PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan pada tahun 1997 dan tahun
berjumlah kurang lebih 4% dari jumlah total persalinan. Hal ini sesuai dengan
ketentuan WHO bahwa prevalensi bedah sesar sekitar 10-15% dari total proses
persalinan. Namun pada tahun 2006 jumlah persalinan bedah sesar mengalami
peningkatan yakni di rumah sakit pemerintah sekitar 20-25% dari total persalinan,
dan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80% dari total
Indonesia 15, 3 % sampel dari 20,591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5
suatu institusi melalui perut dinding rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram. Bedah sesar dibagi menjadi dua yaitu dilakukan secara elektif
(terencana) maupun bedah sesar yang dilakukan secara cito (segera) (Prasetya,
2010).
1
Wanita yang melakukan bedah sesar memiliki resiko infeksi lebih besar 5-
bedah sesar yang umumnya yaitu demam, endometritis, infeksi luka, dan infeksi
saluran kemih (Smaill & Hofmeyr, 2007). Tanda infeksi pasca bedah dapat berupa
dan bengkak disekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah leukosit
(Aryshire & Arran, 2012). Resiko dari tindakan bedah sesar tersebut dapat
terjadinya infeksi pada pasien yang belum terkena infeksi. Tujuan dari pemberian
antibiotik profilaksis adalah untuk mengurangi insidensi infeksi luka pasca bedah
(Rusdiana, 2016).
di daerah Kota Bekasi. Karena angka bedah sesar semakin meningkat maka resiko
kejadian infeksi pasca operasi akan tinggi maka tujuan dari pemberian antibiotik
yang salah satunya melayani operasi sesar kemudian pasien yang akan dioperasi
2
lain-lain sebelum dilakukan tindakan operasi dan pasien sudah harus diperiksa
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini mempunyai tujuan umum dan khusus yaitu :
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Mengidentifikasi tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat dan tepat dosis
3
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
profilaksis pada pasien bedah sesar di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi serta untuk memenuhi syarat kelulusan dan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bedah Sesar
alternatif dari kelainan vagina bila keamanan ibu atau janin terganggu
Menurut Chapter II, Universitas Sumatera Utara Ada beberapa jenis bedah
sesar, diantaranya :
a) Jenis Klasik
ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Jenis ini sudah jarang
c) Histerektomi Caesar
5
Yaitu bedah sesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan
sebelumnya.
pada dua faktor, yaitu faktor ibu dan faktor bayi yaitu :
Antara ukuran janin dan ukuran pelvis yakni pelvis tertentu tidak cukup besar
Tumor neoplasma pada jalan lahir terbagi menjadi neoplasma yang berada di
Suatu kondisi dimana saluran rahim bagian dalam menyempit bahkan tertutup.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya infeksi karena penimbunan bakteri atau
6
(4) Plasenta Previa
jalan lahir.
Robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau persalinan pada saat umur
(6) Usia
Ibu yang melahirkan pertama kalinya berusia lebih dari 35 tahun memiliki risiko
melahirkan dengan bedah sesar karena pada usia tersebut ibu memiliki penyakit
Kelainan tali pusat terdiri dari pelepasan tali pusat dan terlilit tali pusat.
selama kehamilan bila dibanding dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih
rendah.
(9) Penyakit ibu yang berat dan penyakit akibat hubungan seksual
Hepatitis Infeksiosa.
7
(1) Janin Besar
Berat bayi 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit
keluar dari jalan lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi pada ibu yang
berbeda maka tindakan persalinan yang dilakukan juga berbeda, misalnya untuk
ibu yang mempunyai panggul terlalu sempit, berat janin 3000 gram sudah
(hipoksia) yang diketahui dari denyut jantung janin yang abnormal, dan adanya
(b) Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan berwarna putih agak keruh,
(c) Jika tindakan bedah sesar tidak dilakuka, dikhawatirkan akan terjadi
kerusakan neurologis akibat keadaan asidosis yang progresif, dan bila juga ibu
menderita tekanan darah tinggi atau kejang pada rahim, mengakibatkan gangguan
pada plasenta dan tali pusat sehingga aliran oksigen kepada bayi menjadi
(d) Dalam hal ini, keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan janin, jika
penentuan waktu bedah sesar terlambat, kelainan neurologis seperti celebral palsy
8
(3) Letak Lintang
(a) Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir,
panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plasenta previa,
(b) Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan
(c) Kelahiran secara bedah sesar diindikasikan jika terdapat ketuban pecah
(a) Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada persalinan alami
(b) Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat penting agar kepala berhasil
bertambah berat. Serta persalinan yang dipacu dapat menyebabkan trauma karena
(e) Kelahiran secara bedah sesar pada persalinan letak sungsang dilakukan jika
dicurigai ada kesempitan panggul ringan, janin besar, dan dipertimbangkan, pada
primitua, wanita dengan riwayat infertilitas, dan wanita dengan riwayat obstetrik
9
Bayi dengan kelainan bawaan yang tidak memunginkan partus per vagina,
misalnya pada keadaan hidrosefalus dan kelainan pada dinding perut, seperti
(a) Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi
misalnya terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress, cairan ketuban yang
berlebihan .
(b) Saat kontrol, sebaiknya ibu aktif bertanya perihal letak janin di dalam
kandungan.
(c) Begitu juga dengan umur kehamilan, perkiraan berat janin, letak plasenta
(d) Operasi sesar dilakukan jika terdapat janin pertama dalam keadaan letak
menurut Maryunani, 2014, hal.213 bahwa kontra indikasi pada bedah sesar ada
beberapa yaitu :
b) waktu yang digunakan untuk melahirkan janin mati secara pervaginam lebih
lama daripada waktu yang diperlukan untuk melahirkan janin mati perabdominan
10
Menurut buku Linda Tietjen, dkk (2004) dalam buku panduan dalam
sebagai berikut :
a) Infeksi Luka Operasi, infeksi yang terjadi baik berupa infeksi insisi ataupun
organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari setelah operasi atau dalam waktu 1 tahun
apabila terdapat implant. Insisi Infeksi Luka Operasi (ILO) terbagi menjadi :
(1) Insisi Superfisial, hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutis (tidak
mencakup abses jahitan, infeksi episiotomy atau khitanan bayi baru lahir atau luka
(2) Insisi dalam, melibatkan jaringan lunak lebih dalam, termasuk lapisan fasia
dan otot. (untuk konfirmasi infeksi luka operasi, temuan klinis, seperti tanda-tanda
atau gejala-gejala infeksi dan/atau hasil tes laboratorium (organism yang terisolasi
Merupakan infeksi yang terjadi pada bagian tubuh manapun maupun selain dari
bagian insisi dinding tubuh yang dibuka atau ditangani selama suatu operasi.
Operasi
11
Faktor Resiko Pasien diantanya yaitu umur, status nutrisi, diabetes
mellitus, obesitas, Koeksitensi infeksi pada bagian tubuh lain, Kolonisasi dengan
operasi.
Faktor Resiko dari tindakan operasi meliputi durasi lamanya cuci tangan
bedah (surgical scrub), Antiseptik kulit, pencukuran pra bedah/pre operasi, durasi
yang kurang memadai, Benda asing dalam luka operasi, Drainase bedah, Teknik
B. Antibiotik Profilaksis
kejadian infeksi karena tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien pada
kondisi dan situasi klinis yang memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan
diberikan dengan tujuan profilaksis. Namun sering kali pemberian profilaksis ini
indikasi lain sama sekali tidak bermanfaat atau controversial (Radji, 2016, hal.22)
12
Namun, jika profilaksis dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan infeksi oleh
segala macam mikroba yang ada disekitar pasien, profilaksis biasanya gagal.
Pemilihan jenis antibiotik profilaksis didasarkan pada beberapa hal, antara lain
biaya, luka infeksi, efek samping, pola kepekaan mikroorganisme lokasi setempat,
menjadi 2, yaitu profilaksis bedah dan nonbedah. Infeksi luka operasi (ILO) dapat
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu luka permukaan, luka dalam, dan luka organ.
Luka permukaan merupakan luka infeksi yang terjadi pada kulit dan jaringan,
sedangkan luka dalam terjadi pada bagian fasia dan otot. Sementara itu, luka
organ merupakan luka infeksi yang terjadi pada bagian organ dan rongga tubuh.
Kejadian infeksi luka operasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
c) Faktor bakteri
13
Jenis, virulensi, serta jumlah bakteri yang terdapat di lokasi ruang bedah
yaitu :
a) Tepat Indikasi
criteria bersih. Namun, antibiotik profilaksis tidak tepat jika digunakan pada
operasi kontaminasi atau kotor karena telah terjadi kolonisasi bakteri dalam
jumlah besar atau sudah ada infeksi yang secara klinis belum muncul.
b) Tepat Obat
yang digunakan untuk tujuan terapi. Antibiotik juga harus disesuaikan dengan
c) Tepat Dosis
Dosis harus tinggi untuk mencapai kadar di atas KHM. Biasanya dosis yang
14
e) Tepat Waktu Pemberian
(intramuskular) sebelum insisi (saat induksi anestesi) sehingga pada saat insisi,
Table 2.1 kelas operasi dan penggunaan antibiotik menurut (Radji, 2016, hal.26)
Operasi
tertutup.
efektivitas antibiotik
profilaksis belum
ditemukan
15
Operasi pada perforasi saluran Kelas operasi kotor
kotor
Table 2.2 jenis operasi beserta jenis mikroba patogen dan regimen
enterokokus, anaerob
Kantong
Empedu
i.v.
16
Basil Gram negatif, Cefazolin 1-2 g i.v. atau
enterokokus, anaerob
Urologi
negatif,enterokokus,anaero
Sesar
b
enterokokus, anaerob
Histerektomi
Bedah saraf
17
A. Profil RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
tentang Penetapan RSUD Kota Bekasi menjadi Unit Swadana, untuk melengkapi
Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD Kota Bekasi. Pada
Tanggal 8 Juni 2016 Nama RSUD Kota Bekasi di ubah menjadi RSUD dr.
Chasbullah A.M Kota Bekasi. Dikarenakan salah penulisan nama Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Bekasi sesuai dengan Keputusan Wali Kota Bekasi Nomor
Chasbullah A.M Kota Bekasi, maka nama RSUD dr. Chasbullah A.M diubah
kembali menjadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
RSUD/IV/2017 tentang Perubahan Nama Rumah Sakit Umum Kota Bekasi yang
18
BAB III
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
variabel terkait yang akan diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang
Sosiodemografi
- Usia
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Jenis Indikasi
Efektivitas Penggunaan
Ketepatan Penggunaan Antibiotik Antibiotik Profilaksis
Profilaksis :
- Tepat Indikasi
- Tepat Obat
- Tepat Dosis
- Tepat Cara Pemberian
- Tepat Waktu Pemberian
19
A. Definisi Operasional
dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoadmodjo, 2012).
Penelitian
Variabel
Independen
medis
pemerintah serta
diusahakan oleh
departemen
pendidikan
20
mendapat nafkah status pasien - Pekerjaan
di rekam Fisik
medis - Pensiun
- Tidak
Bekerja
medis
penyakit
21
9 Tepat Waktu pada saat Melihat -Tepat Waktu Nominal
sebelum operasi
Variabel
Dependen
dicapai pencatatan
status pasien
di rekam
medis
A. Hipotesis
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
satu waktu. Data dalam penelitian ini bersifat retrospektif, dengan melakukan
1. Populasi
2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data (rekam medis) pasien
bedah sesar yang mendapat obat antibiotik profilaksis di RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid.
2. Sampel
bila semua angota populasi yang memenuhi kriteria penelitian dengan criteria
a) Pasien yang menjalani bedah sesar di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi.
23
b) Pasien yang menjalani bedah sesar dan menerima antibiotic profilaksis.
c) Data rekam medic yang lengkap ( nomor rekam medik, LOS, umur, satatus
b) Pasien meninggal.
c) Pasien yang pulang dengan status PAPS (pulang atas permintaan sendiri) dan
pasien yang dipulangkan paksa oleh pihak RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid
Kota Bekasi.
3. Sampling
Pada penelitian ini yang dilakukan pengambilan sampel pasien Bedah
Sesar yang menggunakan obat antibiotik profilaksis yang di rawat di RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi pada tahun 2018 dengan teknik total
sampel.
C. Variable Penelitian
indikasi, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat cara pemberian dan tepat waktu
D. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
E. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada tahun 2018
24
F. Instrumen Penelitian
Pengambilan data rekam medik mencakup identitas pasien yang meliputi nama,
nomor rekam medik, usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, jenis indikasi dan jenis
antibiotik. Sedangkan data pasien yang lainnya meliputi ketepatan obat, ketepatan
pemberian.
1. Peneliti mengambil data dari rekam medis pasien. Data yang diambil meliputi
kondisi demografi pasien yang terdiri dari nama pasien, nomor rekam medis,
2. Obat antibiotik profilaksis yang digunakan (nama obat, interval dosis dan
lama pemberian).
3. Hasillabolatorium
ditentukan.
25
RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi Periode Januari hingga
Desember 2018.
8. Peneliti menerima surat balasan dari RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
H. Analisa Data
Analisa data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data
meliputi proses :
1. Editing
kesalahan lain.
2. Coding
atau“coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukan data (data
entry).
26
4. Pembersihan data (Cleaning)
27