Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

FUNGSI PENGARAHAN
PENGOPTIMALAN PENGGUNAAN FORM PENDELEGASIAN

DI RUANG ARJUNA RSJD Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

DISUSUN OLEH:
Yohanis Hendrik Ome
(070118A079)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di era yang sudah maju dan berkembang ini, kita harus mampu
bersaing dan mampu menjadi seorang pemimpin yang dapat menjadi
panutan. Selain itu, seorang pemimpin harus bisa mendelegasikan
wewenang kepada bawahannya. Seorang manajer akan selalu dihadapkan
pada sebuah konflik, sehingga salah satu tugas dari seorang manajer
dalam melaksanakan komunikasi yang efektif didalam organisasi bisnis
yang ditanganinya adalah memastikan bahwa arti yang dimaksud dalam
instruksi yang diberikan akan sama dengan arti yang diterima oleh
penerima instruksi demikian pula sebaliknya (the intended meaning of the
same). Hal ini harus menjadi tujuan seorang manajer dalam semua
komunikasi yang dilakukannya termasuk dalam mendelegasikan tugas.
Pendelegasian merupakan elemen yang esensial pada fase
pengarahan dalam proses manajemen karena sebagian besar tugas yang
diselesaikan oleh manajer (tingkat bawah, menengah, atas) bukan hanya
hasil usaha mereka sendiri, tetapi juga hasil usaha pegawai. Bagi manajer
pendelegasian bukan merupakan pilihan tetapi suatu keharusan. Ada
banyak tugas yang sering kali harus diselesaikan oleh satu orang. Dalam
situasi ini pendelegasian sering terkait erat dan produktivitas.
Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu
pekerjaan melalui orang lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan
suatu tugas kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan
organisasi (Marquis dan Huston, 2008).
Pendelegasian asuhan keperawatan kepada pasien oleh perawat
tidak mudah dilakukan karena menyangkut pemberian suatu perintah
kepada orang lain untuk menyelesaikan tugas yang diemban. Para perawat
meyakini bahwa mereka dapat memberikan pendelegasian dengan baik
kepada staf dalam asuhan keperawatan, tetapi sering tidak dilaksanakan
dengan baik, hal ini menyebabkan kurangnya rasa percaya kepada orang
yang menerima pendelegasian (Nursalam. 2014). Berdasarkan pada hal
tersebut, maka akan timbul pertanyaan bagaimana tanggung jawab perawat
secara perdata dalam hal adanya pendelegasian kewenangan tindakan
kepada perawat saat memberikan tindakan medis serta mekanisme yang
harus dilaksanakan sebelum melakukan pendelegasian tersebut. Setiap
orang harus mampu bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya,
seperti dalam pasal 1366 KUH Perdata berbunyi, “Setiap orang
bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau
kurang hati-hatinya”. Pada dasarnya, seorang tenaga kesehatan tentu pada
saat menjalankan tugasnya harus berdasarkan pada Standar Operating
Procedure (SOP), ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya.Dalam hal ini, di perlukan suatu pemahaman yang universal
yaitu mengenai mekanisme pendelegasian pelimpahan tugas dokter kepada
perawat, apakah sudah sesuai dengan Standard Operating Procedure yang
telah ditentukan atau tidak.
Ketika perawat melimpahkan tanggung jawabnya kepada perawat
lain yang kemudian terjadi kelalaian pada saat terjadinya upaya
penyembuhan maka akan sulit untuk ditarik kesimpulan siapa yang dapat
dikenai pertanggung jawaban. Dalam hal untuk dapat mengantisipasi
kelalaian yang timbul dari pendelegasian. Tidak menutup kemungkinan
bagi perawat untuk dapat dikenai pertanggung jawaban apabila tindakan
yang dilakukannya tidak sesuai dengan instruksi yang telah diberikan oleh
pendelegasi (Ameln, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Magnusson, et al (2017)
tentang An Analysis of Delegation Style Among Newly Qualified Nurses,
yang dilakukan ditiga Rumah Sakit Negara Inggris dengan hasil yang
menyatakan bahwa perawat yang mendapatkan delegasi adalah perawat
yang memiliki kualifikasi dan membutuhkan dukungan untuk mengurangi
dampat negatif yang akan mempengaruhi pemberian asuhan keperawatan
pada pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui dan mengkaji mekanisme pendelegasian Kepala
Ruang (Karu) ke Kepala Tim (Katim)
b. Mengetahui dan mengkaji mekanisme pendelegasian Katim ke
Perawat Pelaksana.
c. Mengetahui tanggungjawab perawat secara perdata terhadap pasien
dalam pendelegasian tindakan medis.
d. Menambah pengetahuan mengenai pentingnya pendelegasian
secara resmi dan implementasinya di dalam praktek.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian manajemen keperawatan terkait dengan
sistem pendelegasian di Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin
Surakarta.
b. Mengidentifikasi masalah yang ada terkait dengan sistem
pendelegasian dengan pendekatan penyelesaian masalah
(problemsolving cycle) di Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin
Surakarta.
c. Bersama perawat menentukan prioritas masalah yang terkait
dengan masalah-masalah yang dijumpai mengenai sistem
pendelegasian di Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.
d. Bersama perawat menyusun perencanaan untuk menyelesaikan
masalah yang ditemukan di Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin
Surakarta.
e. Bersama perawat melakukan implementasi sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat di Ruang Samba RSJD Dr. Arif
Zainudin Surakarta.
f. Menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi proses
maupun hasil di Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.

C. Manfaat
1. Institusi pendidikan
Membantu dalam proses belajar mengajar terutama penerapan
manajemen keperawatan di ruang perawatan dan memberikan informasi
bagi mahasiswa maupun dosen terutama mengenai pelaksanaan
manajemen asuhan dan manajemen pelayanan dalam melakukan
pengelolaan ruangan khususnya dalam mendelegasikan sesuatu.
2. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan penerapan proses
pendelegasian di ruang Keperawatan.
3. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan untuk perencanaan pengembangan Sistem
Model Praktik keperawatan Profesional (MPKP) dan sebagai bahan
informasi untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan menyusun
format rencana harian dan rencana bulanan perawat dan melengkapi media
sehingga dapat melakukan perbaikan kualitas mutu pelayanan keperawatan
secara bertahap.
4. Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta
Sebagai bahan masukan untuk melakukan proses pendelegasian sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN WEWENANG
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian wewenang.
Menurut Sutarto (2001) dalam Irwan (2013), wewenang adalah hak seseorang
untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas serta tanggung
jawabnya dapat dilaksanakan dengan baik. Menurut Hasibuan (2007),
wewenang adalah kekuasaan yang sah dan legal yang dimiliki seseorang
untuk memerintah orang lain, berbuat atau tidak berbuat atau tidak berbuat
sesuatu, kekuasaan merupakan dasar hukum yag sah dan legal untuk dapat
mengerjakan sesuatu pekerjaan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.
Ada dua pandangan yang saling berlawanan mengenai sumber wewenang,
yaitu teori formal (Pandangan Klasik) dan teori penerimaan (Acceptance
theory of Authority). Pandangan wewenang formal menyebutkan bahwa
wewenang adalah dianugrahkan, wewenang ada karena seseorang diberi atau
dilimpahi atau diwarisi hal tersebut. Teori penerimaan menyanggah bahwa
wewenang dapat dianugerahkan. Teori ini berpendapat bahwa wewenang
seseorang timbul hanya bila hal itu diterima oleh kelompok atau individu
kepada siapa wewenang itu dijalankan.

B. MATERI PENDELEGASIAN
1. Pengertian
Menurut Hasibuan (2007), Pendelegasian wewenang adalah
memberikan sebagian pekerjaan atau wewenang oleh delegator (pemberi
wewenang) kepada delegate (penerima wewenang) untuk dikerjakannya
atas nama delegator. Menurut Stoner (2000) dalam Kesumanjaya (2010),
pendelegasian wewenang adalah pelimpahan wewenang formal dan
tanggung jawab kepada seorang bawahan untuk menyelesaikan aktivitas
tertentu. Pendelegasian wewenang adalah konsekuensi dari semakin
besarnya organisasi. Bila atasan menghadapi banyak pekerjaan yang tidak
dapat dilaksanakan oleh satu orang, maka ia perlu melakukan delegasi.
Pendelegasian juga dilakukan agar pimpinan dapat mengembangkan
bawahan sehingga lebih memperkuat organisasi.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa
pendelegasian wewenang adalah pemberian wewenang dan tangung jawab
kepada orang-orang yang ditunjuk oleh pemegang wewenang. Atasan
memberikan kekuasaan kepada staf atau bawahan sehingga bawahan itu
dapat melaksanakan tugas itu sebaik-baiknya serta dapat mempertanggung
jawabkan hal-hal yang didelegasikan kepadanya. Pendelegasian wewenang
oleh atasan kepada bawahan adalah perlu demi tercapainya efesiensi dari
fungsi-fungsi dalam organisasi, karena tidak ada seorang atasan manapun
yang dapat secara pribadi merampungkan atau secara penuh melaksanakan
dan mengawasi semua tugas organisasi.
2. Penerapan Pendelegasian di MPKP
Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh
Kepala Ruangan kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana.
Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan
wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang.
Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan
pendelegasian insidentil.
a. Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis
terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang
MPKP. Bentuknya dapat berupa:
1) Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim untuk
menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
2) Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung Jawab
Shift
3) Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam
pelaksanaan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan
b. Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang
MPKP berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan.
Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah Kepala Seksi
Perawatan, Kepala Ruangan, Ketua Tim atau Penanggung Jawab Shift,
tergantung pada personil yang berhalangan. Mekanismenya sebagai
berikut:
1) Bila Kepala Ruangan Berhalangan, Kepala Seksi menunjuk salah
satu Ketua
Tim untuk menggantikan tugas Kepala Ruangan
2) Bila Ketua Tim berhalangan hadir maka Kepala Ruangan
menunjuk salah satu
Anggota Tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas Ketua Tim
3) Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir sehingga satu
tim kekurangan personil maka Kepala Ruangan/Penanggung Jawab
Shift berwenang memindahkan perawat pelaksana dari tim lain
masuk tim yang kekurangan personil tersebut atau Katim
melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana yang hadir.
3. Prinsip-prinsip Pendelegasian Tugas di MPKP
a. Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format
pendelegasian tugas
b. Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang
berkompeten dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya
c. Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal secara
terinci, baik lisan maupun tertulis
d. Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor
pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang
dihadapi
e. setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah
dilaksanakan dan hasilnya.

4. Peranan Pendelegasian Wewenang


Pendelegasian wewenang mempunyai pengaruh yang sangat besar
didalam suatu organisasi. Tanpa adanya pendelegasian wewenang akan
mengakibatkan tersendatnya kegiatan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Stoner (2000) dalam Kesumanjaya (2010) beberapa peranan
pendelegasian wewenang dalam organisasi adalah :
a. Adanya pendelegasian wewenang, karyawan dapat melakukan tugas
tugas yang pokok dan strategis bagi kelangsungan organisasi. Semakin
banyak tugas karyawan yang dapat didelegasikan maka semakin besar
peluangnya untuk mencari dan menerima tanggung jawab dari
manajer. Jadi manajer berusaha mendelegasikan wewenang bukan
hanya pada hal-hal yang rutin saja melainkan juga tugas-tugas yang
membutuhkan pikiran dan prakarsa sehingga karyawan dapat
berfungsi maksimal bagi organisasi.
b. Adanya pendelegasian wewenang, manajer akan mendapat hasil
keputusan yang lebih akurat dan lebih baik karena para karyawan lah
yang paling dekat dengan pokok permasalahannya. Meski cenderung
memiliki suatu pandangan yang jelas tentang fakta-fakta yang
diperlukan dalam mengambil keputusan.
c. Melalui pendelegasian wewenang, keputusan dapat lebih cepat
diambil karena tidak harus meminta persetujuan dari atasan. Apabila
para bawahan tidak memiliki wewenang yang cukup untuk mengambil
keputusan dalam suatu persoalan maka ia akan selalu bertanya kepada
atasannya. Hal ini tentu saja akan memakan waktu yang tidak sedikit,
oleh karena itu bawahan perlu diberi wewenang untuk mengambil
keputusan.
d. Pendelegasian wewenang menyebabkan rasa tanggung jawab dan
inisiatif terhadap organisasi menjadi lebih besar. Pejabat yang
memiliki wewenang, tanpa menunggu perintah apabila menemukan
masalah yang masih dalam batas wewenangnya akan berupaya
menemukan jalan keluar terhadap penyelesaian masalah tersebut.
e. Adanya pendelegasian wewenang merupakan latihan bagi para
anggota organisasi apabila kelak ia menduduki jabatan yang lebih
tinggi. Anggota organisasi yang tidak pernah diberi wewenang yang
lebih besar maka apabila ia menduduki jabatan yang lebih tinggi akan
menjadi canggung dan perlu waktu lama untuk menyesuaikan diri.
f. Pendelegasian wewenang mengakibatkan komunitas pekerjaan akan
dapat lebih terjamin. Hal ini dapat terlihat jika ada salah satu anggota
organisasi yang berhalangan untuk melaksanakan pekerjaannya, maka
dengan adanya pendelegasian wewenang tugas terrsebut dapat diambil
alih sehingga kontinuitas organisasi tidak akan terganggu

5. Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif


Lima konsep yang mendasari efektivitas dalam pendelegasian.
Lima konsep tersebut akan dijelaskan sebagai berikut (Nursalam. 2014).
a. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab.
Tetapi suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna.
Manajer keperawatan sering mendelegasikan tanggung jawabnya
kepada staf dalam melaksanakan asuhan terhadap pasien. Misalnya,
dalam penerapan model asuhan keperawatan profesional primer,
seorang perawat primer (PP) melimpahkan tanggung jawabnya dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada perawat
pendamping/associate (PA). Perawat primer memberikan tanggung
jawab yang penuh dalam merawat pasien yang didelegasikan.
b. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang.
Perawat primer menyusun tujuan tindakan keperawatan. Tanggung
jawab untuk melaksanakan tujuan/rencana didelegasikan kepada staf
yang sesuai atau menguasai kasus yang dilimpahkan. Kemudian PP
memberikan wewenang kepada PA untuk mengambil semua
keputusan menyangkut keadaan pasien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Proses tersebut harus meliputi:
1) Pengkajian kebutuhan pasien
2) Identifikasi tugas yang dapat dilaksanakan dengan bantuan orang
lain
3) Mendidik dan memberikan pelatihan supaya tugas dapat
dilaksanakan dengan aman dan kompeten
4) Proses menentukan kompetensi dalam membantu seseorang
5) Ketersediaan supervisi yang cukup oleh PP
6) Proses evaluasi yang terus-menerus dalam membantu seseorang
7) Proses komunikasi tentang keadaan pasien antara PP dan PA.
c. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung
jawabnya, mengembangkan wewenang yang dilimpahkan, dan
mengembangkan kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi.
Keberhasilan pelimpahan ditentukan oleh:
1) Intervensi keperawatan yang diperlukan
2) Siapa yang siap dan sesuai dalam melaksanakan tugas tersebut
3) Bantuan apa yang diperlukan
4) Hasil apa yang diharapkan.
d. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota.
Dukungan yang penting adalah menciptakan suasana yang asertif.
Setelah PA melaksanakan tugas yang dilimpahkan, maka PP harus
menunjukkan rasa percaya kepada PA untuk melaksanakan asuhan
keperawatan secara mandiri. Jika masalah timbul, maka PP harus
selalu menanyakan “Apa yang bisa kita lakukan?” Empowering
meliputi pemberian wewenang seseorang untuk melaksanakan tugas
secara kritis otonomi, menciptakan kemudahan dalam melaksanakan
tugas, serta membangun rasa kebersamaan dan hubungan yang serasi.
e. Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisis
otonomi yang dilimpahkan untuk dapat terlibat aktif. Keterbukaan
akan mempermudah komunikasi antara PP dan PA.

6. Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif


Menurut Nursalam (2014) proses pendelegasian harus didahului
dengan informasi yang jelas. Pendelegasian yang jelas harus mengandung
informasi mengenai tujuan spesifik, target waktu, dan pelaksanaan
tindakan keperawatan.
a. Tujuan spesifik.
Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik maupun psikis
harus jelas sebagai parameter kepada siapa pendelegasian itu diberikan.
b. Target waktu.
Seorang PP atau Ners harus memberikan target waktu dalam
memberikan pendelegasian kepada PA. Pada perencanaan keperawatan
kepada pasien, PP harus menuliskan target waktu yang jelas sebagai
indikator keberhasilan asuhan keperawatan.
c. Pelaksanaan tindakan keperawatan.
PP harus mengidentifikasi dan memberikan petunjuk intervensi
keperawatan yang sesuai terhadap kebutuhan pasien. Tahap pengkajian
dan pengambilan keputusan harus didiskusikan sebelum tindakan
dilaksanakan.

7. Cara Pendelegasian
a. Seleksi dan susun tugas.
Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas
yang harus dilimpahkan secara rasional dan dapat dilaksanakan oleh
staf. Tahap berikutnya yang harus dikerjakan secara otomatis adalah
menyiapkan laporan yang kontinu, menjawab setiap pertanyaan,
menyiapkan jadwal berurutan, memesan alat-alat, presentasi pada
komisi yang bertanggung jawab, dan melaksanakan asuhan
keperawatan dan tugas teknis lainnya. Menyusun suatu daftar secara
berurutan dengan dua kriteria, yakni waktu yang diperlukan dan
pentingnya bagi institusi. Hal yang terpenting dalam mendelegasikan
tugas adalah menentukan suatu tugas pendelegasian dan wewenang
secara bertahap. Hal ini akan menghindari terjadinya suatu
penyalahgunaan wewenang.
b. Seleksi dan susun tugas.
Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut
berdasarkan kemampuan dan persyaratan lainnya. Tepat tidaknya Anda
memilih staf bergantung dari kemampuan manajer mengenal kinerja
staf, kelebihan, kelemahan, dan perilakunya.
Hati-hati terhadap pendelegasian yang berlebihan atau yang terlalu
sedikit. Jika Anda memberikan pendelegasian terlalu berlebih, maka
staf tidak akan siap untuk menerima keadaan tersebut dan akan
berdampak terhadap kegagalan staf dalam melaksanakan tanggung
jawab untuk tugas yang pertama kali diterimanya.Sebaliknya,
pendelegasian yang terlalu sedikit akan menjadi hal yang sangat buruk
efeknya terhadap staf maupun institusi. Pendelegasian jenis ini akan
menghabiskan waktu dan sering berakibat terhadap beban bagi staf.

c. Berikan arahan dan motivasi kepada staf.


Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan
yang jelas. Lebih baik pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan
ajarkan pula bagaimana melaksanakan tugas tersebut. Jika Anda sudah
siap untuk memberikan pendelegasian, maka Anda harus mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut?
1) Apakah saya sudah menjelaskan alasan pendelegasian dan mengapa
tugas ini penting dilakukan?
2) Apakah semua tugas sudah jelas dalam ingatan kita? Haruskah saya
menuliskan secara rinci?
3) Jika jawabannya ya, dapatkah saya memberikan instruksi dan
prosedur secara rinci terhadap tingkatan pemahaman staf?
4) Apakah tugas yang dilimpahkan dapat memberikan staf kesempatan
untuk berkembang dan memotivasi staf secara tepat?
5) Apakah staf Anda sudah mendapatkan latihan, pengalaman, dan
keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas tersebut?
Hal penting dalam pendelegasian adalah kesepakatan antara manajer
keperawatan dan staf mengenai hasil yang diharapkan.
8. Keberhasilan Pendelegasian
Keberhasilan pendelegasian akan ditentukan oleh faktor-faktor
berikut :
a. Komunikasi yang jelas dan lengkap.
Kejelasan komunikasi ditentukan oleh kelengkapan informasi yang
disampaikan, akurasi terhadap pesan, dan penggunaan istilah/kata-kata
yang mudah dipahami oleh penerima pesan.
b. Ketersediaan sumber dan sarana.
Jika PP atau Ners menghendaki perkembangan pasien dari PA,
maka PP harus berada di tempat. Jika PP untuk jangka waktu yang lama
tidak berada di tempat, maka laporan harus dilimpahkan kepada staf
lainnya.Hal ini untuk menjaga agar pelaksanaan pekerjaan tetap
berjalan dengan baik.
c. Monitoring.
PP harus memberikan kebebasan kepada PA untuk berpikir dan
menganalisis tugas yang diberikan. Jika terdapat permasalahan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya, maka PP harus mampu berperan sebagai konsultan dan
membantu memberikan solusinya
d. Pelaporan kemajuan tugas limpah.
Sebagai perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan dalam praktik keperawatan profesional kepada pasien,
maka PP harus selalu meminta laporan dari PA tentang kemajuan
pasien. Laporan PA diharapkan bisa disampaikan secara reguler dan
sesuai dengan waktu yang ditentukan, kemudian PP harus melakukan
tindak lanjut atau memberikan masukan tentang laporan yang telah
disampaikan.

9. Tanggung Jawab, Wewenang Dan Akuntabilitas prinsip ini menyatakan


bahwa :
a. Agar organisasi dapat menggunakan sumber daya-sumber dayanya
dengan lebih efisien, tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu
diberikan ketingkatan organisasi yang paling bawah dimana ada cukup
kemampuan dan informasi untuk menyelesaikannya.
b. Konsekuensi wajar peranan tersebut adalah bahwa setiap individu
dalam organisasi untuk melaksanakan tugas yang dilimpahkan
kepadanya dengan efektif, dia harus diberi wewenang secukupnya.
Bagian penting dari delegasi tanggung jawab dan wewenang adalah
akuntabilitas penerimaan tanggung jawab dan wewenang berarti
individu juga setuju untuk menerima tuntutan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas. Bagi manajer, selain harus mempertanggung
jawabkan tugas-tugasnya sendiri, juga harus mempertanggung
jawabkan pelaksanaan tugas bawahannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Edwards, dkk (2018)


dengan judul “Delegasi dan Perpindahan Tugas Antara
Perawatan Primer dan Perawat Pelaksana di Veteran”
didapatkan hasil pendelegasian yang dilakukan secara tepat dan benar dari
perawat primer ke pelaksana dapat mengurangi kesalah pahaman dalam
melakukan asuhan keperawatan.

BAB III

PENGKAJIAN FUNGSI PENGARAHAN

A. PENDELEGASIAN
Kajian Data :
1) Jenis pendelegasian
a) Wawancara
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap kepala
ruang di Ruang Samba di dapatkan hasil bahwa jenis
pendelegasian di Ruang Samba dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Pendelegasian secara langsung berupa wewenang
secara langsung yang dikomunikasikan oleh Karu kepada perawat
yang telah dipilih. Pendelegasian secara tidak langsung berupa
komunikasi yang dilakukan melalui sosial media atau telepon.
Namun delegasi di Ruang samba tidak dilakukan secara tertulis
dan lebih sering melakukan delegasi secara lisan dan melalui
media sosial yaitu WhatsApp.
2) Mekanisme pendelegasian
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
kepala ruang Bapak Joko S.Kep.Ns di Ruang Samba di dapatkan
hasil bahwa perawat yang akan diberikan delegasi harus perawat
yang dinilai memiliki kinerja baik, mau dan mampu untuk
menangani semua kegiatan KARU. Jika perawat belum mengerti
dengan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan, maka KARU
memberikan penjelasan terlebih dahulu.

3) Prinsip pendelegasian
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap
kepala ruang di Ruang samba di katakan bahwa prinsip dari
pendelegasian tersebut adalah perawat yang diberikan mengerti
dan mampu mengcover kegiatan KARU.
4) Penetapan tugas yang akan didelegasikan
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap
kepala ruang di Ruang samba didapatkan hasil bahwa penetapan
tugas yang didelegasikan dilakukan secara lisan atau melalui
media sosial (WA). Kepala Ruang menjelaskan tugas-tugas yang
harus dilakukan pada hari itu.
5) Tugas terurai dengan jelas
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap
kepala ruang di Ruang samba di dapatkan hasil bahwa tugas yang
didelegasikan langsung pada intinya, namun tidak diuraikan
secara tertulis.
ANALISIS SWOT

STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT


Aspek yang dikaji
(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)

1. Pendelegasian 1. Pendelegasian tetap di 1. Perawat melakukan 1. Penyuluhan pentingnya 1. Tidak tercapainya tujuan /
a. Jenis
lakukan melalui media pendelegasian dengan pendelegasian secara resmi. tugas yang telah
b. Mekanisme
2. Penyuluhan dampak dan
c. Prinsip sosial/telpon. media sosial, tidak dilimpahkan.
d. Penetapan 2. Tugas pendelegasian kerugian tidak dilakukan 2. Hasil dari tugas tidak
dengan tertulis (surat).
tugas dijelaskan langsung 2. Tidak dijelaskan secara pendelegasian secara resmi. tercapai secara maksimal.
e. Tugas terurai 3. Mengusulkan penggunaan 3. Menurunnya kepercayaan
pada intinya teratur/terperinci tugas-
3. Perawat Ruang samba SOP Pendelegasian bawahan kepada atasan.
tugas secara tertulis di
4. Ketidakpatuhan atasan
sudah mengikuti
surat delegasi.
terhadap bawahan.
pelatihan-pelatihan
5. Munculnya tuntutan
yang mendukung
hukum akibat pelimpahan
kinerja keperawatan
tugas yang tidak resmi.

IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA


No Data Fokus Masalah

1. a. Data Subjektif Kurang optimalnya penggunaan form


Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruang di Ruang pendelegasian secara resmi dan
Arjuna di dapatkan hasil bahwa jenis pendelegasian di Ruang Arjuna tertulis.
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pendelegasian secara
langsung berupa wewenang secara langsung yang dikomunikasikan oleh
Karu kepada perawat yang telah dipilih. Pendelegasian secara tidak
langsung berupa komunikasi yang dilakukan melalui sosial media
(WhatsApp). Namun delegasi di Ruang Arjuna tidak dilakukan secara
tertulis.
b. Data Objektf
1) Di ruangan belum ada form untuk pendelegasian, pendelegasian yang di
gunakan di Ruang Arjuna melalui media sosial/WA dan secara lisan.

PRIORITAS MASALAH
Prioritas Masalah Jumlah

No Masalah Importancy T R Prioritas


IxTxR
P S RI PC DU Pc

1. Kurang optimalnya penggunaan


form pendelegasian secara resmi
dan tertulis.

Keterangan :

1. Importancy (I) atau pentingnya masalah


Prevalency (P) : Masalah lebih banyak serius
Secerity (S) : Akibat yang ditimbulkan apabila tidak ditangani.
Rate of Increase (RI) : Angaka kenaikan
Public concern (PC) : Perhatian masyarakat
Degree of Unmeetneeds(DU) : Tingkat keinginan yang tidak terpenuhi
Politic Climate (PC) : Politic Climate
2. Technology (T) : Tehnologi yang tersedia
3. Resource (R) : Sumber daya yang tersedia (manusia,dana,alat,dll
4. Skala Nilai : 1-5
ALTERNATIF CARA PENYELESAIAN MASALAH
Penyebab Masalah Rencana Penyelesaian Masalah

1. Kurang optimalnya penggunaan form pendelegasian secara a) Studi literatur masalah pendelegasian
b) Penyampaian model pendelegasian
resmi dan tertulis
c) Penyampaian format pendelegasian

MAN
--

Kurang optimalnya
penggunaan form
pendelegasian
secara resmi dan
tertulis
DIAGRAM FISHBONE

1. Kurang optimalnya penggunaan form pendelegasian secara resmi dan tertulis


METODE MATERIAL

Pendelegasian dilakukan secara --


langsung (lisan) dan tidak
langsuang (WA). Pendelegasian
belum dilakukan secara resmi.
BAB IV

POA (Plan Of Action)

NO. RENCANA TINDAKAN METODE SASARAN BAHAN DAN WAKTU TEMPAT PELAKSANAN
ALAT

Studi literatur model Karu, Katim, .... Februari Valentina Febi


1 Diskusi Jurnal, literatur Ruang Arjuna
pendelegasian PP 2019 R.L

Sosialisasi pentingnya Karu, Katim, .... Februari Valentina Febi


3 pendelegasian secara Diskusi Jurnal, literatur Ruang Arjuna
PP 2019 R.L
resmi.
Sosialisasi dampak dan
kerugian tidak dilakukan Karu, Katim, .... Februari Valentina Febi
4 Diskusi Jurnal, literatur Ruang Arjuna
pendelegasian secara PP 2019 R.L
resmi.
LAPORAN PELAKSANAAN

NO TINDAKAN WAKTU TEMPAT PESERTA EVALUASI PELAKSANA

Februari Karu, Katim


Melakukan studi literatur dan jurnal
1 2019 Ruang Arjuna dan perawat
tentang model pendelegasian
pelaksana
2 Sosialisasi kembali tentang Februari Ruang Arjuna Karu, Katim
pentingnya delegasi secara resmi 2019 dan perawat
pelaksana

3 Bersama Karu, Katim dan perawat Februari Ruang Arjuna Karu, Katim
pelaksana mensosialisasikan 2019 dan perawat
kembali tentang dampak dan pelaksana
kerugian tidak dilakukan
pendelegasian secara resmi.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Malayu, S.P. Hasibuan. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia.


Jakarta: PT. Bumi Aksara

Kesumanjaya, Rifly, 2010. “Pengaruh Pendelegasian Wewenang dan


Komitmen terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada bagian Sumber
Daya Manusia (SDM) PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan,
Skripsi, Universitas SumatEra Utara: Medan.

Magnusson, C., Allan., Horton.,m et al. 2017. An Analysis of delegation styles


among newly qualified nurses. Journal. RCNi.com. University Of
Surrey: Guilford, England

Marquis, B.L., dan C.J. Huston. 2000. Leadership roles and management
functions in nursing. Philadelphia: JB Lippincott.

Mueller, Christine, PhD, RN, FAAN, and Amy Vogelsmeier, PhD, RN.2013.
Effective Delegation: Understanding Responsibility, Authority, and
Accountability. Journal. www.journalofnursingregulation.com

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan: Penerapan dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

-----------. 2014. Manajemen keperawatan : penerapan dalam praktik


keperawatan profesional (E-book). Jakarta : Salemba Medika.

Rowland, H.S., dan B.L. Rowland.2009. Nursing Administration


Handbook.Edisi 4. Maryland: An Aspen Publication.

Sutarto. 2006. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press

Samuel, Edward., Christian., David., Elizabeth., Walter., Gorden., Linda.,


Danielle., And Greg. 2018. Task Delegation and Burnout Trade-offs
Among Primary Care Providers and Nurses in Veterans Affairs
Patient Aligned Care Teams (VA PACTs). Journal. www.Jabfm.org.
Portland

Vestal, K.W. 2008.Nursing Management: Control and Issues.Edisi 2.


Philadelphia: J.B. Lippincott.

Anda mungkin juga menyukai