ASUHAN KEPERAWATAN
PEMERKOSAAN DAN ABORTUS
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK
NURZAKINAH (16CP1025)
FARADILLAH RAMADHANI .M (16CP1026)
NURSYAMSI TOBO (16CP1027)
NURBAIDAH (16CP1029)
NURNANINGSIH (16CP1030)
FAISAL APRYATNA (16CP1032)
NENGSIH (16CP1033)
NUR MUHAMMAD (16CP1034)
PUTRI FEBY FEBYESTI EDWARD (16CP1035)
RESYA NASRUN (16CP1036)
AMINULLAH (16CP1040)
AssalamuAlaikum Warahmatullahiwabarakatuh
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atasa rahmat dan
karunianyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan keperawatan
perkosaan dan Abortus Oleh karenanya makalah ini kiranya dapat membantu dalam
Asuhan keperawatan perkosaan dan Abortus.
Makalah ini merupakan acuan bagi teman teman sekalian umtuk memulai
pelajaran keperawatan gawat darurat dengan membahas Asuhan keperawatan perkosaan
dan Abortus Ucapan terimah kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang sudah
membantu dalam penyelesaian makalah ini . semoga makalah ini memberi manfaat
kepada kita semua .
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Manfaat
Berdasarkan latar belakang diatas di dapatkan rumusan masalah yaitu:
“ Asuhan keperawatan Perkosaan dan Abortus
C. Tujuan
Tujuan umum makalah ini adalah untuk mengetahui Asuhan
keperawatan perkosaan dan Abortus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan Perkosaan
1. Definisi
Perkosaan adalah tindakan kekerasaan atau kejahatan seksual berupa
hubungan seksual yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan
dengan kondisi atas kehendak dan persetujuaan perempuan, dengan
persetujuan perempuan namun dibawah ancaman, dengan persetujuan
perempuan namun melalui penipuan. Dalam KUHP pasal 285
disebutkan perkosaan adalah kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa seseorang perempuan bersetubuh dengan dia (laki-laki)
diluar pernikahan.
2. Realitas perkosaan
a) Terjadi secara spontan. Biasanya pemerkosa sudah mempunyai
niat, tindakan perkosaan dilakukan tergantung kesempatan.
b) Pelaku bukn orang asing. Pelaku pemerkosaan sering kali
adalah orang yang sudah dikenal, seperti teman, pacar,
tetangga, atau saudara.
c) Bukan hanya terjadi padang orang dewasa. Perkosaan juga
dialami anak-anak, remaja, dan orang tua.
d) Bukan hanya terjadi ditempat sepi. Kebanyakan kasus
perkosaan terjadi ditempat yang aman termasuk dirumah,
tempat kerja, atau sekolah.
e) Semua perempuan bisa jadi korban perkosaan, tanpa
memperdulikan penampilan, cara berpakaian, agama, ras, suku,
pendididkan, pekerjaan, atau tingkat sosial ekonomi.
f) Tidak hanya dilakukan penderita gangguan jiwa, tetapi juga
laki-laki normal
g) Bukan hanya dilakukan laki-laki yang berstatus sosial ekonomi
rendah. Semua laki-laki bisa menjadi pemerkosa tampa
memperdulikan tingkat sosiaal ekonomi, pendidikan,
pekerjaan, atau penampilan
h) Bukan hanya masalah perempuaan. Pemerkosaan menjadi
tanggung jawab bersam, baik laki-laki maupun perempuan
serta masyarakat dan negara.
i) Merahasiakan perkosaan tidak menyelesaikan masalah.
Berusahalah untuk mencari pertolongan pada orang ang dapat
dipercaya dan bisa memabantu.
3. Perempuan yang rentan terhadap korban perkosaan
a) Kekurangan pada fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau
permasalahan berkaitan dengan visik sehingga perempuan
dudu diatas kursi roda bisu, tuli, buta, atau keterlambatan
mental. Mereka tidak mampu mengadakan perlawanan.
b) Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah anak jalan atau
gelandangan, di daerah peperangan.
c) Korban tindak kekerasan suami atau pacar.
4. Dampak perkosaan
Tindak perkosaan membawa dampak emosional dan fisik pada
korbannya. Secara emosional, korban perkosaan bisa mengalami :
a) Perasaan mudah marah
b) Takut, cemas, dan gelisah
c) Rasa bersalah
d) Malu, reaksi-reaksi lain yang bercampur aduk
e) Merasa menyalahkan diri sendiri
f) Menangis bila mengingat peristiwa tersebut
g) Ingin melupakan peristiwa yang telah terjadi.
h) Merasa takut berhubungan intim.
i) Merasa diri tidak normal, kotor, berdosa, dan tidak berguna.
j) Stress depresi dan guncangan jiwa
k) Ingin bunuh diri.
Secara fisik, korban mengalami hal-hal berikut:
a) Penurunan nafsu makan
b) Merasa lelah, tidak ada gairah, sulit tidur, dan sakit kepala
c) Selalu ingi muntah
d) Perut dan vagina selalu merasa sakit
e) Beresiko tertular PMS
f) Luka ditubuh akibat perkosaan dengan kekerasan dan lainnya
5. Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi perkosaan dengan
kekerasan
a) Jangan membersihkan diri atau mandi karena sperma, serpihan
kulit atau rambut pelaku yang bisa dijadikan barang bukti akan
hilang.
b) Simpan pakaian, barang-barang lain, seperti kancing atau
sobekan baju pelaku yang bisa dijadikan barang bukti
c) Segera melapor polisi terdekat dengan membawa bukti-bukti
tersebut, sebaiknya disertai pihak keluarga atau teman.
d) Segera hubungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan
surat keterangan yang menyatakan adanya tanda-tanda
persetubuhan secara paksa(visum).
e) Yakinkan diri korban perkosaan bukanlah orang yang bersalah,
tetapi pelaku perkosaanlah yang harus dihukum. Korban
berhak untuk melaporkan pelaku agar bisa dihukum sesuai
dengan kejahatan yang dilakukannya.
6. Pengkajian pada korban perkosaan
Anamnesa
Nama :-
Umur :-
Jenis kelamin :-
Faktor presipitasi : Data yang disampaikan oleh keluarga
Faktor fisiologis : Data yang ditimbulkan atau di tampakkan
Faktor psikologis : Data yang mengancam masalah kejiwaan
Perilaku : Pasien tidak mampu berinteraksi
Respon emosional : Pasien mudah emosi
7. Analisa Data
No Data Pasien Masalah Keperawatan
1 DS : Resiko bunuh diri
- Keluarga mengatakan bahwa
pasien melakukan pencobaan
bunuh diri
- Ibu mengatakan bahwa pasien
menjadi korban pemerkosaan
- Ibu mengatakan bahwa melihat
anaknya mengkonsumsi narkotika
pasca kejadian pemerkosaan
DO :
-
2 DS : Isolasi sosial
- Ibu mengatakan bahwa pasien
mudah curiga kepada orang lain
- Ibu mengataan pasien tdak mau
beriteraksi kepada orang lain
- Ibu mengatakan pasien
mengurung diri di kamar
DO :
- Pasien tidak mau berkomunikasi
- Pasien tampak ketakutan
3 DS : Harga diri rendah
- Pasien mengatakan bahwa dia
telah membuat aib keluarga
- Pasien mengatakan bahwa dirinya
sudah tidak berguna lagi
- Keluarga mengatakan pasien tidak
mau beraktivitas seperti biasanya
DO :
- Pasien tidak mau menatap lawan
bicara
- Pasien tampak menunduk
8. Diagnosa
a) Resiko bunuh diri
b) Isolasi social
c) Harga diri rendah
9. Intervensi
No Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah 1 pertemuan, SP 1
- mengidentifikasi pasien mampu : - Identifikasi
1 penyebab dan - Menyebutkan penyebab,
tanda perilaku penyebab, tanda, tandadan
kekerasan gejala, dan akibat gejala serta
- menyebutkan jenis perilaku akibat dari
perilaku kekerasan kekerasan perilaku
yang pernah - Memperagakan kekerasan
dilakukan cara fisik 1 untuk - Latih cara
- menyebutkan mengontrol fisik 1 : tarik
akibat dari perilaku perilaku nafas dalam
kekerasan yang kekerasan - Masukkan
dilakukan dalam jadwal
- menyebutkan cara harian pasien
mengontrol
perilaku kekerasan
B. Asuhan Keperawatan Abortus
1. Defenisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio
yang berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira – kira
berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Moore, 2001).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas.
Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya
kurang dari 500gr (Liewollyn, 2002).
2. Epidemologi
Frekuensi Abortus sukar ditentukan karena Abortus buatan
banyak tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus
spontan kadang-kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan,
sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini
dianggap sebagai terlambat haid. Diperkirakan frekuensi Abortus
spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50%
bila diperhitungkan wanita yang hamil sangat dini, terlambat haid
beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui
kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-
tahun, dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000 abortus
spontan.
3. Klasifikasi Abortus
a) Abortus Spontania
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan
atau terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar
terjadi pada gestasi bulan kedua dan ketiga.
b) Abortus Insepies
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
4. Etiologi
Sebab – sebab Abortus antara lain :
a) Etiologic dan keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut
dengan keguguran.Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis
abortus. Sebab-sebab abortus spontan yaitu :
a. Faktor janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini
menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedemikian
rupa sehingga janin tidak mungkin hidup terus. Abortus
spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari
ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan
sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus.
b. Factor ayah dan ibu
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan
abortus.
5. Patofisiologi
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua
yang menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya
sebagian / seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini
merupakan benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi
rahim untuk terjadi eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut
“Bligrted Ovum”.
6. Pemeriksaan genekologi
a) Inspeksi vulva
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
b) Inspekulo
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada
atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c) Colok vagina
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih
kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri.
7. Pemeriksaan penunjang
a) Tes kehamilan positif atau tidak pada 2- 3 minggu terlambat
dating bulan
b) Pemeriksaan Doppler atau USG untuk memastikan apakah
janin masih hidup atau tidak
c) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
8. Pengkajian
a) Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, tanggal
masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Ibu hamil pada usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun rentang terjadi
aborsi pada kandungannya. Pendidikan dan pekerjaan yang
semakin berat akan meningkatkan resiko aborsi.
b) Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan
pasien pada umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen.
Tingkat nyeri yang dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi
yang terjadi.
c) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu(faktor pendukung
terjadinya aborsi misalnya mioma uteri) dan keluarga(faktor
genetik), riwayat pembedahan ( seksio sesaria atau tidak),
riwayat penyakit yang pernah dialami(misal : hipertensi, DM,
typhoid, dll), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat seksual,
riwayat pemakaian obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas
sehari – hari.
9. Diagnosa keperawatan
a) Resiko syok hemoragic b.d pendarahan
b) Gangguan aktivitas b.d kelemahan
c) Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d kerusakan jaringan intra
uteri
d) Resiko tinggi infeksi b.d pendarahan
e) Cemas b.d kurang pengetahuan
10. Intervensi keperawatan
a) Cek Airway, Breathing, and Circulation
b) Penderita dibaringkan dalam posisi trendelenburg, yaitu posisi
telentang biasa dengan kaki sedikit tinggi 30 derajat
c) Monitor kondisi TTV tiap 2 jam
d) Monitor input dan output cairan
e) Berikan sejumlah cairan pengganti harian(NaCl 0.9%, RL,
Dekstran), plasma dan transfusi darah
f) Evaluasi status hemodinamika
g) Setelah kebebasan jalan nafas terjamin untuk meningkatkan
oksigenasi dapat diberi oksigen 100% kira- kira 5 liter pm
melalui jalan nafas
h) dan bila perlu penderita diberi cairan bikarbonat natricus
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta : EGC
Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC: Jakarta.
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius : Jakarta.
Marylin E. D. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran.
Jakarta : EGC.