Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Mugi Rahardjo, M.Si
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Agus Hermawan F1115002
Erwinda Agnesia V A F1115012
Marsha Diptha I F1115022
Retno Ayu K F1115032
Ila Asmara F1115042
Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, sebagai berikut :
I = f(Y,i)
Keterangan :
Y : Pendapatan i : Tingkat Bunga
Penghitungan nilai PDB dapat dilakukan atas dua macam dasar harga yaitu :
1. PDB atas dasar harga berlaku, merupakan PDB yang dihitung dengan dasar harga yang
berlaku pada tahun tersebut. PDB atas dasar harga berlaku berfungsi untuk melihat
dinamika/perkembangan struktur ekonomi yang riil pada tahun tersebut.
2. PDB atas dasar harga konstan, merupakan PDB yang dihitung dengan dasar harga yang
berlaku pada tahun tertentu. PDB atas dasar harga konstan berfungsi untuk melihat pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun. Contohnya jika kita ingin mengetahui berapa persen kenaikan PDB
dari tahun 2010, 2011 dan tahun 2012, karena nilai/harga suatu produk tiap tahun berubah-ubah
maka kita harus mengubah nilai PDB tahun 2010 dan 2011 dengan dasar harga tahun 2012
sehingga akan terlihat dengan jelas besaran kenaikan dari tiap tahunnya.
GDP dapat dihitung dengan 3 cara metode pendekatan:
• Metode pendekatan pengeluaran
Y = C + G + I + (X-M)
atau
Konsumsi + Pengeluaran Pemerintah + Investasi + (ekspor-impor)
Keterangan 100
Pengeluaran Pemerintah 50
Investasi 30
Ekspor 30
Impor 15
Maka :
Y = C + G + I + (X-M)
Y = 100 + 50 + 30 + (30 – 15)
Y = 195 (dalam Milliar)
B. Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB)
Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB) adalah jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara baik yang tinggal di dalam
negeri maupun di luar negeri, tetapi tidak termasuk warga negara asing yang tinggal di negara
tersebut, atau dengan kata lain PNB/GNP adalah jumlah Produk Domestik Bruto ditambah
dengan pendapatan neto dari luar negeri (penghasilan neto) adalah penghasilan dari warga negara
yang bekerja di luar negeri dikurangi penghasilan warga negara lain yang bekerja di dalam
negeri.
Keterangan :
o PNB = Produk Nasional Bruto/Gross National Product (GNP)
o PDB = Produk Domestic Bruto/Gross Domestic Product (GDP)
o Pendapatan Neto = Pendapatan dari warga negara yang tinggal di luar negeri dikurangi
pendapatan warga negara asing yang bekerja di dalam negeri
Contoh :
Krisna warga negara Indonesia, bekerja di Indonesia dengan pendapatan Rp2.000.000,00 Jhon
warga negara Amerika Serikat dan bekerja di Indonesia, pendapatan Rp3.000.000,00 Juna warga
negara Indonesia tinggal dan bekerja di Inggris dengan pendapatan Rp1.000.000,00.
C. Perbedaan Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) dengan
Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB)
Kedua istilah itu merujuk kepada output suatu negara. Perbedaannya adalah kalau GNP (Gross
National Produst) mengacu kepada barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara/penduduk
suatu negara selama satu tahun, baik yang tinggal di dalam negeri maupun luar negeri,
sedangkan GDP (Gross Domestic Product) mengacu kepada barang dan jasa yang dihasilkan
dalam suatu wilayah (dalam negeri) negara tertentu baik oleh warga negaranya sendiri ataupun
oleh pihak asing.
Misalnya:
Barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah negara X adalah 4000 yang terdiri dari 3000 oleh
warga negaranya sendiri dan 1000 oleh asing. Selain di negara X, warga negara Z juga ada yang
bekerja di luar negeri yang menghasilkan_total_output_sebesar_500.
Maka GNP nya sebesar 3500 sedangkan GDP nya sebesar 4000
Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana
tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut
akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain
memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu
biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.
Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis rencana investasi pada
dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (baik besar atau kecil) dapat
dilaksanakan dengan berhasil, atau suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha/bisnis
tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha/bisnis tersebut dilaksanakan, sehingga
investasi tidak gagal dan dapat menghasilkan rate of return sesuai dengan yang diharapkan.
Permintaa
n
Pada bagian (a) menunjukkan bagaimana harga relative rumah PH/P ditentukan
oleh penawaran dan permintaan terhadap stok rumah yang telah ada. Pada setiap titik waktu,
penawaran rumah adalah tetap. Stok ini ditunjukkan dengan kurva penawaran vertikal. Kurva
permintaan rumah miring ke bawah, karena harga yang tinggi menyebabkan orang-orang tinggal
di rumah yang lebih kecil, menumpang, atau bahkan kadang-kadang menjadi tunawisma. Harga
rumah disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Pada bagian (b) menunjukkan bagaimana harga relatif rumah menentukan
penawaran rumah baru. Perusahaan konstruksi membeli bahan dan mempekerjakan karyawan
untuk membangun rumah, lalu menjual rumah tersebut pada harga pasar. Biayanya bergantung
pada tingkat harga keseluruhan P (yang mencerminkan biaya kayu, batu bata, semen, dan lain-
lain), dan penerimaan mereka bergantung pada harga rumah PH. semakin tinggi harga relatif
rumah, semakin besar insentif untuk membangun rumah dan semakin banyak rumah dibangun.
Karena itu, aliran rumah baru – investasi residensial – bergantung pada harga ekuilibrium yang
ditetapkan di pasar rumah yang ada.
b. Perubahan Permintaan Rumah
Bila permintaan akan rumah bergeser, harga ekuilibrium rumah berubah, dan
perubahan ini akan mempengaruhi investasi residensial. Kurva permintaan akan rumah dapat
bergeser karena berbagai sebab seperti, booming ekonomi meningkatkan pendapatan nasional
dan juga permintaan terhadap rumah. Tingginya kenaikan populasi, bisa jadi diakibatkan
karena imigrasi, juga meningkatkan permintaan rumah.
c. Investasi Persediaan (Inventory Investment)
Investsai persediaan (mencakup barang-barang yang disimpan perusahaan di
gudang) pada saat yang sama dapat tidak bernilai apa-apa dan bisa memiliki signifikasi yang
besar. Investasi persediaan merupakan salah satu komponen pengeluaran terkecil, rata-rata
sekitar 1 persen dari GDP. Pada masa resesi, perusahaan berhenti mengganti kembali persediaan
mereka begitu barang dijual, dan investasi persediaan menjadi negatif. Pada resesi tipikal, lebih
separuh penurunan pengeluaran berasal dari penurunan investasi persediaan.
1. Alasan Menyimpan Persediaan
a. Pemerataan Produksi (Production Smoothing)
Salah satu kegunaan persediaan adalah untuk meratakan tingkat produksi
sepanjang waktu. Seperti, perusahaan yang mengalami booming dan penurunan penjualan secara
temporer. Selain menyesuaikan produksi barang pada kondisi mapan. Ketika penjualan rendah,
perusahaan memproduksi lebih banyak dari yang dijual dan menyimpan kelebihan barang itu
sebagai persediaan. Ketika penjualan tinggi, perusahaan memproduksi lebih sedikit dari yang
dijual dan menjual persediaannya.
b. Persediaan Sebagai Faktor Produksi (inventories as a Factor of Production)
Alasan menyimpan persediaan adalah persediaan membuat perusahaan
beroperasi secara efisien. Seperti, toko-toko eceran, dapat menjual barang-barang dagangan lebih
efektif jika mereka memiliki barang untuk ditunjukkan kepada pelanggan. Perusahaan
manufaktur menyimpan persediaan suku cadang untuk mengurangi waktu pada saat terhentinya
lini perakitan ketika mesin-mesin rusak. Dalam beberapa cara, hal ini dapat dipandang
persediaan sebagai factor produksi (inventories as a factor of production): Semakin besar
persediaan yang disimpan perusahaan, semakin besar output yang diproduksi.
c. Pencegahan kehabisan Barang (Stock-out Avoidance)
Menyimpan persediaan dapat menghindari kehabisan barang ketika penjualan
tiba-tiba melonjak. Perusahaan seringkali harus membuat keputusan produksi sebelum
mengetahui tingkat permintaan pelanggan. Contoh: penerbit harus memutuskan berapa banyak
buku baru yang harus dicetak sebelum mengetahui apakah buku itu akan popular. Jika
permintaan melebihi produksi dan tidak ada persediaan, barang akan habis selama satu periode,
serta perusahaan akan kehilangan penjualan dan laba.
d. Barang dalam Proses (Work in Process)
Beberapa barang mungkin membutuhkan beberapa tahap dalam produksi dan
karena itu, membutuhkan waktu. Ketika barang baru selesai sebagian, komponen-komponennya
dihitung sebagai bagian dari persediaan perusahaan.
2. Model Percepatan Persediaan
Model percepatan persediaan mengasumsikan bahwa perusahaan menyimpan
persediaan yang proposional terhadap tingkat output perusahaan. Alasannya, ketika output
tinggi, perusahaan-perusahaan manufaktur memerlukan lebih banyak bahan serta persediaan
yang disimpan, dan mereka memiliki lebih banyak barang dalam proses. Ketika perekonomian
mengalami masa booming, perusahaan-perusahaan eceran ingin memiliki lebih banyak barang
dagangan yang akan ditunjukkan kepada pelanggan. Jadi, jika N adalah persediaan
perekonomian dan Y adalah output, maka
N = Y,
Dimana adalah parameter yang menunjukkan berapa banyak persediaan yang akan
disimpan perusahaan sebagai proporsi output. Investasi persediaan I adalah perubahan dalam
persediaan N. karena itu,
I = N = Y.
Model percepatan memprediksi bahwa investasi persediaan adalah proporsional
terhadap perusahaan output. Ketika output naik, perusahaan ingin menyimpan lebih banyak
persediaan, sehingga investasi persediaan tinggi. Ketika output turun, perusahaan ingin
menyimpan lebih sedikit persediaan, sehingga mereka membiarkan persediaan turun, dan
investasi persediaan negatif.
Model ini disebut model percepatan karena variable Y adalah tingkat di mana
perusahaan memproduksi barang, maka Y merupakan “percepatan” produksi. Model ini
menyatakan bahw investasi persediaan bergantung pada apakah perekonomian tumbuh dengan
cepat atau melambat.
3. Investasi Persediaan (Inventory Investment)
Mencakup barang-barang yang disimpan perusahaan di gudang, termasuk bahan-
bahan dan persediaan, barang dalam proses, dan barang jadi. Merupakan komponen terkecil dari
pengeluaran yakni sekitar 1 persen.
Dalam mengukur atau menilai investasi yang akan atau telah terjadi terdapat beberapa
kriteria yang digunakan antara lain, yaitu :
1. Payback Period
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan
dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang
dibutuhkan makin pendek, maka proposal investasi dianggap makin baik. Namun, harus berhati-
hati menafsirkan kriteria payback period. Karena, ada investasi yang baru menguntukkan dalam
jangka panjang (> 5 tahun).
2. Net Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan NPV negativf.Net
B/C mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibandingkan dengan hasil
(output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C (cost). Output yang
dihasilkan dinotasikan sebagai B (benefit). Jika nilai B/C sama dengan 1, maka B = C, output
yang dihasilkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Bila nilai B/C < 1 maka B < C berarti
output yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan, begitu pula sebaliknya.
Proposal investasi akan diterima jika B/C > 1, berarti ouput yang dihasilkan lebih besar daripada
biaya yang dikeluarkan.
3. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV)sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. NPV
dari suatu proyek atau gagasan usaha merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih
antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV merupakan
kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost (biaya).
Menurut A. Choliq dkk, (1994), NPV merupakan manfaat yang diperoleh pada suatu
masa proyek yang diukur pada tingkat suku bunga saat ini yang relevan. Selain itu, NPV juga
dapat diartikan sebagai nilai saat ini dari suatu investasi yang dilakukan.
Indikator NPV :
- Jika NPV > 0 ( positif ), maka proyek layak untuk dilaksanakan
- Jika NPV < 0 ( negatif ), maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan
4. Kemajuan teknologi
Dengan adanya temuan-temuan teknologi (inovasi), maka akan semakin banyak
kegiatan pembaharuan yang akan di lakukan oleh pengusaha, sehingga makin tinggi tingkat
investasi yang dicapai.
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya
Dengan bertambahnya pendapatan nasional maka tingkat pendapatan masyarakat
akan meningkat, daya beli masyarakat juga meningkat, total agregat demand yang pada akhirnya
akan mendorongtumbuhnya investasi lain (Induced Invesment).
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan
Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong para
pengusaha untuk menyediakan sebahagian keuntunngan yang diperoleh untuk investasi-investasi
baru.
7. Situasi politik
Kestabilan politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi para
investor terutama para investor asing, untuk menanamkan modalnya. Mengingat bahwa investasi
memerlukan suatu jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali modal yang
ditanam dan memperoleh keuntungan. Sehingga stabilitas politik jangka panjang akan
diharapkan oleh investor.
8. Pengeluaran yang dilakukan pemerintah.
Pengeluaran-pengeluaran yang di lakukan oleh pemerintah dapat berupa pengeluaran
pembangunan dan rutin baik itu dalam penyediaan sarana dan prasarana atau fasilitas publik
dalam menunjang kegiatan investasi dan juga prekonomian secara keseluruhan baik itu skala
nasional maupun daerah. Sehingga menarik para investor dalam negeri maupun asing untuk
berinvestasi di suatu negara ataupun daerah.
9. Kemudahan yang diberikan oleh pemerintah setempat.
Tersedianya kemudahan-kemudahan dalam birokrasi, dalam perpajakan (tax holiday),
yaitu suatu keringanan di dalam pajak apabila suatu perusahaan mau menanamkan keuntungan
yang diperolehnya ke dalam investasi baru, ataupun apabila perusahaan yang bersangkutan mau
dan bersedia menanamkan investasinya di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu sehingga
mendorong para investor untuk menanamkan modalnya.
“Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual dengan return yang di
harapkan. Semakin besar perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut”.
Pengertian lain dari Risiko yang di kemukakan oleh Gitman (2003:214), sebagai berikut:
“ Risk is the change of financial loss or more formally, the variability of return associated
with a given asset”.
Artinya bahwa risiko pada dasarnya adalah perubahan dari kerugian financial atau bisa di
definisikan sebgai variasi dari pengembalian asset.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulakan bahwa risiko adalah kemungkinan
dari investasi yang di lakukan oleh investor mengalami kegagalan dalam memenuhi tingkat
pengembalian yang investor harapkan.
Adapun jenis-jenis resiko yang mungkin di hadapi oleh para investor dalam melakukan
kegiatan investasi di kemukakan oleh Reilly (2003:15), di antaranya:
1. Bussiness Risk
Kemungkinan kerugian yang di derita perusahaan karena keuntungan yang di peroleh
lebih kecil dari keuntungan yang di harapkan.
2. Financial Risk
Risiko yang di timbulkan dari cara perusahaan membiayai kegiatannya misalnya:
Penggunaan utang dalam membiayai asset perusahaan.
3. Liquidity Risk
Adanya ketidak pastian yang timbul pada saat sekuritas berada di pasar
sekunder.
4. Exchange Risk
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestic dengan nilai
mata uang negaranya.
5. Country Risk
Risiko ini berkaitan dengan kestabilan politik serta kondisi lingkungan
perekonomian di suatu Negara.