Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FISIKA RADIASI

“PENCACAH DETECTOR SINTILASI DALAM MENDETEKSI RADIASI”

Oleh :
KELOMPOK 3

Amelia Sasmita (15034001)


Elka Fitri Enora (15034021)
Muhamad Pani (150340 )
Yolla Octriany (15034081)

FISIKA (NK)

Dosen Pembimbing : Masril, M.Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena limpahan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Fisika Radiasi “Pencacah
Detector Sintilasi dalam Mendeteksi Radiasi”
Dalam penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah banyak membantu terutama kepada bapak Masril, M.Si selaku dosen
pembimbing mata kuliah Fisika Radiasi serta teman teman yang turut andil dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis juga meminta maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan baik yang
disengaja maupun tanpa disengaja. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan kita semua.

Padang, 8 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Defenisi Detector Sintilasi ....................................................................................... 3
2.2 Cara Kerja Sintilasi .................................................................................................. 3
2.3 Bahan Sintilator dan Skema Sintilator ..................................................................... 5
2.4 Kelompok Sintilator ................................................................................................. 6
2.5 Tabung Photomultiplier ........................................................................................... 9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 12
3.2 Saran ....................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radiasi merupakan suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke
lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan pengantar tertentu.
Radiasi nuklir memiliki dua sifat yang khas yaitu tidak dapat dirasakan secara
langsung dan dapat menembus berbagai jenis bahan. Oleh karena itu untuk
menentukan ada atau tidak adanya radiasi nuklir diperlukan suatu alat, yaitu
pengukur radiasi, yang digunakan untuk mengukur kuantitas, energy, atau dosis
radiasi.
Detector radiasi bekerja dengan cara mengukur perubahan yang
disebabkan oleh penyerapan energy radiasi oleh medium penyerap. Sebenarnya
terdapat banyak mekanisme yang terjadi di dalam detector tetapi yang sering
digunakan adalah proses ionisasi dan proses sintilasi.
Jika dilihat dari segi jenis radiasi yang akan dideteksi dan diukur, terdapat
beberapa jenis detector seperti detector untuk radiasi alpha, detector untuk radiasi
beta, detector untuk radiasi gamma, detector untuk radiasi sinar-X, dan detector
untuk radiasi neutron. Sedangkan dari segi pengaruh interaksi radiasinya dikenal
beberapa macam detector, yaitu detector ionisasi, detector proporsional, detector
Geiger Muller, detector sintilasi, dan detector semikonduktor atau detector zat
padat. Detektor sintilasi adalah detektor sinar radioaktif yang berdasarkan proses
sintilasi pada bahan sintilator. Yang termasuk bahan sintilator yaitu suatu bahan
yang dapat memancarkan sintilasi cahaya (sintilasi) apabila berinteraksi dengan
sinar-g atau partikel a dan b. Bahan ini dapat berupa zat padat atau cair, baik zat
organik maupun anorganik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penjelasan mengenai defenisi dari detector sintilasi ?
2. Bagaimana cara kerja detector sintilasi ?
3. Bagaimana penjelasan bahan sintilator dan skema sintilator ?

1
4. Bagaimana pembagian kelompok sintilator ?
5. Bagaimana penjelasan tabung photomultiplier ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan defenisi dari detector sintilasi
2. Menjelaskan cara kerja detector sintilasi dalam mendeteksi radiasi
3. Mengetahui bahan sintilator dan skema sintilator dalam detector sintilasi
4. Menjelaskan pembagian kelompok sintilator
5. Menjelaskan mengenai tabung photomultiplier

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Detector Sintilasi


Sentilator (pengelip) atau fasor adalah suatu zat tertentu akan berkedip jika
terkena radiasi ionisasi. Keguanaan dari sintilator ini anatara lain pita zat organik,
larutan zat organik dan gas mulia. Sintilator yang baik untuk partikel alpha
digunakan sulfida seng yang diaktifkan dengan perak. Sintilator untuk sinar
gamma menggunakan Natrium Iolida yang diaktifkan dengan Talium, sedangkan
untuk sinar betha lebih banyak digunakan sentilator organik, misalnya kristal
antrasen. Detektor sintilator adalah detektor sinar radioaktif yang berdasarkan
proses sintilasi pada bahan sintilator. Proses sintilasi adalah terpecarnya sinar
tampak ketika terjadi transisi elektron dari tingkat energi (orbit) yang lebih tinggi
ke tingkat energi yang lebih rendah di dalam bahan penyerap.
Proses sintilasi akan terjadi bila terdapat kekosongan elektron pada orbit
yang lebih dalam. Kekosongan tersebut dapat disebabkan karena lepasnya
elektron dari ikatannya (proses ionisasi) atau loncatnya elektron ke lintasan yang
lebih tinggi bila dikenai proses radiasi (proses eksitasi).Detektor sintilasi selalu
terdiri dari dua bagian, yakni bahan sintilasi dan photomultiplier
Beberapa bahan sodium iodida, cesium iodida, anthracenc, napthalenc, dan
phenanthrene. ketika ditabrak oleh partikel tunggal bermuatan sinar x atau sinar
gamma akan menghasilkan kedipan cahaya. Bahan ini disebut sintilator. Kedipan
sinar ini nantinya diubah menjadi pulsa elektrik yang dapat dihitung. Jadi, counter
sintilator itu adalah pengaturan untuk mendeteksi dan menghitung berkas-berkas
partikel bermuatan yang diubah dalam bentuk pulsa elektrik.

2.2 Cara Kerja Sintilasi


Prinsip kerja dari detektor sintilasi adalah dengan mengubah radiasi
pengion yang menumbuk bahan sintilator menjadi percikan cahaya. Jumlah
percikan cahaya yang dihasilkan oleh bahan sintilator sangat sedikit, oleh karena
itu percikan cahaya tersebut haruslah diperkuat dengan photo multiplier tube agar

3
dapat dihasilkan pulsa/sinyal yang mampu dideteksi oleh detektor sintilasi. Cara
kerjanya sebagai berikut : percikan cahaya yang diterima oleh PMT jumlahnya
sedikit, kemudian diperkuat hingga didapatkan pulsa/sinyal yang mampu
dideteksi sebagai keluarannya. Sinyal yang masuk ke PMT diperkuat hingga 106
kali.

Gambar 1. Prinsip Kerja Sintilator

Prinsip kerja :
a. Kristal NaI yang di tempatkan disalah satu ujung tabung bertindak sebagai
sintilotor.
b. Sepanjang tabung dilengkapi dengan elektrode yang bertambah tenaganya.
Elektrode ini disebut dinode.

4
c. Ketika radiasi jatuh pada kristal, sebuah atom akan tereksitasi ke tingkat yang
lebih tinggi.
d. Sewaktu kembali ke tempat semula, sebuah foton akan di lepaskan. Foton ini
mengenai dinode sehingga elektron akan akan di lepaskan pada dinode ini
dipercepat oleh beda potensial pada dinode yang ke dua.
e. Dinode yang ke dua akan mengeluarkan elektron yuang bertambah banyak
akibat adanya elektron yang jatuh.
f. Elektron yang banyak ini dipercepat oleh dinode yang lain, begitu seterusnya
sehingga banyak elektron yang dikeluarkan.
g. Keluaran yang sudah di perkuat ini di deteksi dalam bentuk pulsa listrik alat
pencacah.

2.3 Bahan Sintilator dan Skema Sintilator


a. Bahan Sintilator
Proses sintilasi pada bahan ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1. Di
dalam kristal bahan sintilator terdapat pita-pita atau daerah yang dinamakan
sebagai pita valensi dan pita konduksi yang dipisahkan dengan tingkat energi
tertentu. Pada keadaan dasar, ground state, seluruh elektron berada di pita valensi
sedangkan di pita konduksi kosong. Ketika terdapat radiasi yang memasuki
kristal, terdapat kemungkinan bahwa energinya akan terserap oleh beberapa
elektron di pita valensi, sehingga dapat meloncat ke pita konduksi. Beberapa saat
kemudian elektron-elektron tersebut akan kembali ke pita valensi melalui pita
energi bahan aktivator sambil memancarkan percikan cahaya.

Gambar 2. Bahan Sintilator

5
Jumlah percikan cahaya sebanding dengan energi radiasi diserap dan
dipengaruhi oleh jenis bahan sintilatornya. Semakin besar energinya semakin
banyak percikan cahayanya. Percikan-percikan cahaya ini kemudian ‘ditangkap’
oleh photomultiplier.
Yang termasuk bahan sintilator yaitu suatu bahan yang dapat memancarkan
sintilasi cahaya (sintilasi) apabila berinteraksi dengan sinar-𝛾 atau partikel 𝛼 dan
𝛽. Bahan ini dapat berupa zat padat atau cair, baik zat organik maupun anorganik.
Berikut ini adalah beberapa contoh bahan sintilator yang sering digunakan sebagai
detektor radiasi.
1. Kristal NaI(Tl)
2. Kristal ZnS(Ag)
3. Kristal LiI(Eu)
4.Sintilator Organik

b. Skema Sintilator

Gambar 3. skema sintilator

Mekanisme pendeteksian radiasi pada detektor sintilasi dapat dibagi


menjadi dua tahap yaitu :
1. proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi percikan cahaya
di dalam bahan sintilator dan
2. proses pengubahan percikan cahaya menjadi pulsa listrik di dalam tabung
photomultiplier

2.4 Kelompok Sintilator


1) Sintilator inorganik

6
Sintilator inorganik pada sistem kristal berupa logam alkali, terutama pada
alkali iodide yang jumlah konsentrasinya kecil. Contohnya Na I (Ti), Ca I (Na), Li
I (Eu), dan Ca F2 (Eu). Elemen dalam tanda kurung merupakan ketidakmurnian
atau aktivator. Konsentrasi aktivator relatif kecil contohnya thalium pada Na I (Ti)
adalah 10-3/mol.
Bahan sintilator inorganik
 NaI (Ti)
Digunakan untuk mendeteksi sinar gamma. Dapat diproduksi dalam
ukuran yang cukup besar (diameter 0,75 m dan tebal 0,25 m). Mempunyai massa
yang besar dan nomor atomnya tinggi. Kelemahan dari NaI (Ti) yaitu mudah
remuk dan peka terhadap perubahan suhu dan kerapatannya relatif tinggi (3,67 x
103 kg/m3).
 CsI (Ti)
Memiliki kerapatan yang besar dan jumlah nomor atomnya lebih besar dari
NaI (Ti) sehingga mempunyai efesiensi deteksi gamma yang lebih besar, namun
memiliki efisiensi konversi cahaya yang lebih rendah 45 % dari NaI (Ti). Ca I ini
lebih lunak dan lebih peka terhadap suhu.
 Ca F2 (Eu)
Terdiri dari bahan bernomor atom rendah sehingga tidak efisien untuk
mendeteksi gamma tapi sangat efisien untuk mendeteksi partikel betha dan sinar
x, dan mudah dibuat dalam segala bentuk karena tidak mudah larut dan tidak
berubah sifat maka cukup baik untuk pengukuran radioisotop berupa cairan.
Efisiensi konversi cahaya dari Ca F2 mencapai 50 % dari Na I (Ti).
 Li I (Eu)
Merupakan detektor netron termal yang melalui reaksi 3Li x (n,a) IHI.
Proses pelipatan tidak dilakukan langsung oleh netron melainkan alpha sebagai
hasil reaksi netron dengan Li. Efisiensi cahayanya sekitar 1/3 dari Na I (Ti).
2) Sintilator Organik
Sintilator organik dapat berupa kristal seperti antharacene dan
transtilecene. Sintilator organik cair seperti toluene dan hexametylbenzene yang
berguna jika suatu detektor dengan ukuran yang sangat besar diperlukan dalam

7
usaha menaikkan efisiensi deteksi, khususnya dalam pengukuran aktivasi sangat
rendah (H3 dan Cl4), pengukuran sinar kormis dan sebagainya.
Sintilator Cair (Liquid Scintillation)
Detektor ini sangat spesial dibandingkan dengan jenis detektor yang lain
karena berwujud cair. Sampel radioaktif yang akan diukur dilarutkan dahulu ke
dalam sintilator cair ini sehingga sampel dan detektor menjadi satu kesatuan
larutan yang homogen. Secara geometri pengukuran ini dapat mencapai efisiensi
100 % karena semua radiasi yang dipancarkan sumber akan “ditangkap” oleh
detektor. Metode ini sangat diperlukan untuk mengukur sampel yang memancar-
kan radiasi b berenergi rendah seperti tritium dan C14.

Gambar 4. Sintilator Cair

Masalah yang harus diperhatikan pada metode ini adalah quenching yaitu
berkurangnya sifat transparan dari larutan (sintilator cair) karena mendapat
campuran sampel. Semakin pekat konsentrasi sampel maka akan semakin buruk
tingkat transparansinya sehingga percikan cahaya yang dihasilkan tidak dapat
mencapai photomultiplier.
3. Sintilator Gas
Sintilator gas adalah campuran dari gas mulia. Sintilator gas dihasilkan
dari transisi atom. Karena cahaya yang dipancarkan oleh gas mulia
berada diwilayah ultraviolet, gas lain, seperti nitrogen, ditambahkan ke
gas utama untuk bertindak sebagai shifter panjang gelombang. Lapisan tipis bahan

8
fluorescent digunakan untuk melapisi dinding bagian dalam wadah gas mencapai
efek yang sama.
Sifat sintilator gas adalah sebagai berikut:
a. Waktu peluruhan yang sangat singkat.
b. Cahaya output per MeV disimpan dalam gas tergantung banyaknya
muatan dan massa partikel yang terdeteksi.
c. Efisiensi sangat rendah untuk pendeteksian gamma.
Sifat- sifat ini membuat sintilator gas sesuai untuk pengukuran energy
partikel bermuatan berat (alpha, pecahan fisi, ion berat lainnya)

Pada tabel di bawah ini dituliskan beberapa contoh detektor sintilasi yang
sering digunakan.
Nama Type Detector
Anthrance Organic Solid 𝛽
Pilot B Organic Plastic 𝛼
NaI(TI) Inorganic 𝛾
CsF Inorganic Sinar-X

Detektor sintilasi yang paling sering digunakan untuk spektroskopi gamma


adalah detektor NaI(Tl). Detektor sintilasi mampu mencacah jumlah partikel
radioaktif dan energinya. Dua bagian utama Detektor Sintilator NaI(Tl) yaitu
bagian sintilator NaI(Tl), dimana partikel yang terdeteksi akan menimbulkan
sintilasi cahaya dan yang kedua adalah tabung pengubah pancaran cahaya menjadi
elektron mengalami proses penggandaan dalam Photo Multiplier Tube (PMT).

2.5 Tabung Photomultiplier


Setiap detektor sintilasi terdiri atas dua bagian yaitu bahan sintilator dan
tabung photomultiplier. Bila bahan sintilator berfungsi untuk mengubahenergi
radiasi menjadi percikan cahaya maka tabung photomultiplier ini berfungsi untuk
mengubah percikan cahaya tersebut menjadi berkas elektron, sehingga dapat
diolah lebih lanjut sebagai pulsa / arus listrik.Tabung photomultiplier terbuat dari

9
tabung hampa yang kedap cahaya dengan photokatoda yang berfungsi sebagai
masukan pada salah satu ujungnya dan terdapat beberapa dinode untuk
menggandakan electron seperti terdapat pada gambar 5. Photokatoda yang
ditempelkan pada bahan sintilator, akan memancarkan elektron bila dikenai
cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai. Elektron yang dihasilkannya akan
diarahkan, dengan perbedaan potensial, menuju dinode pertama. Dinode tersebut
akan memancarkan beberapa elektron sekunder bila dikenai oleh elektron.
Elektron-elektron sekunder yang dihasilkan dinode pertama akan menuju dinode
kedua dan dilipatgandakan kemudian ke dinode ketiga dan seterusnya sehingga
elektron yang terkumpul pada dinode terakhir berjumlah sangat banyak. Dengan
sebuah kapasitor kumpulan electron tersebut akan diubah menjadi pulsa listrik.

Gambar 5. Konstruksi Tabung Photomultiplier

Dengan sebuah kapasitor kumpulan electron tersebut akan diubah menjadi


pulsa listrik. Apabila radiasi gamma memasuki tabung detektor maka akan terjadi
interaksi radiasi gamma dengan bahan detektor. Interaksi itu dapat menghasilkan
efek fotolistrik, hamburan compton dan produksi pasangan. Karena reaksi ini
maka elektron-elektron bahan detektro akan terpental keluar sehingga atom-atom
itu berada dalam keadaan tereksitasi. Atom- atom yang tereksitasi akan kembali
ke keadaan dasarnya sambil memancarkan kerlipan cahaya. Cahaya yang
dipancarkan itu selanjutnya diarahkan ke foto katoda sensitif. Apabila foto katoda
terkena kerlipan cahaya, maka dari permukaan foto katoda itu akan dilepaskan
elektron. Antara foto katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang diberi

10
tegangan tinggi dan diatur sedenikian rupa sehingga tegangan dinoda yang di
belakangnya selalu lebih tinggi daripada tegangan dinoda di depannya. Perbedaan
tegangan antara dinoda kira-kira 100 volt. Elektron yang dilepaskan oleh
fotokatoda akan dipercepat oleh medan listrik dalam tabung pelipat ganda
elektron menuju dinoda pertama. Dalam proses tumbukan antara elektron dan
dinoda akan dilepaskan elektron-elektron lain yang kemudian dipercepat menuju
dinoda kedua dan seterusnya. Dinoda terakhir yang terdapat dalam tabung
pengganda elektron berupa anoda.
Hasil akhir jumlah pelipatan elektron tergnatung pada jumlah dinoda.
Tabung pelipat ganda elektron yang mempunyai 10 tingkat dinodamisalnya, pada
anoda (dinoda terakhir yang sekaligus berperan sebagai pelat pengumpul elektron)
bisa didapatkan faktor penggandaan elektron antara 107-108. Dengan demikian,
sinar gamma yang dideteksi akan menghasilkan pulsa listrik sebagai keluaran dari
detektor NaI(Tl). Tenaga elektron yang dilepaskan ini bergantung pada intensitas
sinar gamma yang mengenai detektor. Makin tinggi energi elektron, makin tinggi
pula pulsa listrik yang dihasilkannya, sedang makin banyak elektron yang
dilepaskan, makin banyak pula cacahan pulsanya.
Pulsa listrik dari detektor akan diproses lebih lanjut oleh penguat awal dari
peralatan elektronik berupa penganalisis saluran ganda (MCA) sehingga. pada
layar penganalisis itu dapat ditampilkan spektrum radiasi gamma yang ditangkap
oleh detektor. Data tampilan spektrum gamma pada layar penganalisis dapat
dipakai untuk analisis spektrometri gamma baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
Detektor sintilasi NaI(Tl) memiliki efisiensi yang cukup baik untuk radiasi
gamma. Kerlipan cahaya yang dipancarkan dari bahan pemendar memiliki
panjang gelombang sekitar 4200 angstrom pada temperatur kamar dengan waktu
peluruhannya 0,25 mdetik. Waktu peluruhan ini merupakan waktu yang
diperlukan untuk memancarkan sekitar 63 % dari cahaya foton yang disimpan
oleh bahan detektor. Kadar Talium sebanyak 0,1 % akan menghasilkan efisiensi
detektor yang lebih besar dengan menurunnya temperatur.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Detektor sintilasi adalah detector sinar radioaktif yang berdasarkan proses
sintilasi pada bahan sintilator.
2. Prinsip kerja dari detektor sintilasi adalah dengan mengubah radiasi
pengion yang menumbuk bahan sintilator menjadi percikan cahaya.
Jumlah percikan cahaya yang dihasilkan oleh bahan sintilator sangat
sedikit, oleh karena itu percikan cahaya tersebut haruslah diperkuat dengan
photo multiplier tube agar dapat dihasilkan pulsa/sinyal yang mampu
dideteksi oleh detektor sintilasi.
3. Yang termasuk bahan sintilator yaitu suatu bahan yang dapat
memancarkan sintilasi cahaya (sintilasi) apabila berinteraksi dengan sinar-
𝛾 atau partikel 𝛼 dan 𝛽. Bahan ini dapat berupa zat padat atau cair, baik
zat organik maupun anorganik.
4. Terdapat tiga jenis tipe detektor sintilasi yaitu sintilasi organik, sintilasi
inorganik dan sintilator gas.
5. Tabung photomultiplier berfungsi untuk mengubah percikan cahaya
tersebut menjadi berkas elektron, sehingga dapat diolah lebih lanjut
sebagai pulsa / arus listrik. Tabung photomultiplier terbuat dari tabung
hampa yang kedap cahaya dengan photokatoda yang berfungsi sebagai
masukan pada salah satu ujungnya dan terdapat beberapa dinode untuk
menggandakan electron.

12
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu diperlukan kritik dan
saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Departemen of Physisc Integrated Laboratory. Gamma-ray Spectroscopy using a


Nal(Ti) Detector. University of Guelph.
Krane, K.S. 1988. Introductory Nuclear Physics. Canada: John Wiley Dan Sons,
Inc.
Suharyana, Riyatun. 2008. Praktikum Fisika Nuklir. Lab Fisika FMIPA UNS:
Surakarta
Tsoulfanidis, Nicholas. 1983. Measurements and Detection of Radiation Second
Edition. London: Hemisphere Publishing Corporation.
Utari, dkk. 2004. Bahan Ajar Mata Kuliah Metode Deteksi Nuklir. Jurusan Fisika
FMIPA-UNS: Surakarta

13

Anda mungkin juga menyukai