DISUSUN OLEH :
1. HERIBERTUS KATANGA LURA
2. IBNU CAHYONO
3. INTAN DWI AGUSTINA ASMAUL HUSNA
4. RISKA ANAWAN SARI
5. KLARA SINTA
Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti dan dipandang sebagai
penyebab utama kematian di seluruh dunia.Berbagai modalitas sering diterapkan pada
pengobatan kanker, salah satunya adalah kemoterapi.Kondisi tersebut dapat menimbulkan
stres dan berdampak negatif terhadap kesejahteraan pasien sehingga diperlukan mekanisme
koping yang baik untuk memecahkan masalah. Efek samping dari kemoterapi berkaitan
dengan toksisitas akibat agen kemoterapi itu sendiri.Reaksi fisik yang ditimbulkan berupa
gangguan pada berbagai sistem tubuh yaitu sistem gastrointestinal, sistem hematopoietic,
sistem ginjal, sistem kardiopulmonal, sistem reproduksi dan sistem neurologis.
Hal ini akan menimbulkan stres. Bila seseorang mengalami stres, maka segera akan ada
usaha untuk mengatasinya. Hal ini dikenal sebagai homeostatis yaitu usaha seseorang yang
dengan cara terus-menerus mempertahankan keadaan keseimbangan dalam batas tertentu
supaya dapat mempertahankan kehidupan dengan menggunakan mekanisme koping yang baik
yang sudah atau belum pernah digunakan sebelumnya.
Koping tersebut merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik
fisik maupun psikologis.Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang
merupakan kebiasaan dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak
efektif berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif
dan dapat merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Rasmun, 2004, p.29).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa mekanisme koping pada pasien kanker
dengan efek samping kemoterapi berada pada kategori adaptif, dengan frekuensi sebanyak 38
(61,3%) dari 62 responden. Mekanisme koping berhasil jika individu tersebut dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terejadi. Mekanisme koping dapat dipelajari dari sejak
awal terjadinya stressor sehingga individu tersebut menyadari dampak dari stressor tersebut.
Kemampuan koping individu tergantung dari temperamen, persepsi dan kognisi serta latar
belakang budaya atau norma tempatnya dibesarkan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa mekanisme koping yang berfokus pada
masalah (problem-focused coping) pada pasien kanker dengan efek samping kemoterapi
berada pada kategori adaptif yaitu sebanyak 35 responden (56,5 %). Mekanisme koping yang
berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah suatu usaha untuk mengatasi
permasalahan dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan
sekitarnya yang dapat menyebabkan terjadinya tekanan. Koping ini ditujukan dengan
mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh dengan stres atau memperluas sumber untuk
mengatasinya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan bahwa mekanisme
koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) berada pada kategori adaptif,
dimana individu dapat menanggulangi masalah yang dialami dengan beberapa cara,
diantaranya; tetap menjalani kemoterapi meskipun mengalami berbagai efek samping yang
tidak menyenangkan, meminta nasehat pada orang yang berarti seperti pada keluarga, teman
dan orang-orang yang dihormati. Individu juga terus berusaha mencari jalan keluar dengan
melakukan segala upaya demi kesembuhan penyakitnya
Menurut analisa peneliti, kemampuan individu dalam mengatasi perubahan fisik dan
emosional yang menimbulkan stres telah berhasil sehingga individu dapat beradaptasi
terhadap masalah tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan bahwa mekanisme
koping yang berfokus pada emosi (emotion focused coping) berada pada kategori adaptif,
dimana individu dapat menanggulangi masalah yang dialami dengan pendekatan emosional,
diantaranya; berusaha untuk tetap tenang dan sabar, mencoba untuk mengabaikan efek
samping kemoterapi yang sedang dialami, berdoa dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, berfikir positif, melakukan introspeksi diri dan mencoba membuat
perasaan menjadi lebih baik dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan.
Menurut analisa peneliti, pengendalian emosi yang stabil pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi sangat berkaitan dengan adanya nilai spiritualitas yang tinggi. Selain
itu, adanya lingkungan sekitar yang kondusif sehingga emosional pasien yang sangat rentan
tersebut dapat terus terkontrol. Untuk mengontrol emosional, pasien selalu berada dalam
keadaan tenang dalam menjalani kemoterapi, mendekatkan diri kepada Tuhan dan tetap sabar
dalam menghadapi berbagai efek samping kemoterapi yang tidak menyenangkan. Secara
keseluruhan, emosional pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kondisi stabil salah satunya karena
pendekatanpendekatan spiritual yang dijalani oleh pasien.
Aspek spiritual
“Wong penyakit itu bukan kutukan dan bukan hukuman, jadi pasien itu sebagi ladang
amal, supaya dosa kita berkurang”. (P4)
“Kalau menurut saya mbak, sakit itu mungkin bahasa Allah untuk berkomunikasi dengan
kita, mungkin kalau saya tidak sakit seperti ini saya tidak akan rajin beribadah seperti
sekarang" (P4)
“Walaupun saya takut, tapi mungkin semua ini adalah teguran supaya saya bisa lebih
bersabar"(P6)
“Harus sabar mbak, apalagi saya orangnya gak sabaran, suami yang ngerehreh saya
untuk bisa sabar, berdoa mohon ampunan mungkin banyak salah (menirukan ucapan suami)
mungkin ini semua merupakan teguran buat saya”.(P8)
Perubahan kondisi fisik dan psikososial pada pasien kanker payudara, akan memberikan
stressor kepada pasien. Sejauh mana koping yang gunakan partisipan terhadap penyakitnya.
a. Sikap dalam menghadapi masalah
1) Menerima
“……..wong sudah terjadi mau gimana lagi mbak, kalau sedang diberi ujian ya harus
diterima……” (P1)
“……..diberi ganjaran sakit, menerima saja…….”(P2)
“……tapi mungkin ini cobaan dari Allah harus diterima……” (P7)
2) Menyangkal
“Awalnya sempat menolak, gak mungkin saya kena sakit kanker….” (P7) “….awalnya
saya menolak, tidak mungkin saya terkena kanker…” (raut wajah emosional) (P8)
“Kalau Ny. S (P7) itu masih denial sampai sekarang” (T1)
“Mungkin kalau Ny.S (P7) kan masih muda umurnya jadi belum bisa menerima kondisi
sakitnya…” (T2)
4) Menarik diri
“Setelah sakit ini saya belum berani keluar rumah, …...”(P3)
“……Saya sampai tidak keluar rumah….” (P8)
“Ny.T (P8) mungkin karena jarang ditunggui suaminya, dia lebih banyak pendiam…”(T1)
1) Membaca Bismilah
“Setiap mau melakukan apa paling saya baca Bismilah, biar tenang". (P1)
2) Berdoa/zikir/sholat.
3) Mendengarkan musik
4) Membaca buku/majalah
. Keyakinan dan spiritual merupakan hal yang sangat sensitif.89 Pasien cenderung
meluangkan waktu sendirian untuk berdoa kepada Tuhan, karena dengan cara ini mereka bisa
mendapatkan kedamaian. Berdoa termasuk mengucapkan doa dan melakukan ritual
keagamaan, membentuk dasar kebutuhan pasien kanker. Spiritualitas dengan ritual
keagamaan, seperti berdoa, memainkan peran penting dalam menerima penyakit. Berdoa
memiliki peran penting dalam mengatasi kanker dan membantu pasien memperbaiki
kesehatan spiritual mereka saat sakit.90 Ungkapan partisipan terkait koping berdoa:
“…..kalau waktunya sholat, ya sholat, trus berdoa….”(P5)
“Ya…bisanya berdoa, semoga cepat diangkat penyakitnya..” (P6)
Menurut Potter dan Perry (2005) agama memainkan peranan penting dalam hal
pencegahan dan pengobatan penyakit. Agama mengajarkan penganutnya untuk mengikuti
praktek moral, sosial dan diet yang dirancang untuk menjaga seseorang
agar tetap dalam keadaan sehat dan harmonis.65 Menurut penelitian bahwa pasien kanker
payudara yang melakukan sholat dapat menemukan lebih banyak kontribusi positif dari pada
pasien yang tidak sholat. Sholat dan doa telah terbukti menjadi faktor emosional dan
psikologis yang penting pada penderita kanker payudara, membantu pasien dalam menerima
kanker dalam kehidupannya.88 Hal ini seperti yang disampaikan partisipan :
“…..kalau saatnya sholat sholat, berdoa…” (P2)
Selain berdoa/ dzikir dan sholat partisipan juga melakukan kegiatan dengan mendengarkan
musik. Mendengarkan musik dapat membantu pasien mengatasi gejala kemoterapi, sehingga
berkontribusi pada kemudahan dan kesejahteraan fisik mereka. Mendengarkan musik
merupakan bagian dari teknik distraksi untuk mengatasi rasa nyeri pada pasien kanker
payudara. karena dengan mendengarkan musik akan dikeluarkan zat endorphin yang dapat
menghambat impuls nyeri, musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan dihantarkan pada
sistem saraf yang mengatur kontraksi otot tubuh, sehingga mengurangi ketegangan. Dengan
musik dapat memperbaiki kesehatan fisik, interaksi sosial, hubungan interpersonal, ekspresi,
emosi dan meningkatkan kesadaran diri untuk menumbuhkan hubungan saling percaya,
mengembangkan fungsi fisik dan mental secara teratur serta terprogram. Musik juga
membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan menghasilkan perubahan positif
dalam perilakunya.65
Hasil penelitian dilakukan pada pasien setelah kemoterapi adalah adanya perbaikan
kenyaman total, kenyamanan fisik, psikospiritual dan sosiokultural. Mendengarkan musik
secara efektif mampu mengurangi keparahan gejala kemoterapi dan meningkatkan
kenyamanan pasien selama perawatan. Musik yang sesuai dengan selera pasien selain dapat
menciptakan suasana rileks, aman dan menyenangkan juga dapat mempengaruhi sistem
limbik dan saraf otonom, sehingga merangsang pelepasan zat kimia gamma amino butyric
acid (GABA), enkefalin dan beta endorphin yang akan mengeliminasi neurotransmitter rasa
nyeri maupun kecemasan, sehingga menciptakan ketenangan dan memperbaiki suasana hati.
Spiritualitas seseorang selain memberikan keterhubungan dengan Tuhan, individu juga
berusaha untuk meningkatkan hubungan dengan orang lain untuk meningkatkan kualitas
hidup yang lebih baik. Spiritualitas bagi penderita penyakit kanker point utama yaitu dengan
mengevaluasi kehidupan di masa lalu yang berkaitan dengan hubungan dengan orang lain.
Sejalan dengan ungkapan Potter dan Perry (2010) bahwa spiritualitas seseorang membuat
seseorang dapat mencintai, memiliki kepercayaan dan harapan, mencari arti dalam hidup dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Bentuk spiritualitas yang diungkapkan partisipan
seperti lebih banyak mendekatkan diri kepada Pencipta-Nya dengan berdoa, menerima
penyakit sebagai ujian.104
Menurut peneliti kualitas tidur yang mayoritas buruk pada responden penelitian ini
dipengaruhi oleh berbagai hal sesuai dengan pernyataan Johanna & Jachens (2004) yaitu
gangguan fisik berupa respon dari penyakit pasien, respon dari kemoterapi serta gangguan
mental dan spiritual berupa perasaan ketidak berdayaan, putus asa dan penolakan terhadap
kenyataan sakit yang dihadapi. Dilihat dari usia rata-rata responden dimana usia rata-rata
45,71 tahun masuk dalam kategori usia dewasa pertengahan sedangkan menurut Dament et al,
(1985); Hayashi & Endo, (1982) dikutip dari Carpenito, (1998) efesiensi tidur mencapai 80 –
90 % pada usia dewasa muda. Hasil penelitian Purwantari dan Amini (2013) yang dianalisis
dengan uji Mc Nemar menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kualitas tidur sebelum dan
selama kemoterapi pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi rawat jalan.
Hasil analisis univariat terhadap variabel tanda dan gejala distress diperoleh data bahwa
mayoritas responden berada dalam kondisi borderline 61,8%, normal 33,8% dan distress
4,4%. Distress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari
yang tidak dapat dihindari. Perubahan yang memerlukan penyesuaian sering dianggap
sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan distress, seperti cedera,
sakit atau kematian orang yag dicintai, putus cinta. Pengalaman stress dapat bersumber dari :
lingkungan, diri dan tubuh dan pikiran.
Berdasarkan kesimpulan penulis menyarankan agar perawat ruang kemoterapi sebagai
tenaga kesehatan yang paling banyak berinteraksi dengan pasien agar memperhatikan risiko
gangguan psikologis pada pasien yang menjalani kemoterapi karena kondisi distress akan
berdampak pada proses penyembuhan pasien.