Anda di halaman 1dari 107

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LENGKENG

DIAMOND RIVER (Dimocarpus Longan Lour)


(Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

ANGGA KUSMAYANA
H34076020

DEPARTEMEN AGRIBSINIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN EKSEKUTIF

ANGGA KUSMAYANA. H34076020. 2010. Analisis Kelayakan Pengusahaan


Lengkeng Diamond River (Dimocarpus Longan Lour)(Studi Kasus : PT
Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah
bimbingan ANITA RISTIANINGRUM).

Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat


cerah dalam pemulihan perekonomian Indonesia dalam waktu yang akan datang.
Lengkeng merupakan tanaman hortikultura yang telah sejak lama dikenal dan
lazim ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman pagar pembatas lahan dan
tanaman pekarangan. Tanaman ini dapat dipelihara oleh setiap anggota
masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara budidaya
sederhana dapat tumbuh dan berproduksi baik. Namun sebagian besar kebutuhan
lengkeng harus diimpor dari Thailand dan Republik Rakyat China (RRC).
Produksi buah lengkeng dataran tinggi dari sentra produksi di Jawa Tengah dan
Jawa Timur yang masih sangat terbatas sudah habis terjual di pasar setempat,
tidak sampai ke luar daerah. Selain itu, kesulitan pengembangan yang dihadapi
adalah tidak adanya varietas baru yang lebih unggul dan sifat agroklimat tanaman
yang menghendaki udara sejuk (pegunungan) sebagai tempat tumbuhnya. Sejak
tahun 2007 telah ditemukan terobosan baru yakni lengkeng yang berbuah di
dataran rendah berudara panas. Ternyata jenis lengkeng yang dapat beradaptasi
dan berproduksi di dataran rendah, salah satunya adalah lengkeng Diamond River.
Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah yang subur di pulau Jawa
memilki potensi untuk dikembangkannya komoditas lengkeng dataran rendah,
terutama lengkeng dataran rendah varietas Diamond River. Di Indonesia, salah
satu perusahaan yang mengusahakan lengkeng Diamond River adalah PT. Mekar
Unggul Sari. PT. Mekar Unggul Sari atau yang lebih dikenal dengan nama Taman
Wisata Mekarsari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agrowisata
buah tropis dan wahana rekreasi keluarga. Selain sebagai tempat wisata, Taman
Wisata Mekarsari juga merupakan tempat pengembangan dan penelitian buah
tropis, baik dari seluruh wilayah Indonesia, maupun dari mancanegara. Penelitian
analisis kelayakan lengkeng Diamond River perlu dilakukan agar memberikan
informasi baru kepada masyarakat tentang adanya produk hortikultura yang dapat
dibudidayakan dengan relatif mudah dan dapat menghasilkan keuntungan apabila
diusahakan.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mempelajari cara budidaya lengkeng
Diamond River. (2) Menganalisa kelayakan usaha lengkeng Diamond River dari
aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, aspek manajemen yang dilakukan di PT.
Mekar Unggul Sari, dan aspek finansial. (3) Menganalisa tingkat kepekaan usaha
lengkeng Diamond River terhadap penurunan harga jual, kenaikan biaya variabel,
dan penurunan hasil produksi.. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode observasi langsung, sedangkan
data sekunder diperoleh dari data-data perusahaan dan studi literatur yang
berkaitan dengan penelitian. Untuk data kuantitatif diolah dan disajikan dalam
bentuk narasi, sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan Microsoft Excel
2009 dan kalkulator.
Perusahaan memperoleh bibit tanaman lengkeng Diamond River dengan
melakukan pembibitan sendiri. Sedangkan untuk peralatan dan perlengkapan
pertanian dalam pengusahaan lengkeng Diamond River diperoleh dari pemasok
peralatan pertanian. Tenaga kerja harian yang digunakan berjumlah dua orang.
Tanaman lengkeng Diamond River baru menghasilkan pada tahun ke-3 atau 18
bulan dari penanaman. PT. Mekar Unggul Sari mengusahakan lengkeng Diamond
River di atas lahan seluas 15.000 m2 dengan panen dua kali dalam satu tahun.
Hasil produksi pengusahaan lengkeng Diamond River dipasarkan di supermarket
dan toko buah.
Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial dan lingkungan, pengusahaan
lengkeng Diamond River oleh PT. Mekar Unggul Sari layak untuk dilaksanakan.
Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang
tinggi dari para wisatawan yang berkunjung semakin meningkat setiap tahunnya
serta harga jual yang tinggi menjanjikan bahwa usaha lengkeng Diamond River
dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan
lengkeng Diamond River menggunakan peralatan yang relarif sederhana seperti
budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan aspek manajemen, perusahaan
telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai struktur organisasi
dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial ekonomi dan
lingkungan, pengusahaan lengkeng Diamond River ikut serta dalam melestarikan
lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat
membahayakan lingkungan, dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat
sekitar lokasi usaha.
Hasil analisis terhadap analisis finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR
dan Payback Period, pengusahaan lengkeng Diamond River oleh PT. Mekar
Unggul Sari layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dinilai dari nilai NPV>0 yaitu
sebesar Rp 351.589.711, Net B/C>1 yaitu sebesar 1,72, dan IRR sebesar 13,00%,
dimana nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 6,5%
serta payback period yang diperoleh dalam pengusahaan lengkeng diamond river
adalah 10 tahun dari 15 tahun umur bisnis usaha.
Jika dilihat dari analisis switching value, penurunan hasil produksi
lengkeng, penurunan harga jual, dan kenaikan biaya variabel merupakan hal yang
sangat sensitif dalam pengusahaan lengkeng Diamond River, yaitu 22,47 % untuk
penurunan hasil produksi lengkeng dan penurunan harga jual, dan 136,27 % untuk
kenaikan biaya variabel.
ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LENGKENG
DIAMOND RIVER (Dimocarpus Longan Lour)
(Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)

ANGGA KUSMAYANA
H34076020

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBSINIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River
(Dimocarpus Longan Lour) (Studi Kasus : PT Mekar Unggul
Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)

Nasma : Angga Kusmayana


NRP : H34076020

Disetujui,
Pembimbing

Ir. Anita Ristianingrum, M.Si


NIP 19671024 199302 2 001

Mengetahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung kusnadi, MS


NIP 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi sayayang berjudul “Analisis


Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River (Dimocarpus Longan Lour)
(Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)” adalah
karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2010

Angga Kusmayana
H34076020
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 8 Mei 1986 sebagai
anak pertama dari pasangan berbahagia yaitu bapak Kusmayadi dan ibu Jubaedah
yang bertempat di Ciampea, Bogor.
Penulis mengikuti pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SDN Bojong
Rangkas 05, Ciampea, Bogor pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998.
Pendidikan Tingkat Menengah Pertama dapat diselesaikan penulis pada tahun
2001 di SMPN 4 Bogor. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah
atas di SMA Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada Tahun 2004,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Diploma III
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian melalui jalur reguler. Penulis
melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus di
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2007.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


atas segala nikmat karunia dan kekuatan yang telah diberikanNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan
Pengusahaan Lengkeng Diamond River (Dimocarpus Longan Lour) (Studi Kasus
: PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini merupakan
hasil karya penulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Lengkeng Diamond River
dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial pada perusahaan PT Mekar
Unggul Sari.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak termasuk penulis dan
juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian.

Bogor, Maret 2010


Angga Kusmayana
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi rabbil `alamiin puji syukur kehadirat Allah SWT yang


masih memberikan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan baik. Dalam penyusunan Skripsi ini banyak
kesulitan dan hambatan yang dihadapi, tetapi berkat dorongan, bantuan dan
bimbingan dari banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada :
1. Kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan, kasih sayang dan
dukungan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini.
2. “My Twin Sister” Anggi yang selalu memberikan do`a, dukungan dan
perhatian dan kasih sayang.
3. Ir. Anita Ristianingrum, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ir. Popong Nurhayati, MM yang telah bersedia menjadi dosen evaluator
dalam kolokium, dengan kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk
kesempurnaan skripsi ini.
5. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS sebagai penguji utama yang telah
memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam
penulisan skripsi ini.
6. Ibu Tintin Sariatin, SP, MM sebagai perwakilan dari komisi akademik yang
telah memberikan berbagai saran dan masukan untuk penulis dalam upaya
memaksimalkan penulisan skripsi ini.
7. Kak Ratna dan keluarga yang telah menyediakan tempat tinggal selama
penulis melaksanakan Penelitian.
8. Nope Gromnikora sebagai pembahas seminar yang telah memberikan
berbagai saran dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam
penulisan skripsi ini.
9. Teman seperjuangan satu bimbingan Johnson Simanjuntak atas semangat
dan usaha bersama dalam menyelesaikan tugas akhir.
10. Sahabat-sahabat penulis, M. Koko Prihartono, Riano Catur Hapsongko
Rochmat, Harry Octa Rifki, Maradhika Nugraha, Lonica Adysa, dan Meutia
Sari. atas semangat, saran, dan pengalaman berharga bagi penulis.
11. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Agribisnis yang telah memberikan
dukungan dan kebersamaannya selama ini.
12. Staf dan pengurus Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus
yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungannya selama ini
13. Bapak Edwin, Bapak Joko Sugono, Bapak Irama, Bapak Dudi Dzen serta
Bapak Holil sebagai staff PT. Mekar Unggul Sari dan atas arahan bimbingan
dan informasi yang diberikan kepada penulis.
14. Bapak H. Dwi Susanto yang telah memberikan motivasi dan arahan agar
penulis menjadi pribadi yang lebih baik.
15. Semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

Akhir kata, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Bogor, Maret 2010

Angga Kusmayana
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................... iii


DAFTAR GAMBAR ........................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ vi

I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................... 7
1.3. Tujuan ........................................................................... 10
1.4. Kegunaan ....................................................................... 11
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .............................................. 11

II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 12


2.1. Pengertian Hortikultura .................................................. 12
2.2. Buah Lengkeng .............................................................. 13
2.2.1. Asal-usul dan Botani Lengkeng .......................... 13
2.2.2. Sifat Botani Lengkeng .......................................... 15
2.2.3. Manfaat Buah Lengkeng ..................................... 16
2.2.4. Agroekologi Tanaman Lengkeng Dataran rendah 19
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu .......................................... 20

III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 23


3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................ 23
3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha ......................... 23
3.1.2. Tujuan Analisis Kelayakan ................................. 23
3.1.3. Tahap-tahap Analisis Kelayakan Usaha ............. 24
3.1.3.1. Aspek Pasar ............................................ 24
3.1.3.2. Aspek Teknis ......................................... 24
3.1.3.3. Aspek Manajemen ................................. 25
3.1.3.4. Aspek Sosial dan Lingkungan ................ 25
3.1.3.5. Aspek Finansial ..................................... 26
3.1.4. Analisis Switching Value ................................... 30
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................. 31

IV METODE PENELITIAN .................................................... 34


4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 34
4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................. 34
4.3. Metode Analisis ............................................................ 34
4.3.1. Analisis Aspek Pasar ............................................. 35
4.3.2 Analisis Aspek Teknis ........................................... 35
4.3.3. Analisis Aspek Organisasi dan Manajemen .......... 36
4.3.4. Analisis Aspek Sosial ............................................ 36
4.3.5. Analisis Aspek Finansial ...................................... 36
4.3.5.1. Net Present Value (NPV) ........................... 37
4.3.5.2 Internal Rate of Return (IRR) .................... 37
4.3.5.3 Net Benefit / Cost (Net B/C) ...................... 38
4.3.5.4 PayBack Period ......................................... 39
4.3.6. Analisis Sensitivitas .............................................. 39
4.3.7. Analisis Rugi Laba ............................................... 40
4.4. Asumsi Dasar ................................................................ 41

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .............................. 42


5.1. Sejarah perusahaan ........................................................... 42
5.2. Kondisi Geografis Perusahaan ......................................... 44
5.3. Tujuan Perusahaan ........................................................... 46
5.4. Deskripsi Kegiatan Bisnis Perusahaan ............................. 46

VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND


RIVER .................................................................................... 48
6.1. Aspek Non Finansial ........................................................ 48
6.1.1. Aspek Pasar ............................................................ 48
6.1.1.1. Peluang Pasar ............................................ 48
6.1.1.2. Strategi Pemasaran .................................... 48
6.1.2. Aspek Teknis ......................................................... 50
6.1.2.1. Lokasi Usaha ............................................. 50
6.1.2.2. Skala Usaha ............................................... 51
6.1.2.3. Teknik Produksi ........................................ 52
6.1.2.3.1. Budidaya Lengkeng .................... 52
6.1.3. Aspek Manajemen ................................................. 56
6.1.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ................ 57
6.2. Aspek Finansial ................................................................ 57
6.2.1. Arus Penerimaan (Inflow) ...................................... 57
6.2.2. Arus Biaya (Outflow) ............................................ 58
6.2.2.1. Biaya Investasi ......................................... 58
6.2.2.2. Biaya Operasional .................................... 61
6.2.3. Kelayakan Finansial Pengusahaan Lengkeng Diamond
River ...................................................................... 64
6.2.4. Analisis Switching Value ....................................... 65
VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 67
7.1. Kesimpulan ...................................................................... 67
7.2. Saran ................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 69


LAMPIRAN ......................................................................................... 71

ii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura ................... 2


2 Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Sampai 2015 4
3 Konsumsi Buah-buahan dan sayuran Tahun 2007-2008 ......... 4
4 Nilai PDB Hortikultura Tahun 2007-2008 .............................. 5
5 Daerah Sentra Produksi Tanaman Lengkeng di Jawa Tengah . 6
6 Sentra Produksi Buah-buahan Unggulan di Kabupaten Bogor 7
7 Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor ............................. 9
8 Komposisi Zat Gizi per 100 gram Buah Lengkeng Segar dan
Kering .................................................................................... 17
9 Pengembangan Areal Pada PT Mekar Unggul Sari ................. 45
10 Ketinggian, Suhu, Curah hujan, dan pH Tanah pada Lokasi Usaha
Dan Syarat Tumbuh Tanaman Lengkeng Diamond River ...... 50
11 Perkiraan Penjualan dan Total penerimaan Penjualan Lengkeng
Diamond River per Tahun Lahan Seluas 15.000 m2 di PT Mekar
Unggul Sari ............................................................................. 58
12 Rincian Biaya Pembibitan Lengkeng Diamond River ............. 60
13 Perincian Biaya Investasi Pengusahaan Lengkeng
Diamond River pada Lahan selusa 15.000 m2 ......................... 61
14 Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Lengkeng Diamond River
Dengan luas lahan 15.000 m2 untuk 1 Tahun .......................... 63
15 Rincian Dosisi Pemberian Pupuk kandang, Pupuk Anorganik,
Pestisida, Kemasan beserta Pembungkus Buah dalam
Pengusahaan Lengkeng Diamond River di PT Mekar
Unggul Sari .............................................................................. 64
16 Kriteria Kelayakan Finansial Pengusahaan Lengkeng
Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari ........................... 64
17 Hasil Analisis Switching Value Usaha Lengkeng Diamond

iii
River di PT Mekar Unggul Sari ............................................... 65

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................... 33


2 Kebun Lengkeng ...................................................................... 51
3 Bibit Lengkeng Diamond River ............................................... 52
4 Pembrongsongan Buah Legkeng ............................................. 54
5 Lengkeng Siap Panen ............................................................... 55

v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman

1 Jadwal Kegiatan Pengusahaan Lengkeng Diamond River


Tahun 1-2 ................................................................................ 71
2 Jadwal Kegiatan Pengusahaan lengkeng Diamond River
Tahun Ketiga dst ....................................................................... 72
3 Analisis Cashflow Pengusahaan Lengkeng Diamond River
pada PT Mekar Unggul Sari .................................................... 73
4 Proyeksi Laba Rugi Pengusahaan Lengkeng Diamond River
pada PT Mekar Unggul Sari ................................................... 75
5 Biaya Variabel Tahun Pertama dan Kedua .............................. 77
6 Biaya Variabel Tahun Ketiga, Keempat dst ............................ 78
7 Biaya Reivestasi Pengusahaan Lengkeng Diamond River
pada PT Mekar Unggul Sari .................................................... 79
8 Perhitungan Penyusutan Pengusahaan Lengkeng Diamond River
pada PT Mekar Unggul Sari .................................................... 80
9 Penerimaan Hasil Panen Lengkeng Tahun Ketiga dan
Seterusnya ................................................................................ 81
10 Switching Value Penurunan Harga Jual dan Penurunan
Produksi .................................................................................... 82
11 Switching Value Kenaikan Biaya Variabel ............................. 84
12 Daftar pertanyaan Pengarah ..................................................... 86

vi
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah cukup luas, dengan variasi
agroklimat yang tinggi, merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan
hortikultura, baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi
agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur
dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun.
Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat
cerah dilihat dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam
pemulihan perekonomian Indonesia dalam waktu yang akan datang. Oleh
karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini.
Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan devisanya dari hasil
hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura yang
serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya,
bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan
sebagainya. Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam
pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan
pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut.
Peluang pasar dalam negeri bagi komoditas hortikultura diharapkan akan
semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan
pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan
masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini juga ditunjang
oleh perkembangan sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor. Belum
banyaknya pihak yang menyadari potensi dari komoditas hortikultura, yang hasil
produksinya 3-7 kali lebih besar dibandingkan komoditi pangan dan bahan baku
industri. Berdasarkan perkembangan konsumsi masyarakat Indonesia untuk buah-
buahan impor sangat tinggi yaitu senilai Rp 10 trilyun/tahun (Kompas, 2007),
Buah impor selama ini membanjiri supermarket hingga kios buah pinggir jalan.
Porsi ini yang harus di ambil alih, minimal dapat diimbangi.
Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam
skala perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional,
sedangkan jenis komoditas hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Secara
keseluruhan produksi hortikultura menunjukkan peningkatan sebesar 7,43 %
Sedangkan untuk pencapaian luas panen mengalami peningkatan sebesar 7,86 % 1.
Secara keseluruhan perkembangan produksi hortikultura dapat dilihat pada Tabel
1.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura Tahun 2007-2008


Produksi Peningkatan
No Kelompok Komoditas
Tahun 2007 Tahun 2008*) (%)
1. Buah-buaha (Ton) 17.116.622 18.241248 7,15
2. Sayuran (Ton) 9.455.464 10.393.407 9,92
3. Tanaman Hias : 9,55
Tan. Hias potong (Tangkai) 9.189.976 11.037.463 1,89
Draceana (Batang) 2.041.962 2.355.403 12,10
Melati (Kg) 15.775.751 16.597.668 9,00
Palem (Pohon) 1.171.768 1.304.178 15,20
4. Tanaman Biofarmaka (Kg) 474.911.940 489.702.035 3,11
Rata-rata 7,43
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009 2

Terjadinya peningkatan tersebut dapat dikatakan bahwa kesadaran


masyarakat untuk mengusahakan komoditas hortikultura semakin tinggi, selain
untuk pemenuhan konsumsi, juga dapat mendatangkan keuntungan. Menghadapi
persaingan yang semakin tajam diperlukan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu
seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan
mempersiapkan diri dengan langkah-langkah yang konkrit, sehingga mampu
membangun suatu sistem ekonomi yang memiliki daya hidup dan berkembang
secara mandiri serta mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat
Indonesia.
Kenyataan bahwa pertumbuhan positif ekonomi di Indonesia diiringi
dengan peningkatan konsumsi / belanja rumah tangga membuat kebutuhan
produk-produk hasil hortikultura khususnya buah-buahan mengalami kenaikan
jumlah permintaan. Kenaikan permintaan tersebut akan menciptakan peluang

1
http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index. [10Mei 2009]
2
http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index. [10Mei 2009]

2
usaha yang menjanjikan keuntungan, namun setiap usaha pasti memiliki
persaingan usaha baik dari dalam negeri maupun produk dari luar negeri. Untuk
persaingan dalam negeri, petani kecil maupun kelompok tani harus bersaing
dengan pengusaha swasta yang menghasilkan produk hortikultura yang serupa
untuk dapat diterima oleh konsumen.
Dalam persaingan internasional dengan adanya arus globalisasi, tidak
mungkin dihindari semakin lama produk hortikultura yang masuk ke Indonesia
dari negara-negara lain akan semakin beragam jenisnya dan volumenya semakin
banyak. Menghadapi kenyataan ini maka produk hortikultura harus bersaing
dengan produk dari negara lain. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut dengan
tanpa mengesampingkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai tentunya
perlu dikaji berbagai permasalahan yang ada sehingga upaya pencapaian tujuan di
atas dapat terlaksana dengan baik.
Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan hortikultura
ialah produktivitas yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari
rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usahatani yang kecil, mutu
bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya
penerapan teknologi budidaya (Dudung Abdul Adjid, 1993). Kepedulian
masyarakat di Indonesia untuk mengonsumsi buah ternyata masih rendah. Sebagai
salah satu negara penghasil buah terbesar di dunia, konsumsi buah di Indonesia
masih lebih rendah dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand,
dan Filipina. Dari hasil Survei Sehat Nasional (Susenas) yang diadakan BPS tahun
2004, 60,44 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah.
Rata-rata hanya mengonsumsi satu porsi buah setiap hari 3.

3
Pekan Raya Hortikultura Ke-4 Tahun 2009 Target Konsumsi Sayuran 43,5 Kg Dan
Buah 37,5 Kg. http://www.hortikultura.deptan.go.id. [23 Mei 2009]

3
Tabel 2. Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Sampai 2015
Peningkatan Total
Populasi Konsumsi per
Tahun Populasi per 5 Konsumsi
Penduduk(Juta) Kapita (kg)
Tahun (%) (ribu ton)
2000 213 30,5 36,76 7.830
2005 227 32,5 45,70 10.375
2010 240 34,0 57,92 13.900
2015 254 44,5 78,74 20.000
Sumber : Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (IPB, 2002)

Jumlah konsumsi buah-buahan dan sayuran di Indonesia pada tahun 2007-


2008 juga mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan pertumbuhan penduduk
juga mempengaruhi permintaan buah dan sayuran untuk pemenuhan kebutuhan
asupan gizi masyarakat.

Tabel 3. Konsumsi Buah-buahan dan Sayuran Tahun 2007-2008


Konsumsi (kg/th/kapita) Peningkatan
Komoditi
2007 Tahun 2008 (%)
Buah-buahan 34,06 35,52 4,29
Sayuran 40,90 41,32 1,03
Jumlah 74,96 76,84 2,51
Sumber : www.litbang.deptan.go.id/special/hortikultura 4

Menurut organisasi pangan sedunia (FAO - Food and Agricultural


Organization), idealnya dibutuhkan tiga porsi buah setiap hari supaya manfaat
buah bisa didapatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi buah-
buahan di Indonesia, sampai saat ini hanya 35,52 kilogram per kapita/tahun pada
tahun 2008. Angka itu masih cukup jauh dari rekomendasi FAO yaitu sebesar
65,75 kg per kapita/tahun untuk konsumsi buah setiap negara. Dibanding negara
lain di Asia Tenggara jumlah konsumsi buah di Indonesia termasuk rendah.
Malaysia sudah mengonsumsi buah 52 kg per kapita/tahun, Filipina 67 kg per
kapita/tahun, sedang Thailand sudah mencapai 92 kg perkapita/tahun 5.
Selain potensi pasar yang masih sangat besar, Produk Domestik Bruto
(PDB) hortikultura juga cukup baik hasilnya. Berdasarkan catatan Ditjen
Hortikultura sepanjang 2005, nilai PDB hortikultura mencapai US$ 44 miliar.
Skala itu semakin meningkat di tahun selanjutnya menjadi US$ 46 miliar. Di

4
www.litbang.deptan.go.id/special/hortikultura
5
Op.cit

4
tahun 2007, pemerintah telah menargetkan nilai PDB hortikultura mencapai US$
49 miliar, dan US$ 51 miliar pada 2008.

Tabel 4. Nilai PDB Hortikultura Tahun 2007-2008


PDB (Milyar) Peningkatan/P
Kelompok
No enurunan
Komoditi Tahun 2007 Tahun 2008
(%)
1. Buah-buahan 42.362 42.660 4,02
2. Sayuran 25.567 27.423 7,18
3. Tan.Biofarmaka 4.105 4.118 0,32
4. Tanaman Hias 4.741 6.091 28,48
Total 76.795 80.292 4,55
Sumber : Litbang Deptan 6

Salah satu buah konsumsi yang digemari oleh masyarakat di Indonesia


adalah buah lengkeng. Lengkeng merupakan tanaman yang telah sejak lama
dikenal dan lazim ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman pagar pembatas
lahan dan tanaman pekarangan. Tanaman ini dapat dipelihara oleh setiap anggota
masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara budidaya
sederhana dapat tumbuh dan berproduksi baik. Namun sebagian besar kebutuhan
lengkeng harus diimpor dari Thailand dan Republik Rakyat China (RRC)7.
Berbeda dengan produksi buah lengkeng dataran tinggi dari sentra produksi di
Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masih sangat terbatas sudah habis terjual di
pasar setempat, tidak sampai ke luar daerah. Selain itu, kesulitan pengembangan
yang dihadapi adalah tidak adanya varietas baru yang lebih unggul dan sifat
agroklimat tanaman yang menghendaki udara sejuk (pegunungan) sebagai tempat
tumbuhnya.
Keunggulan lengkeng adalah memperkuat limpa, meningkatkan produksi
darah merah, menambah selera makan, dan menambah tenaga. Buah lengkeng
baik untuk dikonsumsi saat proses pemulihan stamina, sehingga kondisi kesehatan
berangsur membaik. Konsumsi yang dianjurkan untuk perbaikan kondisi
kesehatan adalah minimal segenggam tangan setiap harinya. Manfaat sehat
lainnya masih banyak, antara lain menyehatkan usus, perbaikan proses
penyerapan makanan, melancarkan buang air kecil, mengatasi cacingan,

6
http://hortikultura.litbang.deptan.go.id [19 Mei 2009]
7
http://www.trubus-online.co.id/itoh ngebruk [19 Mei 2009]

5
menyehatkan mata, mengobati sakit kepala, keputihan, dan hernia. Buah lengkeng
juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber minuman penguat, karena bersifat
sebagai tonik.
Rendahnya produksi lengkeng Indonesia karena selama ini buah lengkeng
di Jawa hanya dihasilkan dari daerah dataran tinggi beriklim sejuk (800–1.200
meter di atas permukaan laut), seperti di Ambarawa dan Temanggung (Jawa
Tengah), dan Batu dan Tumpang (Jawa Timur).

Tabel 5. Daerah Sentra Produksi Tanaman Lengkeng di Jawa Tengah


Ketinggian
Daerah
No Lokasi Tempat Ciri Khas Buah
Sentra
(m/d.p.l)
1 Bandungan Unggaran 700 Kuning cokelat, manis
2 Grabag
Merbabu 800 Coklat merah, rasa manis khas
(Magelang)
3 Pingit Temanggung 600 Merah kuning, rasa khas
4 Muntilan Merapi 800 Kuning jambu, rasa khas
5 Kalibening
Salatiga 600 Coklat, rasa khas
Kayuwangi
6 Cepogo Merbabu 600 Kuning coklat, manis
Sumber : Sutardi, Balai Penelitian Getas.

Pohon-pohon tradisional di daerah sentra produksi tersebut rata-rata


berumur puluhan tahun. Bahkan ada yang 100 tahun, dan tidak pernah
diremajakan ataupun dibudidayakan secara intensif. Setiap tahunnya Indonesia
mengimpor ± 20.000 ton lengkeng dari berbagai negara, terutama Thailand 8.
Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah lengkeng cenderung terus
meningkat. Sekarang ini buah lengkeng segar maupun olahan berasal dari
Thailand. Luas areal tanaman lengkeng di Tailand sekitar 2.300 Ha dengan
produksi 20.000 ton/tahun. Di Indonesia, produksi buah lengkeng belum tercatat
secara statistik oleh Biro Pusat Statistik (BPS) karena masih dianggap sebagai
buah minor (Rukmana 2005).
Pada tahun 2005 telah ditemukan terobosan baru yakni lengkeng yang
berbuah di dataran rendah berudara panas. Ternyata jenis lengkeng yang dapat
beradaptasi dan berproduksi di dataran rendah ini terutama berasal dari Thailand

8
http://www.trubus-online.co.id/lengkengdataranrendah [19 Mei 2009]

6
(Bie Kiew, Ido, Sichompu), Vietnam (Ping Pong, Diamond River), dan Malaysia
(Itoh), walaupun ada juga yang asli Indonesia, seperti varietas Selarong dan
Sugiri. Penelitian analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River perlu
dilakukan agar memberikan informasi baru kepada masyarakat tentang adanya
lengkeng varietas baru dari luar negeri yang dapat dibudidayakan di dataran
rendah dan dilakukan pengujian layak atau tidaknya varietas lengkeng tersebut
apabila dibudidayakan di Indonesia

1.2. Perumusan Masalah


Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah yang subur di pulau jawa
memilki potensi untuk dikembangkannya komoditas lengkeng dataran rendah,
terutama lengkeng dataran rendah varietas Diamond River. Dibandingkan dengan
varietas lain yang sejenis, lengkeng Diamond River memiliki keunggulan yang
bersifat ekonomis yaitu lebih disukai pasar karena buah manis, berdaging lebih
tebal dan berbiji kecil, sehingga berpotensi untuk diusahakan.
Kabupaten Bogor dikenal sebagai sentra buah-buahan unggulan, seperti
manggis, rambutan, dan durian. Sebagai daerah yang memiliki curah hujan yang
tinggi, Kabupaten Bogor sangat cocok untuk ditanami buah-buahan (tanaman
hortikultura). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sentra produksi beberapa
komoditas unggulan yang tinggi. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sentra Produksi Buah-buahan Unggulan di Kabupaten Bogor 2008


Luas lahan
No Komoditas Kecamatan Utama
(Ha)
1 Manggis 989 Leuwi Sadeng, Jasinga, Sukamakmur
2 Rambutan 5.301 Cileungsi, Jonggol, Sukamakmur, Kalapanunggal
3 Durian 3.308 Jonggol, Jasinga, Gunung Sindur
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (diolah)

Ketiga buah unggulan tersebut merupakan hasil utama buah-buahan


unggulan yang merupakan tanaman buah musiman yang sudah ada sejak puluhan
bahkan ratusan tahun yang lalu. Masih banyak kelemahan terdapat pada tanaman
buah unggulan tersebut, seperti : membutuhkan waktu yang lama dari proses

7
penanaman sampai proses tanaman mulai berbuah, hanya berbuah satu tahun
sekali, membutuhkan lahan yang sangat luas, berbuah pada saat panen raya
sehingga harga jual buah relatif rendah (Rambutan Rp 500,-/Kg, Manggis
Rp. 2.500,-/Kg, Durian Rp. 5000,-/Kg). Hal-hal tersebut membuat banyaknya
pertimbangan apabila ingin diusahakan sejak awal. Lain halnya dengan lengkeng
Diamond River yang memiliki keunggulan antara lain : waktu yang dibutuhkan
relatif singkat (18 bulan) dari proses penanaman sampai berbuah, berbuah dua kali
setahun atau lebih, harga jual buah relatif stabil (Rp. 7.000,- sampai dengan
Rp. 7.500,-/Kg di tingkat petani dan Rp. 16.000,- di tingkat pedagang), dan dapat
diusahakan dalam bentuk tabulampot.
Belum terpenuhinya kebutuhan konsumsi lengkeng di Indonesia membuat
Indonesia masih melakukan impor untuk pemenuhan kebutuhan lengkeng di
masyarakat. Hampir sepanjang tahun pasar buah Indonesia dipenuhi oleh buah
lengkeng. Padahal produksi lengkeng lokal untuk daerah Temanggung (sentra
produksi) Jawa Tengah hanya mencapai 2.691,10 ton dengan jumlah tanaman
13.067 (Diperta Temanggung, 2005). Sementara impor lengkeng terbanyak
berasal dari Thailand dan Tiongkok sebanyak 21.000 ton. Hal ini menunjukkan
bahwa kesempatan untuk mengusahakan lengkeng di Indonesia sangat memiliki
prospek, dan dapat mengurangi ketergantungan kepada lengkeng impor. Bertitik
tolak dari perkembangan keadaan tanaman lengkeng di Thailand maka
pengembangan tanaman lengkeng di Indonesia sebaiknya berkembang pesat,
minimal mengimbangi impor buah lengkeng selama ini.
Masih tersedianya lahan untuk dijadikan areal usaha budidaya lengkeng
Diamond River di Kabupaten Bogor menjadikan usaha lengkeng Diamond River
di Kabupaten Bogor merupakan sebuah usaha yang memiliki prospek dari segi
ekologis dan ekonomis. Adapun luas lahan pertanian di Kabupaten Bogor dapat
dilihat pada Tabel 7.

8
Tabel 7. Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor :
No Potensi Luas (Ha)
1 Lahan Sawah 48.321.00
2 Lahan Bukan Sawah 109.786.61
- Tegal/kebun 57.609.00
- Ladang huma -
- Perkebunan Besar Negara 4.422.08
- Perkebunan Besar Swasta 3.649.76
- Perkebunan rakyat 14.054.59
- Ditanami pohon/hutan rakyat 25.980.17
- Tambak -
- Kolam tebat/empang 2.359.00
- Padang penggembalaan 757.00
- Sementara tidak diusahakan 955.00
Jumlah 158.107.61
sumber : Buku Saku Potensi dan Peluang Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor 2007 9

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masih sekitar 955.00 Ha yang
sementara belum diusahakan untuk lahan pertanian di Kabupaten Bogor, sehingga
masih dapat dilihat potensi lahan untuk mengusahakan lengkeng Diamond River
sebagai usaha pertanian yang berprospek di masa yang akan datang.
PT. Mekar Unggul Sari atau yang lebih dikenal dengan nama Taman
Wisata Mekarsari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agrowisata
buah tropis dan wahana rekreasi keluarga. Selain sebagai tempat wisata, Taman
Wisata Mekarsari juga merupakan tempat pengembangan dan penelitian buah
tropis, baik dari seluruh wilayah Indonesia, maupun dari mancanegara. Gagasan
pembangunan Taman Wisata Mekarsari berasal dari Almarhumah Ibu Tien
Soeharto yang berkeinginan untuk membangun sebuah tempat koleksi dan
pelestarian plasma nutfah tropis khas Indonesia maupun sebagai wahana
penelitian, budidaya dan wisata.
Di Indonesia, salah satu perusahaan yang mengusahakan lengkeng
Diamond River adalah PT. Mekar Unggul Sari. Untuk itu pada tanggal 16 Januari
2005 bertempat di Taman Wisata Mekarsari telah diresmikan berdirinya Forum
Kerjasama Pengembangan Lengkeng Dataran Rendah yang anggotanya terdiri
dari para penangkar buah/ pengusaha, MPPI dan Peneliti, instansi terkait

9
www.bogorkab.go.id [2 Juni 2009]

9
(Deptan). Forum ini sepakat untuk menyumbangkan varietas-varietas lengkeng
dataran rendah yang dimiliki oleh masing-masing anggotanya yaitu para
penangkar benih buah untuk ditanam di Taman Wisata Mekarsari sebagai
tanaman percontohan yang akan diteliti dan dievaluasi pertumbuhannya secara
berkala. Forum ini juga dibentuk untuk menyusun strategi untuk mengembangkan
tanaman lengkeng dataran rendah di seluruh wilayah Indonesia dalam usaha
mengurangi ketergantungan impor dari Thailand dan RRC. Sejumlah 16 varietas
telah ditanam untuk dievaluasi pertumbuhannya dan akan diseleksi sebagai pohon
induk yang layak 10.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan beberapa perumusan
masalah yang akan dikaji dalam penelitian yaitu :
1. Apakah pengusahaan buah lengkeng Diamond River layak untuk
dilakukan dilihat dari aspek pasar, aspek produksi, aspek oganisasi, dan
aspek sosial dan lingkungan ?
2. Apakah pengusahaan lengkeng Diamond River layak untuk dilakukan
dilihat dari aspek finansial ?
3. Bagaimana tingkat kepekaan pengusahaan lengkeng Diamond River
terhadap penurunan harga jual, penurunan jumlah produksi serta kenaikan
biaya variabel ?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penilitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan usaha lengkeng Diamond River dari aspek pasar,
aspek produksi, aspek organisasi, aspek sosial dan menganalisa kelayakan
finansial pengembangan bisnis lengkeng Diamond River
2. Menganalisis tingkat kepekaan usaha lengkeng Diamond River terhadap
penurunan harga jual, kenaikan biaya variabel, dan penurunan hasil
produksi.

10
www.trubus-online.co.id [2 Juni 2009]

10
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna
bagi :
1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dan bahan acuan untuk mengembangkan bisnis lengkeng Diamond River
dengan mengoptimalkan lahan yang belum digunakan pada PT. Mekar
Unggul Sari dalam rangka pemenuhan permintaan konsumen.
2. Memberikan informasi kepada pemilik modal dan petani sebagai
pertimbangan melakukan usaha alternatif yang kemudian dinilai mampu
memperoleh pendapatan dari usahatani lengkeng Diamond River.
3. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai tambahan pengetahuan
maupun sebagai informasi untuk melaksanakan studi yang relevan di masa
yang akan datang.
4. Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti sendiri untuk menerapkan ilmu
yang diperoleh selama menjalankan kuliah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian analisis kelayakan pengusahaan lengkeng
Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari sebagai percontohan untuk
dikembangkan di Kabupaten Bogor. Adanya keterbatasan data sehingga belum
tentu data-data sama dan tidak 100% benar.

11
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hortikultura


Hortikultura berasal dari kata hortus (garden atau kebun) dan colere (to
cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai
usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias (Janick,
1972 ; Edmond et al. 1975). Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu
pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.
Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman
hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan.
Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan
jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta
memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan
hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga).
Peranan hortikultura adalah :
a) Memperbaiki gizi masyarakat,
b) Memperbesar devisa negara,
c) Memperluas kesempatan kerja,
d) Meningkatkan pendapatan petani, dan
e) Pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.
Namun dalam membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula
mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu :
a) Tidak dapat disimpan lama,
b) Perlu tempat lapang (voluminous),
c) Mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan,
d) Melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan
e) Fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997).
2.2. Buah Lengkeng

2.2.1. Asal-usul Tanaman Lengkeng


Lengkeng merupakan tanaman buah subtropis yang memiliki nama ilmiah
Dimocarpus Longan Lour. Klasifikasi dari tanaman lengkeng adalah sebagai
berikut :
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Sapindales
Suku : Sapindaceae
Marga : Dimocarpus
Jenis : Dimocarpus longan Lour.
Nama Umum : lengkeng
Nama Asing : Longan (Inggris), Longanier, oeil de dragon (Francis)

Lengkeng (Dimocarpus longan Lour.) yang termasuk dalam famili


Sapindaceae kerabat dekat dengan leci dan rambutan merupakan tanaman
subtropis yang sudah dikenal 2000 tahun yang lalu. Asal-usulnya dari daerah Cina
Selatan dan pemanfaatannya lebih kepada khasiatnya sebagai obat, bukan sebagai
buah meja (Triwinata 2006), buah ini dikenal sebagai Dragon Eye (Menzel et al.,
Nakasone dan Paull, 1998) 10. Dari Cina Selatan, tanaman ini kemudian
berkembang ke daerah Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia (Usman
2006). Di Indonesia lengkeng tumbuh baik di daerah dengan ketinggian tempat
antara 300-900 m dpl (Rahardja, 1983). Lengkeng memerlukan suhu yang dingin
untuk memacu pembungaan yaitu antara 5-22°C (Verheij dan Coronel, 1992).
Menurut Soenarso (1990) bahwa sebaran pertanaman lengkeng dataran tinggi
dominan di Pulau Jawa yaitu di daerah Salatiga, Ambarawa, Temanggung,
Tumpang, dan Magelang. Sebagian besar daerah tersebut mempunyai pola curah
hujan subtropis seperti di Ambarawa, Salatiga, dan Tumpang (Supriyanto, 2006).
Karena memerlukan syarat tumbuh seperti itu, pengembangan lengkeng di
Indonesia terbatas hanya di daerah tertentu saja. Selain itu, umumnya lengkeng

10
http://www.iptek.net.id. [14 Mei 2009]

13
dataran tinggi mempunyai masa awal produksi yang lama yaitu antara 5-8 tahun
sehingga pengembangannya ke daerah lain agak lambat.
Lengkeng berbentuk bulat berukuran sebesar kelereng. Lengkeng dalam
bahasa mandarin dikenal sebagai ong ya guo/long yan (mata naga). Dalam bahasa
Thailand dikenal lam yai, dan dalam bahasa latin dikenal Euphoria longana.
Lengkeng banyak tumbuh di provinsi belahan utara Thailand, khususnya di
Chiang Mai dan Lamphun, meskipun dipercaya berasal dari Sri Lanka dan India
Selatan. Awal pertumbuhan di Thailand disebutkan bahwa sebagai buah-buahan
yang dikenal lam yai dibawa dari Cina Selatan untuk Raja Chulalongkorn (Rama
V), sebelum tahun 1896. Di Thailand, lengkeng (lam yai) menempati urutan
kedua dari lima jenis buah ekspor segar setelah durian (turian), urutan selanjutnya
manggis (mangkut), nenas (sapparot), dan jeruk (som o) (Adel A Kader, 2006;
Anonymous, 2006)
Buah lengkeng bergerombol pada pucuk tangkainya. Kulit buah berwarna
kuning kecoklatan sampai coklat muda, bahkan hingga coklat kehitaman dengan
permukaan tidak merata atau berbintil-bintil. Daging buah berwarna bening-putih
berair mengandung karbohidrat, sedikit minyak, dan saponin. Daging buah berasa
manis dengan aroma khas.
Jenis lengkeng yang telah banyak dikenal selama ini, umumnya dapat
tumbuh dan berbuah dengan baik di daerah dataran tinggi, meski ada sebagian
yang adaptif di dataran rendah tetapi umur panen tergolong lama ( di atas 8
tahun). Belakangan ini mulai dikenal beberapa jenis lengkeng yang dapat tumbuh
bahkan berbuah dengan lebat di dataran rendah serta bersifat genjah (paling cepat
berbuah umur 8 bulan).

1. Diamond River
Verietas ini berdaun hijau cerah, lebar dan tepinya bergelombang.
Tajuknya kompak dan sosoknya cenderung melebar ke samping daripada ke atas.
Sangat cocok dijadikan tanaman peneduh (di Vietnam telah dimanfaatkan sebagai
tanaman penghijauan sejak tahun 1986). Daging buahnya relatif tebal dan berair
saat dikupas. Lengkeng jenis ini bisa berbuah pada umur 8-12 bulan untuk
lengkeng vegetatif, dan 2 – 3 tahun untuk lengkeng generatif. Diamond River

14
termasuk jenis yang mudah berbuah, bahkan tanpa perlakuan khusus dan sangat
produktif (tanaman berusia 3 tahun dapat berbuah 80-100 kg/musim panen).

2. Pingpong
Lengkeng pingpong dahannya cenderung memanjang, lentur dan menjulur
ke segala arah. Daun berwarna hijau tua dan berukuran kecil menggulung ke
belakang. Ukuran buah lebih besar daripada Diamond River, beraroma harum,
daging buah cukup tebal, biji besar, kulit tipis, dan tidak berair. Lengkeng
vegetatif bisa berbuah pada umur 8-12 bulan dan lengkeng generatif berbuah saat
berumur 2-3 tahun. Sayangnya jenis ini kurang produktif dibanding Diamond
River, mungkin tipe percabangan yang tidak serimbun Diamond River adalah
penyebabnya.

3. Itoh
Sepintas penampilan Itoh mirip dengan Diamond River dengan daun lebar
dan bergelombang. Kualitas buah paling unggul daripada yang lain. Daging tebal,
manis, kering dan berbiji tebal. Lengkeng Itoh hasil cangkokan berbuah 7-10
bulan tanam dari bibit berumur 6 bulan. Namun di Indonesia baru beberapa
pekebun/perusahaan yang berhasil membuahkan, meski sampai saat ini para
pekebun masih terus berusaha membuahkannya.

2.2.2. Sifat Botani Lengkeng


Lengkeng merupakan tanaman hutan yang dapat tumbuh tinggi mencapai 40 m.
Tanaman ini baik untuk mencegah erosi lereng (Sunarjono, 2005).

a. Daun dan Batang


Habitusnya sangat menarik, berbentuk kanopi. Berdaun rimbun, mirip
daun rambuatan kapulasan yakni berukuran kecil, panjang (dengan ujung
meruncing), dan berwarna hiljau gelap. Batangnya bercabang banyak, arah cabang
mendatar dan rapat (Sunanto, 1990).

15
b. Bunga
Bunga tanaman lengkeng ada yang berumah satu. Tanaman jantan hanya
mempunyai benang sari (Staminate) saja tanpa menunjukkan adanya putik (pistil).
Pada tanaman yang berbunga sempurna (hermafrodit) ada yang bersifat betina dan
bersifat jantan. Namun, pada tanaman berumah satu (monoecius) lainnya, kedua
kelamin bunga berfungsi normal. Bunga tersebut umumnya terdapat dalam tandan
yang keluar pada ujung – ujung cabang (ranting) dan berdiri tegak keatas. Dengan
demikian, dari luar tampak bagus diatas kanopi daun (Sunarjono, 2005).

c. Buah
Bentuk buah lengkeng umumnya bulat hingga lonjong dan berwarna hijau.
Setelah matang (tua), buah berwarna kecoklatan. Bijinya satu, bulat, dan berwarna
kehitaman. Biji tidak dapat disimpan lama karena cepat berkecambah setelah
dilepas dari dagingnya. Daging buah terasa manis sekali dan harum
(Sunarjono, 2005).

d. Akar
Tanaman lengkeng berakaran tunggang dan akar samping berjumlah
banyak, panjang dan kuat (Sunanto, 1990).

2.2.3. Manfaat Buah Lengkeng


Buah lengkeng banyak mengandung jenis gula, umumnya glukosa dan
sukrosa. Di dalamnya terkandung senyawa fitokimia yang memiliki khasiat untuk
kesehatan, beberapa diantaranya dipercaya dapat mengendurkan saraf. Jika saraf
telah mengendur, euforia manusia akan naik dengan sendirinya. Karena khasiat
itulah, buah lengkeng disebut juga sebagai euforia fruit.
Secara umum komposisi zat gizi yang terkandung dalam buah lengkeng
dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa kandungan mineral
buah lengkeng cukup tinggi bila dibandingkan dengan vitaminnya.

16
Tabel 8. Komposisi Zat Gizi per 100 gram Buah Lengkeng Segar dan Kering

Zat Gizi Buah Segar Buah Kering


Energi (kkal) 61 286
Protein (g) 1 4,9
Lemak (g) 0,1 0,4
Karbohidrat (g) 15,8 74
Serat (g) 0,4 2
Abu (g) 0,7 3,1
Kalsium (mg) 10 45
Fosfor (mg) 42 196
Besi (mg) 1,2 5,4
Vitamin B1 (mg) - 0,04
Vitamin C (mg) 6 28
11
Sumber: Morton, 1987

Mineral yang banyak terdapat pada lengkeng adalah kalsium, fosfor, dan
besi. Lengkeng juga mengandung magnesium dan kalium, tetapi dalam jumlah
lebih sedikit. Vitamin yang dominan adalah vitamin C. Buah lengkeng juga
memiliki komponen fenolik seperti asam galat, corilagin, dan ellagic acid.
Senyawa fenolik ini berguna sebagai antioksidan, senyawa kimia pelindung, dan
untuk menjaga kesehatan hati. Fenolik tidak hanya terkandung pada bagian buah,
tetapi juga di dalam bijinya.
Buah lengkeng umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar. Ciri-ciri buah
layak pilih adalah: (1) kulit buah berwarna kuning sampai cokelat muda, cerah,
dan utuh (tidak pecah); (2) tangkai buah masih menempel pada buah; (3) berasa
manis dan beraroma harum. Pada dasarnya buah lengkeng yang ada di pasaran
dibedakan atas dua kelas mutu (grade), yaitu mutu A jika dalam satu kilogram
terdapat 55-75 buah, dan mutu B jika dalam satu kilogram terdapat 76-80 buah.
Saat ini variasi penyajian begitu banyak, mulai dari pengolahan sebagai
buah kalengan, dikeringkan, ataupun diolah dalam masakan sebagai dessert atau
sup. Di Cina, buah lengkeng umumnya dikeringkan atau dijadikan sirup. Buah

11
pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html [2 Juni 2009]

17
lengkeng dalam kaleng merupakan komoditas utama yang sering diekspor,
terutama dari Shanghai, Hong Kong, dan Taiwan ke Amerika Serikat.
Buah yang akan dikeringkan terlebih dahulu harus dipanaskan untuk
memudahkan pemisahan daging buahnya. Kemudian biji dan daging buah
dipisahkan. Bagian daging buah selanjutnya dikeringkan dengan teknik
pengasapan. Dari proses pengeringan tersebut akan dihasilkan buah berwarna
hitam dan memiliki cita rasa asap. Buah kering ini juga dapat digunakan sebagai
bahan baku minuman untuk penambah kesegaran. Pengolahan lainnya adalah
pembuatan liqueur. Lengkeng mengandung alkohol sederhana dalam bentuk
etanol. Melalui tahapan fermentasi dan maserasi, gula pada lengkeng akan diubah
menjadi minuman beralkohol.
Daging buah lengkeng memiliki banyak manfaat kesehatan, antara lain
untuk kesehatan jantung. Kandungan nutrisi dalam daging buah dapat
menyembuhkan sakit perut dan penawar keracunan. Konsumsi buah lengkeng
dipercaya dapat mengobati jantung yang berdebar keras. Buah yang telah
dikeringkan dapat digunakan sebagai tonik untuk perawatan insomnia dan
neurosis.
Pemanfaatan buah lengkeng baru-baru ini telah diteliti oleh Fakultas
Farmasi di Chiba University, Jepang. Di dalam ekstrak buahnya terkandung
beberapa senyawa seperti adenosin, uridin, dan 5-metiluridin. Kandungan
adenosin di dalam buah lengkeng dipercaya dapat menghasilkan efek antikonflik
(anticonflict effects), serta memberikan kontribusi dalam efek analgesik (analgesic
effect), yaitu untuk menghilangkan rasa sakit.
Bagian tanaman lengkeng yang paling menonjol pemanfaatannya adalah
bagian buah. Namun, bagian tanaman lainnya juga memiliki kontribusi cukup
menguntungkan. Pemanfaatan bagian akar, biji, dan daun lengkeng adalah untuk
meminimalisasi limbah perkebunan lengkeng dan meningkatkan nilai tambah
bagian yang terkadang terlupakan tersebut. Rasa pahit dari akar dan daun
lengkeng memiliki khasiat kesehatan. Keduanya secara tradisional menjadi bahan
ramuan obat tradisional di China.
Akar dan daun memiliki quercetin dan quercitrin. Akar tanaman lengkeng
memiliki khasiat untuk membersihkan saluran kencing serta melancarkan sirkulasi

18
darah. Daunnya digunakan sebagai antiradang dan pereda demam. Biji lengkeng,
walaupun keras dan bersifat tidak dapat dimakan (inedible), ternyata memiliki
kegunaan untuk menghilangkan rasa sakit dan menghentikan perdarahan, serta
menghilangkan rasa nyeri. Bagian biji juga mengandung zat yang berguna untuk
pigmen dan asam amino. Bahkan, biji lengkeng dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembuat sampo pencuci rambut karena kandungan saponinnya yang dapat
menghasilkan busa dalam jumlah banyak. Biji lengkeng juga dapat mengurangi
produksi keringat berlebih, sehingga dapat mengendalikan bau badan seseorang.
Kulit kayu lengkeng terasa kecut agak manis, dan bersifat hangat astringen. Zat
astringen tersebut menyebabkan jaringan mengerut dan mengurangi sekresi.
Dengan alasan tersebut, kandungan kulit kayu lengkeng dipakai sebagai obat luar
untuk perawatan kulit.

2.2.4. Agroekologi Tanaman Lengkeng Dataran Rendah


Penyebaran tanaman lengkeng dataran rendah sangat erat hubungannya
dengan persyaratan tumbuh. Kemampuan tumbuh bukan tumbuh membesar
dengan daun rimbun, tetapi tanaman harus mampu berbuah lebat. Tanaman
lengkeng dataran rendah untuk dapat tumbuh normal menghendaki persyaratan
tumbuh yang sesuai meliputi jenis tanah, ketinggian tempat dan iklim setempat.
Lengkeng dataran rendah dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Akan
tetapi jenis tanah yang paling baik adalah tanah yang cukup berairsehingga
kondisi agroklimat setempat menjadi dingin. Oleh karena itu, tanah cukup porous,
mudah mengalirkan air ke dalam lapisan dalam seperti tanah lempung dan aluvial
berpasir, berkapur dengan kemasaman tanah (pH) antara 5,5-6,5.
Iklim yang dibutuhkan tanaman lengkeng dataran rendah harus sesuai.
Komponen iklim seperti curah hujan dan suhu udara. Suhu udara yang sesuai
dengan tanaman lengkeng dataran rendah antara 20-33 o C pada siang hari dan 15
o
– 22 C pada malam hari dan curah hujan yang dibutuhkan lengkeng dataran
rendah 2500-4000 mm/tahun. Sebaiknya curah hujan merata sepanjang tahun
dengan kelembaban udara 65-90 %.

19
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu
Samak (2006) meneliti tentang Analisis Kelayakan Usahatani Manggis
(Studi Kasus Desa Karacak, Kecamayan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Jawa
Barat), mengemukakan bahwa usahatani manggis layak untuk diusahakan untuk
luasan 1 hektar dengan nilai NPV positif yang menunjukkan bahwa jika usahatani
manggis dilaksanakan maka akan mendapatkan jumlah keuntungan sebesar
Rp 65.972.779 dan nilai IRR sebesar 30,99 persen. Sedangkan nilai NBCR
menunjukkan bahwa usahatani yang dilaksanakan dalam 1 hektar, setiap
pengeluaran Rp 1,00 akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 6,483.
Widya Sari (2008) meneliti tentang Analisis Kelayakan Pengusahaan
Bunga Potong Krisan Loka Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor,
mengemukakan berdasarkan analisis aspek sosial dan finansial, terlihat bahwa
bunga potong krisan Loka Farm layak untuk dijalankan dengan dua skenario,
yaitu modal pinjaman dari Koperasi Mabes TNI (skenario I) dan modal pinjaman
dari bank syariah (skenario II). Hal ini dikarenakan kedua skenario sudah
memenuhi kriteria kelayakan proyek, yaitu NPV lebih dari nol, nilai Net B/C
lebih dari satu, IRR lebih dari tingkat diskonto yang digunakan tiap-tiap proyek
dan PP berada sebelum batas habis proyek. Skenario I lebih layak berdasarkan
analisis kelayakan finansial dan switching value dibandingkan dengan skenario II
karena nilai NPV dan nilai Net B/C lebih besar dibandingkan skenario II.
Purnomo (2008) meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial dan
Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi Kasus Kecamatan Sipahutar, Kabupaten
Tapanuli Utara, Sumatera Utara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani
nanas selama 6 tahun mengalami keuntungan dengan perbandingan biaya total
produksi sebesar Rp. 57.720.000,- dan memperoleh penerimaan sebesar
Rp. 69.420.000,-, maka perolehan pendapatan petani atas biaya total selama 6
tahun adalah sebesar Rp. 11.700.000,- dan pendapatan atas biaya tunai adalah
sebesar Rp. 37.865.000,- Dengan rasio penerimaan terhadap biaya tunai (R/C)
adalah sebesar 2,19 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan
akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,19.
Ridhawati (2008) meneliti tentang Kelayakan Finansial Investasi
Usahatani Asparagus (Asparagus officionalis) Ramah Lingkungan PT. Agro

20
Lestari, Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani asparagus ramah
lingkungan di Desa Cibedug layak untuk dilaksanakan. Kelayakan aspek pasar
terlihat dari peluang pasar yang masih tersedia, serta bauran pemasaran yang
dilaksanakan perusahaan. Kelayakan aspek teknis terlihat dari adanya kesesuaian
antara kondisi iklim Desa Cibedug dengan kondisi iklim yang dibutuhkan oleh
asparagus, ketersediaan sarana produksi, ketersediaan tenaga kerja, dan layout
lahan. Kelayakan aspek manajemen terlihat dari adanya koordinasi pihak
manajemen Agro Lestari untuk membentuk kegiatan usahatani yang utuh.
Kelayakan aspek sosial terlihat dari adanya manfaat-manfaat sosial yang
ditimbulkan dari adanya kegiatan usahatani asparagus ramah lingkungan.
Berdasarkan analisis finansial, usahatani asparagus ramah lingkungan
layak untuk diusahakan. Dilihat dari parameter-parameter kelayakan investasi.
NPV sebesar 7.124.166,90 menunjukkan manfaat kepada perusahaan selama umur
proyek. IRR sebesar 10,04 persen. Net B/C menunjukkan setiap 1 rupiah biaya
yang dikeluarkan perusahaan akan menghasilkan 1,04 manfaat. Payback period
sebesar 3,60 menunjukkan bahwa akan terjadi pengembalian modal selama tiga
tahun enam bulan.
Mariany (2001) meneliti tentang Pengaruh Kemasan Plastik dan Pelilinan
terhadap Kualitas dan Masa Simpan Buah Lengkeng (Euphoria Longan L.)
Varietas Batu di Desa Jetis, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah. Hasil penelitian memiliki tujuan untuk observasi perilaku pascapanen
varietas Batu dan kopyor yang tersimpan terbuka dalam suhu kamar, serta
mempelajari pengaruh beberapa cara simpan (kemasan plastik dan pelilinan) pada
suhu rendah dalam mempertahankan kualitas dan memperpanjang masa simpan
buah lengkeng varietas Batu.
Penelitian ini menggunakan 2 macam percobaan, yaitu menyimpan buah
lengkeng secara terbuka dalam suhu kamar dan penyimpanan dengan beberapa
cara simpan dalam suhu rendah 10 ºC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
suhu kamar secara terbuka dapat menyebabkan susut bobot sebesar 15 % pada 3
hari setelah penyimpanan (HSP), dan setelah 7 HSP meningkat menjadi 28 %.
Buah tersebut tahan disimpan sampai 3 HSP jika dilihat dari kecilnya persentase
kebusukan (0,5 %) dan rasa daging buahnya masih manis dan segar. Pada 7 HSP,

21
persentase kebusukan mencapai 70 %, sehingga dapat dipasarkan. Penyimpanan
secara terbuka pada suhu rendah dapat lebih mempertahankan kualitasdan
memperpanjang masa simpannya 3-4 hari lebih lama dibandingkan dengan suhu
kamar.
Riani (2002) meneliti tentang Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Pedon
di Wilayah Bogor untuk Tanaman Lengkeng. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan kelas kesesuaian beberapa pedon di wilayah Bogor yang meliputi
jenis Tanah Andosol Sukamantri (P1), Tanah Regososl Darmaga (P2), Tanah
Latosol Darmaga (P3) untuk tanaman lengkeng. Metode yang dilakukan adalah
sistem matching, yaitu membandingkan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk
tanaman lengkeng dengan karakteristik lahan yang ada. Berdasarkan hasil
penelitian dan kondisi di lapangan, pedon-pedon yang diteliti (P1,P2,P3) adalah
sesuai marginal (S3) bagi tanaman lengkeng yaitu lahan mempunyai pembatas-
pembatas yang besar yang akan mengurangi produksi dan keuntungan yaitu curah
hujan.
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
penelitian ini bermaksud untuk meneliti cara budidaya dan menganalisis
kelayakan pengusahaan komoditas lengkeng Diamond River yang tergolong
sebagai komoditas baru dalam usaha hortikultura. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah menganalisis kelayakan usaha. Masih
terbatasnya studi literatur tentang tanaman lengkeng terutama lengkeng dataran
rendah, maka penelitian ini menggunakan informasi sekunder tambahan dari
penelusuran melalui media internet dan berbagai media pertanian yang membahas
tentang lengkeng dataran rendah.

22
III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha


Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah
kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari
suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan
dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat
dalam arti finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini
diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari.

3.1.2. Tujuan Analisis Kelayakan


Tujuan analisis kelayakan usaha adalah untuk memperbaiki pemilihan
investasi. Karena sumber-sumber yang tersedia bersifat terbatas, maka perlu
diadakan pemilihan terhadap berbagai macam proyek. Kesalahan pemilihan
proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka
(Khadariah,1999).
Tujuan lain analisis kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran
penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak
menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek investasi
umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan
dalam jangka panjang, karena itu perlu dilakukan studi untuk menghindari
kesalahan dalam menginvestasikan dana.
Analisis kelayakan memberikan manfaat terhadap pihak-pihak tertentu
seperti : Pemerintah Daerah, Investor, Pengusaha yang memerlukan hasil analisis
sebagai bahan masukan utama dalam rangka pengkajian ulang, untuk turut serta
menyetujui atau sebaliknya menolak hasil analisis sesuai dengan kepentingannya.
3.1.3. Tahap-tahap Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha mencakup beberapa aspek antara lain: aspek
pasar, aspek teknis, aspek finansial dan aspek lingkungan serta aspek legal.
Analisis kelayakan usaha yang disusun merupakan pedoman kerja, baik dalam
penanaman investasi, pengeluaran biaya, cara produksi, cara melakukan
pemasaran dan cara memperlakukan lingkungan organisasi. Dalam kenyataannya
tidak semua aspek harus diteliti, hanya aspek yang benar-benar dibutuhkan saja
yang perlu dianalisis untuk dibahas lebih lanjut.

3.1.3.1. Aspek Pasar


Pada dasarnya, analisis pada aspek ini bertujuan untuk mengetahui berapa
besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan pangsa pasar (market share) dari
produk yang dihasilkan (Umar, 1999). Analisis terhadap aspek pasar ditunjukkan
untuk mendapatkan gambaran mengenai pasar potensial yang tersedia di masa
yang akan datang. Jumlah pangsa pasar yang dapat diserap oleh proyek dari
keseluruhan pasar potensial serta perkembangan pasar tersebut di masa yang akan
datang, dan strategi pemasaran yang telah ditentukan perlu memperhatikan posisi
produk dalam siklus produk dan segmen pasar yang direncanakan. Bauran
pemasaran dibedakan dalam empat komponen utama, yaitu produk, tempat
pemasaran, promosi dan harga (Husnan dan Suwarsono, 2000).

3.1.3.2. Aspek Teknis


Analisis aspek teknis antara lain menentukan jenis teknologi pada produk
dan jasa yang dikaji. Lokasi tempat penelitian sementara difokuskan di wilayah
Kabupaten Bogor.
Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan
output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986).
Analisis secara produksi menguji hubungan-hubungan teknis di dalam suatu
proyek diantaranya keadaan tanah di daerah proyek dan potensi bagi
pembangunan pertanian, ketersedian air secara alami. Aspek teknis merupakan
suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis

24
dan pengoperasiannya setelah proyek selesai dibangun (Hasnan dan Suwarno,
2000).
Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi
proyek, besar skala operasi atau luas produksi, kriteria pemilihan peralatan yang
digunakan, proses produksi yang dilakukan, serta sarana dan prasarana
pendukungnya.

3.1.3.3. Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen berisi aspek institusi, organisasi, dan manajerial


yang tumpang tindih (overlapping) yang dapat mempunyai pengaruh penting
terhadap pelaksanaan proyek (Gittinger,1986). Pada proyek pertanian, perusahaan
perlu mempertimbangkan kemampuan manajerial terhadap pihak-pihak yang
terlibat langsung dalam proyek tersebut. Jika pihak-pihak tersebut masih awam,
diharapkan pihak-pihak tersebut dapat mempelajari terlebih dahulu. Aspek
manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengelolahan proyek. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk badan usaha yang
digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan
lancar, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan, struktur
organisasi yang digunakan, dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan
(Husnan dan Muhammad, 2000).

3.1.3.4. Aspek Sosial dan Lingkungan


Pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar
dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (responsive)
terhadap keadaan sosial tersebut, hal ini dikarenakan tidak ada proyek yang dapat
bertahan dengan lama apabila proyek tersebut tidak dapat bersahabat dengan baik
dengan lingkungan (Gittinger, 1986).
Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan adalah mengenai
penciptaan kesempatan kerja, kualitas hidup masyarakat, kontribusi usaha, dan
dampak lingkungan yang dapat merugikan usaha. Daerah usaha harus dipilih
melalui peninjauan secara langsung, agar usaha tersebut dapat ikut dalam

25
kelestarian alam. Oleh karena itu rancangan usaha perlu dilakukan guna untuk
menghindari pengeluaran biaya atas penggunaan teknologi yang tidak tepat guna.

3.1.3.5. Aspek Finansial


Aspek finansial sangat memegang peranan penting dalam melakukan studi
kelayakan usaha lengkeng Diamond River di Kabupaten Bogor. Penelitian perlu
melakukan pengkajian lebih mengenai aspek-aspek pendapatan dan biaya yang
diperlukan dalam pengimplementasiannya. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan
kajian pertimbangan analisis kelayakan usaha. Untuk mengambil suatu keputusan
dalam memilih suatu investasi diperlukan perhitungan dan analisis yang tepat
untuk menilai dan menentukan investasi yang menguntungkan ditinjau dari segi
ekonomis.

1) Teori Biaya dan Manfaat


Analisis finansial diawali dengan menganalisis biaya dan manfaat dari
suatu usaha. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang
dengan revenue earning usaha, apakah usaha itu akan terjamin atas pendanaan
yang diperlukan, apakah usaha akan mampu membayar kembali dana tersebut,
dan apakah usaha akan berkembang sedemikian rupa, sehingga secara finansial
dapat berdiri sendiri (Kadariah, 2001). Dalam analisis usaha, penyusunan arus
biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah
yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau
pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan
manfaat merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa
merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya serta manfaat tidak
langsung.
Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan
dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu
usaha, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat
yang dirasakan secara tidak langsung dan bukan merupakan tujuan utama dari
suatu usaha.

26
Biaya dan manfaat yang dimasukkan ke dalam analisis usaha adalah biaya
dan manfaat yang bersifat langsung. Biaya yang diperlukan untuk usaha terdiri
dari biaya modal, biaya operasional serta biaya-biaya lainnya yang terkait dengan
pendanaan suatu usaha. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang
penggunaannya bersifat jangka panjang, contohnya tanah, bangunan,
perlengkapan, mesin, biaya-biaya perizinan, serta biaya-biaya lainnya yang
berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan dari suatu kegiatan usaha.
Biaya operasional disebut biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan
untuk menutupi kebutuhan dana yang diperlukan pada saat usaha dilaksanakan
dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan pada saat tahap
operasi, contohnya biaya bahan baku, biaya perlengkapan serta biaya penunjang.
Biaya lain yang dikeluarkan usaha adalah pajak, bunga pinjaman dan asuransi
(Kuntjoro, 2002). Biaya yang menyangkut proyek pertanian antara lain meliputi
barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan biaya tidak terduga, pajak, jasa
pinjaman serta biaya yang tidak diperhitungkan (Gittinger, 1986). Penambahan
nilai suatu proyek bisa diketahui melalui peningkatan produksi, perbaikan
kualitas, perubahan dalam waktu penjualan, perubahan dalam bentuk produksi,
pengurangan biaya melalui mekanisasi, pengurangan biaya pengangkutan,
penghindaran kerugian serta biaya tidak langsung usaha
Benefit dari suatu usaha terbagi menjadi direct benefit, indirect benefit,
dan intangible benefit. Direct benefit adalah peningkatan output produksi ataupun
penurunan biaya. Indirect benefit merupakan keuntungan sampingan akibat
adanya suatu usaha. Sedangkan intangible benefit merupakan keuntungan yang
tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan
sebagainya. (Kadariah, 2001)

2) Analisis Rugi Laba


Laporan rugi laba merupakan suatu laporan keuangan yang mencantumkan
penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang
menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut (Gittinger, 1986).
Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan
diperoleh dari penjualan barang dan jasa dikurangi dengan potongan penjualan,

27
barang yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi
mencangkup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output,
diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku.
Komponen lain dalam rugi laba adalah adanya biaya penjualan, biaya
umum dan administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut terhadap
laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan
termasuk pegeluaran operasi non tunai yang merupakan alokasi biaya yang
berasal dari harta tetap pada setiap periode yang menyebabkan nilai harta tetap
tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi
sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak.

3) Kriteria Kelayakan Investasi


Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh
dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan rugi laba menunjukkan hasil
operasi perusahaan selama periode operasi. Namun dalam menganalisis suatu
proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba karena kas
seseorang bisa berinvestasi, dan dengan kas seseorang dapat membayar
kewajibannya sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perlu
dilakukan analisis aliran kas (cashflow) (Husnan dan Suwarsono, 2000). Cashflow
merupakan susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil pengurangan arus
biaya tambahan terhadap arus manfaat. Tambahan ini merupakan perbedaan
kegiatan dengan proyek (with project), arus tersebut menggambarkan keadaan
dari tahun ke tahun selama jangka hidup (life time period) (Kuntjoro, 2002).
Adapun yang termasuk ke dalam komponen cashflow ini terdiri dari inflow
dan outflow. Inflow biasanya terdiri dari nilai produksi total, penerimaan
pinjaman, bantuan (grants), dan nilai sisa (salvage value). Sedangkan komponen
outflow diantaranya biaya barang modal, tenaga kerja, tanah, pajak, dan cicilan
pinjaman. Sebuah ukuran finansial yang bermanfaat dan sangat penting dalam
analisis proyek adalah tingkat pengembalian finansial (Gittinger, 1986). Kriteria
investasi diklasifikasikan menurut dua kategori, yaitu non discounting criteria dan
discounting criteria. Perbedaan antara kedua konsep ini adalah non discounting

28
criteria tidak menyertakan konsep time value of money (nilai waktu sekarang)
sebagaimana yang diterapkan di discounting criteria
Nilai waktu uang adalah konsep dimana sejumlah uang tertentu pada masa
yang akan datang akan memiliki manfaat bersih yang lebih kecil dibandingkan
pada waktu sekarang dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian
kriteria investasi akan jauh lebih baik jika digunakan konsep nilai waktu uang
yang diwujudkan dengan perhitungan present value yaitu adanya ketidakpastian
dari hasil, harga dan biaya yang ditetapkan sepanjang proyek berjalan, serta jika
dipikirkan secara logis, nilai uang yang sama jumlahnya yang akan diterima atau
dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga dari pada nilai uang itu pada masa yang
akan datang.
Umumnya terdapat lima metode yang bisa dipertimbangkan untuk dipakai
dalam penerimaan investasi. Metode tersebut diantaranya Average Rate Return
Method, Payback Period, Present Value, Internal Rate Return, serta Profitability
Index. (Husnan dan Suwarsono, 2000). Dana yang diinvestasikan itu layak atau
tidak akan diukur melalui kriteria investasi, yaitu Net Present Value, Gross
Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate Return. (Gittinger, 1986)

a) Net Present Value atau Manfaat Sekarang Netto


Net Present Value atau manfaat sekarang netto adalah nilai sekarang dari
arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger, 1986).
Proyek akan menguntungkan jika NPV bernilai positif. Jika nilai NPV bernilai
negatif, maka akan timbul masalah, dimana pada tingkat diskonto yang
diasumsikan, arus manfaat sekarang menjadi lebih kecil daripada manfaat
sekarang arus biaya. Hal ini mengakibatkan ketidakcukupan dalam pengembalian
dana investasi. Lebih baik menanamkan uang di suatu bank pada tingkat diskonto
tertentu.

b) Internal Rate of Return (Tingkat Pengembalian Internal)


Perhitungan Internal Rate of Return adalah tingkat bunga maksimal yang
dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan, karena proyek
membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi serta proyek baru

29
sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). Perhitungan IRR digunakan
untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan
menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Jika dengan
tingkat diskonto tertentu, nilai NPV menjadi sebesar nol, maka proyek yang
bersangkutan berada dalam posisi pulang modal yang berarti proyek dapat
mengembalikan modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta dapat
melunasi bunga penggunaan uang.

c) Net Benefit Cost Ratio (Rasio Manfaat dan Biaya)


Rasio manfaat dan biaya diperoleh dari nilai sekarang arus manfaat dibagi
dengan nilai sekarang arus biaya. (Gittinger, 1986). Suatu keuntungan dari Net
B/C adalah bahwa ukuran tersebut secara langsung dapat mencatat berapa besar
tambahan biaya tanpa mengakibatkan proyek secara ekonomis tidak menarik. Net
B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan
biaya sebesar satu rupiah. Nilai mutlak net B/C akan berbeda tergantung kepada
tingkat bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat bunga yang dipilih, maka net
B/C akan kurang dari satu.

d) Payback Period
Payback Period atau masa pembayaran kembali adalah jangka waktu
kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai
dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan
sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan
(Gittinger, 1986). Selama proyek dapat mengembalikan modal atau investasi
sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Akan
tetapi apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan
modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan.

3.1.4. Analisis Switching Value


Analisis switching value adalah suatu analisis agar dapat melihat pengaruh
yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah (Gittinger, 1986). Pada bidang
pertanian, proyek sensitif berubah akibat empat masalah utama, yaitu perubahan

30
harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan
perubahan volume produksi. Parameter perubahan harga jual produk dan biaya
dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam keadaan
nyata kedua parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu.
Untuk itu, analisis switching value perlu dilakukan untuk melihat sampai berapa
persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan
perubahan dalam kriteria invetasi dari layak menjadi tidak layak.
Kriteria kelayakan investasi menjadi tidak layak yaitu proporsi manfaat
yang turun akibat manfaat sekarang netto atau NPV menjadi nol. Nilai nol akan
membuat tingkat pengembalian ekonomi menjadi sama dengan tingkat diskonto
dan perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan satu. Batas-
batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi dalam hal layak
atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang
diperoleh menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak peka atau sensitive terhadap
perubahan parameter yang terjadi.
Setelah dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi perlu dilakukan
analisa sensitivitas untuk mengetahui sejauh mana tingkat sensitivitas / pengaruh
dari beberapa variabel terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan
berdasarkan skenario-skenario yang logis.
Metoda yang biasa digunakan dalam analisis sensitifitas yaitu:
a. Analisis Breakeven
b. Analisis sensitifitas dengan model sederhana
c. Analisis sensitifitas menggunakan model discounted
Dalam penerapannya analisa sensitifitas tidak akan dilakukan dengan
ketiga metode tersebut tetapi dipilih metode yang paling sesuai.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional


Buah lengkeng memiliki potensi untuk dikembangkan dan nilai ekonomi
yang cukup tinggi. Tingginya permintaan untuk komoditas buah lengkeng di
Indonesia masih bergantung kepada buah lengkeng impor, sehingga masih
besarnya peluang untuk mengusahakannya. Dalam pelaksanaan usahatani
lengkeng tersebut terutama dari jenis Diamond River yang baru akan
dikembangkan di Indonesia maka diperlukan analisis kelayakan usaha, diperlukan

31
pengukuran atas tingkat kelayakan usaha untuk mengetahui layak atau tidaknya
usahatani tersebut untuk diusahakan dan dikembangkan. Analisis usahatani
lengkeng Diamond River dilakukan dengan analisis terhadap aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek finansial. Perhitungan analisis finansial
menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C Rasio, PBP. Selain
kriteria tersebut dilakukan juga analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat
kepekaan usahatani lengkeng Diamond River terhadap perubahan manfaat dan
biaya yang mempengaruhinya. Adapun alur kerangka pemikiran operasionalnya
dapat dilihat pada Gambar 1.

32
Meningkatnya permintaan konsumen terhadap buah lengkeng
Permintaan buah lengkeng yang belum terpenuhi
Masih tergantung pada lengkeng impor dari luar negeri

PT. Mekar Unggul Sari sebagai tempat percontohan dan


penelitian lengkeng dataran rendah

Kelayakan Pengusahaan
Lengkeng Diamond River

Aspek Aspek Aspek sosial


Aspek teknis manajemen & Aspek finansial
pasar Lingkungan

Kriteria kelayakan proyek Analisis


Analisis NPV, IRR, Net B/C, PP Switching
secara Value
deskriptif

Usaha lengkeng Diamond River Usaha lengkeng Diamond River


layak untuk dijalankan tidak layak untuk dijalankan

Pengembangan Lengkeng
Diamond River

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional

33
IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan :
PT Mekarsari sebagai lokasi penelitian/percontohan untuk dikembangkan
selanjutnya di Kabupaten Bogor, memiliki potensi pasar yang masih terbuka
lebar, dan Kabupaten Bogor merupakan daerah potensial sebagai daerah
agropolitan. Waktu pengambilan data berlangsung pada bulan September –
November 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui pengamatan dan wawancara
dengan manager perusahaan beserta para staf karyawannya. Data sekunder
diperoleh melalui berbagai instansi, antara lain : Dinas Pertanian, Direktorat
Hortikultura, perpustakaan IPB, penelusuran melalui internet, dan berbagai studi
literatur yang berkaitan dengan topik atau bahan penelitian.

4.3 Metode Analisis


Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
aspek-aspek usaha lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh PT. Mekar
Unggul Sari, meliputi : aspek pasar, aspek teknis, aspek organisasi dan
manajemen, dan aspek sosial.
Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finansial usaha lengkeng
Diamond River, dengan menggunakan perhitungan kriteria investasi, yaitu : Net
Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net
B/C), Payback Period, dan Analisis Sensitivitas. Data kuantitatif yang
dikumpulkan serta dikalkulasi diproses atau diolah dengan menggunakan
kalkulator dan komputer. Software atau program yang digunakan adalah program
Microsoft Excel serta ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk mempermudah
pembacaan dan penjelasan secara deskriptif.

4.3.1 Analisis Aspek Pasar


Analisis pada aspek pasar dilakukan secara kualitatif. Aspek komersial
dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek
dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan
pelaksanaan proyek (Gittinger, 1986).
Analisis aspek pasar tersebut dapat dilihat dari kondisi pasar dari lengkeng
Diamond River tersebut, permintaan konsumen, tingkat persaingan antar produsen
lengkeng Diamond River dan varietas lengkeng lainnya, daya beli konsumen,
selera atau keinginan dari konsumen, karakter dari konsumen, segmentasi pasar,
target pasar, positioning, dan bentuk pasar lengkeng Diamond River tersebut.
Aspek pasar dikatakan layak jika potensi pasar lengkeng Diamond River
dan pangsa pasar lengkeng Diamond River dinilai memadai untuk pemasaran
produk, pasar input tersedia dalam jumlah yang cukup dan produk yang dimiliki
memiliki daya saing atau keunggulan dibandingkan produk serupa yang dimiliki
oleh perusahaan pesaing.

4.3.2 Analisis Aspek Teknis


Menurut Gittinger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan input
proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-
jasa. Aspek teknis dianalisis secara deskriptif, hal ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran mengenai lokasi usaha, faktor-faktor klimatik, skala
usaha, kriteria pemilihan alat dan sarana pendukung, dan metode proses produksi
yang digunakan. Aspek teknis tersebut haruslah memenuhi dari aspek kelayakan
usaha lengkeng tersebut. Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan usaha ini
diperlukan untuk :
1. Mengkaji pengimplementasian usaha lengkeng Diamond River di Taman
Wisata Mekarsari

35
2. Memperoleh produk dengan kebutuhan pasar, dikaitkan dengan kualitas yang
lebih baik, dan manfaat yang lebih besar dari produk yang ada saat ini bagi
konsumen.

4.3.3 Analisis Aspek Organisasi dan Manajemen


Analisis ini dapat dilihat dari kesesuaian bidang usaha dengan kelayakan
dari aspek organisasi dan manajemen tersebut. Apakah ada kesanggupan dari
pemilik usaha serta staf karyawannya dalam mengelolah serta menjalankan
kegiatan operasional usaha lengkeng tersebut. Apakah bentuk organisasi tersebut
telah sesuai dengan kebutuhan dari kegiatan bisnis pengusahaan lengkeng
Diamond River tersebut.

4.3.4 Analisis Aspek Sosial


Aspek sosial dapat dilakukan dengan menganalisis dampak yang
ditimbulkan dari pengusahaan lengkeng Diamond River terhadap kondisi
masyarakat, lingkungan, dan manfaat sosial lain yang timbul dari pengusahaan
lengkeng Diamond River tersebut secara menyeluruh. Adanya pengusahaan
lengkeng Diamond River ini diharapkan memiliki hasil yang positif bagi aspek
sosial.

4.3.5 Analisis Aspek Finansial


Aspek finansial menganalisis kriteria investasi yang digunakan sebagai
acuan, apakah pengusahaan lengkeng Diamond River tersebut dapat dikatakan
layak atau tidak layak untuk diusahakan. Kriteria investasi yang digunakan,
sebagai berikut : Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net
Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period, dan Analisis Sensitifitas. Analisis
kelayakan investasi dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun aliran tunai
terdiskonto (Discounted Cashflow), hal ini dikarenakan adanya pengaruh
perubahan waktu terhadap perubahan nilai uang atau terhadap semua biaya serta
manfaat yang akan datang harus diperhitungkan.

36
4.3.5.1 Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan suatu ukuran yang menggambarkan
kemampuan suatu usaha atau nilai sekarang dari arus pendapatan yang
ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu. Dalam metode NPV
rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :
n
Bt − Ct
NPV = ∑
t =1 (1 + i ) t
Keterangan :
Bt = Penerimaan (Benefit) pada tahun ke-t dari penjualan lengkeng
Diamond River yang merupakan perkalian antara harga jual
buah lengkeng Diamond River dengan jumlah buah lengkeng
Diamond River.
Ct = Biaya (Cost) usaha lengkeng Diamond River pada tahun ke-t.
Biaya ini terdiri terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi terdiri dari biaya bibit tanaman
lengkeng Diamond River dan biaya peralatan pendukung. Biaya
operasional terdiri dari biaya tetap (gaji tetap, pembayaran
listrik, air dan telepon, biaya administrasi dan transportasi), dan
biaya variabel (biaya pupuk organik, pupuk anorganik, pestisida,
pembungkus buah, solar, bensin, dan kemasan.
n = Umur ekonomis proyek lengkeng Diamond River yang
didasarkan pada umur ekonomis tanaman lengkeng Diamond
River yaitu selama 15 tahun.
i = Tingkat suku bunga yang berlaku (%)
t = Tahun

4.3.5.2 Internal Rate Return (IRR)


IRR merupakan tingkat pengembalian yang dapat dibayar oleh proyek atau
usaha atas sumber-sumber yang digunakan untuk menutupi pengeluaran investasi
dan operasional selama umur proyek lengkeng Diamond River. IRR dinyatakan
NPV 1
dengan rumus : IRR = i1 + X (i 2 − i1)
NPV 1 + NPV 2

37
Keterangan :
IRR = Tingkat internal hasil (%)
i1 = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif (%)
i2 = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif (%)
NPV1 = Nilai bersih sekarang yang bernilai positif (Rupiah)
NPV2 = Nilai bersih sekarang yang bernilai negatif (Rupiah)

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR yaitu :


1. IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi layak
untuk dilaksanakan.
2. IRR = tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi tidak
menguntungkan dan juga tidak merugikan.
3. IRR < tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi tidak
layak untuk dilaksanakan.

4.3.5.3 Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)


Net Benefit Cost (B/C ratio) adalah nilai perbandingan antara jumlah
present value yang bernilai positif (pembilang) dengan present value yang bernilai
negatif (penyebut). Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan
manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Secara matemasis dapat
dirumuskan sebagai berikut :
n
Bt − Ct
∑ (1 + i)
t =1
t
Bt − Ct > 0
NetB / CRatio = n
Bt − Ct Bt − Ct < 0

t =1 (1 + i )
t

Keterangan :
Bt = Penerimaan (Benefit) bruto usaha lengkeng Diamond River
yang diterima pada tahun ke-t
Ct = Biaya (Cost) bruto usaha lengkeng Diamond River yang
diterima pada tahun ke-t
n = Umur ekonomis usaha lengkeng Diamond River
i = Tingkat Suku Bunga yang berlaku

38
t = Tahun

4.3.5.4 Payback Period


Payback Period atau analisis waktu pengembalian investasi berguna untuk
mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow.
Dalam perhitungan metode ini menggunakan nilai waktu uang . Payback period
dapat dirumuskan sebagai berikut :
V
PP =
I
(1 + i ) n

Dimana :
P = Payback Period
V = Jumlah keseluruhan modal investasi
I = Manfaat hasil bersih rata-rata per tahun per periode

4.3.6 Analisis sensitivitas


Analisis sensitivitas merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk
melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil dari suatu
analisis. Analisis ini bertujuan untuk melihat kembali hasil dari analisis suatu
kegiatan investasi apabila terjadi suatu kesalahan atau adanya perubahan di dalam
perhitungan biaya atau manfaat.
Analisis sensitivitas menggunakan metode switching value atau nilai
peralihan. Perhitungan switching value ini merupakan perhitungan untuk melihat
ambang batas usaha atau proyek dapat dijalankan meskipun terdapat perubahan
pada komponen biaya dan harga output, baik peningkatan maupun penurunan dari
nilai sebelumnya untuk mengetahui perubahan dari penurunan harga jual,
kenaikan biaya variabel, dan penurunan hasil produksi yang mempengaruhi
produksi lengkeng Diamond River.

39
4.3.7 Analisis Rugi Laba
Analisis rugi laba dilakukan dengan mendaftar pendapatan dan biaya yang
dikeluarkan selama satu tahun sehingga dapat diketahui secara langsung jumlah
laba atau rugi per tahun yang diperoleh perusahaan dalam mengembangkan usaha.
Laporan laba rugi disebut juga laporan laba operasi adalah suatu gambaran
tentang operasi perusahaan selama periode tersebut. Laporan rugi laba
mengandung sebuah informasi yang mungkin sangat penting tentang suatu usaha
yaitu laba atau rugi bersih, yang mana merupakan hasil dari pendapatan, maka
hasilnya adalah keuntungan atau kerugian bersih untuk periode tersebut (Hongren
dan Horison, 1992). Perhitungan analisis rugi laba bertujuan untuk menghitung
jumlah pajak yang dikenakan kepada hasil usaha dalam analisis cashflow. Jadi
persamaan untuk laporan rugi laba tersebut adalah :
Penghasilan – Biaya = Laba bersih atau Rugi
a. Penghasilan
Penghasilan perusahaan dapat diperoleh dari penjualan total kepada
konsumen selama periode yang bersangkutan. Jadi penjualan merupakan sumber
penghasilan utama bagi perusahaan. Penjualan bersih dapat diperoleh dari
penjualan kotor dikurangi penjualan yang dikembalikan.
b. Biaya
Biaya mencakup semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan. Pada
garis besarnya, macam-macam biaya yang termasuk di dalamnya adalah biaya
tetap, variabel, pajak, rugi yang diakibatkan penjualan aktiva tetap dan penyusutan
barang investasi.
c. Laba atau Rugi Bersih
Laba bersih dapat diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi seluruh
biaya. Besarnya laba bersih yang dapat dicapai akan menjadi ukuran sukses bagi
perusahaan. Di lain pihak kelemahan perusahaan akan terlihat dengan adanya
kerugian selama satu periode.

40
4.4 Asumsi Dasar
Analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River ini
menggunakan beberapa asumsi dasar, yaitu :
1) Umur proyek yang ditetapkan berdasarkan atas umur ekonomi tanaman
lengkeng Diamond River yaitu 15 tahun
2) Modal yang digunakan oleh perusahaan PT. Mekar Unggul Sari berasal
dari modal sendiri.
3) Terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan berdasarkan umur ekonomis
peralatan-peralatan yang diinvestasikan.
4) Luasan lahan produksi seluas 15.000 m2
5) Bibit lengkeng Diamond River diperoleh dari pembibitan sendiri yang
dilakukan oleh perusahaan.
6) Panen pertama dilakukan setelah pada tahun ketiga dimulai dari
pembibitan dan penggarapan lahan.
7) Panen berikutnya dilakukan pada enam bulan sekali atau dua kali dalam
setahun
8) Harga jual produk sepanjang tahun tidak berubah
9) Kegiatan produksi dilakukan secara sederhana.
10) Tingkat suku bunga (discount rate) yang digunakan merupakan tingkat
suku bunga deposito karena perusahaan tidak melakukan pinjaman kepada
bank. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga
deposito rata-rata Bank Indonesia tahun 2009, yaitu sebesar 6,5%.
11) Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif bardasarkan UU
No. 17 tahun 2008 tentang Tarif Umum PPH Wajib Pajak Badan Dalam
Negeri dan Bentuk Usaha Tetap, yaitu :
a) Penghasilan sampai dengan Rp 50 juta dikenakan pajak sebesar 5 %
b) Pengasilan diatas Rp 50 juta – Rp 250 juta dikenakan pajak sebesar
15 %
c) Pengasilan diatas Rp 250 juta – Rp 500 juta dikenakan pajak sebesar
25 %
d) Penghasilan diatas Rp 500 juta dikenakan pajak sebesar 30 %

41
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Perusahaan


Taman Wisata Mekarsari pada awal berdirinya bernama Taman Buah
Mekarsari, dimana areal lahannya merupakan lahan perkebunan karet milik PTP
IX yang sudah tidak produktif. Gagasan pembangunan Taman Wisata Mekarsari
berasal dari Almarhumah Ibu Tien Soeharto yang berkeinginan untuk membangun
sebuah tempat koleksi dan pelestarian plasma nutfah tropis khas Indonesia sebagai
wahana penelitian, budidaya dan wisata. Proses pembangunan Taman Wisata
Mekarsari terdiri dari empat tahap pembangunan. Tahap 1 meliputi pembangunan
sarana penunjang, antara lain Puri Tirto Sari atau bangunan Air Terjun (BAT)
yang merupakan pusat kegiatan perusahaan, kebun buah, nursery, hidroponik,
instalasi pipa air, listrik dan limbah.
Pembangunan tahap II meliputi pembangunan parkir, gedung pengelola
atau Graha Krida Sari (GKS), menara pandang, bursa bibit dan tanaman (garden
centre), bursa buah, shelter, tempat ibadah, restoran dan peturasan atau saung.
Pembangunan tahap III meliputi pembangunan laboratorium (kultur jaringan,
HPT, klimatologi, agronomi dan fisiologi tanaman), gudang pasca panen, pool
kendaraan, rumah kaca, gedung percobaan, kebun sayur, sarana pengolah limbah,
rumah pompa air dan pembangkit tenaga listrik. Sedangkan tahap IV sedang
direncanakan untuk pembangunan hotel, areal jetski dan sarana penunjang
lainnya. Pada tahap pembangunan terakhir ini sedang direalisasikan. Perancangan
dan pembangunan Taman Wisata Mekarsari dilakukan oleh perusahaan swasta
yaitu PT EXOTICA dan pembangunan dilaksanakan pada tahun 1990. Proses
pembangunan secara keseluruhan terdiri atas 4 tahap yaitu :
1. Pembangunan tahap I : meliputi sarana penunjang yaitu pekerjaan
persiapan sarana penunjang (pintu gerbang dan pemagaran, jalan,
jembatan, saluran air, pos penjaga, menara pengawas, bangunan rumah
plastik, gedung air terjun, kolam air mancur, pembuatan pintu air danau),
pekerjaan penanaman (kebun buah produksi, buah langka, kebun sayur,
kebun bibit dan hidroponik), pekerjaan instalasi listrik dan mengerjakan
instalasi air.
2. Pembangunan tahap II : berupa pekerjaan pendahuluan, parkir, plaza dan
gedung pengelola, pembangunan shelter, toilet umum, pembuatan pagar
depan (gerbang Candi Bentar), pembuatan menara pandang.
3. Pembangunan tahap III : meliputi pembangunan laboratorium,
pembangunan gudang (pasca panen, pupuk dan alat), pembangunan pool
kendaraan dan bengkel.
4. Pembangunan tahap IV : dalam bentuk pekerjaan pembangunan hotel,
ruang konferensi dan landscape di sekitar danau.

Proyek ini merupakan partisipasi aktif Yayasan Purna Bhakti Pertiwi


dalam rangka pengembangan bidang pertanian dan pariwisata. Tujuan khusus
proyek ini antara lain :
a. Menciptakan kebun hortikultura yang terdiri dari kebun buah-buahan,
sayur-sayuran, bunga dan tanaman hias yang berfungsi sebagai kebun
produksi, koleksi dan plasma nutfah.
b. Memberikan alternatif obyek wisata baru, baik bagi wisatawan asing
maupun domestik.
c. Sebagai taman rekreasi hortikultura yang dapat dikembangkan menjadi
pusat studi hortikultura bagi tanaman buah-buahan dan sayuran dataran
rendah.
d. Menciptakan lapangan kerja baru di lingkungan Kecamatan Cileungsi.
e. Memanfaatkan secara maksimal segenap potensi yang mencakup asas
pertimbangan keselarasan lingkungan tetap terjaga.
f. Secara ekonomi diharapkan proyek ini dapat mendatangkan keuntungan.
Secara umum tujuan pembangunan Taman Wisata Mekarsari adalah
sebagai pusat pendidikan dan pengembangan hortikultura meliputi
tanaman buah-buahan, sayuran serta tanaman hias sebagai alternatif untuk
tempat pariwisata, baik wisatawan domestik maupun mancanegara,
sebagai tempat koleksi tanaman buah khususnya buah-buahan khas
Indonesia dan diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat di sekitar Taman Wisata Mekarsari.

43
Peresmian Taman Wisata Mekarsari bertepatan dengan hari pangan
sedunia yang ke XVI yaitu pada tanggal 14 Oktober 1995 yang menandai
kebangkitan buah-buahan Indonesia. Pengelolaan Taman Wisata Mekarsari
diserahkan pada PT Mekar Unggul Sari yang didirikan pada tanggal 14 April
1995 dan beroperasi penuh pada 1 Januari 1995.
Pada tanggal 14 Oktober 2004 bertepatan dengan ulang tahun Taman Buah
Mekarsari yang ke-9, Taman Buah mekarsari berganti nama menjadi Taman
Wisata Mekarsari dan tetap memfokuskan ciri pada pertama kali berdiri yaitu di
bidang wisata khususnya wisata agro yang mempunyai tagline Taman Wisata
Mekarsari “Berwisata di Tengah Kebun Buah”. Dalam perencanaan kebun buah
Taman Wisata Mekarsari dipilih pola daun lamtoro gung sebagai tema utama,
karena tanaman tersebut merupakan simbol tanaman yang serba guna, sebagai
pelestari lingkungan hidup dan pemenuhan kebutuhan jasmani maupun rohaniah.
Taman Wisata Mekarsari telah mempunyai badan hukum yaitu Perseroan
terbatas (PT). PT ini merupakan suatu badan hukum karena memiliki kekayaan
sendiri yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing (Sukotjo, Swastha.
1993). Pemilik saham dari PT. Mekar Unggul Sari adalah yayasan Purna Bhakti
Pertiwi.

5.2. Kondisi Geografis Perusahaan


Taman Wisata Mekarsari yang dikelola PT Mekar Unggul Sari terletak di
Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, meliputi Desa Mekarsari, Desa Dayeuh,
Desa Mampir dan Desa Cileungsi Kidul. Letak Geografis Taman Wisata
Mekarsari adalah 06° - 35° LS dan 52° - 106° BT dengan kemiringan lahan 0 – 8
% serta ketinggian tempat ± 70 mdpl. Lokasi Taman Wisata Mekarsari dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Menurut Schmidt dan Ferguson tipe iklim di Taman Wisata Mekarsari
termasuk tipe iklim A dengan curah hujan 2000 – 4000 mm/th, suhu rata – rata
25,0° C dengan kelembaban relatif 80 – 90 %. Jenis tanah di TWM adalah jenis
tanah latosol yang cocok untuk perkebunan karet dengan warna tanah coklat
sampai kemerahan, tekstur tanah sedang sampai dengan berat, struktur tanah

44
remah sampai dengan gembur, dengan infiltrasi air lambat sampai dengan tinggi,
kandungan bahan organik kurang dari 2 % dengan pH tanah 4,5 – 6,0.
Taman Wisata Mekarsari memiliki lahan seluas 264 Ha yang merupakan
lahan bekas perkebunan karet. Pembagian lahan di Taman Wisata Mekarsari
adalah terdiri atas 5 blok yaitu Blok A – Blok E, Luas areal Taman Wisata
Mekarsari secara keseluruhan adalah 264 ha yang terdiri dari 88 ha kebun buah,
20 ha lanskap, 2 ha green house, 10 ha untuk areal persawahan dan juga sayuran,
5 ha untuk pembibitan, 27,5 ha untuk danau Cipicung, 20 ha untuk bangunan dan
sarana jalan serta 99 ha untuk taman rekreasi, kebun buah komersial dan juga
untuk rencana pembangunan hotel. Jenis tanaman yang ditanam yaitu 80 persen
tanaman buah, 10 persen tanaman hias dan bunga, 5 persen untuk tanaman sayur
dan palawija serta 5 persen untuk tanaman penghijauan dan juga obat-obatan.
Penggunaan lahan secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4. Koleksi
tanaman yang ada di Taman Wisata Mekarsari sekitar 43 famili yang terdiri atas
143 spesies dan 407 varietas tanaman. Jumlah pohon untuk seluruh tanaman
11.655 pohon keras seperti durian, mangga dan jambu air, 8.876 pohon tanaman
pendek seperti delima, jeruk dan karendang, dan 56.912 pohon tanaman semak
atau merambat seperti anggur, markisa dan nanas. Sebagai salah satu obyek
wisata agro, Taman Wisata Mekarsari mudah dijangkau karena letaknya yang
strategis yaitu di Jl. Raya Cileungsi – Jonggol km 3 yang berjarak 45 km dari kota
Bogor, 30 km dari Jakarta dan 20 km dari Bekasi.

Tabel 9. Pengembangan Areal pada PT Mekar Unggul Sari


No Penggunaan Luas (Ha)
1 Kebun Buah 88
2 Landscape 20
3 Green House 2
4 Kebun sayur dan Buah 10
5 Kebun Bibit/Nursery 10
6 Danau Cipicung 27.5
7 Bangunan dan Jalan 20
8 Areal pengembangan 86.5
Jumlah 264
Sumber : PT. Mekar Unggul sari (2009)

45
Sejak tahun 2007, perusahaan mengalokasikan lahan sebesar 5 hektar dari
kebun buah untuk dijadikan lahan pengusahaan lengkeng dataran rendah, seperti
Diamond River, Itoh, Pingpong, Kristal, dan Sugiri.

5.3. Tujuan Perusahaan


PT. Mekar Unggul Sari yang mempunyai visi menjadi Market Leader
Obyek wisata agro dan edutainment di Indonesia, sedangkan misi PT. Mekar
Unggul sari tersebut yaitu meningkatkan daya tarik wisata. Taman Wisata
Mekarsari melalui diversifikasi produk (tematik & penuh petualangan) & mutu
pelayanan wisata.
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh TWM adalah :
a. Menciptakan kebun hortikultura yang terdiri dari kebun buah-buahan,
sayur-sayuran, bunga dan tanaman hias yang berfungsi sebagai kebun
produksi, koleksi dan plasma nutfah.
b. Memberikan alternatif obyek wisata baru, baik bagi wisatawan asing
maupun domestik.
c. Sebagai taman rekreasi hortikultura yang dapat dikembangkan menjadi
pusat studi hortikultura bagi tanaman buah-buahan dan sayuran dataran
rendah.
d. Menciptakan lapangan kerja baru di lingkungan Kecamatan Cileungsi.
e. Memanfaatkan secara maksimal segenap potensi yang mencakup asas
pertimbangan keselarasan lingkungan tetap terjaga.
f. Secara ekonomi diharapkan proyek ini dapat mendatangkan keuntungan.

5.4. Deskripsi Kegiatan Bisnis Perusahaan


Taman Wisata Mekarsari merupakan taman wisata terbesar di dunia
dengan luas ± 264 ha dan berada di bawah pengelolaan PT. Mekar Unggul Sari.
Kegiatan unit bisnis Taman Wisata Mekarsari saat ini ada dua yaitu wisata agro
dan jasa konsultan pertanian. Wisata agro berupa kunjungan-kunjungan yang
terdiri dari paket dan reguler. Sedangkan unit bisnis jasa konsultan pertanian
adalah memberikan saran atau masukan kepada orang yang menyewa jasa tersebut
agar suatu proyek yang akan dikerjakan dapat berhasil dengan baik. Selain

46
mempunyai dua unit bisnis tersebut, Taman Wisata Mekarsari juga menyediakan
fasilitas tambahan agar pengunjung dapat merasa lebih nyaman seperti mushola,
tempat parkir yang memadai, klinik kesehatan, saung adem, dan lan-lain.
Taman Wisata Mekarsari dibuka untuk umum dan paket rombongan yaitu
setiap hari Selasa sampai dengan hari Minggu, dari pukul 09.00 – 17.00 WIB.
Banyaknya masyarakat yang membutuhkan hiburan yang sekaligus dapat
mendidik menjadi peluang bagi Taman Wisata Mekarsari untuk lebih
meningkatkan kinerjanya.

47
VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND RIVER

6.1. Aspek Non Finansial

6.1.1. Aspek Pasar


Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar lengkeng Diamond
River, baik dari segi permintaan, penawaran maupun harga yang ditetapkan
perusahaan, juga strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut
bauran pemasaran yaitu produk, harga, tempat, dan promosi.

6.1.1.1. Peluang Pasar


Kebutuhan masyarakat di Indonesia untuk mengkonsumsi buah-buahan
diperkirakan akan semakin meningkat setiap tahun seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Meningkatnya kesadaran masyarakat utuk mengkonsumsi buah
untuk pemenuhan gizi juga memenuhi permintaan masyarakat terhadap buah.
Peluang untuk melakukan pengusahaan lengkeng Diamond River masih sangat
besar, karena permintaan pasar untuk buah lengkeng di Indonesia semakin tinggi
sehingga jumlah impor lengkeng di Indonesia mencapai ± 20.000 ton/tahun,
dibanding dengan produksi lokal sebesar ± 2.691,10 ton/tahun, dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa peluang pasar untuk menyerap lengkeng produksi lokal
masih sangat besar dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap
lengkeng impor.

6.1.1.2. Strategi Pemasaran


Untuk memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuan pemasarannya,
maka perusahaan memerlukan suatu strategi yang disebut dengan Marketing Mix
(bauran pemasaran). Bauran pemasaran tersebut mencakup strategi “4P” yaitu :
Products (produk), Price (harga), Place (tempat), dan Promotion (promosi).
1) Products (Produk)
Produk yang ditawarkan adalah lengkeng dataran rendah jenis Diamond
River. Jenis varietas yang digunakan memiliki keunggulan dibandingkan
dengan lengkeng jenis lokal, diantaranya penampilan fisik buah lebih
menarik, memiliki rasa yang manis dan harga jual yang tinggi. Lengkeng
Diamond River dijual dalam bentuk segar untuk dikonsumsi langsung oleh
konsumen.
2) Price (Harga)
Harga lengkeng Diamond River yang ditawarkan lebih tinggi
dibandingkan harga lengkeng Diamond River di pasaran yaitu Rp. 20.000,-
/kg dengan harga di pasaran sekitar Rp. 16.000,-/kg. Penetapan harga
tersebut berdasarkan perhitungan harga pokok produksi, biaya yang
dikeluarkan untuk pemeliharaan dan produksi lengkeng Diamond River
dan harga ini dianggap layak berdasarkan kualitas produk yang dihasilkan.
Dari segi harga, lengkeng varietas Diamond River bisa bersaing dengan
varietas lengkeng dataran tinggi dan buah lainnya di pasaran karena
jumlah permintaan yang semakin meningkat.
3) Place (Tempat)
Tempat atau lokasi penjualan yang sesuai untuk lengkeng Diamond River
adalah tempat yang sering didatangi oleh konsumen. Pemasaran lengkeng
Diamond River di lakukan melalui supermarket maupun toko buah.
Dengan menjual seluruh hasil produksi ke distributor, memudahkan
penyebaran dan dapat memperkenalkan lengkeng Diamond River yang di
produksi. Sudah adanya pasar yang jelas memudahkan penjualan tanpa
harus takut bahwa produk lengkeng Diamond River tidak terjual.
4) Promotion (Promosi)
Kegiatan promosi dilakukan untuk memberikan suatu penawaran terhadap
produk buah lengkeng yang menyangkut kualitas. Melalui kegiatan
promosi ini diharapkan produk yang ditawarkan dapat terjual dan memiliki
kepastian pelanggan. Promosi yang dilakukan dapat berupa partisipasi
dalam berbagai pameran produk pertanian maupun pengenalan langsung
kepada konsumen. Dengan promosi yang dilakukan tersebut, masyarakat
dapat mengenal produk lengkeng Diamond River produksi lokal yang
ditawarkan.
Berdasarkan analisis peluang pasar di atas dan strategi pemasaran yang
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek pasar maka pengusahaan

49
lengkeng Diamond River layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan besarnya
potensi pasar lengkeng Diamond River jika dilihat dari sisi permintaan,
penawaran dan harga. Hal ini dapat dilihat dari produk lengkeng Diamond River
yang dihasilkan dan harga yang ditetapkan perusahaan dapat diterima oleh pasar,
serta adanya promosi yang dilakukan untuk menarik calon konsumen yang lebih
luas.

6.1.2. Aspek Teknis


Analisis dalam aspek teknis lengkeng Diamond River mencakup lokasi
usaha, besarnya skala usaha, dan proses produksi yang digunakan. Berikut ini
adalah hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis.

6.1.2.1. Lokasi Usaha


Keberhasilan suatu usaha di bidang pertanian sangat dipengaruhi oleh
lokasi usaha tersebut dilakukan karena dalam usaha bercocok tanam, lokasi yang
digunakan harus sesuai dengan syarat tumbuh komoditi tersebut. Begitupun
dengan pengusahaan lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh perusahaan
PT. Mekar Unggul sari. Perusahaan harus mengetahui bagaimana kriteria tumbuh
serta berproduksi dengan baik di lokasi tersebut. Pada Tabel 11 dapat dilihat
ketinggian, suhu, curah hujan dan pH tanah di lokasi usaha dan syarat tumbuh
tanaman lengkeng Diamond River.

Tabel 10. Ketinggian, Suhu, Curah Hujan, dan pH tanah pada Lokasi Usaha dan
Syarat Tumbuh Tanaman Lengkeng Diamond River
No Uraian Satuan Lokasi Usaha Syarat Tumbuh
1 Ketinggian Mdpl 70 0 - 400
2 Suhu ºC 25 20 - 33
3 Curah Hujan Mm/tahun 2.000 - 4.000 2.500 - 7.000
4 pH Tanah pH 4,5 - 6,0 4,5 – 6,5
Sumber : Kondisi Geografis Kecamatan Cileungsi (2009) dan Penebar Swadaya (2005)

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa lokasi pengusahaan lengkeng


Diamond River memenuhi syarat tumbuh tanaman lengkeng berdasarkan

50
ketinggian, suhu, curah hujan, dan pH tanah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa tanaman lengkeng Diamond River dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada lokasi usaha.

Gambar 2. Kebun Lengkeng

6.1.2.2. Skala Usaha


PT. Mekar Unggul Sari mulai mengusahakan lengkeng Diamond River
sejak tahun 2006. Pengusahaan tersebut diusahakan dalam kebun koleksi seluas
15.000 m2 dengan tujuan awal sebagai tanaman koleksi. Namun seiring
pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan bisa dijadikan salah satu komoditi
bisnis perusahaan, maka pengusahaannya dialihkan menjadi tanaman produksi
pada Desember 2008. Saat ini jumlah tanaman yang sedang diusahakan berjumlah
255 pohon.

6.1.2.3. Teknik Produksi


Teknik produksi tanaman sangat mempengaruhi suatu tanaman untuk
tumbuh dan berproduksi. Jika teknik produksi yang dilakukan tepat, maka akan
menghasilkan suatu hasil yang diharapkan. Teknik produksi yang dilakukan
terhadap tanaman lengkeng Diamond River tidak berbeda dengan produksi
tanaman buah lainnya.
Teknik produksi lengkeng Diamond River mencakup pembibitan,
pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, penanaman, pemeliharaan, panen
dan pasca panen. Dari semua prosedur tersebut perusahaan telah melakukan
teknik produksi dengan baik sesuai dengan yang dianjurkan dalam literatur. Mulai
dari pembibitan sambung susu yang dilakukan sendiri di nursery PT. Mekar

51
Unggul Sari, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, dan penanaman.
Pemeliharaan lengkeng Diamond River dilakukan dengan pemupukan, pengairan,
penyiangan, penggemburan tanah, pengendalian hama terpadu, pemangkasan, dan
pembungkusan buah.

6.1.2.3.1. Budidaya Lengkeng


1. Pemilihan lokasi
Pemilihan lokasi dilakukan untuk mendapatkan lahan yang bebas dari
penyakit endemis, lapisan top soil tanah yang cukup tebal dan subur serta banyak
mengandung humus.

2. Persiapan lahan
Sebelum dilakukan penanaman, tanah perlu diolah terlebih dahulu agar
menjadi gembur. Tanah harus memiliki struktur yang baik serta memperbaiki
aerasi tanah. Dibuat lubang 60 x 60 x 60 cm sampai dengan 80 x 80 x 80 cm.
Lubang diangin-anginkan selama 1 minggu (bila drainase baik), bila drainase
kurang baik 2-3 minggu. Disiapkan media, tanah gembur : pupuk kandang : pasir
= 1: 2 : 1

3. Pemilihan bibit
Bibit yang digunakan sebaiknya hasil perbanyakan vegetatif yang
dimaksudkan untuk memangkas waktu berbuah yang cukup lama apabila bibit
yang digunakan dari biji/generatif.

Gambar 3. Bibit Lengkeng Diamond River

52
4. Penanaman
Bibit dibiarkan dulu hingga terlihat segar dan tidak ada daun yang
berguguran. Polybag bibit digores dengan silet tajam, keluarkan bibit dan
tanahnya, bila tanah terlalu gembur diberi sedikit tekanan, bila tanah terlalu keras
medianya sedikit digaruk / digemburkan. Letakkan pada lubang dan timbun
dengan media yang telah disiapkan. Perlu diperhatikan agar sambungan bibit tidak
tertutup tanah.

5. Pemupukan
Pupuk yang digunakan pada Taman Wisata Mekarsari untuk tanaman
lengkeng adalah pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk
kandang dengan dosis 75 kg per tahun untuk tiap-tiap pohon. Pupuk jenis ini
dipilih karena kandungan biogas (nitrogen) yang diperlukan untuk tanaman sangat
tinggi. Digunakannya pupuk-pupuk kimia dikarenakan untuk merangsang
tanaman agar berbuah secara serempak.
Sebelum dilakukan pemupukan, dibuat terlebih dahulu lubang disekitar
tajuk pohon dengan kedalaman 10-20 cm. Sedangkan jarak antar lubang sekitar
100-150 cm. Lalu pupuk kandang ditaburkan di dalam lubang-lubang tersebut dan
kembali di timbun dengan tanah. Pemupukan dilakukan dua tahun sekali setelah
masa panen.

6. Pengairan
Tanaman disiram secara teratur 2 hari sekali. Pada tanaman dewasa dapat
dilakukan stress air selama kurang lebih 2 minggu untuk merangsang
pembungaan, lalu selanjutnya kembali disiram secara teratur. Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan mobil tangki yang menampung air khusus untuk
penyiraman tanaman.

7. Pemangkasan
Percabangan yang optimal sangat diperlukan untuk meningkatkan
produktifitas tanaman. Pemangkasan pertama dapat dilakukan sekitar 2 bulan
setelah tanam. Tanda tanaman yang siap dipangkas adalah: daun menua dan

53
batang berwarna kecoklatan. Tanaman dipangkas 5-10 cm dari ujung pucuk, 2 cm
dari ruas batang terdekat. Tinggi tanaman sedapatnya dipertahankan 2,5 – 3 m
untuk memudahkan perawatan dan pemanenan. Tunas air juga harus dibuang,
karena tunas air menyebabkan tanaman rimbun dan lembab sehingga dapat
mengundang hama.

8. Pengendalian OPT
Lengkeng seperti halnya tanaman buah lain, tidak luput dari gangguan
hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman lengkeng Diamond River
yaitu Kelelawar pemakan buah, dan ulat pemakan daun. Untuk mencegah
serangan kelelawar, pentil buah dibrongsong dengan brongsong yang dibuat
khusus. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman lengkeng Diamond River
yaitu : bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Pestalotia sp. Hama dan
penyakit pada lengkeng Diamond River dapatdikedalikan dengan menyemprotkan
pestisida secara rutin yaitu satu bulan sekali, dan pemangkasan.

Gambar 4. Pembrongsongan Buah Lengkeng

9. Panen
Penentuan saat panen lengkeng dapat diukur dari ukuran buah, warna
kulit, rasa buah, dan umur buah (setelah bunga mekar). Pemanenan buah
dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi penguapan air dari buah dan
menghindari panas karena sengatan matahari. Panen saat hari hujan juga
sebaiknya dihindari. Kerusakan buah saat panen dapat mempercepat proses
pembusukan buah, karena itu proses pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati.
Buah dipanen dengan cara memotong malai/tandan buah, atau butiran buah

54
dipanen langsung dari tandannya dan ditempatkan dalam keranjang plastik atau
bambu. Lengkeng termasuk buah nonklimakterik sehingga harus dipanen matang
di pohon karena tidak dapat diperam. Pemanenan dilakukan dengan alat yang
dapat memotong tangkai rangkaian buah. Alat panen berupa gunting bertangkai
panjang yang tangkainya dapat diatur dari bawah. Tanda-tanda buah matang
adalah warna kulit buah menjadi kecokelatan gelap, licin, dan mengeluarkan
aroma. Rasanya manis harum, sedangkan buah yang belum matang rasanya belum
manis.

Gambar 5. Lengkeng Siap Panen

10. Pasca panen


Pasca panen dilakukan untuk mendapatkan buah lengkeng dalam kondisi
yang prima dan berkualitas setelah melalui proses transportasi, sortasi dan
pengemasan.

Analisa produksi akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin


dalam suatu proyek pertanian, dan apabila telah berjalan lancar dan tepat untuk
dilakukan, dan bahwa perkiraan-perkiraan secara teknis cocok dengan kondisi-
kondisi sebenarnya, sehingga dapat mewujudkan hasil-hasil seperti yang
diperkirakan (Kadariah, 1986). Berdasarkan dari hasil analisis produksi, dapat
dikatakan bahwa pengusahaan lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh PT.
Mekar Unggul Sari adalah layak untuk dijalankan. Tidak ada masalah dalam
kegiatan pengusahaan lengkeng Diamond River tersebut karena peralatan yang
digunakan relatif sederhana seperti produksi pertanian pada umumnya.

55
6.1.3. Aspek Manajemen
PT Mekar Unggul Sari selaku pengelola PT. Mekar Unggul Sari dipimpin
oleh seorang Direktur Utama dibantu oleh seorang General Manager yang
bertugas memimpin operasional harian perusahaan, bertanggung jawab atas
jalannya roda perusahaan, memberikan pertimbangan atas kinerja perusahaan
serta mengontrol dan mengevaluasi hasil perencanaan perusahaan. General
Manager dibantu oleh Marketing dan Public Relation serta sekretaris. General
Manager juga dibantu oleh seorang penasehat atau pengawas yaitu Advisor, selain
itu General Manager juga dibantu oleh Legal yang bertugas memberikan bantuan
atau masukan tentang masalah hukum. General manajer membawahi 4 divisi,
yaitu : Divisi Komersil, Divisi Operasional, Divisi Akuntansi dan Keuangan, dan
Divisi Riset dan Pengembangan. Untuk pengusahaan lengkeng Diamond River
dibawah Divisi Riset dan Pengembangan, yaitu bagian kebun dan produksi.
Divisi Research and Development bertanggung jawab terhadap kegiatan
penelitian, produksi, pemeliharaan, dan koleksi kebun bibit tanaman. Dalam
menjalankan tugasnya kepala divisi dibantu oleh staf ahli yang bertugas untuk
mencari pengetahuan atau teknik baru yang berkembang saat ini dan selanjutnya
diserahkan kepada bagian penelitian untuk ditindak lanjuti. Divisi research dan
development membawahi bagian penelitian dan diklat ( pendidikan dan latihan ),
dan bagian kebun dan produksi. Adapun tugas bagian kebun buah dan produksi
untuk kegiatan produksi secara keseluruhan, termasuk kebun produksi komersial
seperti budidaya melon dengan sistem tabulampot dan hidroponik dan kebun
koleksi seperti buah-buahan langka.
Kemampuan manajemen perusahaan hanya dapat dievaluasi secara
subyektif, namun keberhasilan manajemen perusahaan apabila pengambilan
keputusan dapat berjalan dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya (Kadariah, 1986). Terpenuhinya fungsi manajemen dalam PT. Mekar
Unggul Sari yang meliputi perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan, dan
pengendalian membuat usaha ini layak untuk dijalankan, karena semua aspek
yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu bisnis telah dijalankan.

56
6.1.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Pembangunan PT. Mekar Unggul Sari bertujuan sebagai sebuah tempat
koleksi dan pelestarian plasma nutfah tropis khas Indonesia dan sebagai wahana
penelitian, budidaya dan wisata. Pengusahaan lengkeng Diamond River sebagai
salah satu bentuk upaya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan wisata dan
pelestarian. Pengusahaan lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh
perusahaan tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan dan usaha
ini juga menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar sebanyak dua orang.
Dilihat dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan tersebut, maka pengusahaan
lengkeng Diamond River layak untuk dijalankan.

6.2. Aspek Finansial


Analisis kelayakan finansial pengusahaan lengkeng Diamond River perlu
dilakukan untuk membantu pengembangan produk pertanian ini agar lebih intensif
diusahakan oleh perusahaan. Untuk mengetahui hasil kelayakan pengusahaan
lengkeng Diamond River akan dilihat dari kriteria-kriteria kelayakan finansial
yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period.

6.2.1. Arus Penerimaan (inflow)


Penerimaan merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi yang
dihasilkan dengan harga jual yang ditetapkan. Berdasarkan pengalaman
perusahaan pemanenan lengkeng Diamond River dilakukan dua kali dalam satu
tahun yaitu pada bulan Juni-Juli dan Desember-Januari. Tanaman lengkeng
Diamond River dapat berbuah sekitar 18 bulan dari penanaman bibit, sehingga
penerimaan penjualan lengkeng Diamond River terjadi pada tahun kedua.
Penerimaan dari penjualan tersebut masih rendah dibandingkan dengan tahun
berikutnya. Jumlah produksi lengkeng Diamond River berbeda setiap tahun, hal
ini karena faktor umur tanaman lengkeng Diamond River. Diperkirakan pada saat
tanaman lengkeng berumur 10 tahun, jumlah produksi lengkeng Diamond River
mencapai produksi maksimal.
Harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan untuk produk lengkeng
Diamond River berbeda dengan harga jual di pasaran. Penetapan harga jual

57
lengkeng Diamond River tersebut adalah Rp 20.000,-/kg dengan harga pasaran
Rp 10.000.-/kg. Penjualan hasil produksi lengkeng Diamond River sepenuhnya
dilakukan melalui supermarket buah dan di wahana lengkeng. Jumlah prakiraan
produksi tahun ke 2-15 dari penerimaan penjualan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perkiraan Penjualan dan Total Penerimaan Penjualan Lengkeng


Diamond River per Tahun Lahan Seluas 15.000 m2 di PT. Mekar
Unggul Sari
Jumlah Harga Satuan Total Penerimaan Per
No. Tahun Ke-
Penjualan (Kg) (Rp) Tahun (Rp)
1 3 2.550 20.000 51.000.000
2 4 7.650 20.000 153.000.000
3 5 7.650 20.000 153.000.000
4 6 10.200 20.000 204.000.000
5 7 10.200 20.000 204.000.000
6 8 12.750 20.000 255.000.000
7 9 15.300 20.000 306.000.000
8 10 25.500 20.000 510.000.000
9 11 25.500 20.000 510.000.000
10 12 25.500 20.000 510.000.000
11 13 20.400 20.000 408.000.000
12 14 12.750 20.000 255.000.000
13 15 7.650 20.000 153.000.000
Total 3.672.000.000
Sumber : PT Mekar Unggul Sari (2009)

6.2.2. Arus Biaya (Outflow)

6.2.2.1. Biaya Investasi


Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal tahun
proyek. Biaya ini meliputi biaya penggarapan tanah, biaya pembibitan, dan
pembelian peralatan pertanian. PT. Mekar Unggul Sari memproduksi sendiri bibit
lengkeng Diamond River di nursery perusahaan, sehingga perlu dilakukan
perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan. Pembibitan sendiri
dilakukan untuk menghemat biaya pembelian bibit secara langsung dikarenakan
varietas Diamond River merupakan varietas dari Malaysia yang memiliki harga
dan biaya yang tinggi apabila harus mengimpor seluruh bibit tersebut. Perusahaan
cukup membeli bibit induk sebanyak 5 buah dengan harga Rp 1.500.000,- per

58
pohon. Untuk menghasilkan bibit tanaman baru, 1 pohon induk dapat
menghasilkan 50 bibit tanaman baru dengan metode sambung pucuk (grafting).
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembibitan selain bibit induk
diantaranya :
1) Bibit batang bawah yang diperoleh dari perusahaan pembibitan di Jakarta.
Jenis bibit yang digunakan sebagai batang bawah yaitu lengkeng jenis lokal
(sugiri)
2) Polybag,
3) Media tanam dan pupuk kompos yang diproduksi sendiri oleh perusahaan,
4) Tali plastik/rafia dan plastik es mambo sebagai pengikat sambungan.
5) Batang bambu untuk menyangga bibit-bibit yang telah disambung agar tidak
patah karena goyang dan jatuh.
Dalam pembibitan sambung pucuk ini diperlukan beberapa tenaga kerja
harian yang bertugas sebagai berikut :
1) Pembibitan, yaitu tenaga kerja tersebut melakukan pembibitan sambung
pucuk dengan menyambungkan bibit batang bawah dengan bibit batang
atas. Dibutuhkan keahlian dan ketelitian untuk melakukan kegiatan
pembibitan ini, karena mempengaruhi kualitas bibit yang dihasilkan
nantinya.
2) Pemeliharaan bibit, yaitu tenaga kerja tersebut bertugas untuk menyiram,
merawat dan membersihkan bibit dari serangan gulma yang mengganggu
pertumbuhan bibit yang diusahakan. Pembersihan gulma dilakukan setiap
satu bulan sekali.
Total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan 255 bibit tanaman
lengkeng Diamond River adalah Rp 9.490.500,- biaya tersebut jauh lebih
kecil dibandingkan dengan membeli seluruh bibit dari luar negeri seharga
Rp.382.500.000,- meskipun membutuhkan proses dan beberapa tahapan.
Rincian biaya pembibitan lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh
perusahaan dapat dilihat pada Tabel 13.

59
Tabel 12. Rincian Biaya pembibitan Lengkeng Diamond River
Uraian Jumlah Satuan Nilai/Unit Nilai Total
(Rp) (Rp)
Alat dan Bahan
1. Bibit Induk 5 unit 1.500.000 7.500.000
2. Bibit Batang Bawah 255 unit 3.000 765.000
3. Polybag 3 kg 17.000 51.000
4. Pupuk Kompos 150 kg 1.000 150.000
5. Media Tanam 150 kg 1.000 150.000
6. Tali Plastik/Rafia 255 unit 700 178.500
7. Bambu 30 batang 7.500 225.000
8. Plastik es 3 kg 7.000 21.000
Tenaga Kerja
1. Pembibitan 9 HOK 25.000 225.000
2. Pemeliharaan Bibit 4 HOK 25.000 100.000
3. Panen Bibit 5 HOK 25.000 125.000
Total Biaya 9.490.500
Sumber : PT Mekar Unggul Sari (2009)

Investasi yang diperlukan dalam pengusahaan lengkeng Diamond River selain


biaya untuk pembibitan yaitu :
1) Cangkul, arit, dan garpu untuk persiapan lahan, pembuatan lubang tanam,
penanaman dan penggemburan tanah.
2) Sprayer digunakan untuk menyiram tanaman dan penyemprotan pestisida.
3) Ember, keranjang besar dan kecil untuk tempat peralatan atau sebagai
tempat wadah serbaguna.
4) Mesin diesel untuk menyedot air guna keperluan penyiraman.
5) Gunting stek digunakan untuk memangkas tanaman dan panen buah
lengkeng Diamond River.
Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk pengusahaan lengkeng
Diamond River adalah Rp. 212.331.500,-. Perincian biaya investasi yang
dikeluarkan olehperusahaan dapat dilihat di Tabel 13.
6) Sepatu boot untuk digunakan pegawai kebun dalam pengusahaan lengkeng
Diamond River.
7) Mobil tangki dan kendaraan operasional berupa motor roda tiga. Mobil
tangki air digunakan sebagai tempat penampungan air yang diambil dari
danau di area PT. Mekar Unggul Sari dan kendaraan operasional
digunakan untuk alat transportasi pengusahaan lengkeng Diamond River.

60
Rincian biaya investasi pengusahaan lengkeng Diamond River di PT.
Mekar Unggul Sari dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 13. Perincian Biaya Investasi Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada
lahan seluas 15.000 m2
No. Uraian Satuan Harga/satuan Jumlah Total Biaya
1 Pembibitan Unit 255 9.490.500
2 Bangunan Unit 30.000.000 1 30.000.000
3 Arit Unit 22.000 4 88.000
4 Cangkul Unit 50.000 4 200.000
5 Garpu Unit 50.000 4 200.000
6 Gunting Stek Unit 180.000 2 360.000
7 Selang Air Meter 4.000 200 800.000
8 Keranjang Kecil Unit 12.000 2 24.000
9 Keranjang Besar Unit 60.000 3 180.000
10 Sprayer Unit 400.000 2 800.000
11 Mesin Diesel Unit 5.000.000 1 5.000.000
12 Ember Unit 10.000 1 10.000
13 Sepatu Boot Unit 90.000 2 180.000
14 Mobil Tangki Unit 150.000.000 1 150.000.000
15 Kendaraan Operasional unit 15.000.000 1 15.000.000
Total 212.332.500

6.2.2.2. Biaya Operasional


Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan
dengan kegiatan operasional pengusahaan lengkeng diamond river. Biaya
operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
1) Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh
jumlah output yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode waktu
tertentu. Biaya tetap yang dikeluarkan pada pengusahaan lengkeng
diamond river meliputi gaji manajer kebun, biaya air, dan biaya
transportasi.
a) Gaji Manajer Kebun
Pengusahaan lengkeng diamond river pada PT. Mekar Unggul Sari
berada di bawah bagian kebun dan produksi. Pada bagian ini hanya
terdapat satu manajer yang bertanggung jawab terhadap pengusahaan

61
lengkeng diamond river dan dua orang pegawai yang bertugas
melakukan perawatan tanaman lengkeng diamond river.
b) Gaji Pegawai Tetap
Perusahaan memperkerjakan masyarakat sekitar perusahaan sebanyak
dua orang untuk merawat tanaman lengkeng diamond river mulai dari
penyiraman, penyiangan, pemangkasan, pengendalian hama terpadu,
pemupukan, sampai tahap panen dan pasca panen.
c) Telepon
Perushaan melakukan komunikasi menggunakan telepon untuk
seluruh kegiatan usahanya. Penggunaan telepon dalam pengusahaan
lengkeng diamond river sebagai alat koordinasi dengan bagian
administrasi dan keuangan perusahaan menyangkut dengan segala
kebutuhan dalam pengusahaan lengkeng diamond river.
d) Biaya Administrasi
Biaya administrasi meliputi segala kebutuhan kegiatan administrasi
yang dilakukan oleh manajer kebun untuk melakukan laporan hasil
pengusahaan lengkeng diamond river
e) Sewa Tanah
Perusahaan menyewa tanah seluas 15000 m2 yang digunakan sebagai
lahan pengusahaan lengkeng diamond river yang disewa selama masa
proyek yaitu 15 tahun.
f) Biaya Listrik
Penggunaan listrik pada pengusahaan lengkeng diamond river
digunakan pada kantor manajer kebun untuk melakukan kegiatan
administrasi pengusahaan lengkeng diamond river.
Rincian biaya tetap pengusahaan lengkeng diamond river yang
dikeluarkan pada tahun ke-1 sampai tahun ke-2 dapat dilihat pada Tabel 15.

62
Tabel 14. Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Lengkeng Diamond River Dengan
Luas Lahan 15.000 m2 untuk 1 Tahun.
No. Uraian Satuan Harga/satuan Jumlah Total Biaya
1 Gaji Manajer Bulan 3.500.000 12 42.000.000
2 Biaya Telepon Bulan 150.000 12 1.800.000
3 Biaya Listrik Bulan 250.000 12 3.000.000
4 Sewa Tanah Ha 5.000.000 1,5 7.500.000
5 Biaya Administrasi Bulan 1.000.000 12 12.000.000
6 Gaji Pegawai (2 orang) Bulan 1.200.000 12 28.800.000
Total 95.100.000
Sumber : PT Mekar Unggul Sari (2009)

2) Biaya variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dapat berubah-ubah,
terpengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan perusahaan dalam suatu
periode waktu tertentu. Biaya pada pengusahaan lengkeng Diamond River
meliputi biaya pupuk kompos, media tanam, pupuk kandang, pupuk
anorganik, pestisida, kemasan dan tenaga kerja harian.
a. Pupuk kandang, pupuk anorganik, pestisida, kemasan dan
pembungkus buah.
Pada tahun pertama pengusahaan lengkeng Diamond River, dosis
pemupukan dan pemberian pestisida berbeda dengan tahun
berikutnya. Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang dan pupuk
anorganik. Pemberian pupuk kandang dilakukan 2 kali dalam setahun
dan harga pupuk kandang adalah Rp 100/kg. selain pupuk kandang,
perusahaan juga memberikan pupuk kimia sebagai perangsang
tanaman agar berbuah serempak dan harga pupuk kimia adalah 3000,-
/liter. Sedangkan untuk mengendalikan hama yang dapat merugikan
pengusahaan lengkeng Diamond River, perusahaan melakukan
penyemprotan pestisida secara rutin yaitu sebulan sekali dan harga
pestisida Rp 400,-/liter. Untuk mengemas lengkeng Diamond River
diperlukan kemasan berupa kantung jaring yang terbuat dari plastik
seharga Rp. 50,-/buah. Jumlah kemasan yang dibutuhkan disesuaikan
dengan jumlah yang diproduksi setiap tahun. Apabila tanaman
lengkeng Diamond River sudah mengeluarkan buah, maka dilakukan
pembungkusan untuk melindungi dari serangan hama kelelawar

63
dengan harga Rp 100/meter. Dosis pemberian pupuk kandang, pupuk
anorganik, pestisida kemasan beserta pembungkus buah yang
dibutuhkan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 15. Rincian Dosis Pemberian Pupuk Kandang, Pupuk Anorganik, Pestisida,
Kemasan beserta Pembungkus Buah dalam Pengusahaan Lengkeng
Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari.
Tahun
No Uraian Satuan
1 2 3 4-15
1 Pupuk Kandang Kg 12.750 12.750 19.125 19.125
2 Pupuk Anorganik Liter 1.020 2.550 2.550 2.550
3 Pestisida Liter 13.500 30.600 30.600 30.600
4 Kemasan Buah 7.650 25.500
Pembungkus
5 Meter 2.550 3.825
Buah
Sumber : PT Mekar Unggul Sari (2009)

6.2.3. Kelayakan Finansial Pengusahaan Lengkeng Diamond River


Berdasarkan hasil perhitungan cashflow yang dapat dilihat pada Lampiran
3. Mengenai hasil analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River,
maka diperoleh nilai untuk empat kriteria kelayakan pengusahaan lengkeng
Diamond River yang dilakukan selama 15 tahun yang dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 16. Kriteria Kelayakan Finansial Pengusahaan Lengkeng Diamond River


pada PT. Mekar Unggul Sari
No Kriteria Kelayakan Nilai
1 Net Present Value (Rupiah) 351.589.711
2 Net B/C 1,72
3 Internal Rate Rerurn (Persen) 13,00
4 Payback Period (Tahun) 9,66

Berdasarkan hasil finansial di atas dapat dilihat bahwa pengusahaan


lengkeng Diamond River ini memperoleh NPV>0 yaitu sebesar Rp 351.589.711,-
yang artinya proyek ini layak untuk dijalankan. NPV tersebut menunjukkan
bahwa pengusahaan lengkeng Diamond River akan memberikan keuntungan
sebesar Rp 351.589.711,- selama tahun analisis dengan tingkat diskonto (discount

64
rate) yang berlaku yaitu 9%. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, dalam
pengusahaan lengkeng Diamond River ini diperoleh Net B/C >1 yaitu 1,72 yang
menyatakan pengusahaan lengkeng Diamond River ini layak untuk dijalankan.
Nilai Net B/C ini menunjukkan selama 15 tahun pengusahaan lengkeng Diamond
River dalam luas lahan 15.000 m2 setiap pengeluaran Rp 1,- dapat menghasilkan
penerimaan sebesar Rp 1,72.
Kriteria berikutnya adalah IRR sebesar 13,00 persen, dimana nilai ini lebih
besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 6,5%. Payback Period yang
diperoleh sebesar 9,66 tahun, yang berarti pengusahaan lengkeng Diamond River
pada lahan seluas 15.000 m2 memiliki waktu pengembalian modal selama 10
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha lengkeng Diamond River layak untuk
dijalankan karena pengembalian biaya modal atau investasi kurang dari umur
proyek. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengusahaan lengkeng Diamond River layak untuk dilakukan.

6.2.4. Analisis Swiching Value


Analisis sensitivitas yang digunakan dalam perhitungan analisis finansial
usaha lengkeng Diamond River ini adalah switching value. Switching value
digunakan untuk mengetahui sampai pada titik berapa peningkatan atau
penurunan suatu komponen dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria
investasi atau yang dapat disebut dengan ambang batas kelayakan usaha.
Komponen yang perubahan yang dianalisis adalah penurunan harga jual lengkeng
Diamond River, kenaikan biaya variabel, dan penurunan hasil produksi lengkeng
Diamond River. Hasil analisis switching value usaha lengkeng Diamond River di
PT. Mekar Unggul Sari dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 17. Hasil Analisis Switching Value Usaha Lengkeng Diamond River di PT.
Mekar Unggul Sari.
Keterangan Batas Maksimal (%)
Penurunan Harga Jual 22,47
Kenaikan Biaya Variabel 136,27
Penurunan Hasil Produksi 22,47

65
Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa kelayakan pengusahaan lengkeng
Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari masih dapat dipertahankan pada saat
harga turun maksimum 22,47 persen. Sehingga, harga lengkeng Diamond River
menjadi Rp. 15.506,-/kg. jadi, penurunan harga yang terjadi pada saat ini yaitu
Rp. 16.000 di tingkat pedagang tetap membuat usaha lengkeng Diamond River ini
tetap layak untuk dijalankan. Kenaikan biaya variabel maksimum adalah sebesar
136,27 persen. Produksi pengusahaan lengkeng Diamond River masih dapat
dikatakan layak apabila tidak melebihi batas penurunan hasil produksi, yaitu
sebesar 22,47 persen.
Hasil analisis switching value menghasilkan NPV positif, IRR sama
dengan Discount Factor, Net B/C sama dengan satu dan PP sama dengan umur
proyek. Hasil penghitungan analisis switching value dapat dilihat pada Lampiran
10 dan Lampiran 11. Berdasarkan hasil analisis switching value di atas dapat
disimpulkan bahwa penurunan hasil produksi dengan penurunan harga jual,
kenaikan biaya variabel dan penurunan produksi lengkeng Diamond River
merupakan hal yang sangat sensitif. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase
perubahan yang dapat mengubah tingkat kelayakan usaha lengkeng Diamond
River. Diperlukan upaya-upaya untuk mengantisipasi sensitivitas seperti :
perbaikan mutu produksi, penanganan hasil produksi yang lebih optimal, dan
pemanfaatan sarana dan prasarana produksi yang menunjang kebutuhan
pelaksanaan produksi secara optimal.

66
VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut :
1. Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan
lingkungan, pengusahaan lengkeng Diamond River yang dijalankan PT.
Mekar Unggul Sari layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar,
peluang pasar masih terbuka karena permintaan buah lengkeng sangat
tinggi di masyarakat. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan lengkeng
Diamond River mengguakan peralatan yang relatif sederhana seperti
budidaya pertanian pada umumnya dan secara fisik cocok untuk di
budidayakan. Berdasarkan aspek manajemen, perusahaan telah
menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan memiliki struktur organisasi
dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial ekonomi dan
lingkungan, pengusahaan lengkeng Diamond River juga ikut dalam
pelestarian lingkungan karena tidak menimbulkan limbah yang berbahaya
bagi lingkungan sekitar, dan mampu menyerap tenaga kerja dari
masyarakat sekitar lokasi usaha.
2. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV,
Net B/C, IRR dan Payback Period, maka pengusahaan lengkeng Diamond
River oleh PT. Mekar Unggul Sari layak untuk dijalankan. Hal ini dapat
dinilai dari nilai NPV>0 yaitu sebesar Rp 351.589.711, Net B/C>1 yaitu
sebesar 1,72, dan IRR sebesar 13,00%, dimana nilai ini lebih besar dari
tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 6,5% serta payback period yang
diperoleh dalam pengusahaan lengkeng Diamond River adalah 10 tahun.
3. Berdasarkan analisa switching value, penurunan hasil produksi lengkeng
Diamond River dan penurunan harga jual merupakan hal yang lebih
sensitif terhadap kelayakan usaha dibandingkan dengan kenaikan biaya
variabel.
7.2. Saran

Adapun saran yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini antara


lain :
1. Dapat dikembangkannya pengusahaan lengkeng Diamond River karena
usaha ini layak untuk dikembangkan di daerah Kabupaten Bogor, yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi lengkeng di Indonesia sehingga dapat mengurangi
ketergantungan terhadap lengkeng impor.
2. Kabupaten Bogor memiliki agroekologi yang cocok untuk pengusahaan
lengkeng dataran rendah sehingga dapat dikembangkan menjadi salah satu
sentra produksi lengkeng di Indonesia.
3. Petani dan pengusaha yang tertarik dapat menjalankan usaha ini karena
pengusahaan lengkeng Diamond River mudah dilakukan, berumur genjah
dan masih luasnya pasar dalam negeri untuk buah lengkeng.
4. Hasil perhitungan switching value menunjukkan bahwa pengusahaan
lengkeng Diamond River sangat sensitif terhadap penurunan hasil
produksi, penurunan harga jual dan kenaikan biaya variabel. Diperlukan
upaya-upaya untuk mengantisipasi sensitivitas seperti : perbaikan mutu
produksi, penanganan hasil produksi yang lebih optimal, dan pemanfaatan
sarana dan prasarana produksi yang menunjang kebutuhan pelaksanaan
produksi secara optimal.

68
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat statistik. 2008. Statistik Ekspor Indonesia. Badan Pusat Statistik.
Jakarta

Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. 2008. Angka Tetap


Hortikultura 2007. http://www.database.deptan.go.id/bdsp/newdkom.asp.
[10 Mei 2009]

Firstantinovi, Evy Syariefa. 2004. Membuahkan Lengkeng Dalam Pot. Cetakan


Kedua. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Gittinger. J price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua.


Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Harjadi. Sri Setyati. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jakarta.

Husnan, Suad dan Suwarsono Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi
keempat. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta.

Mariany. 2001. Pengaruh Kemasan Plastik dan Pelilinan Terhadap Kualitas dan
Masa Simpan Buah Lengkeng (Euphoria longan L.) Varietas Batu
[skripsi]. Bogor: Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.

Purnomo, Irwan. 2008.Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis


Nanas (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara,
Sumatera Utara) [Skripsi]. Bogor : Program Studi Ekonomi Pertanian dan
Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor-Impor Sayur dan Buah. 2008.


www.litbang.deptan.go.id/special/hortikultura [10 Mei 2009]

Riani, Muthya Fajar. 2002. Evaluasi Kesesuaian Lahan Pada Tanah-Tanah di


Sekitar Bogor untuk Tanaman Lengkeng (Nephelium longan). [Skripsi].
Bogor: Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.

Ridhawati, Herliana. 2008. Kelayakan Finansial Investasi Usahatani Asparagus


(Asparagus officionalis) Ramah Lingkungan PT Agro Lestari, Bogor.
[Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

69
Rukmana, Rahmat. 2003 Lengkeng, Prospek Agrobisnis Dan Teknik Budi Daya.
Kanisius. Yogyakarta.

Samak, Kasim. 2006. Analisis Kelayakan Usahatani Manggis (Garcinia


Mangostana L) (Studi Kasus di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.

Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani


Kecil. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Sukarti, Ahmad dkk. 1995. Taman Buah Mekarsari. Jakarta

Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Dua, Teknik Menganalisis
Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta

Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Widya Sari, Anita. 2008. Analisis Kelayakan Pengusahaan Bunga Potong Krisan
Loka Farm, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor:
Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.

70
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Pengusahaan Lengkeng Diamond River Tahun 1-2

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan Lahan Dan Penamanan Bibit Lengkeng Diamond River
Lahan A
Lahan B
Lahan C
Lahan D

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pemeliharaan Tanaman Lengkeng Diamond River
Lahan A
Lahan A
Lahan C
Lahan D

Keterangan : = Persiapan dan penanaman bibit


= Pemeliharaan

71
Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Pengusahaan Lengkeng Diamond River Tahun Ketiga dan Seterusnya.

Keterangan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pemeliharaan Tanaman Lengkeng Diamond River
Lahan A
Lahan A
Lahan C
Lahan D
Panen Lengkeng Diamond River
Lahan A
Lahan B
Lahan C
Lahan D

Keterangan : = Pemeliharaan
= Pemanenan

72
Lampiran 3. Analisis Cashflow Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari

Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7
Inflow 0 0 0 0 0 0 0 0
Nilai Penjualan 0 0 0 48.450.000 145.350.000 145.350.000 193.800.000 193.800.000
Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0
Total Inflow 0 0 0 48.450.000 145.350.000 145.350.000 193.800.000 193.800.000
Total Biaya Investasi 212.332.500 0 0 0 0 0 0 0
Total Biaya Reinvestasi 0 0 0 180.000 848.000 980.000 6.014.000 1.028.000
Total Biaya Variabel 0 10.035.000 30.315.000 31.590.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000
Total Biaya Tetap 0 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000
Total Biaya Operasional 0 105.135.000 125.415.000 126.690.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000
Total Outflow 212.332.500 105.135.000 125.415.000 126.870.000 128.558.000 128.690.000 133.724.000 128.738.000
Cashflow -212.332.500 -105.135.000 -125.415.000 -78.420.000 16.792.000 16.660.000 60.076.000 65.062.000
Pajak 0 0 0 0 111.592 111.592 2.602.275 2.602.275
Penerimaan Setelah Pajak -212.332.500 -105.135.000 -125.415.000 -78.420.000 16.680.408 16.548.408 57.473.725 62.459.725
DF (6,5%) 1 1 1 1 1 1 1 1
Present Value -212.332.500 -98.718.310 -110.573.299 -64.919.926 12.966.067 12.078.366 39.388.705 40.193.221
PV (+) 838.133.746
PV (-) -486.544.035
NPV 351.589.711
IRR 13,00%
Net B/C 1,72
PP 9,66

73
Lampiran 3. (Lanjutan)

Tahun
Uraian
8 9 10 11 12 13 14 15
Inflow
Nilai Penjualan 242.250.000 290.700.000 484.500.000 484.500.000 484.500.000 387.600.000 242.250.000 145.350.000
Nilai Sisa 290.000
Total Inflow 242.250.000 290.700.000 484.500.000 484.500.000 484.500.000 387.600.000 242.250.000 145.640.000
Total Biaya Investasi
Total Biaya Reinvestasi 0 980.000 848.000 6.194.000 0 1.828.000 0 180.000
Total Biaya Variabel 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000
Total Biaya Tetap 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000
Total Biaya Operasional 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000
Total Outflow 127.710.000 128.690.000 128.558.000 133.904.000 127.710.000 129.538.000 127.710.000 127.890.000
Cashflow 114.540.000 162.010.000 355.942.000 350.596.000 356.790.000 258.062.000 114.540.000 17.460.000
Pajak 9.869.775 17.137.275 62.845.458 62.845.458 62.845.458 31.672.275 9.869.775 111.592
Penerimaan Setelah Pajak 104.670.225 144.872.725 293.096.542 287.750.542 293.944.542 226.389.725 104.670.225 17.348.408
DF (6,5%) 0,604231188 0,567353228 0,532726036 0,50021224 0,469682854 0,441016765 0,414100249 0,388826524
Present Value 63.245.014 82.194.008 156.140.159 143.936.343 138.060.711 99.841.664 43.343.966 6.745.521

74
Lampiran 4. Proyeksi Laba Rugi Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari

Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8
Penerimaan
Penjualan Lengkeng 48.450.000 145.350.000 145.350.000 193.800.000 193.800.000 242.250.000
Total Penerimaan 48.450.000 145.350.000 145.350.000 193.800.000 193.800.000 242.250.000
Pengeluaran
Biaya variabel 10.035.000 30.315.000 31.590.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000
Biaya Tetap 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000
Biaya Penyusutan 15.408.167 15.408.167 15.408.167 15.408.167 15.408.167 15.408.167 15.408.167 15.408.167
Total Pengeluaran 120.543.167 140.823.167 142.098.167 143.118.167 143.118.167 143.118.167 143.118.167 143.118.167
EBT -120.543.167 -140.823.167 -93.648.167 2.231.833 2.231.833 50.681.833 50.681.833 99.131.833
Pajak Progresif:
5% 111.592 111.592 2.500.000 2.500.000 2.500.000
15% 102.275 102.275 7.369.775
25%
30%
Total Pajak 0 0 0 111.592 111.592 2.602.275 2.602.275 9.869.775
EAT -120.543.167 -140.823.167 -93.648.167 2.120.242 2.120.242 48.079.558 48.079.558 89.262.058

75
Lampiran 4. (Lanjutan)

Tahun
Uraian
9 10 11 12 13 14 15
Penerimaan
Penjualan Lengkeng 290.700.000 484.500.000 484.500.000 484.500.000 387.600.000 242.250.000 145.350.000
Total Penerimaan 290.700.000 484.500.000 484.500.000 484.500.000 387.600.000 242.250.000 145.350.000
Pengeluaran
Biaya variabel 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000
Biaya Tetap 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000
Biaya Penyusutan 15.408.167 15.408.167 15.408.167 15.408.167 15.408.167 15.408.167 15.408.167
Total Pengeluaran 143.118.167 143.118.167 143.118.167 143.118.167 143.118.167 143.118.167 143.118.167
EBT 147.581.833 341.381.833 341.381.833 341.381.833 244.481.833 99.131.833 2.231.833
Pajak Progresif:
5% 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000 111.592
15% 14.637.275 37.500.000 37.500.000 37.500.000 29.172.275 7.369.775
25% 22.845.458 22.845.458 22.845.458
30%
Total Pajak 17.137.275 62.845.458 62.845.458 62.845.458 31.672.275 9.869.775 111.592
EAT 130.444.558 278.536.375 278.536.375 278.536.375 212.809.558 89.262.058 2.120.242

76
Lampiran 5. Biaya Variabel Tahun Pertama dan Kedua

Biaya Variabel Tahun 1


No. Uraian Satuan Harga/satauan Jumlah Total Biaya
1 Pupuk Kandang Kg 100 12750 1.275.000
2 pupuk Anorganik Liter 3000 1020 3.060.000
3 Pestisida Liter 400 13500 5.400.000
4 Upah Pengolahan Lahan HOK 30000 10 300.000
Total 10.035.000

Biaya Variabel Tahun 2


No. Uraian Satuan Harga/satauan Jumlah Total Biaya
1 Pupuk Kandang Kg 100 12750 1.275.000
2 pupuk Anorganik Liter 3000 2550 7.650.000
3 Pestisida Liter 400 30600 12.240.000
4 Solar Liter 4300 1500 6.450.000
5 Bensin Liter 4500 600 2.700.000
Total 30.315.000

77
Lampiran 6. Biaya Variabel Tahun Ketiga Keempat dst

Biaya Variabel Tahun 3


No. Uraian Satuan Harga/satuan Jumlah Total Biaya
1 Pupuk Kandang Kg 100 19125 1.912.500
2 pupuk Anorganik Liter 3000 2550 7.650.000
3 Pestisida Liter 400 30600 12.240.000
4 Solar Liter 4300 1500 6.450.000
5 Bensin Liter 4500 600 2.700.000
6 Kemasan Buah 50 7650 382.500
7 Pembungkus Buah meter 100 2550 255000
Total 31.590.000

Biaya Variabel Tahun 4-15


No. Uraian Satuan Harga/satuan Jumlah Total Biaya
1 Pupuk Kandang Kg 100 19125 1.912.500
2 pupuk Anorganik Liter 3000 2550 7.650.000
3 Pestisida Liter 400 30600 12.240.000
4 Solar Liter 4300 1500 6.450.000
5 Bensin Liter 4500 600 2.700.000
6 Kemasan Buah 50 25500 1.275.000
7 Pembungkus Buah meter 100 3825 382500
Total 32.610.000

78
Lampiran 7. Biaya Reivestasi Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari

Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Sewa Tanah
2 Pembibitan
3 Bangunan
4 Arit 88.000 88.000 88.000 88.000
5 Cangkul 200.000 200.000 200.000 200.000
6 Garpu 200.000 200.000 200.000 200.000
7 Gunting Stek 360.000 360.000 360.000 360.000
8 Selang Air 800.000 800.000
9 Keranjang Kecil 24.000 24.000
10 Keranjang Besar 180.000 180.000
11 Sprayer 800.000 800.000 800.000
12 Mesin Diesel 5.000.000 5.000.000
13 Ember 10.000 10.000
14 Sepatu Bot 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000
15 Mobil Tangki
16 Kendaraan Operasional
TOTAL 0 0 180.000 848.000 980.000 6.014.000 1.028.000 0 980.000 848.000 6.194.000 0 1.828.000 0 180.000 .

79
Lampiran 8. Perhitungan Penyusutan Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari

No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) Umur ekonomis (Tahun) Sisa Umur Ekonomis (Tahun) Nilai Penyusutan Nilai Sisa
1 Sewa Tanah Ha 1,5 5.000.000 7.500.000 15 0 500.000 0
2 Pembibitan Unit 255 9.490.500 15 0 632.700 0
3 Bangunan Unit 1 30.000.000 30.000.000 15 0 2.000.000 0
4 Arit Unit 4 22.000 88.000 3 0 29.333 0
5 Cangkul Unit 4 50.000 200.000 3 0 66.667 0
6 Garpu Unit 4 50.000 200.000 3 0 66.667 0
7 Gunting Stek Unit 2 180.000 360.000 3 0 120.000 0
8 Selang Air m 200 4.000 800.000 5 0 160.000 0
9 Keranjang Kecil Unit 2 12.000 24.000 5 0 4.800 0
10 Keranjang Besar Unit 3 60.000 180.000 5 0 36.000 0
11 Sprayer Unit 2 400.000 800.000 4 1 200.000 200.000
12 Mesin Diesel Unit 1 5.000.000 5.000.000 5 0 1.000.000 0
13 Ember Unit 1 10.000 10.000 5 0 2.000 0
14 Sepatu Bot Unit 2 90.000 180.000 2 1 90.000 90.000
15 Mobil Tangki Unit 1 150.000.000 150.000.000 15 0 10.000.000 0
16 Kendaraan Operasional Unit 1 15.000.000 15.000.000 15 0 1.000.000 0
Total 219.832.500 15.908.167 290.000

80
Lampiran 9. Penerimaan Hasil Panen Lengkeng Tahun Ketiga dan Seterusnya

Tahun ke 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Hasil Panen Kotor (Kg) 2.550 7.650 7.650 10.200 10.200 12.750 15.300 25.500 25.500 25.500 20.400 12.750 7.650
Tingkat kerusakan (5%) 128 383 383 510 510 638 765 1.275 1.275 1.275 1.020 638 383
Hasil Panen Bersih (Rp) 2.423 7.268 7.268 9.690 9.690 12.113 14.535 24.225 24.225 24.225 19.380 12.113 7.268
Harga Satuan (Rp/Kg) 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000
Total Penerimaan 48.450.000 145.350.000 145.350.000 193.800.000 193.800.000 242.250.000 290.700.000 484.500.000 484.500.000 484.500.000 387.600.000 242.250.000 145.350.000

81
Lampiran 10. Switching Value Penurunan Harga Jual dan Penurunan Produksi

Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7
Inflow
Nilai Penjualan 0 0 37.559.626 112.678.879 112.678.879 150.238.506 150.238.506
Nilai Sisa
Total Inflow 0 0 37.559.626 112.678.879 112.678.879 150.238.506 150.238.506
Total Biaya Investasi 212.332.500
Total Biaya Reinvestasi 0 0 180.000 848.000 980.000 6.014.000 1.028.000
Total Biaya Variabel 10.035.000 30.315.000 31.590.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000
Total Biaya Tetap 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000
Totral Biaya Operasional 105.135.000 125.415.000 126.690.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000
Total Outflow 212.332.500 105.135.000 125.415.000 126.870.000 128.558.000 128.690.000 133.724.000 128.738.000
Cashflow -212.332.500 -105.135.000 -125.415.000 -89.310.374 -15.879.121 -16.011.121 16.514.506 21.500.506
Pajak 0 0 0 0 0 356.017 356.017
Penerimaan Setelah Pajak -212.332.500 -105.135.000 -125.415.000 -89.310.374 -15.879.121 -16.011.121 16.158.489 21.144.489
DF (6,5%) 1 0,938967136 0,881659283 0,82784909 0,77732309 0,72988084 0,68533412 0,64350621
Present Value -212.332.500 -98.718.310 -110.573.299 -73.935.512 -12.343.207 -11.686.210 11.073.964 13.606.610
PV (+) 495.559.620
PV (-) -495.559.620
NPV 0,00
IRR 6,50%
Net B/C 1,00
PP 15,00

82
Lampiran 10. (Lanjutan)

Tahun
Uraian
8 9 10 11 12 13 14 15
Inflow
Nilai Penjualan 187.798.132 225.357.758 375.596.264 375.596.264 375.596.264 300.477.011 187.798.132 112.678.879
Nilai Sisa 290.000
Total Inflow 187.798.132 225.357.758 375.596.264 375.596.264 375.596.264 300.477.011 187.798.132 112.968.879
Total Biaya Investasi
Total Biaya Reinvestasi 0 980.000 848.000 6.194.000 0 1.828.000 0 180.000
Total Biaya Variabel 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000
Total Biaya Tetap 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000
Totral Biaya Operasional 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000
Total Outflow 127.710.000 128.690.000 128.558.000 133.904.000 127.710.000 129.538.000 127.710.000 127.890.000
Cashflow 60.088.132 96.667.758 247.038.264 241.692.264 247.886.264 170.939.011 60.088.132 -15.211.121
Pajak 2.233.998 7.335.939 29.871.715 29.871.715 29.871.715 18.603.827 2.233.998 0
Penerimaan Setelah Pajak 57.854.134 89.331.820 217.166.549 211.820.549 218.014.549 152.335.185 57.854.134 -15.211.121
DF (6,5%) 0,604231188 0,567353228 0,532726036 0,50021224 0,46968285 0,44101676 0,41410025 0,38882652
Present Value 34.957.272 50.682.696 115.690.275 105.955.231 102.397.696 67.182.370 23.957.411 -5.914.487

83
Lampiran 11. Switching Value Kenaikan Biaya Variabel

Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7
Inflow
Nilai Penjualan 0 0 48.450.000 145.350.000 145.350.000 193.800.000 193.800.000
Nilai Sisa
Total Inflow 0 0 48.450.000 145.350.000 145.350.000 193.800.000 193.800.000
Total Biaya Investasi 212.332.500
Total Biaya Reinvestasi 0 0 180.000 848.000 980.000 6.014.000 1.028.000
Total Biaya Variabel 23.709.999 71.626.170 74.638.651 77.048.636 77.048.636 77.048.636 77.048.636
Total Biaya Tetap 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000
Totral Biaya Operasional 118.809.999 166.726.170 169.738.651 172.148.636 172.148.636 172.148.636 172.148.636
Total Outflow 212.332.500 118.809.999 166.726.170 169.918.651 172.996.636 173.128.636 178.162.636 173.176.636
Cashflow -212.332.500 -118.809.999 -166.726.170 -121.468.651 -27.646.636 -27.778.636 15.637.364 20.623.364
Pajak 0 0 0 0 0 312.160 312.160
Penerimaan Setelah Pajak -212.332.500 -118.809.999 -166.726.170 -121.468.651 -27.646.636 -27.778.636 15.325.204 20.311.204
DF (6,5%) 1 0,938967136 0,881659283 0,827849092 0,77732309 0,72988084 0,68533412 0,64350621
Present Value -212.332.500 -111.558.684 -146.995.675 -100.557.712 -21.490.368 -20.275.094 10.502.885 13.070.386
PV (+) 571.444.572
PV (-) -571.444.572
NPV 0,00
IRR 6,50%
Net B/C 1,00
PP 15,00

84
Lampiran 11. (Lanjutan)

Tahun
Uraian
8 9 10 11 12 13 14 15
Inflow
Nilai Penjualan 242.250.000 290.700.000 484.500.000 484.500.000 484.500.000 387.600.000 242.250.000 145.350.000
Nilai Sisa 290.000
Total Inflow 242.250.000 290.700.000 484.500.000 484.500.000 484.500.000 387.600.000 242.250.000 145.640.000
Total Biaya Investasi
Total Biaya Reinvestasi 0 980.000 848.000 6.194.000 0 1.828.000 0 180.000
Total Biaya Variabel 77.048.636 77.048.636 77.048.636 77.048.636 77.048.636 77.048.636 77.048.636 77.048.636
Total Biaya Tetap 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000
Totral Biaya Operasional 172.148.636 172.148.636 172.148.636 172.148.636 172.148.636 172.148.636 172.148.636 172.148.636
Total Outflow 172.148.636 173.128.636 172.996.636 178.342.636 172.148.636 173.976.636 172.148.636 172.328.636
Cashflow 70.101.364 117.571.364 311.503.364 306.157.364 312.351.364 213.623.364 70.101.364 -26.978.636
Pajak 3.203.980 10.471.480 51.735.799 51.735.799 51.735.799 25.006.480 3.203.980 0
Penerimaan Setelah Pajak 66.897.385 107.099.885 259.767.565 254.421.565 260.615.565 188.616.885 66.897.385 -26.978.636
DF (6,5%) 0,604231188 0,567353228 0,532726036 0,50021224 0,46968285 0,44101676 0,41410025 0,38882652
Present Value 40.421.486 60.763.465 138.384.945 127.264.781 122.406.662 83.183.208 27.702.224 -10.490.009

85
Lampiran 12. Daftar pertanyaan Pengarah

Daftar Pertanyaan Pengarah

A. Identitas Perusahaan
1. Nama Perusahaan :
2. Pemilik Perusahaan :
3. Alamat perusahaan :
4. Telp/HP :
5. Tanggal Berdiri :
6. Status Perusahaan :

B. Karakteristik Kebun
1. Alasan mengusahakan :
2. Umur tanam lengkeng diamond river :
3. Varietas lengkeng yang diusahakan :
4. Jumlah pohon yang ditanam :
5. Intensitas panen :
6. Sumber modal usaha :

C. Biaya Investasi
 Lahan
No Urian Jumlah/luas Harga Nilai Umur
(m2) Satuan (Rp) Ekonomis
(Rp) (Tahun)
1 Luas lahan (m2)
2 Beli/sewa (Rp)

86
 Bibit
No Urian Jumlah Harga Nilai (Rp) Umur
Satuan Ekonomis
(Rp) (Tahun)
1 Bibit induk
2 Bibit batang
bawah

 Peralatan Pendukung
No Urian Jumlah Harga Nilai (Rp) Umur
Satuan Ekonomis
(Rp) (Tahun)
1 Cangkul
2 Garpu
3 Kored
4 Sprayer
5 Gunting pohon
6 Lainnya….

D. Komponen Biaya Operasional


 Pupuk Organik
No Urian Jumlah Harga Satuan Nilai (Rp)
(Rp)
1
2
3

87
 Pupuk Anorganik
No Urian Jumlah Harga Satuan Nilai (Rp)
(Rp)
1
2
3

 Pestisida
No Urian Jumlah Harga Satuan Nilai (Rp)
(Rp)
1
2
3

 Tenaga Kerja Harian


No Urian Jumlah Harga Satuan Nilai (Rp)
(Rp)
1 Persiapan lahan
2 Pembuatan lubang
tanam
3 Pemupukan
4 Penanaman
5 Penyiangan
6 Penyiraman
7 Pengendalian HPT
8 Penggemburan tanah
9 Pemangkasan
10 Panen
11 Pasca panen

88
 Pemakaian Air
No Urian Jumlah Harga Satuan Nilai (Rp)
(Rp)
1
2
3

 Tenaga Kerja Tetap


No Urian Jumlah Harga Satuan Nilai (Rp)
(Rp)
1
2
3

 Pajak-pajak
No Urian Jumlah Harga Satuan Nilai (Rp)
(Rp)
1
2
3

E. Aspek Pasar
1. Berapa proyeksi permintaan lengkeng diamond river ?
2. Berapa proporsi penjualan lengkeng diamond river dengan buah lainnya ?
3. Bagaimana perkiraan penjualan di masa datang ?

F. Aspek Pemasaran
1. Berapa Harga jual lengkeng diamond river ?
2. Bagaimana jalur pemasaran lengkeng diamond river di Taman wisata
mekarsari ?
3. Apakah ada kendala dalam pemasaran ?

89
G. Aspek Teknis
1. Bagaimana lingkungan agroekosistem yang harus dipenuhi dalam
pengusahaan lengkeng diamond river ?
2. Fasilitas produksi dan peralatan apa saja yang harus disediakan dalam
pengusahaan lengkeng diamond river ?
3. Bagaimana ketersediaan bahan bakudan sarana produksi dalam pengusahaan
lengkeng diamond river ?
4. Bagaimana ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengusahaan
lengkeng diamond river ?
5. Tenaga kerja apa saja yang dibutuhkan dalam proses produksi ?
6. Berapa jumlah produksi lengkeng diamond river yang dapat dihasilkan ?
7. Apa saja kendala produksi dalam mengusahakan lengkeng diamond river ?

H. Aspek Manajemen
1. Struktur manajemen perusahaan ?
2. Kebutuhan tenaga kerja ?

I. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan


1. Darimana sumber tenaga kerja yang digunakan ?
2. Dampak usaha terhadap lingkungan sekitar ?

90

Anda mungkin juga menyukai