Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan infrasturuktur merupakan salah satu aspek penting dan vital


untuk mempercepat proses pembangungan di Indonesia. Infrastruktur juga
memegang peranan yang penting sebagai salah satu roda penggerak ekonomi di
Indonesia. Ini mengingatkan gerak laju dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi,
sanitasi, dan energi. Oleh karena itu pembangunan di sektor ini , menjadi pondasi
dari pembangunan infrastruktur di Indonesia. Pemerintah daerah disini sangat
berperan penting untuk menangani masalah pembangunan infrastruktur di Indonesia
ini.

Tugas ini merupakan tugas dari mata kuliah Struktur Beton Bertulang Teknik
Sipil Universitas Bakrie yang ada pada semester 5. Kami memilih untuk merancang
dan merencanakan bangunan ruko dua lantai ini dikarenakan saat ini dalam hal
pembangunan dan perekonomian yang melesat tinggi, sangat dibutuhkan
pembangunan tempat perdagangann seperti ruko dua lantai. Selain itu juga tujuan
perencanaan ruko dua lantai ini untuk menentukan dimensi balok, menentukan letak
kolom dan balok, menentukan dimensi pelat, menentukan dimensi kolom serta
menetukan tulagan pelat, balok dan kolom. Adapun dalam pengolahan data dari
perencanaan struktur ruko dua lantai ini kami menggunakan beberapa software
seperti Microsoft Excel, Autocad serta ETABS. Dalam perencanaan elemen struktur
ruko dua lantai ini kami mengacu kepada persyaratan beton struktural yang sudah
ditentukan yaitu SNI 03-2847-2013.

1.2 Tujuan dan Sasaran

1.2.1 Tujuan

a. Menentukan dimensi balok menggunakan persyaratan beton struktural


untuk bangunan gedung yaitu SNI 03-2847-2013
b. Menentukan letak kolom dan balok
c. Menentukan dimensi kolom
d. Menentukan dimensi pelat
e. Menentukan tulangan pelat, balok dan kolom

1.2.2 Sasaran

Sasaran perencanaan dan perancangan struktur bangunan ruko 2 lantai


tidak tahan gempa untuk para pedagang yang membutuhkan tempat untuk
memasarkan produk jasa maupun barang yang ingin dijual dan disewakan.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada laporan ini yaitu menghitung dan menganalisis
dimensi dan penulangan pada balok,kolom, balok dan pelat.

1.4 Gambaran Umum Proyek

Nama Proyek : Perencanaan dan Perancangan Bangunan Ruko Dua Lantai

Lokasi Proyek : Jl. Harapan Indah Raya, Bekasi, Jawa Barat

Pemilik : Muhammad Maskawih, ST

Konsultan : PT. Bayung Satria


TAMPAK ATAS TAMPAK BAWAH

TAMPAK DEPAN TAMPAK SAMPING


BAB II
PENGOLAHAN DATA

2.1. Teori Dasar


2.1.1. Pengertian Beton
Beton normal adalah suatu campuran yang bahan dasarnya terdiri
dari agregat pasir,kerikil,semen dan air. Oleh karena itu beton dapat
dikatakan sebagai bahan komposit (bahan yang dibentuk dari gabungan
beberapa material yang tidak sejenis). Untuk beton modern, beton dapat
didefinisikan sebagai suatu campuran yang dibentuk dari material pilihan
(ukuran, gradasi, dan jenis), semen, air, bahan tambahan kimia untuk
workabilitas. Berdasarkan berat satuan, beton dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga kategori. Pertama beton normal yaitu dengan berat 2400 kg/m3.
Kedua beton ringan dengan berat kurang dari 1800 kg/m3. Ketiga beton
dengan berat lebih besar dari 3200 kg/m3.

2.1.2. Pengertian Beton Bertulang

Bersumber dari SNI 03-2847-2002 pasal 3.12, beton merupakan


campuran antara semen portland/semen hidraulik yang lain, agregat halus,
agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk
masa padat. Yang dimaksud agregat adalah material bangunan yang berjenis
granular, di mana contoh agregat halus misalnya pasir dan contoh agregat
kasar yaitu kerikil. Beton mempunyai karakteristik yang mendasar yakni
kuat terhadap beban tekan namun lemah terhadap beban tarik.

Beton bisa diklasifikasikan menjadi 3 macam menurut volumenya. Di


antaranya yaitu beton biasa, beton ringan, dan beton penyekat panas.
Kualitas suatu beton bisa dikatakan bagus apabila sanggup memenuhi
perencanaan kekuatan, campurannya memiliki mibilitas tertentu, serta
campurannya juga tidak boleh mengalami segregasi atau pemisahan selama
proses pengecoran dilakukan. Sedangkan faktor-faktor yang menentukan
mutu beton meliputi aktivitas semen, perbandingan air dan semen, kualitas
agregat, serta kondisi pengerasan beton.

2.1.3. Sifat-sifat Beton Bertulang


Beton bertulang memiliki beberapa sifat-sifat utama sebagai berikut:
1. Kuat Beton Terhadap Gaya Tekan
Bagaimanakah pengaruh kuat beton terhadap gaya tekan? Pada
dasarnya nilai kuat tekan beton yang normal di gunakan pada ≤ 40 Mpa.
Acuan dalam menilai kuat tekan beton yang di pakai adalah kuat tekan
karateristik beton (sbk ) di mana pengertian dari kuat tekan karateristik
beton adalah kuat tekan beton pada benda uji kubus ukuran standart 15
x 15 x 15 cm.
2. Kuat Beton Terhadap Gaya Tarik
Bagimana dengan kuat beton terhadap gaya tarik? Nilai kuat tekan
dan tarik bahan beton tidak berbanding lurus, dimana suatu perbandingan
kasar dapat dipakai bahwa nilai kuat tarik bahan beton normal hanya
berkisar antara 9% - 15% dari kuat tekannya. Kuat tarik bahan beton
normal yang tepat sulit untuk di ukur. Suatu nilai pendekatan yang umum
di lakukan dengan menggunakan modulus of rupture, ialah tegangan
tarik lentur beton yang timbul pada pengujian hancur balok beton polos
( tanpa tulangan ), sebagai pengukur kuat tarik sesuai teori elastrisitas.
Kuat tarik bahan beton juga di tentukan melalui pengujian split silinder
yang umumnya hasil yang lebih baik dan lebih mencerminkan kuat tarik
yang sebenarnya. Nilai pendekatan yang di peroleh dari hasil pengujian
berulangkali mencacpai kekuatan 0,50 – 0,60 kali Ö f’c, sehingga untuk
beton normal di gunakan nilai 0,57 Ö f’c.
Pengujian menggunakan benda uji silinder beton berdiameter 150
mm dan panjang 300 mm ( pengujian belah silinder beton ). SNI-03-
1726-2002 dan SNI-03-2847-2002. menetapkan modulus tarik beton (fr
) yang berlaku sebagai berikut :
fr = 0,7 Þ Untuk beton normal

fr = 0,75 Þ Untuk beton ringan – total

fr = 0,85 Þ Untuk beton ringan – berpasir


3. Moduls Elastisitas Beton ( Ec )
Dengan semakin berkembangnya penggunaan beton ringan,
dipandang perlu untuk menyertakan kerapatan ( density ) pada penetapan
Modulus Elastisitas bahan beton. Sesuai dengan SNI-03-1726-2002 dan
SNI-03-2847-2002 di gunakan rumus – rumus nilai modulus elastisitas
beton sebagai berikut :
Ec = 0,043 Wc1,5 Ö fc’
Di mana : Ec = Modulus Elastisitas beton tekan (Mpa)
Wc = Berat isi beton tekan (Mpa)
fc’ = Kuat tekan beton (Mpa)
Untuk beton kepadatan normal dengan berat isi ± 23 KN/m3 Ec
boleh di ambil sebesar 4700 . Tabel 2.1. berikut memberikan nilai – nilai
modulus elastisitas beton ( Ec ) untuk berbagai mutu beton.
4. Hubungan Tegangan dan Regangan ( fs ; εs ) Baja Tulangan
Di sisi lain hal yang perlu kita perhatikan adalah tegangan dan
renggangan yang terjadi pada tulangan, dalam hal ini kita menggunakan
baja. Bagaimanakah hubungan tegangan dan renggangan pada baja
tilangan. Tegangan leleh baja di awali dengan perbandingan linier antara
tegangan dan regangan ( daerah elastis ) pada saat baja di tarik dengan
besaran gaya tertentu, kemudian di ikuti oleh daerah leleh ( fy ) yang
diperlihatkan oleh garis horisontal di mana nilai regangan baja terus
bertambah namun kondisi nilai tegangannya tetap, tegangan dimana
terbentuk daerah leleh di sebut tegangan leleh ( yield stress ). Kemudian
di ikuti lagi dengan peningkatan tegengan hingga mencapai nilai
tegangan maksimum ( fsn ) tercapai, kemudian tegangannya kembali
menurun hingga baja mengalami putus.
Tegangan leleh biasanya terjani pada regangan antara 0,0012
hingga 0,0054,8. Perturan SNI-03-1726-2002 dan SNI-03-2847-2002
memberikan definisi tegangan leleh sebagai tegangan yang bersesusian
dengan regangan sebesar 0,003.

2.1.4. Bahan Baku Beton


1. Batu Beton
Bahan beton aalah istilah lapangan yang sering digunakan di
daerah tertentu, sebenarnya istilah teknik sesuai SNI disebut sebagai
Agregat Kasar; yaitu batu beton atau kerikil atau batu pecah, sebagai
bahan agregat kasar, terdiri dari batuan alam utuh, dan batuan alam
yang dipecah. Kerikil (gravel) adalah bebatuan kecil dan biasanya
diambil dari sungai, dan ada pulabatu granit yang dipecahkan. Ukuran
Agregat Kasar (batu beton/kerikil) yang selalu digunakan ialah antara
2 mm dan 75 mm. Selan utnuk bahan beton, kerikil sering digunakan
dalam pembangunan badan jalan, dan sebagai batu campuran
untuk sirtu. Batu kerikil, dapat dibedakan atas; kerikil galian, kerikil
sungai dan kerikil pantai.Kerikil galian biasanya mengandung zat-zat
seperti tanah liat, debu, pasir danzat-zat organik.Kerikil sungai dan
kerikil pantai biasanya bebas dari zatzatyang tercampur,
permukaannya licin dan bentuknya lebih bulat, kerikil alam yang
kasar akanmenjamin pengikatan adukan lebih baik.
2. Pasir
Pasir adalah agregat halus bahan beton, agregat halus adalahSNI
02-6820-2002 , agregat halus adalah agregat dengan besar butir
maksimum 4,75 mm, agregat halus merupakan agregat yang besarnya
tidak lebih dari 5 mm, sehingga pasir dapat berupa pasir alam atau
berupa pasir dari pemecahan batu yang dihasilkan oleh pemecah batu.
Sementara itu, menurut SNI 1737-1989-F , agregat adalah
sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir,atau mineral lainnya
baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. Pasir adalah bahan
batuan halus, terdiri dari butiran dengan ukuran 0,14-5 mm, didapat
dari basil desintegrasi batuan alam (natural sand)atau dengan
memecah (artificial sand). Sebagai bahan adukan, baik untuk spesi
maupun beton, maka agregat halus harus diperiksa secara lapangan.
3. Semen (Portland Cement/PC)
Semen adalah zat yang digunakan untuk
merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari bahasa latin caementum ,
yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak
beraturan". Sejarah menceritakan bahwa fungsi semen sejak zaman
dahulu, pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya
di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas
dinamai pozzuolana. Semen, sebelum mencapai bentuk seperti
sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil
percampuran batu kapur dan abu vulkanis.Sejarah menjelaskan dalam
perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang
merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih
telur, ketan atau lainnya.
2.1.5. Balok Beton Bertulang

Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok


merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan
pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat
horizontal bangunan akan beban-beban.

Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban


yang mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi
(regangan) lentur di dalam balok tersebut. Regangan-regangan balok
tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh
balok, tegangan tekan di sebelah atas dan tegangan tarik dibagian bawah.
Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagai bagian dari sistem yang
menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan dan tarik
tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja,
di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai
bertulangan baja tarik saja (Dipohusodo,1996).

Untuk menjadi penyaluran gaya yang baik di dalam balok, maka


di daerah momen lapangan dan momen tumpuan maksimum dianjurkan
supaya antara batang tulangan utama tidak melebihi 150 mm. Bila momen
di suatu tempat menurun, jarak batas ini dapat digandakan menjadi 300
mm. Oleh karena itu, dalam sebuah penampang balok persegi setidaknya
harus terdapat empat batang tulangan dipasang pada tiap sudut
penampang, batang-batang disudut ini dan yang membentang sepanjang
balok dilingkari oleh sekang-sekang. Agar mendapatkan kekakuan
secukupnya bagi sengkang tulangan dianjurkan agar menggunakan
batang-batang yang diameternya tidak kurang dari 6 mm.

Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I - 2 hal. 91 sebagai berikut :

a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang
bersih. Tinggi balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan
lebar badan yang dipilih.
b. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang
tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat
mungkin harus dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih
dari 2 lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus.
c. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari
penampang.
d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang
sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum
10% dari luas tulangan tarik pokok. Diameter batang tulangan tersebut
tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada jenis baja lunak dan 6 mm
pada jenis baja keras.
e. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak
boleh diambil lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-
sengkang bekerja sebagai tulangan geser. Atau jarak sengkang
tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok. Diameter
batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja
lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.

2.1.6. Kolom Beton Bertulang

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang


memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan
yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen


struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan
vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali
dimensi lateral terkecil.

2.1.7. Jenis-Jenis Kolom


Menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada
tiga, yaitu :

1. Kolom ikat (tie column)


2. Kolom spiral (spiral column)
3. Kolom komposit (composite column)

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994), ada


tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan


kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok
memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat
sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang
tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang
pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah
tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di
sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi
kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum
runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh
struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa,
dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.

2.1.8. Pelat Beton Bertulang

Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton
bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja
tegak lurus pada apabila struktur tersebut.Ketebalan bidang pelat ini relatif
sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang
panjang/lebar bidangnya.Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya
horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai
diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk
mendukung ketegaran balok portal.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik
sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan
maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya
diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban
hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada
kasus balok).

 Jenis perletakan pelat pada balok

Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya


(balok) menjadi satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis
perletakan pelat pada balok, yaitu sbb :

1) Terletak bebas

Keadaanini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok, atau
antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat
berotasi bebas pada tumpuan tersebut. Pelat yang ditumpu oleh
tembok juga termasuk dalam kategori terletak bebas.

2) Terjepit elastis

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara
monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup
kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.

3) Terjepit penuh

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara
monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk
mencegah terjadinya rotasi pelat.
2.2. Priliminary
2.2.1. Perencanaan Dimensi Balok
A. Perhitungan
a) Balok 1 Ujung Menerus (L = 3000)
𝐿
 ℎ= 18.5
3000
ℎ= 18.5

ℎ = 162.162 mm
dibulatkan menjadi 200 mm

2
 𝑏= ×ℎ
3
2
𝑏= × 162.162
3

𝑏 = 108.108 mm
dibulatkan menjadi 250 mm
B. Tabel

Balok
Lantai 1 & Lantai 2
1 ujung menerus
No
L h h bulat b b bulat
1 3000 162.1622 200 108.1081 250
2 3000 162.1622 200 108.1081 250
3 4000 216.2162 250 144.1441 250
4 4000 216.2162 250 144.1441 250
5 3000 162.1622 200 108.1081 250
6 3000 162.1622 200 108.1081 250
7 4000 216.2162 250 144.1441 250
8 4000 216.2162 250 144.1441 250
9 4000 216.2162 250 144.1441 250
10 4000 216.2162 250 144.1441 250
11 3000 162.1622 200 108.1081 250
12 3000 162.1622 200 108.1081 250
2.2.2. Tributary Area

A. Contoh Perhitungan
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑡
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 (𝑚2 ) =
4
4𝑚𝑥3𝑚
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 (𝑚2 ) = 𝑥4 = 12 𝑚
4

B. Tabel

Menghitung Ketebalan Minimum Balok


Luas
Beban Beban Beban
No Lantai Tributary
Tebakan Merata Kumulatif
(m2)
1 lantai 2 1100 3 3300
6600
lantai 1 1100 3 3300
2 lantai 2 1100 6 6600
13200
lantai 1 1100 6 6600
3 lantai 2 1100 3 3300
6600
lantai 1 1100 3 3300
4 lantai 2 1100 6 6600
13200
lantai 1 1100 6 6600
5 lantai 2 1100 12 13200
26400
lantai 1 1100 12 13200
6 lantai 2 1100 6 6600
13200
lantai 1 1100 6 6600
7 lantai 2 1100 3 3300
6600
lantai 1 1100 3 3300
8 lantai 2 1100 6 6600
13200
lantai 1 1100 6 6600
9 lantai 2 1100 3 3300
6600
lantai 1 1100 3 3300
2.2.3. Perencanaan Dimensi Kolom
A. Perhitungan
Ketentuan yang menjadi acuan dalam penentuan beban
maksimal, jenis mutu beton, lantai yang dipikul oleh kolom adalah
pada lantai 1 dan 2 tidak boleh kurang dari 30. Adapun jenis mutu
beton adalah :
Beban : 1100 𝑘𝑔/𝑚2 Jenis Mutu Beton = 𝑓𝑐 ′ 30 𝑀𝑝𝑎

a) Perhitungan Lantai 1
 𝑊 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑥 𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑥 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑘𝑢𝑙
𝑊 = 1100 𝑥 3 𝑥 2

𝑊 = 6600 𝑘𝑔

10
 𝐾 = 𝑓𝑐 ′ 𝑥 0,83

10
𝐾 = 30 𝑥
0,83

𝐾 = 361.45 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

𝑤
 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 1
𝑥𝐾
3

6600
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 =
1
3 𝑥 361.45
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 54.78

 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = √𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚


𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = √54.78
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 7.401 ~ dibulatkan menjadi 300 mm

b) Perhitungan Lantai 2
 𝑊 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑥 𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑥 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑘𝑢𝑙
𝑊 = 1100 𝑥 3 𝑥 1
𝑊 = 3300 𝑘𝑔

10
 𝐾 = 𝑓𝑐 ′ 𝑥 0,83
10
𝐾 = 30 𝑥
0,83

𝐾 = 361.45 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

𝑤
 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 1
𝑥𝐾
3

3300
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 =
1
3 𝑥 361.45
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 27.39

 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = √𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚


𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = √27.39
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 = 5.234 ~ dibulatkan menjadi 300 mm

B. Tabel

Kolom I

Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W For Square
Lantai Tributary K Kolom Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg) (mm)
(m2) (cm2)
Dipikul
2 1 3 1100 30 3300 361 27.39 5.2335456 30
1 2 3 1100 30 6600 361 54.78 7.4013512 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.
Kolom II

Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul

2 1 6 1000 30 6000 361 49.8 7.056911506 30


1200
1 2 6 1000 30 361 99.6 9.97997996 30
0
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.

Kolom III

Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul

2 1 3 1000 30 3000 361 24.9 4.98998998 30


1 2 3 1000 30 6000 361 49.8 7.056911506 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.

Kolom IV

Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul

2 1 6 1000 30 6000 361 49.8 7.056911506 30


1 2 6 1000 30 12000 361 99.6 9.97997996 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.

Kolom V

Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
2 1 12 1000 30 12000 361 99.6 9.97997996 30
1 2 12 1000 30 24000 361 199.2 14.11382301 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.

Kolom VI

Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
2 1 6 1100 30 6600 361 54.78 7.401351228 30
1 2 6 1100 30 13200 361 109.56 10.46709129 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.

Kolom VII

Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
2 1 3 1100 30 3300 361 27.39 5.233545643 30
1 2 3 1100 30 6600 361 54.78 7.401351228 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.

Kolom VIII

Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
2 1 6 1100 30 6600 361 54.78 7.401351228 30
1 2 6 1100 30 13200 361 109.56 10.46709129 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.
Kolom IX

Jumlah
Luas Luas
Lantai Beban f'c W
Lantai Tributary K Kolom For Square Result
yang (kg/m2) (Mpa) (kg)
(m2) (cm2)
Dipikul
2 1 3 1100 30 3300 361 27.39 5.233545643 30
1 2 3 1100 30 6600 361 54.78 7.401351228 30
Karena balok yang dipotong oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tsb,
maka berdasarkan teori Strong Coloum Weak Beam jadi dimensi yg akan dimasukkan ke etabs
adalah 30 & 30.

2.2.4. Perencanaan Dimensi Pelat


A. Perhitungan Nilai Konstanta pada Inersia Balok

𝑏𝑒 ℎ𝑓 ℎ𝑓 ℎ𝑓 2 𝑏𝑒 ℎ𝑓 3
1 + ( ) 𝑥 ( ) 𝑥 [4 − 6 𝑥 ( ) + 4 ( ) + 4 𝑥 ( − 1) 𝑥 ( ) ]
𝑏𝑤 ℎ𝑤 ℎ𝑤 ℎ𝑤 𝑏𝑤 ℎ𝑤
𝑘=
𝑏𝑒 ℎ𝑓
1+( − 1) 𝑥 ( )
𝑏𝑤 ℎ𝑤

 Tebal Rencana (hf)


Asumsi = 120 mm
 Tinggi Balok (hw) = 200 mm
 Batang Pendek (be)

𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
𝑏𝑒 =
4

3000
𝑏𝑒 = = 750 𝑚𝑚
4

 Lebar Balok (bw) = 250 mm

750 120 120 120 2 750 120 3


1+( ) 𝑥 (200) 𝑥 [4 − 6 𝑥 (200) + 4 𝑥 (200) + (200 − 1) 𝑥 (200) ]
250
𝑘=
750 120
1+( − 1) 𝑥 (200)
250

 Inersia Balok
1
I balok = 𝑏ℎ3 k
12
1
I balok = 12
. 250 . 2003 . 0.49405
I balok = 82341818.2 𝑚𝑚4

 Inersia Pelat
𝐵𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 𝑥 ℎ𝑓 3
I plat = 12
3000 𝑥 1203
I plat = 12

I plat = 432000000 𝑚𝑚4

 Nilai afm
𝑖 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘
afm = 𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡
517575758
afm = 432000000

afm = 1.19809

 Nilai Pelat (h)


Karena αfm
𝑓𝑦
ℓ𝑛 𝑥 (0.8 )
1400
h =36+5𝛽(𝑎𝑓𝑚−0.20)
400
2750 𝑥 (0.8 )
1400
h = 36+5(1.33333) 𝑥(1.19809−0.20)

= 63.64 ~ dibulatkan menjadi 150 mm

B. Tabel

In
hw (bentang
hf (tebal be (batang In In pembulatan
(tinggi bw alphafm k panjang h
rencana) terpendek/4) (balok) (pelat) h
balok) - b
balok)
6.8
120 200 750 250 5E+08 4E+08 1.19809 3.1 2750 63.64 100
2.2
BAB III
PROSEDUR MODELING

3.1 Material Properties


Material Properties yang akan digunakan adalah :

Tabel Spesifikasi Material Beton


Spesifikasi Beton
Beton balok fc’ 25 Mpa
Beton kolom fc’ 30 Mpa
Massa jenis beton yc’ 2400 Kgf/m3

Tabel Spesifikasi Tulangan Baja


Tulangan Baja
Tegangan leleh Fy 240 Mpa
Tegangan Ultimate Fu 410 Mpa

3.2. Beban-beban

Tabel Pembebanan Lantai 1

Live 0,192 N/m2


SIDL 0,12 N/m2

Tabel Pembebanan Lantai 2

Live 0,192 N/m2


SIDL 0,15 N/m2

Tabel Pembebanan Lantai 2

Live 0,192 N/m2


SIDL 0,12 N/m2
Tabel Pembebanan Atap

Live 0,096 N/cm2


SIDL 0,03 N/cm2

3.3. Pemodelan Struktur

Adapun prosedur dalam melakukan permodelan struktur dengan menggunakan


software ETABS :

1. Pertama, klik menu File> New Model> kemudian pilih Use Built-in settings
with> pilih display units menjadi Metric SI kemudian klik OK

2. Selanjutnya muncul kotak dilog Building Plan Grid System and Story
Definition seperti dibawah ini:
Pada table dialog tersebut diisi jumlah lantai, ketinggian bangunan serta
bentangnya. Kemudian klik OK.

3. Setelah data dilengkapi, muncul gambar Plan View dan 3-D View seperti :

4. Kemudian menghubungkan titik ke titik dengan garis menggunakan Draw


Beam/Coloumn/ Brace (plan, elv, 3D) tools.
5. Menentukan jenis perletakan dengan mengeklik semua join kemudian klik
menu Assign Joint>Restraint lalu pilih perletakan jepit.

6. Untuk memasukkan jenis material yang akan digunakan dengan spesifikasi-


spesifikasi yang telah ditentukan, klik Define > Material Properties > Add New
Material.
7. Kemudian memasukkan data propertis untuk balok menggunakan fc’25 dan
kolom menggunakan fc’30 pada Material Property Data serta Design Property
Data.
8. Kemudian memasukkan jenis property frame dengan cara klik Menu>
Define>Section Properties>Frame Section>Add New Property (Add
Rectangular).

9. Setelah itu input data spesifikasi balok yang akan digunakan, yaitu balok 250
x 200, balok 250 x 250 dengan jenis material fc’25.

10. Kemudian mengubah momen inersia menjadi 0,35 serta meubah ketebalan
selimut betonnya menjadi 5 cm pada Reinforcement Data.
11. Setelah itu input data spesifikasi kolom yang akan digunakan, yaitu balok 250
x 200, balok 250 x 250 dengan jenis material fc’30.

12. Kemudian mengubah set modifiers menjadi 0,7 serta meubah ketebalan
selimut betonnya menjadi 5 cm pada Reinforcement Data.

13. Memasukkan jenis frame property dengan cara klik menu


Define>Wall/Slab/Deck>Add New Property (Add Slab).
14. Masukkan spesifikasi pelat yang sudah ditentukan yaitu dengan menggunakan
mutu beton fc’25 dengan ketebalan Slab sebesar 15 cm.

15. Memasukkan jenis beban yang akan digunakan dengan cara klik Define>Load
Patterns dan input beban-beban yang telah ditentukan.
16. Menambahkan beban Super Imposed Dead Load (SIDL) dengan Self Weight
Multiplier=0.

17. Kemudian meninjau beban ultimate dengan cara kombinasi beban terfaktor
dengan cara klik toolsbar menu Define>Load Combinations>Add New
Combo. Lalu memasukkan kemungkinan kombinasi beban yang terjadi pada
struktur sebagai berikut :
18. Menentukan jenis perletakan yang akan digunakan gedung 2 lantai untuk
menentukan jenis perletakan pada bagian bawah struktur dengan cara mengklik
semua join kemudian klik menu Assign Joint>Restraint lalu pilih perletakan
jepit.

19. Melakukan analisis terhadap struktur yang telah dirancang dengan mengeklik
menu Analyze > Run Analyze
20. Memeriksa kekuatan tulangan dengan mengeklik menu Design > Concrete Frame
Design > Start Design Check

21. Mencari gaya dalam yang terdapat pada struktur dengan meng-klik menu
Display>Show Tables. Centang pada bagian Frame output.

22. Kemudian didaptkan tabel dari Beam Force


BAB IV
PENULANGAN

4.1. Penulangan Utama

Berdasarkan hasil dari permodelan serta hasil dari preliminary didapatkan


dimensi awal sebgai berikut :

 Balok
Dimensi balok :
a. Balok 250x200 mm
b. Balok 250x250 mm
 Kolom
Kami menggunakan dimensi kolom 300x300 mm
 Pelat
Setelah kami melakukan perhitungan akhirnya kami membulatkan pada
ketebalan 150 mm untuk kedu lantai.

Berdasarkan analisis dari aplikasi ETABS diperoleh luas tulangan sebesar, nilai
ini akan digunakan untuk mencari jumlah tulangan yang akan digunakan:

Diketahui :

 Longitudinal Atas : 1,15 cm2


 Longitudinal Bawah : 0,58 cm2
 Torsi :0
 Shear :0

 L Longitudinal atas

𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 +
2

0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1,15 +
2

𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1,15 𝑘𝑔/𝑐𝑚2


 L Longitudinal bawah

𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ +
2

0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 0,58 +
2
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 0,58 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

 Luas Tulangan
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑆ℎ𝑒𝑎𝑟 + 𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 𝐴𝑡𝑎𝑠
=0+0
=0

 Tulangan Atas
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
1,15
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = = 0,867 = 1 𝑏𝑢𝑎ℎ
1
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4

 Tulangan Bawah
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
0,58
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1 = 0,437 = 1 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4

 Tulangan Sengkang
𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑑 (𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑆𝑁𝐼)
=
𝑆 (𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔)
2 𝑥 1,3 𝑥 7,8
=
10
= 2,03
4.2. Penulangan Pada Balok

Berdasarkan analisis dari aplikasi ETABS diperoleh luas tulangan sebesar, nilai
ini akan digunakan untuk mencari jumlah tulangan yang akan digunakan:

Longitudinal Longitudinal
L Torsi Atas Torsi Bawah Shear
Atas Bawah

0 2,81 1,88 0,0000 0,00 0,0000

L 2,51 2,08 0,0000 0,00 0,0000

Tabel 4.1 Data Concrete Frame Design Result

Diketahui :

 Longitudinal Atas : 1,15 kg/cm


 Longitudinal Bawah : 0,58 kg/cm
 Torsi : 0 kg/cm
 Shear : 0 kg/cm

 L Longitudinal atas

𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 +
2

0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1,15 +
2

𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1,15 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

 L Longitudinal bawah

𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 +
2

0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 0,58 +
2
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 0,58 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
 Luas Tulangan
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑆ℎ𝑒𝑎𝑟 + 𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 𝐴𝑡𝑎𝑠
=0+0
=0

 Tulangan Atas
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
1,15
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1 = 0,867 ≈ 1 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4

 Tulangan Bawah
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
0,58
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1 = 0,437 ≈ 1 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4

 Tulangan Sengkang
𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑑 (𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑆𝑁𝐼)
=
𝑆 (𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔)

= karena luas tulangan sama dengan 0, jadi jumlah tulangan diasumsikan


2D-13/2d-200

Gambar 4.1 keperluan tulangan sengkang pada balok


4.3. Penulangan Pada Kolom

Berdasarkan analisis dari aplikasi ETABS diperoleh luas tulangan sebesas

Luas tulangan longitudinal kolom = 30 x 30 x 1%

Luas tulangan longitudinal kolom = 9 cm2

 Jumlah tulangan (JL)


𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 9
𝐽𝑙 = = = 6,78 ≈ 8 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑙𝑢𝑎𝑠 1 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 × 𝜋 × 132
4

Jadi desain tulangan longitudinal kolom menggunakan 8 Tulangan berdiamter


13mm (8D13).

 ASH
ASH = Luas Tulangan Sengkang
Rumus 1
0,3 𝑥 𝑠 𝑥 𝑏𝑐 𝑥 𝑓′𝑐
𝐴𝑆𝐻 = 𝑎𝑔
𝑓𝑦𝑡 + ( − 1)
𝑎𝑐ℎ
0,3 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 30
𝐴𝑆𝐻 =
900
400 + (400 − 1)

𝐴𝑆𝐻 = 448,60 mm2

Rumus 2
0,9 𝑥 𝑠 𝑥 𝑏𝑐
𝐴𝑆𝐻 = 𝑎𝑔
𝑓𝑦𝑡 + ( − 1)
𝑎𝑐ℎ
0,9 𝑥 100 𝑥 250
𝐴𝑆𝐻 =
900
400 + (400 − 1)

𝐴𝑆𝐻 = 4,48 mm2

Rumus 2
0,9 𝑥 𝑠 𝑥 𝑏𝑐 𝑥 𝑓𝑐′
𝐴𝑆𝐻 =
𝑓𝑦𝑡
0,9 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 30
𝐴𝑆𝐻 =
400
𝐴𝑆𝐻 = 135 mm2

 Jumlah Tulangan Sengkang


𝐴𝑆𝐻
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 =
1 2
4 𝑥𝜋𝑥(𝐷)
𝐴𝑆𝐻
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 =
1
𝑥3,14𝑥(16)2
4

300 mm

300 mm

Tebal Selimut : 50 mm

Diameter Tulangan : 16 mm

Dimensi : 300 x 300 mm

Tulangan : 8D-16

Sengkang : 4p8 – 150 mm


4.3. Penulangan Pada Pelat

Dari hasil analisis tersebut didapatkan Momen Ultimate (Mu) = 5,686 KNm

Digunakan tulangan polos P10 – P150

1 𝑏
Luas tulangan terpakai, As = 4 𝜋𝑑 2 × 𝑠

1 1000
= 4 𝜋(10)2 × = 523,33 𝑚𝑚2
150

𝐴𝑠 ×𝑓𝑦
Tinggi blok regangan, a = 0,85 ×𝑓𝑐 ′ ×𝑏

523,33 ×400
= 0,85 ×25×1000 = 9,86 𝑚𝑚

𝑎
Momen nominal, Mn = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − 2) × 10−6

9,86
= 523,33 × 400 × (85 − ) × 10−6
2

= 16,76 𝐾𝑁𝑚

Syarat : ø Mn ≥ Mu

0,8 x 16,76 ≥ 6,82 KNm


13,408 ≥ 6,82 KNm OK, Plat mampu menerima beban
yang telah direncanakan.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Beton bertulang adalah
suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja tulangan.
Kelebihan beton bertulang antara lain, beton memiliki kuat tekan yang relatif
lebih tinggi, Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,
Struktur beton bertulang sangat kokoh, Beton bertulang tidak memerlukan biaya
pemeliharaan yang tinggi, memiliki usia layan yang sangat panjang, Beton biasanya
merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis, kemampuannya untuk dicetak
menjadi bentuk yang sangat beragam, membutuhkan sedikit semen dan tulangan
baja, serta Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
bertulang lebih rendah.
Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain, Beton mempunyai
kuat tarik yang sangat rendah, Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan
beton tetap di tempatnya sampai beton tersebut mengeras, Sifat-sifat beton sangat
bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan pengadukannya, Rendahnya
kekuatan per satuan berat dari beton.
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting
sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton
bertulang antara lain, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas Statis, Modulus elastisitas
dinamis, Perbandingan Poisson, Kuat Tarik, Kuat Geser dan Kurva Tegangan-
Regangan.

5.2. Saran

Anda mungkin juga menyukai