula
darah.
Buah yang Aman Dikonsumsi Penderita Diabetes
2. Olahraga
Penderita diabetes disarankan aktif melakukan latihan fisik. Tidak harus
pergi ke pusat kebugaran, Anda bisa berjalan santai, bersepeda, atau
bermain game ringan selama 30 menit.
3. Medical check up
Melakukan chek up kesehatan setidaknya dua kali dalam setahun perlu
dilakukan oleh penderita diabetes untuk mengontrol apakah gula darah
stabil atau tidak, berpotensi menyebabkan komplikasi atau tidak.
29
4. Mengelola stres
Mengelola stres perlu dilakukan karena gula darah sangat rentan mengalami
kenaikan saat banyak pikiran. Anda bisa mengurangi stres dengan latihan
pernapasan, yoga, atau hobi yang menenangkan.
5. Berhenti merokok
Perokok aktif harus menghentikan kebiasaan mengisap nikotin setelah
divonis diabetes. Ini penting untuk menghindari hadirnya komplikasi dan
peningkatan diabetes ke level tinggi.
6. Hindari alkohol
Penderita diabetes akan lebih mudah mengontrol gula darah jika tidak terlalu
banyak minum minuman beralkohol. Sebab, alkohol bisa membuat gula
darah Anda terlalu tinggi atau terlalu rendah.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Contoh kasus
Tn. W, 31 tahun, duda, dengan keluhan kaki kesemutan dan mati rasa sejak 1 bulan
yang lalu disertai dengan badan terasa lemas. Kaki sering kesemutan terutama saat setelah
duduk bersila atau jongkok dalam waktu lama. Pasien juga mengaku terkadang tidak
terasa sakit jika kakinya tersandung benda. Pasien juga mengaku adanya keluhan sering
haus, sering terasa lapar dan sering BAK malam hari lebih dari 3 kali (tidak
memperhatikan seberapa banyak kencing yang keluar). Gangguan penglihatan mulai
dirasakan pasien, pasien merasa pandangan berputar dan merasa benda-benda sekitar
bergoyang. Klien mengaku klien awalnya tidak mengetahui penyakitnya dan kadar gula
darahnya tinggi. Klien tetap mengonsumsi makanan yang manis. Pasien rutin berobat ke
dokter untuk meminum obat diabetes. Namun dalam 1 bulan ini pasien mengaku berhenti
minum obat tersebut. Pekerjaan sehari-hari sebagai tukang parkir di pasar. Kebiasaan tidur
larut, perilaku mengonsumsi kopi, suka makan-makanan yang manis, makan-makanan
ringan setiap malam, merokok 10 batang per hari, serta tidak pernah berolahraga teratur
tidak disangkal. Ibu kandung Tn. W memiliki riwayat penyakit yang sama berupa
diabetes, sedangkan riwayat darah tinggi pada orang tua tidak ada. Untuk masalah
kesehatan keluarga, keluarga jarang berobat ke dokter. Sejak 8 bulan yang lalu diketahui
memiliki riwayat penyakit diabetes. Diketahui karena memiliki riwayat sering buang air
kecil, banyak minum dan banyak makan sedangkan berat badan cenderung menurun serta
dari pemeriksaan gula darah sewaktu saat itu mencapai 333 mg/dl. Telah berobat ke KDK
Kayu Putih dan diberikan obat diabetes yaitu metformin (3x1) dan glibenklamid (1x1).
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan 3x sehari. Selama di rumah sakit pasien
hanya makan separuh porsi. Pasien merasa mual dan ingin muntah. Pasien mengaku tidak
rutin minum obat diabetes disertai memiliki pola makan dan pola hidup yang kurang baik.
Selain itu pasien mengaku baru menyelesaikan pengobatan TB parunya sejak 1,5 bulan
yang lalu dan dinyatakan sembuh oleh dokter. Pemeriksaan fisik pasien pada tanggal 5
September 2013, kesadaran kompos mentis, berat badan 58 kg, tinggi badan 168 cm,
kesan gizi normal(BBI/Berat Badan Idaman), IMT (Indeks Massa Tubuh) normal
(20,5),tekanan darah120/80 mmHg,nadi100 x/menit,pernapasan20 x/menit, suhu 36,5 ºC.
Status generalis pasien didapatkan kepala, mata, hidung, mulut, leher, dada (jantung dan
paru) pasien dalam batas normal. Status neurologis menunjukkan hipestesia pada regio
30
31
pedis dextra dan sinistra. Gula darah puasa pasien 256 mg/dl. Diagnosis Kerja dari
pasien ini adalah Diabetes Melitus Tipe II dengan neuropati diabetikum (Wicaksono,
2013).
B. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. W
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 31 tahun
Alamat : Jl. Pondasi No.22, RT.2/RW.17, Kayu Putih.
Tanggal Masuk : 17 September 2017
Tanggal Pengkajian : 18 September 2018
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tukang Parkir
No. RM : 78175
b. Anamesis
a) Keluhan Utama : kaki kesemutan dan mati rasa sejak 1 bulan yang lalu disertai
dengan badan terasa lemas.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke rumah sakit KDK kayu putih pada tanggal 11 September 2017
dengan keluhan kaki kesemutan dan mati rasa sejak 1 bulan yang lalu disertai
dengan badan terasa lemas. Kaki sering kesemutan terutama saat setelah duduk
bersila atau jongkok dalam waktu lama. Pasien juga mengaku terkadang tidak terasa
sakit jika kakinya tersandung benda. Pasien juga mengaku adanya keluhan sering
haus, sering terasa lapar dan sering BAK malam hari lebih dari 3 kali (tidak
memperhatikan seberapa banyak kencing yang keluar).
c) Alergi (obat, makanan, plester, dll)
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat, makanan,
serta plester.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku baru menyelesaikan pengobatan TB parunya sejak 1,5 bulan yang
lalu dan dinyatakan sembuh oleh dokter.
32
Genogram:
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: tinggal satu rumah
: meninggal
: Pasien
c. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Jika ada anggota keluarga yang sakit, jarang berobat ke dokter.
33
Interpretasi :
Keluarga mengatakan bahwa ke dokter itu hanya jika sakitnya sudah parah.
b. Pola nutrisi/ metabolik
a. Antropometeri
BB sebelum sakit = 62 kg
BB saat ini = 58 kg
TB: 168 cm
IMT= BB/(Tb(m)2) =58/2,82=20,5
Kategori IMT
Underweight < 18,5
Normal 18,5-24,9
Overweight >25
Interpretasi: berdasarkan rumus IMT, pasien termasuk kategori normal
b. Biomedical sign :
Albumin : 3,54 g/dl; 2,64 g/dl ; 2,27 g/dl
Globulin : 2,55 g/dl; 2,85 g/dl ; 3,46 g/dl
Hemoglobin : 13,6 gr%
Gula darah sewaktu : 333 mg/dl
Gula drah puasa : 256 mg/dl
Kategori Glukosa darah normal:
Gula darah puasa : 80-99 mg/dl
Gula darah sewaktu : 80-145 mg/dl
Interpretasi :
Pada hasil lab didapatkan nilai normal pada nilai Albumin, Globulin, dan
Hemoglobin tetapi gula darah sewaktu dan gula darah puasa tinggi dalam
batasan tidak normal.
d. Pola eliminasi:
1. BAK
1) Frekuensi : 1800cc/jam
2) Jumlah : >1200-1500 cc/jam
3) Warna : berwarna kuning jernih
4) Bau : berbau khas
5) Kemandirian : mandiri/dibantu
34
2. BAB
1) Frekuensi : 1x/hari
2) Jumlah : normal
3) Warna : kuning
4) Bau : bau khas
5) Karakter : berbentuk
6) Kemandirian : mandiri/dibantu
Interpretasi :
Pola eliminasi yang dialami oleh klien terganggu, karena feses dan urine yang
dikeluarkan tidak sesuai atau tidak normal.
e. Pola aktivitas dan latihan
Pasien dalam melakukan ADL perlu dibantu.
Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu keluarga, 3: dibantu alat,
4: mandiri
f. Pola tidur dan istirahat
Durasi : Klien mengatakan tidur pada pukul 23.30 WIB-04.00 WIB (4,5 jam) dan siang
hari tidur selama 1 jam.
Interpretasi : klien mengalami gangguan tidur karena cemas.
g. Pola kognitif dan perseptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Mampu berkomunikasi dan berorientasi dengan baik saat dilakukan pengkajian.
Penglihatan klien kurang berfungsi dengan baik karena mengalami gangguan. Gangguan
penglihatan yang dirasakan adalah pandangan berputar dan merasa benda-benda sekitar
bergoyang. Pendengaran , pengecapan dan penciuman, klien berfungsi dengan baik.
35
Sensori, klien masih mampu membedakan sensori tajam dan tumpul sekalipun harus
dengan tekanan yang kuat.
Interpretasi :
Pasien mengalami gangguan pada penglihatannya.
h. Pola persepsi diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan tidak bisa bekerja mencari uang.
b. Identitas diri : Pasien merupakan seorang suami dan ayah yang sudah
memiliki dua anak.
c. Harga diri : Pasien percaya dirinya dapat sembuh dan segera melakukan
aktivitas sehari hari yaitu menjalani hidup dengan keluarga kecilnya.
d. Ideal Diri : Pasien ingin segera sembuh dan ingin segera bekerja kembali
agar bisa menghidupi keluarganya.
e. Peran Diri : Pasien mengatakan dirinya tidak bisa melakukan kegiatan
yang terlalu berat
Interpretasi :
Pola persepsi diri pasien tidak mengalami gangguan, gambaran diri pasien tidak
mengalami gangguan
i. Pola seksualitas & reproduksi
Pasien mengatakan sudah mempunyai 2 anak. Klien mengatakan tidak pernah memiliki
riwayat gangguan reproduksi.
Interpretasi:
Tidak ada masalah
j. Pola peran dan hubungan
Klien mengatakan perannya klien ada seorang suami sekaligus kepala rumah tangga
yang harus mencari nafkah untuk keluarganya dengan bekerja sebagai tukang parkir di
pasar. Hubungan klien dengan orang terdekat tidak mengalami masalah. Setelah dirawat
di rumah sakit klien akan menjaga kondisinya saat ini dan akan selalu periksa ke dokter.
Saat di rumah sakit klien juga berinteraksi baik dengan keluarga pasien lain, perawat dan
juga tenaga medis lainnya.
Interpretasi :
Pasien mengalami gangguan peran saat sakit.
k. Sistem nilai dan keyakinan
36
Klien mengatakan klien beragama Islam dan selalu taat dalam menjalankan kewajiban
sholatnya walaupun di tempat tidur
l. Pola koping dan stres
Klien mengatakan apabila ada masalah pasti didiskusikan dengan keluarganya dan
saudara terdekatnya. Klien menyelesaikan masalahnya dengan musyawarah. Klien
terlihat cemas dan stres akan penyakitnya.
C. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
N : 100x/menit,
RR : 20x/menit,
TD : 120/80 mmHg,
S : 36,5 C
GCS : E4V5M6
B. Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala: Mesochepal, tidak terdapat deformitas
Rambut : Dominan hitam dan tidak mudah rontok
C. Pemeriksaan Mata
Konjungtiva : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat anemis.
Sklera : Pada mata kanan dan kiri terlihat ikterik
Pupil : Isokor kanan-kiri, diameter 3 mm, reflek cahaya( + / + )
Palpebra : Tidak edema
Visus : Baik
D. Pemeriksaan Hidung
Bentuk : normal, tidak terdapat deformitas
Nafas cuping hidung : tidak ada
Sekret : tidak terdapat sekret hidung
E. Pemeriksaan Mulut
Bibir : Tidak sianosis, tidak kering
Lidah : Tidak kotor, tepi tidak hiperemi
Tonsil : Tidak membesar
Faring : Tidak hiperemis
Gigi : Lengkap
F. Pemeriksaan Telinga
37
Inferior : tidak ada deformitas, tidak ada edema, CRT bagian ujung lebih dari 3
detik, perfusi kapiler buruk, tidak anemis, akral dingin.
D. Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
Ds : Pola hidup tidak sehat Risiko ketidakstabilan kadar
-Riwayat penyakit diabetes glukosa darah
sejak 8 bulan lalu Sel beta di pankreas
-klien mengeluh kaki terganggu
kesemutan dan badan lemas
-sering BAK Defisiensi insulin
-klie suka mengonsumsi
kopi, makan manis,
merokok 10 batang per hari Retensi insulin
-pasien mengatakan tidak
pernah berolahraga
Do: Hiperglikemia
-pasien tampak lemas
-Gula darah sewaktu : 333
mg/dl Kadar glukosa darah tidak
-gula darah puasa : 256 terkontrol
mg/dl
-urine output : >1500 cc/jam
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
Ds : Penurunan pemakaian Gangguan pemenuhan
-Klien mengatakan selama glukosa oleh sel nutrisi kurang dari
di rumah sakit klien makan kebutuhan tubuh
2x sehari dan hanya makan
separuh porsi kurang lebih Proteolisis
sekitar 2 sendok makan.
-Pasien mengatakan merasa
39
Do :
BB sebelum sakit : 62 kg Glukoneugenesis
BB setelah sakit : 58 kg
TB : 168
Indeks Masa Tubuh (IMT) : Ketogenesis
20,5 Ketonemia
Penurunan BB
Ds : Defisiensi insulin absolute Risiko infeksi
-Pasien mengatakan kakinya
kesemutan terutama saat
setelah duduk bersila atau Penurunan pemakaian
jongkok dalam waktu lama. glukosa oleh sel
-Pasien mengaku terkadang
tidak terasa sakit jika
kakinya tersandung benda Hiperglikemia
Do :
-Gula darah sewaktu 333
mg/dl Hiperosmolalitas
-Gula darah puasa pasien
256 mg/dl.
gelisah
-TD : 120/80
-RR : 20x/menit
- Suhu : 36,5 C
E. Diagnosa keperawatan
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kadar glukosa darah
tidak terkontrol.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
6. Keletihan berhubungan dengan keletihan otot.
7. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan penurunan sirkulasi
darah ke perifer, proses penyakit (DM).
43
F. Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Domain 2. (00002) Resiko Manajemen Hiperglikemi (2120)
Nutrisi ketidakstabilan kadar 1. Monitor kadar gula daraah,
Kelas 4. glukosa darah sesuai indikasi
Metabolisme 2. Monitor tanda dan gejala
Resiko Setelah dilakukan hiperglikemi: poliuria, polidipsi,
ketidakstabilan asuhan keperawatan, polifagi, kelemahan, latergi,
kadar glukosa diharapkan malaise, pandangan kabur atau
darah (00179) ketidakstabilan kadar sakit kepala.
glukosa darah normal. 3. Monitor ketourin, sesuai
(2300) Kadar glukosa indikasi.
darah 4. Brikan insulin sesuai resep
5. Dorong asupan cairan oral
1. Glukosa darah dari
6. Batasi aktivitas ketika kadar
skala 2 (deviasi yang
glukosa darah lebih dari
cukup besar dari
250mg/dl, khusus jika ketourin
kisaran normal)
terjadi
ditingkatkan menjadi
7. Dorong pemantauan sendiri
skala 4 (deviasi ringan
kadar glukosa darah
sedang dari kisaran
8. Intruksikan pada pasien dan
normal)
keluarga mengenai manajemen
(2111) Keparahan diabetes
Hiperglikemia 9. Fasilitasi kepatuhan terhadap
diet dan regimen latihan
1. Peningkatan glukosa
Pengajaran: Peresepan Diet
darah dari skala 2
(5614)
(berat) ditingkatkan
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
menjadi skala 4
mengenai diet yang disarankan
(ringan)
2. Kaji pola makan pasien saat ini
(1619) Manajemen dan sebelumnya, termasuk
diri : diabetes makanan yang di sukai
3. Ajarkan pasien membuat diary
1. Memantau glukosa
44
(1622) Perilaku
patuh : diet yang
disarankan
1. Memilih makanan
yang sesuai dengan
diet yang ditentukan
dari skala 2 (jarang
menunjukkan)
45
ditingkatkan
menjadi skala 4
(sering
menunjukkan)
2. Memilih minuman
yang sesuai dengan
diet yang ditentukan
dari skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatka menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)
(1854) Pengetahuan :
diet yang sehat
1. Mengidentifikasi
faktor risiko dari skala
2 (jarang mnunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)
1. Mengenali faktor
risiki skala 2 (jarang
mnunjukkan)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(sering
menunjukkan)
4 Domain 9. (00146) Ansietas Pengurangan kecemasan (5820)
Koping/ 1. Gunakan pendekatan yang
Toleransi Setelah dilakukan tenang dan menyakinkan
Stress asuhan keperawatan, 2. Nyatakan dengan jelas harapan
Kelas 2. diharapkan ansietas terhadap perilaku klien
47
2. Kekuatan tubuh
50
(0007) Tingkat
kelelahan
2. Kehilangan selera
makan dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)
1. Penurunan energi
dari skala 2 (cukup
besar) ditingkatkan
menjadi skala 4
(ringan)
2. Perubahan status
nutrisi dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(ringan)
7. Domain 4. (00204) Pengecekan Kulit (3590)
Aktivitas dan Ketidakefektifan 1. Gunakan alat pengkajian untuk
51
G. Implementasi
No. Hari/ Waktu Implementasi Ttd
Tanggal
1. Senin, 08.00- 1. Memonitor kadar gula darah, sesuai
18/09/17 09.00 indikasi
WIB 2. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemi:
poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan,
latergi, malaise, pandangan kabur atau sakit
kepala.
3. Memberikan insulin sesuai resep
4. Mengintruksikan pada pasien dan keluarga
mengenai manajemen diabetes
5. Mengajarkan pasien membuat diary
makanan yang dikonsumsi
2. Senin 10.30- 1. Memonitor kalori dan asupan makanan
18/09/17 11.30 pasien
WIB 2. Memonitor kecenderungan terjadinya
53
3.4 Evaluasi
Hari, Tanggal, Diagnosa Par
No Evaluasi
Jam keperawatan af
1 19 September 2017 Risiko ketidakstabilan S : Pasien mengatakan sudah
kadar glukosa darah tidak merasa lemas dan
kesemutan di kakinya
O:
-Gula darah puasa : 99 mg/dl
-Gula darah sewaktu : 144
mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan diet makan,
dan pantau pemenuhan
nutrisi pasien
2 19 September 2017 Gangguan pemenuhan S : pasien mengatakan nafsu
nutrisi kurang dari makan meningkat dan badan
55
mengurangi terjadinya
infeksi
5 19 September 2017 Ansietas S : klien mengatakan sudah
tidak cemas memikirkan
penyakitnya
O : klien tampak tenang dan
bisa tidur pada malam hari
A : masalah kecemasan klien
dapat teratasi
P : hentikan intervensi
6 19 September 2017 Kurang pengetahuan S : klien mengatakan sudah
tentang proses penyakit, mengerti penjelasan dari
diet, perawatan, dan perawat tentang penyakitnya
pengobatan O : klien dapat menjawab
pertanyaan dari perawat dan
dapat menjelaskan ulang
penjelasan dari perawat
A : masalah sudah teratasi
P : hentikan intervensi
7 19 September 2017 Keletihan S : klien mengatakan sudah
tidak lemas lagi
O : klien terlihat dapat
beraktivitas.
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi untuk
mengurangi keletihan
8 19 September 2017 Ketidakefektifan S:
Perfusi Jaringan Perifer -Klien mengatakan kaki
klien tidak terasa kesemutan
lagi
-Klien mengatakan kaki
klien masih tidak terasa
ketika disentuh
57
O:
-CRT klien <3 detik
-Akral dingin
-warna sudah tidak pucat
A:
-masalah belum teratasi
sepenuhnya
P:
-Lanjutkan intervensi
perawatan kaki dan senam
kaki
58
1. Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih, Jakarta Timur, DKI Jakarta 13640,
Indonesia
2. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok 16424,
Indonesia
*E-mail:
iin.nuris@yahoo.co.id
Abstrak
Diabetes merupakan penyakit progresif yang tidak hanya membutuhkan perawatan kuratif dan rehabilitatif
tetapi juga perawatan paliatif. Salah satu indikator penting tercapainya perawatan paliatif yang efektif adalah
kepuasaan pasien. Penelitian ini dilakukan untuk menilai kepuasan pasien diabetes yang mendapatkan
perawatan paliatif. Penelitian cross sectional ini melibatkan sampel pasien diabetes di balai asuhan
keperawatan di Jabodetabek sebanyak 43 responden. Instrumen yang digunakan adalah modifikasi dan
terjemahan Home Care Client Satisfaction Instrument-Revised (HCCSI-R), Client Satisfaction Inventory
(CSI), dan Long-form Patient Satisfaction Questionnaire (PSQ-III). Hasil penelitian ini menunjukkan
sebanyak 14% responden merasa cukup puas, 60,5% merasa puas, dan 25,6% merasa sangat puas. Dimensi
tampilan fisik mendapatkan nilai paling rendah dalam kepuasan pasien di antara dimensi yang lain. Hasil
penelitian ini tidak menemukan adanya perbedaan antara karakteristik individu dengan tingkat kepuasan.
Penelitian ini merekomendasikan kepada praktisi kesehatan untuk memperhatikan faktor-faktor yang
memengaruhi kepuasan pasien.
Abstarct
Diabetes Mellitus Patients Satisfaction on Palliative Care: The Lowest Level on Tangibleness Dimension.
Diabetes is a progressive disease that needs palliative care aside from curative and rehabilitative.
Satisfaction is one of the most important indicators of palliative care, so the measurement of patient
satisfaction with treatment is necessary. This study aimed to describe the level of satisfaction of patients
with diabetes mellituswho received palliative care. This cross sectional study involved 43 respondents of
diabetic patients in nursing care centers in Jabodetabek. Modified and translation of Home Care Client
Satisfaction Instrument-Revised (HCCSI-R), Client Satisfaction Inventory (CSI), and the Long-Form Patient
Satisfaction Questionnaire (PSQ-III) was used. The results showed that 14% of respondents reported quite
satisfied, 60,5% satisfied, and 25,6% very satisfied. Tangibleness dimension was achieved the lowest level
of satisfaction. This research also found that there are no significant differences between the characteristics
of the respondents with the level of satisfaction (p> 0,05). The study recommends healthcare practitioners to
deepen their knowledge about palliative care and apply it to health services.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kadar hormon
insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas yang mengakibatkan meningkatnya kadar
glukosa dalam darah. Penurunan ini mengakibatkan glukosa yang dikonsumsi oleh tubuh
tidak dapat diproses secara sempurna sehingga konsentrasi glukosa dalam darah akan
meningkat. Diabetes Mellitus terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2,
DM Sekunder dan DM gestasional. Diabetes melitus tipe 2 merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit
gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah untuk penderita DM tipe 2 diantaranya adalah
riwayat keluarga dengan DM, usia lebih dari 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan
berat badan lahir bayi lebih dari 4000 gram, dan riwayat lahir dengan berat badan rendah.
Gejala dari DM 2 sendiri ada 2 yaitu gejala akut dan gejala kronik. Gejala akutnya
diantaranya poliphagia, polidipsia, poliuria, nafsu makan bertambah namun berat badan
turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), dan mudah lelah. Sedangkan
gejala kronik diabetes melitus yaitu kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk
tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai
kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas. Penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik
beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan
jasmani dan intervensi farmakologis.
B. Saran
a. Bagi penderita Diabetes Mellitus Tipe II
Bagi penderita Diabetes Mellitus Tipe II diharapkan lebih dapat memeperhatikan
kesehatannya, terutama untuk pola makan dan aktivitas yang dilakukan.
59
60
b. Bagi keluarga
Bagi keluarga diharapkan dapat mengawasi atau memperhatikan klien yang sedang
menderita penyakit Diabetes Mellitus Tipe II, karena dukungan dari keluarga adalah
yang paling penting bagi klien.
c. Bagi perawat atau tenaga kesehatan
Bagi perawat ataupun tenaga kesehatan lain diharapkan dapat memberikan pelayanan
kesehatan atau keperawatan yang baik terhadap klien dan bisa bertugas sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit
RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2004. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Teguh, Subianto. (2009). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus. [ serial Online] cited 12
Februari 2012], avaible from
URL: http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-
mellitus.htmlhttp://www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/
Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga
http://www.nhpco.org/i4a/pages/Index.cfm?pageID=3254
http://www.hpna.org/DisplayPage.aspx?Title=Search
http://www.caringinfo.org/i4a/pages/index.cfm?pageid=3356
http://www.scribd.com/doc/47637339/ASUHAN-KEPERAWATAN-HOSPICE-CARE