Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelapa sawit dan CPO merupakan salah satu komoditas ekspor andalan
Indonesia. Dengan usaha-usaha yang dilakukan baik pemerintah maupun
perusahaan swasta yang melakukan ekstensifikasi dan pengembangan pertanian
serta pemanfaatan teknologi dalam proses pembibitan dan pengolahan sawit, saat
ini Indonesia menjadi negara penghasil CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia.
(Sawit Cpo)
Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi
dan diproduksi di dunia. Minyak yang murah, mudah diproduksi dan sangat stabil
ini digunakan untuk berbagai variasi makanan, kosmetik, produk kebersihan, dan
juga bisa digunakan sebagai sumber biofuel atau biodiesel. Kebanyakan minyak
sawit diproduksi di Asia, Afrika dan Amerika Selatan karena pohon kelapa sawit
membutuhkan suhu hangat, sinar matahari, dan curah hujan tinggi untuk
memaksimalkan produksinya. Efek samping yang negatif dari produksi minyak
sawit - selain dampaknya kepada kesehatan manusia karena mengandung kadar
lemak yang tinggi - adalah fakta bahwa bisnis minyak sawit menjadi sebab kunci
dari penggundulan hutan di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia.
Indonesia adalah penghasil gas emisi rumah kaca terbesar setelah Republik Rakyat
Tiongkok (RRT) dan Amerika Serikat (AS). (Indonesia Investments, 2016)
Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang
menghasilkan minyak kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah
minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit
(PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit
ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa
sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi
perlakuan mekanis, fisik, dan kimia.

1
Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas
produk sangat penting perananya dalam menjamin daya saing industri perkebunan
kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya. Perlu diketahui bahwa kualitas
hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS)
yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya
berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang
dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi
CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti
dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa
tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain kegagalan
pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh
karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
norma-norma yang ada. Manfaat dari kegiatan praktek lapangan ini adalah untuk
memberi informasi mengenai proses transformasi bahan baku TBS menjadi
produk (CPO) melalui perlakuan fisik mekanis serta memahami dan melakukan
proses di stasiun penerimaan TBS (penimbangan dan grading), sterilisasi,
threshing, digesting & pressing serta klarifikasi.
B. Tujuan
Memahami dan mengetahui kegiatan yang ada di Pabrik Kelapa Sawit
untuk mengolah TBS menjadi CPO.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Kelapa Sawit
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet
(orang Belgia), kemudian budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang
menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur sumatera (Deli) dan
Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 H. Pada masa kedudukan Belanda,
perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bias menggeser dominasi ekspor
Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan
kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan
sebesar 16 % dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di
Indonesia mencapai 56.000 ton pada tahun 1948/ 1949, padahal pada tahun 1940
Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit. (Sawit Cpo, 2013)
Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meinggalkan Indonesia,
pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan).
Untuk mwngamankan jalanya produksi , pemerintah meletakan perwira militr di
setiap jenjang perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh militer)
yang merupakan kerjasama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan
menejemen dalam perkebunan dan kondisi social politik serta keamanan kondisi
dalam negeri yang tidak kondusif , menyebabkan produksi kelapa sawit menurun
dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit terbesar didunia tergeser oleh
Malaysia.(sawit cpo,2013. Masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara .
pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan . Sampai
pada tahun 1980,luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude
palm oil)sebesar 721.172 ton . sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia
berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan
pemerintahan yang melaksanakan program perusahaan inti rakyat perkebunan
(PIR-BUN). (Sawit cpo,2013)

3
Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dengan pesat di
Indonesia . hal ini menunjukan meningkatnya pemerintahan akan produk olahanya
,Ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia antara lain ke Belanda ,India
,Cina,Malaysia dan Jerman. Sedangkan untuk produk minyak inti sawit (PKO)
lebih banyak diekspor ke Belanda ,Amerika serikat, dan Berasil. ( Sawit cpo
,2013)
B. Jenis kelapa sawit
Jika dilihat tingkat ketebalan cangkang dan daging buah kelpa sawit bisa
dibedakan menjadi 3 jenis. Diantaranya yaitu kelapa sawit dura ,kelapa sawit
pisifera dan kelapa sawit tinera. (klpswt,2015)
a. Dura
Kelpa sawit dari jenis dura mempunyai cangkang yang cukup tebal
sekitar 2-8 mm. Pada bagian luar cangkang hamopir tidak ada serabut yang
menyelimutinya. Daging buah kelapa dura tidak begitu tebal dengan daging
biji yang cukup besar. Jenis dura dikenal dengan kandungan kadar minyak
yang cukup rendah dan sering digunakan sebagai induk betina ketika
melakukan program pemulihan bibit kelpa sawit .( klpswt,2015)
Kelapa sawit dura bercangkang cukup tebal karena mengandung zat
alela homozigot yang dominan. Kebanyakan perusahaan kelpa sawit kurang
menyukai jenis ini sebab cangkang yang tebal dapat memperpendek usia pakai
mesin. Kelebihan dari kelpa sawit dura adalah ukuran buah relatif besar dengan
kandungan minyak mencapai 18persen setiap tandanya. (klpswt,2015)
b. Pesifera
Kelapa sawit berjenis pisifera mempunyai cangkang yang sangat tipis
sehingga tidak bercangkang. Hal ini dikarenakan kandungan zat alela
homozigot pada jenis ini bersifat resesif. Buah kelpa sawit pisifera memiliki
daging yang cukup tebal dari pada dura dngan daging yang tipis sekali.
(klpswt,2015)

4
Sayangnya , bunga betina kelapa sawit dari jenis pesifera ini bersifat
steril sehingga sulit berkembang menjadi buah. Oleh sebab itu, perbanyakan
jenis kelapa sawitini hanya bias dilakukan melalui persilangan dengan kelapa
sawit dari jenis lainnya. Namun beberapa kelapa swit pesifera memilki
kemampuan fertile sehingga bias berkembang biak secara mandiri. Kelapa
sawit dari pesifera ini tidak bias digunakan sebagai tanaman komersial untuk
budidaya, melainkan sebatas indukan jantan yang berkualitas unggulan.
(klpswt, 2015)
c. Tenera
Kelapa sawit tenera merupakan kelapa sawit dari hasil persilangan
antara kelapa sawit dura dan kelapa sawit pisifera. Oleh karena itu, kelapa sawit
ini memiliki karakteristik yang paling bagus untuk dibudidayakan. Di antaranya
tingkat ketebalan cangkang sekitar 0,5-4 mm dan mempunyai serabut yang
menyelubunginya. Daging buah kelapa sawit ini juga tebal sehingga mampu
menghasilkan minyak dalam jumlah yang lebih banyak. (Daniaqirobbi, 2015)
Biasanya indukan kelapa sawit tenera berkualitas unggul berasal dari
kelapa sawit dura deli dan kelapa sawit pisifera orijin. Kelapa sawit tenera
mampu menghasilkan tandan buah yang lebih banyak. Ukuran diameter buah
kelapa sawit dari jenis ini pun tergolong sedang, terletak di antara dura dan
pisife. (Daniaqirobbi, 2015)
C. Komponen Senyawa Kimia Penyusun Kelapa Sawit
Minyak dan lemak terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari
gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak dan lemak dalam bentuk umum
tak trigliseridanya hanya berbeda dalam bentuk wujudnya. Minyak bentuknya
cair, lebak bentuknya padatan . (Kimirocimi, 2013)

5
Tabel1. Komposiskandungan dalam 100 gr

No Komposisi kandungan tiap 100 gr


 H2O 26,2 g,
 -Protein 1,9g ,
 lemak 58,4g,
 karbohidrat12.5g ,
Minyak kelapa sawit  serat 3,2 g,
 total abu 1,0g,
 mineral Ca,P,Fe,
 beta karoten ,
 vitamin riboflavin dan sedikit thiamin
Komposisi lemak  Miristat 0,5-59%
 palmitat 32,47,0 %,
 Strate adalah 1,0-8%,oleat 39,8-52,4%,
linoleat 2,0-11,3 %.
Komponen dari  oleodipalmitin 45%
gliserida :  palmitodiliolein 30%,
 oleopalmotostearin 10%,
 linoleodiolein 6-8%
 dan banyak mengandung gliserida jenuh
seperti tripalmitin dan dipalmitostearin 6-8%.
(Sumber : Kimirochimi, 2014)

Tabe 2. Minyak kelapa sawit mentah (CPO), SNI 01-2901-2006


Kriteria Uji :
No. Kriteria Satuan Pesyaratan
A Warna - Jingga kemerah
B Kadar air dan kotoran %, fraksi masa 0,5 maks
C Asam lemak bebas (sbg %, fraksi masa 0,5 maks
asam palmitat)
D Bilangan yodium g yodium /100g 50
(Sumber : Kimirochimi, 2014)

6
D. Proses pengolahan TBS menjadi Cpo
Dalam mengolah tbs menjadi cpo ada beberapa tahapan yang harus dialami tbs
yaitu:
1. Sterilisasi
Sterilisasi adalah perebusan , yang mana dalam sterilasi tbs direbus
dengan suhu ±120 0C. Dan dengan waktu 90 menit. Dan dengan tekanan ± 2,3
bar. Alat yang digunakan adalah sterilizer. Sterilizeer adalah suatu bejana uap
yang bertekanan, yang fungsinya merebus Tandan Buah Segar
(TBS) dengan memakai media pemanas. Media tersebut adalah uap basah
yang berasal dari sisa pembuangan turbin uap yang bertekanan ± 3 Bar dan
temperature ±1450C.

Gambar 1. Alat Sterilizer

2. Thresing
Tresing adalah proses memisahkan janjang dengan buah nya dengan cara
membanting dalam sebuah drum yang disebut dengan threser. Proses ini adalah
proses yang dilakukan setelah proses sterilisasi. Threser adalah alat yang mana
memiliki bentuk silinder panjang yang berputar secara horizontal dengan
kecepatan putar 21 rpm.Drum dirancang dengan kisi–kisi yang berfungsi untuk
meloloskan berondolan.

Gambar 2. Alat threser

7
3. Digesting
Digesting Adalah proses pelumatan buah kelapa sawit, dalam proses ini
buah yang telah membrondol dari tandannya akan di lumatkan dengan tiga
pemisahan yaitu slot arm, long arm dan bottom plate. dengan alat yang disebut
digester. Yang ,mana alat ini bekerja dengan menggunakan suhu steam sebesar
115 0C dengan kecepatan 24 rpm.

Gambar 3. digester
4. Presing
Presing adalah memisahkan minyak kasar dari daging buah. Dengan cara
menekan buah . dengan tekanan 4- 6 bar, dan dalam pengepresan unruk
memudahkan pemisahan maka dibutuhkan air panas sisa dari steam. Alat untuk
pressing disebut presser.

Gambar 4. Presser
5. Klrifikasi
Pada tahp ini adalah pemisahan fungsinya untuk memisahkan minyak dengan
air dan kotoran yang terdapat pada minyak cpo. Dalam preses ini alat yang di
gunakan adalah sendtrap tank dan vibrating screen.

8
Gambar 5. Klairifikasi

9
III. ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
A. Tempat dan waktu kegiantan
Waktu dalam pengolahan TBS menjadi CPO kami laksanakan pada:
Hari/tanggal : Selasa 16 Mei 2017
Waktu : pukul 07.00 s/d selesai
Tempat pelaksanaan praktik di pilot plant Instiper
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan ini meliputi: Kendaraan
pengangkut ,Timbangan, Sapu tangan, Gas 12 kg, Ember, Sterilizer, Boiler,
Thresing, Digester, Presser, Sand trap tank, Vibrating screen, gayung, baskom,
parang, Air, Tandan buah segar (TBS).
C. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan dan menghidupkan boiler, sehingga saat proses pengolahan
dimulai steamnya siap untuk digunakan
b. Menimbang berat TBS yang datang dari kebun
c. Melakukan grading sesuai tata cara grading yang berlaku
d. Memasukkan TBS ke dalam lori sesuai dengan kapasitas lori
e. Memasukkan lori yang berisi TBS ke dalam sterilizer, kemudian pintu sterilizer
ditutup rapat. Sterilisasi dilakukan selama 90 menit menggunakan steam yang
berasal dari boiler.
f. Menutup valve steam setelah selesai, sisa steam di sterilisasi dikeluarkan
sampai habis
g. Membuka pintu sterilizer dan lori yang berisi TBS rebus dikeluarkan
h. Memasukkan TBS ke dalam thresher untuk dilakukan pemipilan. Hitung
USBnya
i. Memasukkan brondolan/buah yang diperoleh ke dalam digester untuk
dilumatkan. Digester sebelumnya harus dihidupkan dan diberi aliran steam

10
j. Memasukkan lumatan buah sawit ke dalam presser untuk memisahkan press
cake dan cairannya (minyak)
k. Menambahkan water dilution (1:1) ke dalam cairan minyak yang diperoleh,
selanjutnya dimasukkan ke dalam sand trap tank
l. Mengalirkan minyaknya (dibagian lapisan atas) ke tangki penampungan.

Gambar 6. Diagram Alir Pengolahan TBS menjadi Kelapa Sawit

11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pengolahan Bioetanol dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Pengolahan TBS menjadi CPO
Hari/ Acara
No Tangga Kegiatan 3Hasil
l
1. Sabtu, A. Penimbangan TBS dari 514,6 kg
24 Kebun
Staiun
April B. Grading
Penerimaa 28
2016 1. TBS mentah (%) x 100 % = 5,4 %
n TBS 1800
41
x 100 % =29,83%
137,4
2. TBS lewat matang (%) 9,5
x 100 % = 1 %
3. TBS busuk (%) 1800
4,5
4. Janjang Kosong (%) x 100 % = 0,93 %
1800

24
5. Tangkai Panjang (%) x 100 % = 25,5%
1800

12
2 Stasiun 1.Penimbangan TBS 50 kg
Sterilisasi yang akan diterilisasi
2.Pengamatan waktu
2,3 bar
steam sampai tekanan
2,8-3,00 bar
3.Pengamatan waktu.
suhu, dan steam selama 90 menit
sterilisasi
4.Pengamatan oil losses 10
x 100 % = 2 %
500
in condensate
5.Pengamatan perubahan
8,5 kg – 3 kg = 5,5
berat setelah proses kg
6.Pengamatan jumlah
steam yang digunakan 𝜋𝑟 2 𝑡 = 3,14(40)2.180
(pengukuran air yang = 904,320

digunakan

3 Stasiun 1.Menimbang Janjang 26,5 – 3 kg = 23,5


kg
Treshing Kosong dan brondolan
(02.20 yang diperoleh
0
menit) 2.Menghitung % USB 100
x 100 % = 0

4 Stasiun 1. Menghitung jumlah 8,5 kg – 3 kg = 5,5


kg
Disgesting minyak kasar yang
& Press diperoleh
2. Mengamati suhu steam
1200
yang ada digester

13
3. Mencatat jumlah air 2l
panas (water dilution)
yang digunakan
4. Menghitung broken 0
x 100 % = 0
nut/biji pecah (%) 100

5 Stasiun 1. Menghitung jumlah 200


x 100 % = 40 %
500
Klarifikasi minyak (CPO) yang
didapatkan
2. Menghitung rendemen 40
x 5,5 kg
CPO 100
2,2
= = 0,027%
30,5 𝑘𝑔

B. Pembahasan
Pada proses pengolahan TBS menjadi CPO dilakukan penimbangan TBS yang
berasal dari kebun sejumlah 137,4 kg, kemudian dilakukan grading dengan jumlah
TBS mentah 5,45 %, TBS lewat matang 29,83 %, TBS busuk 6,91 %, janjang
kosong 3,27 %, tangkai panjang 17,46 %.
Proses kedua adalah proses sterilisasi, proses ini bertujuan untuk melunakan
buah dan untuk menonaktifkan enzim lipase serta gar buah sawit mudah lepas dari
tandannya (berondolan) juga memudahkan pemisahan daging buah sawit dari
cangkang dan inti. TBS yang dimasukan ke mesin sterilizer adalah 30,5 kg dengan
tekanan 2,3 bar, waktu 60 menit, oil losses condensate-nya 2 %, perubahan berat
setelah sterilisasi menjadi 5,5 kg, dengan jumlah steam yang digunakan adalah
904,320.

14
Gambar 1 A. sterilizer
Proses ketiga adalah stasiun Treshing atau disebut juga stasiun bantingan yang
bertujuan untuk memisahkan buah dari brondolan yang diperoleh jangkos 23,5 kg
dengan 0 % USB.

Gambar 2 A. Tresher
Proses ke empat adalah disgesting & press bertujuan untuk untuk memisahkan
daging buah sawit terlepas dari biji (nut) nya dengan diperoleh minyak kasar
sebanyak 5,5 kg, suhu stemanya 1200 , water dillution yang digunakan adalah 2 l,
dan broken nut 0 %.

Gambar 3 A. Disgesting Gambar 5 A. Sand Trap Tank


Proses terakhir adalah klarifikasi alat yang dipakai dalam preses ini hanya
dengan menggunakan sand trap tank yang bertujuan untuk untuk menampung pasir.
Memisahkan antara frkasi pasir dengan minyak serta dengan air.
Untuk mencari loses pada pengolahan TBS dengan cara air panas sisa hasil
sterilisasi diambil sempel 500 ml, didapat kandungan minyak sebanyak 10 ml untuk

15
mencari persentasi loses dengan membagi total sempel dengan minyak yang
terkandung dalam sempel lalu di kali 100%. Pada perhitungan kami didapat losses
10ml
𝑥100% = 2%. Di perusahaan toleransi losses maximal 1%.
500ml

16
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang di dapat dalam kegiatan kali ini yaitu :
1. Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi dan
diproduksi di dunia.
2. Buah sawit terdiri dari pericarp yang terbungkus olehm exocarp atau kulit,
mexocarp dan endocarp (cangkang) yang membungkus inti (kernel).
3. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang
Belgia), kemudian budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.Schadt yang menandai
lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.
4. Jika dilihat tingkat ketebalan cangkang dan daging buah kelpa sawit bisa dibedakan
menjadi 3 jenis. Diantaranya yaitu kelapa sawit dura ,kelapa sawit pisifera dan
kelapa sawit tinera.
5. Tiap 100 g buah kelapa sawit mengandung H2O 26,2 g Protein 1,9g lemak
58,4g,total karbohidrat12.5g,serat 3,2 g,abu 1,0g, mineral Ca,P,Fe, beta karoten ,
vitamin riboflavin dan sedikit thiamin .Komposisi lemak : Miristat 0,5-59% palmitat
32,47,0 %, Strate adalah 1,0-8%,oleat 39,8-52,4%, linoleat 2,0-11,3 %. Komponen
dari gliserida : oleodipalmitin 45% palmitodiliolein 30%,oleopalmotostearin 10%,
linoleodiolein 6-8% dan banyak mengandung gliserida jenuh seperti tripalmitin dan
dipalmitostearin 6-8%.
6. Pengolahan CPO dilakukan bertahap dari stasiun sterilisasi sampai klarifikasi.
7. Pengolahan CPO banyak menggunakan steam dan Steam berasal dari boiler.

17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2017. Buku petunjuk praktek kerja lapangan. Institut Pertanian STIPER.
Yogyakarta.
Daniaqirobbi, 2015. Makalah Pengecilan Ukuran Hasil Pertanian.
www.petanicantik.blogspot.com
Kimirocimi, 2013. Bisnis Komoditas Minyak Sawit. http://www.indonesia-
investments.com
Klpswt, 2015. Manajemen Agrobisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sawit Cpo, 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Tiga Serangkai, Surabaya

18
LAMPIRAN

19
Pengolahan TBS Menjadi CPO

Proses Grading Proses Penimbangan TBS

Penimbangan TBS dan berat Lori Proses Sterilizer

Proses Perontokan Proses Pelumatan

Pengambilan sampel minyak/CPO Pengambilan Losis minyak/CPO

20

Anda mungkin juga menyukai