PENDAHULUAN
Tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah Struktur Beton Bertulang Teknik
Sipil Universitas Bakrie yang ada pada semester 5. Kami memilih untuk merancang
dan merencanakan bangunan ruko dua lantai ini dikarenakan saat ini dalam hal
pembangunan dan perekonomian yang melesat tinggi, sangat dibutuhkan
pembangunan tempat perdagangann seperti ruko dua lantai. Selain itu juga tujuan
perencanaan ruko dua lantai ini untuk menentukan dimensi balok, menentukan letak
kolom dan balok, menentukan dimensi pelat, menentukan dimensi kolom serta
menetukan tulagan pelat, balok dan kolom. Adapun dalam pengolahan data dari
perencanaan struktur ruko dua lantai ini kami menggunakan beberapa software
seperti Microsoft Excel, Autocad serta ETABS. Dalam perencanaan elemen struktur
ruko dua lantai ini kami mengacu kepada persyaratan beton struktural yang sudah
ditentukan yaitu SNI 03-2847-2013.
1.2.1 Tujuan
1.2.2 Sasaran
Adapun batasan masalah pada laporan ini yaitu menghitung dan menganalisis
dimensi dan penulangan pada balok,kolom, balok dan pelat.
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang
bersih. Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan
lebar badan yang dipilih.
b. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang
tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat
mungkin harus dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih
dari 2 lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus.
c. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari
penampang.
d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang
sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum
10% dari luas tulangan tarik pokok. Diameter batang tulangan tersebut
tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada jenis baja lunak dan 6 mm
pada jenis baja keras.
e. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak
boleh diambil lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-
sengkang bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak sengkang
tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter
batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja
lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.
Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton
bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja
tegak lurus pada apabila struktur tersebut.Ketebalan bidang pelat ini relatif
sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang
panjang/lebar bidangnya.Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya
horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai
diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk
mendukung ketegaran balok portal.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik
sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan
maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya
diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban
hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada
kasus balok).
1) Terletak bebas
Keadaanini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok, atau
antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat
berotasi bebas pada tumpuan tersebut. Pelat yang ditumpu oleh
tembok juga termasuk dalam kategori terletak bebas.
2) Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara
monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup
kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
3) Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara
monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk
mencegah terjadinya rotasi pelat.
2.2. Priliminary
2.2.1. Perencanaan Dimensi Balok
A. Perhitungan
a) Balok 1 Ujung Menerus (L = 3000)
𝐿
ℎ= 18.5
3000
ℎ= 18.5
ℎ = 162.162 mm
dibulatkan menjadi 200 mm
2
𝑏= ×ℎ
3
2
𝑏= × 162.162
3
𝑏 = 108.108 mm
dibulatkan menjadi 250 mm
B. Tabel
Balok
Lantai 1 & Lantai 2
1 ujung menerus
No
L h h bulat b b bulat
1 3000 162.1622 200 108.1081 250
2 3000 162.1622 200 108.1081 250
3 4000 216.2162 250 144.1441 250
4 4000 216.2162 250 144.1441 250
5 3000 162.1622 200 108.1081 250
6 3000 162.1622 200 108.1081 250
7 4000 216.2162 250 144.1441 250
8 4000 216.2162 250 144.1441 250
9 4000 216.2162 250 144.1441 250
10 4000 216.2162 250 144.1441 250
11 3000 162.1622 200 108.1081 250
12 3000 162.1622 200 108.1081 250
2.2.2. Tributary Area
A. Contoh Perhitungan
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑡
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 (𝑚2 ) =
4
4𝑚𝑥3𝑚
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 (𝑚2 ) = 𝑥4 = 12 𝑚
4
B. Tabel
a) Perhitungan Lantai 1
𝑊 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑥 𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑥 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑘𝑢𝑙
𝑊 = 1100 𝑥 3 𝑥 2
𝑊 = 6600 𝑘𝑔
10
𝐾 = 𝑓𝑐 ′ 𝑥 0,83
10
𝐾 = 30 𝑥
0,83
𝐾 = 361.45 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑤
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 1
𝑥𝐾
3
6600
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 =
1
3 𝑥 361.45
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 54.78
b) Perhitungan Lantai 2
𝑊 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑥 𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑥 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑘𝑢𝑙
𝑊 = 1100 𝑥 3 𝑥 1
𝑊 = 3300 𝑘𝑔
10
𝐾 = 𝑓𝑐 ′ 𝑥 0,83
10
𝐾 = 30 𝑥
0,83
𝐾 = 361.45 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝑤
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 1
𝑥𝐾
3
3300
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 =
1
3 𝑥 361.45
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 27.39
B. Tabel
Kolom I
Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W For Square
Lantai Tributary K Kolom Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg) (mm)
(m2) (cm2)
Dipikul
2 1 3 1100 30 3300 361 27.39 5.2335456 30
1 2 3 1100 30 6600 361 54.78 7.4013512 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.
Kolom II
Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
Kolom III
Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
Kolom IV
Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
Kolom V
Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
2 1 12 1000 30 12000 361 99.6 9.97997996 30
1 2 12 1000 30 24000 361 199.2 14.11382301 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.
Kolom VI
Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
2 1 6 1100 30 6600 361 54.78 7.401351228 30
1 2 6 1100 30 13200 361 109.56 10.46709129 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.
Kolom VII
Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
2 1 3 1100 30 3300 361 27.39 5.233545643 30
1 2 3 1100 30 6600 361 54.78 7.401351228 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.
Kolom VIII
Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
2 1 6 1100 30 6600 361 54.78 7.401351228 30
1 2 6 1100 30 13200 361 109.56 10.46709129 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.
Kolom IX
Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
2 1 3 1100 30 3300 361 27.39 5.233545643 30
1 2 3 1100 30 6600 361 54.78 7.401351228 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.
𝑏𝑒 ℎ𝑓 ℎ𝑓 ℎ𝑓 2 𝑏𝑒 ℎ𝑓 3
1 + ( ) 𝑥 ( ) 𝑥 [4 − 6 𝑥 ( ) + 4 ( ) + 4 𝑥 ( − 1) 𝑥 ( ) ]
𝑏𝑤 ℎ𝑤 ℎ𝑤 ℎ𝑤 𝑏𝑤 ℎ𝑤
𝑘=
𝑏𝑒 ℎ𝑓
1+( − 1) 𝑥 ( )
𝑏𝑤 ℎ𝑤
𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
𝑏𝑒 =
4
3000
𝑏𝑒 = = 750 𝑚𝑚
4
Inersia Balok
1
I balok = 𝑏ℎ3 k
12
1
I balok = 12
. 250 . 2003 . 0.49405
I balok = 82341818.2 𝑚𝑚4
Inersia Pelat
𝐵𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 𝑥 ℎ𝑓 3
I plat = 12
3000 𝑥 1203
I plat = 12
Nilai afm
𝑖 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘
afm = 𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡
517575758
afm = 432000000
afm = 1.19809
B. Tabel
In
hw (bentang
hf (tebal be (batang In In pembulatan
(tinggi bw alphafm k panjang h
rencana) terpendek/4) (balok) (pelat) h
balok) - b
balok)
6.8
120 200 750 250 5E+08 4E+08 1.19809 3.1 2750 63.64 100
2.2
BAB III
PROSEDUR MODELING
3.2. Beban-beban
1. Pertama, klik menu File> New Model> kemudian pilih Use Built-in settings
with> pilih display units menjadi Metric SI kemudian klik OK
2. Selanjutnya muncul kotak dilog Building Plan Grid System and Story
Definition seperti dibawah ini:
Pada table dialog tersebut diisi jumlah lantai, ketinggian bangunan serta
bentangnya. Kemudian klik OK.
3. Setelah data dilengkapi, muncul gambar Plan View dan 3-D View seperti :
9. Setelah itu input data spesifikasi balok yang akan digunakan, yaitu balok 250
x 200, balok 250 x 250 dengan jenis material fc’25.
10. Kemudian mengubah momen inersia menjadi 0,35 serta meubah ketebalan
selimut betonnya menjadi 5 cm pada Reinforcement Data.
11. Setelah itu input data spesifikasi kolom yang akan digunakan, yaitu balok 250
x 200, balok 250 x 250 dengan jenis material fc’30.
12. Kemudian mengubah set modifiers menjadi 0,7 serta meubah ketebalan
selimut betonnya menjadi 5 cm pada Reinforcement Data.
15. Memasukkan jenis beban yang akan digunakan dengan cara klik Define>Load
Patterns dan input beban-beban yang telah ditentukan.
16. Menambahkan beban Super Imposed Dead Load (SIDL) dengan Self Weight
Multiplier=0.
17. Kemudian meninjau beban ultimate dengan cara kombinasi beban terfaktor
dengan cara klik toolsbar menu Define>Load Combinations>Add New
Combo. Lalu memasukkan kemungkinan kombinasi beban yang terjadi pada
struktur sebagai berikut :
18. Menentukan jenis perletakan yang akan digunakan gedung 2 lantai untuk
menentukan jenis perletakan pada bagian bawah struktur dengan cara mengklik
semua join kemudian klik menu Assign Joint>Restraint lalu pilih perletakan
jepit.
19. Melakukan analisis terhadap struktur yang telah dirancang dengan mengeklik
menu Analyze > Run Analyze
20. Memeriksa kekuatan tulangan dengan mengeklik menu Design > Concrete Frame
Design > Start Design Check
21. Mencari gaya dalam yang terdapat pada struktur dengan meng-klik menu
Display>Show Tables. Centang pada bagian Frame output.
Balok
Dimensi balok :
a. Balok 250x200 mm
b. Balok 250x250 mm
Kolom
Kami menggunakan dimensi kolom 300x300 mm
Pelat
Setelah kami melakukan perhitungan akhirnya kami membulatkan pada
ketebalan 150 mm untuk kedu lantai.
Berdasarkan analisis dari aplikasi ETABS diperoleh luas tulangan sebesar, nilai
ini akan digunakan untuk mencari jumlah tulangan yang akan digunakan:
Diketahui :
L Longitudinal atas
𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 +
2
0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1,15 +
2
𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ +
2
0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 0,58 +
2
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 0,58 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Luas Tulangan
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑆ℎ𝑒𝑎𝑟 + 𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 𝐴𝑡𝑎𝑠
=0+0
=0
Tulangan Atas
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
1,15
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = = 0,867 = 1 𝑏𝑢𝑎ℎ
1
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4
Tulangan Bawah
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
0,58
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1 = 0,437 = 1 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4
Tulangan Sengkang
𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑑 (𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑆𝑁𝐼)
=
𝑆 (𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔)
2 𝑥 1,3 𝑥 7,8
=
10
= 2,03
4.2. Penulangan Pada Balok
Berdasarkan analisis dari aplikasi ETABS diperoleh luas tulangan sebesar, nilai
ini akan digunakan untuk mencari jumlah tulangan yang akan digunakan:
Longitudinal Longitudinal
L Torsi Atas Torsi Bawah Shear
Atas Bawah
Diketahui :
L Longitudinal atas
𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 +
2
0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1,15 +
2
L Longitudinal bawah
𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 +
2
0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 0,58 +
2
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 0,58 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Luas Tulangan
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑆ℎ𝑒𝑎𝑟 + 𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 𝐴𝑡𝑎𝑠
=0+0
=0
Tulangan Atas
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
1,15
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1 = 0,867 ≈ 1 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4
Tulangan Bawah
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
0,58
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1 = 0,437 ≈ 1 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4
Tulangan Sengkang
𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑑 (𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑆𝑁𝐼)
=
𝑆 (𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔)
ASH
ASH = Luas Tulangan Sengkang
Rumus 1
0,3 𝑥 𝑠 𝑥 𝑏𝑐 𝑥 𝑓′𝑐
𝐴𝑆𝐻 = 𝑎𝑔
𝑓𝑦𝑡 + ( − 1)
𝑎𝑐ℎ
0,3 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 30
𝐴𝑆𝐻 =
900
400 + (400 − 1)
Rumus 2
0,9 𝑥 𝑠 𝑥 𝑏𝑐
𝐴𝑆𝐻 = 𝑎𝑔
𝑓𝑦𝑡 + ( − 1)
𝑎𝑐ℎ
0,9 𝑥 100 𝑥 250
𝐴𝑆𝐻 =
900
400 + (400 − 1)
Rumus 2
0,9 𝑥 𝑠 𝑥 𝑏𝑐 𝑥 𝑓𝑐′
𝐴𝑆𝐻 =
𝑓𝑦𝑡
0,9 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 30
𝐴𝑆𝐻 =
400
𝐴𝑆𝐻 = 135 mm2
300 mm
300 mm
Tebal Selimut : 50 mm
Diameter Tulangan : 16 mm
Tulangan : 8D-16
Dari hasil analisis tersebut didapatkan Momen Ultimate (Mu) = 5,686 KNm
1 𝑏
Luas tulangan terpakai, As = 4 𝜋𝑑 2 × 𝑠
1 1000
= 4 𝜋(10)2 × = 523,33 𝑚𝑚2
150
𝐴𝑠 ×𝑓𝑦
Tinggi blok regangan, a = 0,85 ×𝑓𝑐 ′ ×𝑏
523,33 ×400
= 0,85 ×25×1000 = 9,86 𝑚𝑚
𝑎
Momen nominal, Mn = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − 2) × 10−6
9,86
= 523,33 × 400 × (85 − ) × 10−6
2
= 16,76 𝐾𝑁𝑚
Syarat : ø Mn ≥ Mu
5.1. Kesimpulan
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Beton bertulang adalah
suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja tulangan.
Kelebihan beton bertulang antara lain, beton memiliki kuat tekan yang relatif
lebih tinggi, Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,
Struktur beton bertulang sangat kokoh, Beton bertulang tidak memerlukan biaya
pemeliharaan yang tinggi, memiliki usia layan yang sangat panjang, Beton biasanya
merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis, kemampuannya untuk dicetak
menjadi bentuk yang sangat beragam, membutuhkan sedikit semen dan tulangan
baja, serta Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
bertulang lebih rendah.
Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain, Beton mempunyai
kuat tarik yang sangat rendah, Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan
beton tetap di tempatnya sampai beton tersebut mengeras, Sifat-sifat beton sangat
bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan pengadukannya, Rendahnya
kekuatan per satuan berat dari beton.
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting
sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton
bertulang antara lain, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas Statis, Modulus elastisitas
dinamis, Perbandingan Poisson, Kuat Tarik, Kuat Geser dan Kurva Tegangan-
Regangan.
5.2. Saran