Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHUAN

PROFESI NERS
HIPERTENSI PADA LANSIA

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi
pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi
meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008). Hipertensi atau darah tinggi
adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah
normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani,
2007). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
(Rohaendi, 2008).

B. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alcohol
6) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti Ginjal,
Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan
karena Obat-obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.

C. Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala dan pusing
2. Nyeri kepala berputar
3. Rasa berat di tengkuk
4. Marah / emosi tidak stabil
5. Mata berkunang – kunang
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Kesemutan
9. Kesulitan bicara
10. Rasa mual / muntah
11. Epistaksis
12. Migren
13. Mudah lelah
14. Tinistus yang diduga berhubungan dengan naiknya tekanan darah

D. Klasifikasi
Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :
1. Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya berhubungan
dengan faktor keturunan dan lingkungan
2. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti, seperti
gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan The Joint National Commite on Detection
Evaluation and Treatmen of High Blood Pressure, adalah sebagai berikut :
Kategori Sistolik Diastolik
1. Normal tinggi (perbatasan) 130 – 139 85 – 89
2. Stadium 1, ringan 140 – 159 90 – 99
3. Stadium 2, sedang 160 – 179 100 – 109
4. Stadium 3, berat 180 – 209 110 – 119
5. Stadium 4, sangat berat 210 > 120 >

E. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam saluran arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara, yaitu : jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut, karena-
nya darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit
daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yan terjadi pada usia lanjut,
dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena
perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkuilasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah, hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh, volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga
tekanand arah juga meningkat, sebaliknya jia : aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan
menurun.
Penyesuaian terhadap faktor – faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam
fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari system saraf yang mengatur berbagai
fungsi tubuh secara otomatis).
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah
meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan tekanan darah kembali normal. Jika tekanan darah menururn, ginjal akan
mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan
darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut rennin, yang memicu pembentukan hormone angiotensin, yang
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting
dalam mengendalikan tekanan darah, karena iti berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal
bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis)
bisa menyebabkan hipertensi. Perdangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga
bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari system saraf otonom, yang untuk
sementara waktu akan : meningkatkan tekanan darah selama respon fight – or – flight (reaksi
fisik tubuh terhadap ancaman dari luar). Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut
jantung; jugta mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteteriola di
daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak).
Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume
darah dalam tubuh. Melepaskan hormone epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin
(noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

F. Komplikasi
Hipertensi akan lebih membebani jantung dan pembuluh darah Anda jika tidak
ditangani dengan seksama. Jenis-jenis komplikasi yang berpotensi terjadi meliputi:
1. Serangan jantung atau stroke
Hipertensi berpotensi menyebabkan penebalan dan pengerasan dinding arteri sehingga
dapat memicu serangan jantung serta stroke.
2. Aneurisme atau pelebaran abnormal pada arteri
Peningkatan tekanan darah dapat memicu pelebaran dinding pembuluh darah (seperti
menggembung). Dinding yang menggelembung akan menjadi lemah saat menahan
tekanan aliran darah. Komplikasi ini berpotensi mengancam jiwa, terutama jika
pembuluh darah pecah.
3. Pembuluh darah kecil pada ginjal yang rusak akibat hipertensi
Kondisi ini bisa menghalangi ginjal untuk berfungsi dengan baik. Beberapa gejalanya
adalah pembengkakan kedua tungkai bawah, keinginan untuk buang air kecil di malam
hari meningkat tapi volume urine sedikit, dan hipertensi yang semakin parah.
4. Sindrom metabolic
Munculnya sejumlah masalah kesehatan yang dialami secara bersamaan. Lingkar
pinggang meningkat, tingginya kadar trigliserida, rendahnya kadar kolesterol baik
(HDL), kadar gula darah puasa yang tinggi, disertai hipertensi akan meningkatkan risiko
terjadinya sindrom metabolik. Sindrom ini juga dikenal sindom resistensi insulin,
dimana tubuh gagal menggunakan insulin dalam darah dengan efektif. Pada akhirnya,
risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan diabtes juga akan meningkat
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat
mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus
adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
(meningkatkan hipertensi)
3. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi
efek samping terapi diuretik.
4. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
6. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
9. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal
/ ureter
12. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
13. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
14. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

H. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20 -25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya
3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
c. Edukasi
Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap
tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada
pada penderita. Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari
obat pilihan pertama Ditambah obat ke -2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4
Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk
mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang
baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara
pemberian pendidikan kesehatan.

I. Konsep Keperawatan A.

1. Pengkajian Pengkajian secara Umum


a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya factor resiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
c. Aktivitas / istirahat
1) Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton
2) Frekuensi jantung meningkat
3) Perubahan irama jantung
4) Takipnea
d. Integritas ego
1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
2) Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
e. Makanan dan cairan
1) Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah. c.Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau
menurun).
f. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4) Nyeri abdomen.

2. Pengkajian Persistem
a. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan
penyakit cerebro vaskuler
2) Episode palpitasi,perspirasi.
b. Eleminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa lalu.
c. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. d.Riwayat merokok
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi
d. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan
metabolic
e. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak
adekuat
f. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan
kognitif

4. Intervensi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
a. Intervensi : Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
b. Intervensi : Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kmepala,
misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan
lampu kamar, tekhnik relaksasi.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vascular serebral dan yang
memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya
c. Intervensi : Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase kontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejam saat bab, batuk panjang,
membungkuk
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatan tekanan vascular cerebral

Dx 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


a. Intervensi : kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frequency nadi lebih
dari 20 kali per menit diatas frequency istirahat : peningkatan tekan darah yang nyata
selama atau sesudah aktivitas ( tekanan sistolik meningkat 40 mmhg atau tekanan
diastolic meningkat 20 mmhg) dispnea atau nyeri dada : kelemahan dan keletihan
yang belebihan :pusing atau pingsan.
Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi
terhadap stress, aktivitas bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang
berkaitan dengan tingkat aktivitas.
b. Intervensi : instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya
menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat
gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan.
Rasional : teknik memghemat energy mengurangi penggunaan energy, juga
membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
DX 3 : Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi
a. Intervensi: pantau TD.ukur pad kedua tangan atau paha untuk evaluasi
awal.gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada
orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolic sampai 130, hasil pengukuran
diastolic diatas 130 dipertimbangkan sebagai penigkatan pertama, kemudian
maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan faktor resiko yang di tentukan untuk
penyakit cerebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolic 90-115.

DX 4 : Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan


metabolic
a. Intervensi : kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dan kegemukan.
Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jangtung berkaitan dengan
peningkatan masa tubuh.
b. Intervensi : bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan membatasi
masukan lemak,garam,dan sesuai indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya ateroskelorosis dan
kegemukan yang merupakan predesposisi untuk hipertensi dan komplikasinya
misalnya stroke,penyakit ginjal,gagal jantung. Kelebihan memasukkan garam
memperbanyak volume cairan intravascular dan dpat merusak ginjal yang lebih
memperburuk hipertensi.

DX 5 : Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system pendukung yang tidak
adekuat
a. Intervensi : Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan
Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang,
mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam
kehidupan sehari-hari
b. Intervensi : Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya
Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah
respons seseorang terhadap stressor
c. Intervensi : Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan
Rasional : Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri yang berkelanjutan,
memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam
regimen terapeutik
d. Intervensi : Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala ketidakmampuan untuk
mengatasi/menyelesaikan masalah
Rasional : Menifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator
marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic
DX 6 : Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan
kognitif
a. Intervensi : Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang terdekat
Rasional : Kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena perasaan sejahtera
yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan, dan prognosis. Bila pasien tidak menerima realitas
bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan
dipertahankan.
b. Intervensi : Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi
dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak
Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan
mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahaman bahwa TD tinggi
dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan
pengobatan meskipun ketika merasa sehat
c. Intervensi : Hindari mengatakan TD “normal” dan gunakan istilah “terkontrol
dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan
Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka
dengan penyampaian ide “terkontrol” akan membantu pasien untuk memahami
kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi
d. Intervensi : Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular
yang dapat diubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola
hidup monoton, merokok, dan minum alcohol( lebih dari 60cc/hari dengan teratur),
pola hidup penuh stress.
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.

Anda mungkin juga menyukai