Anda di halaman 1dari 7

AWAL TERBENTUKNYA

ANTROPOLOGI

Disusun Oleh :
Narasimha Wisnu Murti – 13040217130045
Nabila Tasya – 13040217140006
Putri Malahati Hashina – 13040217140007
Ahmad Zulkarnain As’ari – 13040217140009
Muhammad Zikri Rabbani – 13040217140012
Alfi Hidayasari – 13040217140019
Dimas Alfyansyah – 13040217170010

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI SOSIAL


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
1. Terbentuknya Antropologi

Antropologi diawali saat manusia mulai berpikir tentang masyarakat dan keyakinan
mereka, dan secara sadar memutuskan untuk membandingkan diri mereka sendiri dengan
masyarakat lain yang melakukan kontak dengan mereka. Berawal dari melakukan perjalanan
jauh mengelilingi dunia, menuliskan pengalaman demi pengalaman yang dialami, lalu
dikumpulkan menjadi suatu karya tulis yang merupakan hasil dokumentasi dari perjalanan
jauh lalu disebarluaskan kepada orang lain. Sejarawan Yunani, Herodotus (484-425 SM)
menghabiskan bertahun-tahun untuk melakukan perjalanan di Asia, Mesir dan Yunani, dan
menuliskan gambaran terperinci tentang kebiasaan dari kelompok masyarakat yang ia jumpai.
Ibnu Khaldun (1332-1406) merupakan seorang politikus dan sejarawan yang tinggal di
Aljazair selama bertahun-tahun mengamati dua kelompok masyarakat, yaitu suku Bedouin
yang dianggap liar, nomaden serta agresif, dan masyarakat kota yang menetap, berpendidikan
namun korupsi, dan menggantungkan hidup mereka pada pertanian lokal. Lalu dia
mengelompokkan masyarakat tersebut berdasarkan sudut pandang masing-masing dan
menulis suatu karya ilmiah.

Kemudian sekitar abad ke-15, bangsa Eropa mulai melakukan pelayaran besar-
besaran untuk menemukan dan menaklukan wilayah baru, dan saat itu dari pandangan
mereka, muncul berbagai perdebatan tentang sifat dan adat istiadat orang-orang ‘biadab’ yang
digambarkan oleh pelaut dan pedagang. Dan hal tersebut kemudian ditulis dan dicetak, lalu
disebarluaskan oleh kalangan terpelajar di sana. Akhir abad ke 16, pengarang asal Prancis
Michel de Montaigne (1533-1592) memadukan pengetahuan tentang karya-karya penulis
klasik seperti Xenophon, Lucretius dan Virgil dengan pengetahuannya tentang penjelajahan
dunia baru. Dia mencoba menolak memasukkan kata-kata kasar, dan berusaha memahami
pandangan yang bukan dari sudut pandang sendiri, melainkan dari sudut pandang orang lain,
dimana hal itu disebut bentuk relativisme budaya.

Dari sudut pandang Jean-Jacques Rousseau (1712-1778), yang beranggapan bahwa


kebahagiaan untuk hidup diantara alam, dan bebas dari pengaruh buruk peradaban dan
pembaharuan. Pandangan ini yang berhubungan dengan saran-saran yang berada dalam Injil
ini disampaikan bahwa manusia sebelumnya dianggap diciptakan dari keanggunan. Rousseau
menuliskannya dalam Abad Pencerahan, bahwa manusia secara berkala mengalami proses
perubahan berdasarkan rasionalitas dan pengetahuan yang bisa digantikan dari yang
sebelumnya, dan kepercayaaan.
Antropologi menjadi subjek akademis yang berdiri sendiri pada abad ke-19. Beberapa
lembaga dan badan ‘etnologi’ mulai bermunculan di Eropa dan Amerika yang sebagian besar
memusatkan perhatian pada penelitian yang bersifat fisik, bahasa, dan budaya masyarakat
‘yang belum beradab’. Kolonialisme dan pekerjaan misionaris mendorong orang-orang Eropa
untuk terus berkembang ke Australia, Afrika, Amerika Latin, Melanesia, dan India. Studi
tentang masyarakat adat seringkali dapat dibenarkan dengan alasan bahwa administrator
kolonial dapat belajar lebih baik bagaimana mendidik dan mengawasi mereka yang berada di
bawah tanggung jawab mereka.

Di Amerika Utara, nasib suku Indian di tangan penduduk kulit putih menjadi bahan
pembicaraan yang hangat karena Hal itu dianggap penting untuk mengumpulkan banyak
informasi tentang mereka sebaik mungkin sebelum mereka tiada, yang mana bisa punah atau
berubah menjadi bagian dari masyarakat ‘beradab’. John Powell meyakini bahwa stereotip
suku Indian yang bodoh dan keras kepala itu keliru. Lalu dia meyakinkan Kongres Amerika
ini bertujuan untuk memberikan informasi yang benar terhadap kelompok Indian tanpa
melihat satu sisi saja. Dan bisa digunakan untuk berasimilasi ke dalam suku Amerika dengan
damai.

2. Antropologi Sebagai Disiplin Ilmu

Para evolusionis memiliki gagasan yang agak berbeda dengan filsuf Inggris Herbert
Spencer (1820-1903), dalam menyatakan bahwa semua makhluk hidup termasuk masyarakat
dan institusi dapat digolongkan dalam skala tunggal mulai dari yang paling sederhana sampai
yang paling kompleks, Ide dasar evolusi budaya adalah bahwa masyarakat dan budaya telah
berkembang dalam sebuah sains secara regular. Hukum universal tentang perilaku manusia
dapat dijelaskan pada tahap perkembangan budaya primitif kontemporer. Hal ini dapat
dianggap sebagai paralel tahap awal, di mana budaya Eropa menunjukkan perkembangan
budaya yang tinggi, serta membuat para evolusionis memiliki kepentingan yang beragam.

Pada abad ke-19 para sarjana mulai mencari pendekatan secara ilmiah daripada
menggunakan teori penjelasan untuk mencari perbedaan dalam pengembangan peradaban
negara-negara barat yang sebagai pusat teknologi dengan negara yang masih primitif. Ide
dasar tentang evolusi budaya adalah budaya dan sosial berkembang secara reguler pada tahap
yang bisa diprediksi.
seorang sejarawan antropologi Amerika yang bernama George Stocking, telah
menggambarkan sikap orang-orang britania raya terhadap masyarakat non-eropa dengan cara
berikut:

yaitu dengan membedakan orang berdasarkan karakteristiknya

Karakteristik umum orang biadab, berkulit gelap dan bertubuh kecil, tidak menarik,
tidak berpakaian dan tidak bersih, tidak sopan dan brutal dengan wanita, mereka menyembah
roh yang menjiwai binatang atau bahkan tongkat dan batu. Dan orang yang ideal yaitu putih,
menarik, bersih , setia kepada seorang istri , dan menyembah dari satu tuhan,

Pada abat ke 19 Para ilmuwan mulai mencari penjelasan ilmiah dan bukan teologis
untuk mengetahui perbedaan perkembangan antara negara-negara peradaban barat yang
diartikan sebagai masyarakat teknologi dan masyarakat yang lebih primitif.

Sebuah ide evolusi didorong oleh beberapa disiplin ilmu, seperti bukti geologis
menunjukkan bahwa bumi jauh lebih tua dari pada yang disarankan oleh Alkitab, dan
penemuan arkeologi diambil dan diteliti untuk mengonfirmasi bahwa manusia telah
melewati masa-masa dari batu, perunggu, dan besi

Pada tahun 1859, Charles Darwin menerbitkan buku yang berjudul one the origin of
species, yang didalamnya menjelaskan tentang pernyataan teori evolusi yang berdasarkan
seleksi alam, ini menunjukkan bahwa organisme bersaing dengan kekuatan alam, dan mereka
yang paling mampu bertahan melakukannya pada tingkat yang tinggi

Teori darwin diungkapkan dalam bentuk perubahan bertahap dari pada tahap evolusi
yang terpisah, dan tidak menyiratkan gagasan kemajuan dalam satu arah. Juga tidak
dimaksudkan untuk diterapkan pada perkembangan masyarakat. Namun, evolusi budaya
bukan ide yang berbeda, filsuf Inggris Herbert Spencer misalnya, memulai bahwa semua
makhluk hidup termasuk masyarakat dan institusi, dapat dikembangkan dalam skala tunggal,
mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks.

Ide dasar evolusi budaya adalah bahwa masyarakat dan budaya yang telah
berkembang dalam serangkaian tahap yang dapat diprediksi secara reguler. Para ilmuwan
berharap untuk mengembangkan sains dimana hukum universal dari perilaku manusia dapat
menjelaskan tahapan perkembangannya.
3. Ide Evolusi

Sir James Frazer (1854-1941) seseorang yang pertama menjadi profesor antropologi
di universitas Liverpool pada tahun 1908, dan dia menjadi terkenal setelah menghasilkan
buku “The Golden Bought” yang sangat spekulatif dalam membandingkan kebiasaan dan
keyakinan dari seluruh dunia dalam upaya untuk mengusut evolusi agama dalam kehidupan
manusia.

Dilain hal banyak manusia yang memiliki pengalaman yang berbeda dalam hidup
bermasyarakat, Tylor melakukan penelitian dengan menghabiskan satu tahun untuk
berkeliling ke Amerika serikat, Kanada, dan Mexico dan menyimpulkan bahwa dia percaya
bahwa pemikiran manusia sama dalam semua budaya manusia meskipun perkembangan
budaya tersebut bervariasi

Sebuah evolusi telah memiliki posisi yang besar dan pengaruh jangka panjang di
masyarakat barat yang dikembangkan ole Karl Marx , ia berusaha untuk menunjukkan bahwa
bentuk baru dari masyarakat pasti muncul sebagai individu dan persaingan beberapa
kelompok yang berjuang untuk mendapatkan akses kontrol ke produksi , penggunaan dan
kepemilikan materi barang .

Seorang pengacara dari Amerika Lewis Henry Morgan (1818-1881) mengatakan


dalam bukunya Ancient Society ada faktor teori evolusi di mana garis perkembangan manusia
terlihat telah berkembang dalam tiga tahap, mulai dari kebiadaban sampai barbarisme hingga
peradaban.

Pada tahun 1896, antropolog Frans Boas menerbitkan sebuah makalah yang berjudul
the Limitation the comparative method of anthropology. Sebelum adanya perubahan secara
besar besaran di bidang penelitan budaya, para peneliti tadinya hanya melihat dari sudut
pandangnya sendiri, yang menyebabkan adanya rasisme dan hanya didasarkan pada sedikit
bukti. Perdebatan Boas melawan para evolusionis dengan metode alternatifnya untuk
mempraktikkan antropologi terbukti sangat berpengaruh di Amerika.

Mungkin saja, orang-orang Jerman sebagai keturunan Yahudi datang untuk menetap
di Amerika Serikat. Karena itu mereka sangat peka terhadap klaim evolusi budaya yang lebih
mementingkan kelompoknya masing masing. yang seperti memperlakukan pria anglo-
saksofon putih sebagai puncak perkembangan spiritual, fisik dan kebudayaan. untuk Boas,
semua budaya sama tapi berbeda, dan usaha untuk mengklarifikasinya sesuai dengan skema
perubahan yang telah ditentukan tidak hanya menghina perkembangan sejarah mereka yang
terpisah, tetapi juga beasiswa yang buruk. Sebagai gantinya, sekolah tersebut harus
menggunakan teknik kompleks yang bisa dimengerti untuk memahami bagaimana sebuah
grup berkembang. Ini termasuk bukti arkeologi, pemetaan tentang perbedaan sifat budaya di
antara masyarakat sekitar, dan pemeriksaan terperinci tentang tingkat dan kebiasaan. Melalui
teknik tulisannya, dia mendirikan sebuah sekolah antropologi historis, yang ditandai oleh
studi relativsm budaya tentang kultur individual.

Sebagian orang Cendikiawan Eropa menentang kerja dari perubahan dari argumen
tentang semua budaya pada suatu area tertentu, lalu menyebar ke tempat tempat lain.
Penggagas extrime britsh, seperti Sir Graftton Elliot- Smith and WJ Perry, mempercayai
“kependudukan’ yang awalnya ditemukan di mesir dan kemudian menyebar, seringkali dalam
bentuk yang buruk, ke bagian dunia lainnya.

Tetapi pada 1922, terjadi 3 kejadian penting yang mempunyai pengaruh besar
terhadap para antropolog Inggris. Yang pertama meninggalnya Rivers yaitu seorang
etnografer dari Torrest Street Expedition, dia adalah Antropolog ingris terakhir yang
menganjurkan studi budaya dalam hal perubahan sifat. Pada waktu bersamaan Bronislaw
Malinoski dan Alfred Redliffe Brown menerbitkan karya penilitian lapangan. Dua tokoh itu
mempengaruhi antropolog Inggris dengan cara yang saat ini masih terlihat sampai sekarang.

4. Akhir Reaksi

Metode pendekatan Malinowski yang disebut fungsionalis menekankan pendekatan


dengan melihat sebagaimana fungsi suatu lembaga dapat melayani kebutuhan manusia. Tak
ketinggalan, Radcliff-Brown pun juga melakukan pendekatan untuk mengetahui bagaimana
cara kerja masyarakat saat ini. Setelah melakukan sebuah penelitian yang dilakukan Brown di
Pulau Andaman di Burma, ia pun melakukan pendekatan dengan teori nya sendiri. Dan tidak
jauh beda dengan teori Malinowski, teori milik Brown sendiri disebut fungsional struktural.
Teori pemikiran-nya yang sangat terpengaruh oleh seorang sosiolog asal Prancis Emile
Durkheim, membuat cara pendekatan Brown berbeda dengan Malinowski yang mempelajari
dari dasar-dasar sebuah lembaga di lingkungan masyarakat, Brown lebih mengkritisi dengan
bagaimana masyarakat dapat saling menolong untuk dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Dengan hasil penelitian nya yang ia lakukan di Pulau Andaman, ia meneliti dengan
cara mengetahui, bagaimana cara masyarakat dapat menahan masing-masing perasaan dan
emosi untuk keberlangsungan hidup kelompok masyarakatnya. Seperti halnya yang ia
temukan di dalam kelompok masyarakat Pulau Andaman yang mengucurkan air mata bukan
spontan karena mengekspresikan kesedihan atau kegembiraan, namun lebih disengaja untuk
situasi yang memang diwajibkan untuk menangis, seperti menikah atau bertemu dengan
teman yang telah berpisah lama. Karena menurut mereka, dengan menangis bersama, sebuah
kelompok masyarakat dapat dikatakan solid.

Brown pun sempat meminta mereka bagaimana mereka dapat melakukan hal tersebut
(menangis) lalu diantara mereka duduk dan menangis dengan sunguh-sungguh sesuai
permintaan nya. Tangisan seperti ini sudah seperti sebuah upacara bagi mereka dalam
menyambut teman atau sanak saudara yang telah berpisah selama beberapa minggu atau lebih
dengan saling menyapa dan yang satu duduk dipangkuan lalu saling menangis.

Dalam meneliti karya dari Boas, Malinowski, dan Radcliff Brown, terlihat perbedaan
minat penelitian dari masing masing ahli antropologi Inggris dan Amerika. Dengan penelitian
Boas yang lebih berkonsentrasi untuk meneliti sejarah dan budaya nya, berbeda dengan
Radcliff yang dikritik karena lebih memperlihatkan kondisi sebuah kelompok masyarakat
yang stabil jauh daripada aslinya.

Namun, karya ketiga ahli antropologi ini sudah banyak digantikan atau diperbaiki
oleh ahli antropologi lainnya. Walaupun demikian, Boas, Malinowski, dan Radcliff Brown
pun turut berjasa dalam membangun karakter para ahli antropologi selanjutnya. Para peneliti
setelahnya lebih menggunakan cara yang sistematis dan terorganisir untuk mengumpulkan
data, dan menjelaskan kebiasaan dan kepercayaan suatu kelompok masyarakat dengan
konteks budaya mereka. Dalam membangun sistem atau pola pikir sebuah karya antropologi,
Malinowski dan Boas sangat berperan penting.

Anda mungkin juga menyukai