Anda di halaman 1dari 22

BAB III

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

A. Pre –Lab
1. Apakah yang dimaksud dengan larutan penyangga?
Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mencegah perubahan pH. Jika kemudian
ditambahkan asam atau basa pH tidak akan banyak berubah (sangat kecil sekali apabila
terjadi perubahan pH). Larutan penyangga biasanya terdiri dari asam lemah dengan
garamnya dan basa lemah dengan garamnya (Cairns, 2008).

2. Jelaskan prinsip kerja larutan penyangga!


Prinsip kerja larutan penyangga menurut teori asam-basa Arrhenius terbatas hanya untuk
campuran asam lemah dengan garamnya atau basa lemah dengan garamnya. Sedangkan
prinsip kerja menurut Bronsted-Lowry lebih umum, selain asam lemah dengan garamnya,
juga garam dengan garam (Sunarya, 2007).

3. Sebutkan 3 jenis larutan penyangga!


a. Larutan penyangga (buffer) yang kapasitasnya 0.

b. Larutan penyangga (buffer) yang kapasitasnya tak hingga.

c. Larutan penyangga (buffer) yang kapasitasnya dibatasi sebanyak n (Tim Pengampu


Mata Kuliah Kimia Dasar, 2014).
B. Diagram Alir
1. Kalibrasi pH meter
Disiapkan pH meter dan larutan pH 7.00, pH 4,01 dan pH 9,21

Dihidupkan alat

Dibilas elektroda dengan aquades

Dikeringkan dengan tissue

Dicelupkan dalam larutan pH 7,00

Dipilih mode kalibrasi

Ditunggu selama 1-2 menit hingga pembacaan pH stabil

Diangat dan dibilas elektroda dengan aquades

Dikeringkan dengan tissue

Dilakukan hal yang sama untuk larutan pH 4,01 dan pH 9,21

HASIL
2. Pengujian Larutan Buffer
2.1 Pengujian Larutan Buffer NaCl 0,1 M

Disiapkan 70mL larutan NaCl 0,1M

Diukur pH nya

Diambil @20mL pada 3 gelas beaker

Beker 1 Beker 2 Beker 3

20mL larutan 20mL larutan 20mL larutan


NaCl 0,1M NaCl 0,1M NaCl 0,1 M

10mL larutan 10mL larutan 20mL larutan


HCl 0,01M NaOH aquades
0,01M

Dicampur Dicampur Dicampur

Diukur pHnya

HASIL
2.2 Pengujian Larutan Buffer CH₃COOH 0,1 M dan CH₃COONa 0,1 M
35mL CH₃COOH 0,1 M + 35mL CH₃COONa 0,1 M

Dicampur

70 mL larutan campuran

Diukur pHnya

Diambil @20mL pada 3 gelas beaker

Beker I Beker II Beker III

20 mL larutan 20 mL larutan 20 mL larutan


campuran campuran campuran

10mL larutan 10mL larutan 20mL larutan


HCl 0,01M NaOH 0,01M aquades

Dicampur Dicampur Dicampur

Diukur pHnya

HASIL
2.3 Pengujian Larutan Buffer NH₃ 0,1 M dan NH₄Cl 0,1 M

35mL NH₃ 0,1 M + 35mL NH₄Cl 0,1 M

Dicampur

75 mL larutan campuran

Diukur pHnya

Diambil @20mL pada 3 gelas beaker

Beker I Beker II Beker III

20 mL larutan 20 mL larutan 20 mL larutan


campuran campuran campuran

10mL larutan 10mL larutan 20mL larutan


HCl 0,01M NaOH 0,01M aquades

Dicampur Dicampur Dicampur

Diukur pHnya

HASIL
BAB 2
Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian dan Prinsip Larutan Buffer


Pengertian : Campuran substansi dalam larutan yang mampu mengikat baik ion
(H+) maupun ion hidroksil (OH-) dan mempunyai sifat resisten terhadap perubah pH ketika
ditambahkan zat asam atau alkalis (Fried dkk, 2005).
Prinsip dasar : Berdasarkan teori asam-basa Arrhenius terbatas hanya untuk
campuran asam lemah/basa lemah dan garamnya. Sedangkan menurut teori Bronsted-Lowry
lebih umum, selain asam lemah/basa lemah dan garamnya, tetapi juga garam dengan garam
(Sunarya, 2007).

2.2 Rumus Perhitungan pH buffer asam dan basa

 Rumus pH buffer asam :

𝑲𝒂 .𝒏𝒂
[H⁺] =
𝒏 .𝒏𝒈

Keterangan :

Ka : tetapan disosiasi asam


na : mol asam (mol)
n : jumlah kation asam
ng : mol garam (mol) (Kuchel dkk, 2006).

 Rumus pH buffer basa :

𝑲𝒃 .𝒏𝒃
[OH⁻] = 𝒏 .𝒏𝒈

Keterangan :

Kb : tetapan disosiasi basa


nb : mol basa (mol)
n : jumlah anion basa
ng : mol garam (mol) (Kuchel dkk, 2006).

2.3 Jenis buffer

a. Buffer Salmiak : Buffer salmiak adalah larutan buffer yang terbentuk dari basa
lemah dan asam kuat dan menghasilkan larutan buffer basa lemah dan garamnya.
Contoh :
HCl + NH₄OH NH₄Cl + H₂O
a.kuat b.lemah buffer yang bersifat basa + air (Sutresna, 2008).

b. Buffer Asetat : Buffer asetat adalah larutan buffer yang terbentuk dari asam
lemah dan basa kuat dan menghasilkan larutan buffer asam lemah dan garamnya.
Contoh :
CH₃COOH + NaOH CH₃COONa + H₂O
Asam lemah basa kuat buffer yang bersifat asam + air (Sutresna, 2008).

2.4 Tinjauan Bahan

 HCl : HCl termasuk dalam golongan asam kuat. Jenis asam ini juga
memiliki sifat berbahaya yaitu corrosive (korosif). HCl merupakan larutan elektrolit
kuat. Dalam percobaan larutan penyangga, HCl berfungsi sebagai asam kuat yang
akan direaksikan dengan basa lemah dan akan membentuk garam yang bersifat basa.
Bentuk HCl adalah larutan (aq) (Tjay, 2007).

 NaOH : NaOH termasuk dalam golongan basa kuat. Bersifat korosif pada
logam. NaOH merupakan larutan elektrolit kuat. Dalam percobaan larutan
penyangga, NaOH berfungsi sebagai basa kuat yang akan direaksikan dengan asam
lemah dan akan membentuk garam yang bersifat asam. Bentuk NaOH adalah padatan
(pada umumnya) (Parning, 2006).

 NaCl : NaCl merupakan garam yang dihasilkan dari reaksi asam kuat HCl
dengan basa kuat NaOH. NaCl berbentuk padatan. NaCl digunakan sebagai penyedap
rasa pada makanan (garam dapur) (Neal, 2006).

 CH₃COONa : CH₃COONa merupakan garam yang dihasilkan dari reaksi basa kuat
NaOH dan asam lemah CH₃COOH atau natrium bikarbonat dengan asam asetat.
Natrium asetat bisa digunakan untuk mempoduksi ester (Muchtaridi dkk, 2007).

 CH₃COOH : CH₃COOH termasuk dalam golongan asam lemah. Asam ini biasa
direaksikan dengan basa kuat NaOH atau garam Na(HCO₃) yang nantinya akan
menghasilkan garam CH₃COONa yang bersifat asam. Asam asetat berbentuk cairan
dan bersifat higroskopis (mudah menguap) (Sunarya, 2007).

 NH₃ : NH₃ atau NH₄OH termasuk dalam golongan basa lemah. Basa ini
biasa direaksikan dengan asam kuat yang kemudian akan menghasilkan garam
bersifat basa. NH₄OH biasanya direaksikan dengan HCl yang akan menghasilkan
garam NH₄Cl (Sunarya, 2007).
 NH₄Cl : NH₄Cl merupakan garam yang dihasilkan dari reaksi asam kuat HCl
dengan basa lemah NH₄OH atau NH₃. NH₄Cl bersifat basa. Garam ini biasanya
digunakan sebagai elektrolit pada baterai (Sutresna, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Cairns, Donald. 2008. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: EGC 2008

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep inti diterjemahkan dari General
Chemistry: The Essential Concepts. Jakarta: Erlangga 2005

Fried, George H dkk. 2005. Schaum’s Outlines of Theory and Problem of Biology. Jakarta:
Erlangga 2005

Kuchel, Philip dkk. 2006. Schaum’s Outlines of Biochemistry. Jakarta: Erlangga 2006

Muchtaridi dkk. 2007. Kimia 2. Jakarta: Yudhistira, 2007

Neal, Mike J. 2006. Medical Pharmacology at a Glance. Jakarta: Erlangga 2006

Sunarya, Yayan dkk. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung : Setia Purnama Inves
2007

Sutresna, Nana. 2008. Kimia. Jakarta: Grafindo Media Pratama 2008

Tjay, Hoan Tan dkk. 2007. Obat-obat Penting Kasiat, Penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya. Jakarta: Elek Media Camputindo, 2007
C. Hasil dan Pembahasan
1. Tulislah data hasil praktikum pada tabel berikut ini
Penambahan pH Akhir
pH Awal
Jenis Asam/Basa
No Larutan
Buffer pH Jml pH Lakmus
Lakmus Larutan
meter (mL) meter
HCl 0,01 M 10 2,49 Merah

NaCl NaOH Biru


1 Garam 7,29 Merah 10 10,71
0,1 M 0,01M
Aquades 20 8,13 Merah

HCl 0,01 M 10 3,64 Merah


CH3COOH
Buffer 0,1 M + NaOH Merah
2 4,00 Merah 10 4,3
Asetat CH3COONa 0,01M
0,01 M Aquades 20 4,02 Merah

HCl 0,01 M 10 10,62 Biru


NH3 0,1 M
Buffer NaOH Biru
3 + NH4Cl 11,41 Biru 10 11,38
Salmiak 0,01M
0,1 M
Aquades 20 11,00 Biru

2. Apakah yang terjadi saat larutan penyangga ditambahkan sedikit asam atau basa?
Jelaskan!
Larutan penyangga tersebut mempertahankan pHnya, karena sifat larutan pH sendiri
adalah cenderung mempertahankan pHnya apabila ditambahkan sedikit asam atau basa.

3. Jelaskan bagaimana cara kerja pengukuran pH menggunakan pH meter!


Yang pertama, dipastikan dulu semua kabel telah terpasang dengan baik. Lalu dicuci
elektroda dengan menggunakan aquades sampai bersih kemudian dilap menggunakan
tissue. Setelah itu, diletakkan gelas beaker yang telah berisi larutan yang akan diukur
pHnya. Dimasukkan elektroda ke dalam gelas beaker yang berisi larutan hingga ujung
elektroda mencapai tengah-tengah larutan. Selanjutnya, pencet tombol pH dan tunggu
hingga muncul tulisan “stabilized”. Dicatat angka pH yang telah muncul pada layar pH
pembaca.
4. Jelaskan bagaimana cara kerja pengukuran pH menggunakan kertas lakmus!

Dituangkan larutan yang akan diukur pHnya ke dalam gelas beaker. Kemudian,
dicelupkan kertas lakmus merah/biru untuk mengetes apakah larutan tersebut termasuk
asam atau basa. Apabila basa, lakmus merah akan berubah jadi biru tetapi apabila asam
maka lakmus tetap merah. Dan apabila asam, lakmus biru akan berubah jadi merah, tetapi
apabila basa maka lakmus tetap biru. Cara mencelupkan lakmus tidak boleh sampai
dimasukkan ke dalam larutan (tidak dipegang). Lakmus harus dipegang saat dicelupkan ke
dalam larutan.

5. Jelaskan salah satu contoh penggunaan larutan penyangga di ilmu pangan!


Menjaga pH makanan olahan dalam kaleng agar tidak mudah rusak /teroksidasi (asam benzoat
dengan natrium benzoat).

6. Sebanyak 50 mL larutan NH3 0,1 M (Kb = 10–5) dicampur dengan 100 mL larutan
NH4Cl 0,5 M. Hitunglah pH larutan tersebut!

mol NH₃ = 50 x 0,1 = 5 mmol


mol NH₄Cl = 100 x 0,5 = 50 mmol
Kb = 10⁻⁵
n = jumlah anion basa
𝐾𝑏 .𝑛𝑏
[OH⁻] =  Rumus larutan penyangga bersifat basa
𝑛 .𝑛𝑔
10−5 .5
[OH⁻] = = 10⁻⁶ M
1 .50

pOH = - log [OH⁻]


pOH = - log [10⁻⁶]
pOH = 6
pH = 14 – pOH
pH = 14 – 6
pH = 8
7. Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan 50 mL larutan
CH3COOH 0,1 M dengan 50 mL larutan NaCH3COO 0,1 M. (KaCH3COOH = 1,8 × 10–
5)

mol CH₃COOH = 50 x 0,1 = 5 mmol


mol CH₃COONa = 50 x 0,1 = 5mmol
Ka CH₃COOH = 1,8 x 10⁻⁵
n = jumlah kation asam

𝐾𝑎 .𝑛𝑎
[H⁺] =
𝑛 .𝑛𝑔

1,8 𝑥 10−5 . 5
[H⁺] = 1. 5

[H⁺] = 1,8 x 10⁻⁵ M


pH = - log [H⁺]
pH = - log [1,8 x 10⁻⁵]

Komponen Nilai

Pre-test
pH = 5 – log 1,8
Aktivitas
pH = 4,744
Hasil dan Pembahasan
ANALISA PROSEDUR
1. Kalibrasi pH meter

Dalam kalibrasi pH meter dipersiapkan alat dan bahan yang digunakan adalah pH meter,
larutan netral pH 7.00, larutan asam pH 4.21, dan larutan basa pH 9.20. Dicek kabel-kabel
yang menghubungkan stirer, elektroda dan pH pembaca. Mula-mula, dicuci elektroda pH
meter dengan aquades agar bersih dan akurat dalam mengukur pH. Setelah itu, dipencet
tombol “cal”, lalu pilih opsi pH karena kita akan mengukur pH suatu larutan. Setelah muncul
tulisan “use first buffer”, diletakkan larutan pH 7 lalu dimasukkan elektroda ke dalamnya.
Lalu pencet tombol pH, biarkan hingga muncul tulisan selanjutnya “use second buffer”.
Buffer kedua adalah larutan asam pH 4,21 selanjutnya larutan basa pH 9,20. Cara yang
dilakukan sama. Setelah elektroda digunakan, maka dicuci terlebih dahulu menggunakan
aquades lalu di lap menggunakan tissue. Fungsi kalibrasi pH meter agar pH meter tersebut
dikondisikan dalam keadaan nol sehingga bisa digunakan untuk mengukur pH larutan.

2. Pengujian larutan buffer NaCl 0,1 M

Dalam pengujian larutan buffer NaCl ini, mula-mula dituangkan NaCl ke dalam tempat
larutan yaitu gelas beaker. Setelah dituangkan ke dalam gelas beaker, dituangkan lagi ke
dalam gelas ukur sebanyak 70 mL. Gelas ukur ini berfungsi sebagai mengukur volume
larutan yang cukup besar yang akan digunakan dalam percobaan. Setelah dituangkan
sebanyak 70 mL, dituangkan lagi ke dalam gelas beaker yang lain untuk kemudian diukur pH
awal terlebih dahulu. Sebelum mengukur pH menggunakan pH meter, dicelupkan kertas
lakmus merah ke dalam NaCl. Dilihat perubahan warnanya, apakah tetap merah atau menjadi
biru. Ternyata setelah dicelup, kertas lakmus tetap berwarna merah. Hal ini menandakan
bahwa larutan NaCl bersifat asam/netral. Setelah dites menggunakan lakmus, dituangkan
NaCl masing-masing 20 mL ke dalam tiga gelas beaker. Ditambahkan larutan 10 mL HCl
0,01 M pada beaker pertama, 10 mL NaOH 0,01M pada beaker kedua, dan 20 mL aquades
pada beaker ketiga. Setelah masing-masing ditambahkan sedikit basa, asam dan aquades,
diaduk hingga larutan homogen agar memudahkan dalam pembacaan pH pada pH meter.
Pengukuran pH pertama dilakukan pada larutan NaCl + 10 mL HCl 0,01 M. HCl disini
digunakan sebagai reagen. Fungsinya untuk mengetahui apakah NaCl dapat mempertahankan
pHnya apabila ditambahkan sedikit asam kuat. Sebelum diukur menggunakan pH meter,
elektroda dicuci terlebih dahulu menggunakan aquades hingga bersih, kemudian dilap
menggunakan tissue. Setelah itu, larutan NaCl + 10 mL HCl 0,01 M yang telah diaduk
dengan pengaduk gelas di dalam gelas beaker, diletakkan diatas pH meter untu kemudian
diukur pHnya. Dimasukkan elektroda ke dalam larutan, lalu dipencet tombol pH. Ditunggu
hingga muncul tulisan “Stabilized”. Tulisan tersebut pertanda bahwa pH telah selesai diukur
dan muncul pada pH pembaca. Dicatat pH NaCl + 10 mL HCl 0,01 M. Percobaan ini
dilakukan pula pada larutan NaCl + 10 mL NaOH 0,01 M dan NaCl + 20 mL aquades. NaOH
disini berfungsi sebagai reagen agar dapat diketahui apakah NaCl dapat mempertahankan
pHnya apabila ditambahkan sedikit basa kuat. Begitu pula dengan aquades. Lalu, dicatat pH
akhirnya. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah larutan NaCl bisa
mempertahankan pH awal yang dimilikinya atau tidak.

3. Pengujian larutan buffer CH₃COOH 0,1 M dan CH₃COONa 0,1 M

Dalam pengujian larutan buffer CH₃COOH 0,1 M dan CH₃COONa 0,1 M, mula-mula
dituangkan 35 mL larutan CH₃COOH ke dalam gelas beaker, lalu dituangkan 35 mL
CH₃COONa ke dalam gelas beaker yang lain. Kemudian, dicampur kedua larutan tersebut ke
dalam gelas beaker yang lain. Diaduk menggunakan pengaduk gelas hingga larutan tersebut
homogen. Setelah itu, dicelupkan kertas lakmus untuk mengetahui sifat larutan buffer
tersebut. Kertas lakmus yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah kertas lakmus
merah, karena sifat buffer tersebut adalah buffer asam. Didapatkan kertas lakmus tetap
merah, hal ini menandakan bahwa larutan buffer ini bersifat asam.

Setelah diuji menggunakan kertas lakmus, dituangkan larutan buffer CH₃COOH 0,1 M
dan CH₃COONa 0,1 M yang telah dihomogenkan tadi ke dalam 3 gelas beaker masing-
masing 20 mL. Selanjutnya, ditambahkan 10 mL HCl 0,01 M pada gelas beaker pertama. HCl
disini digunakan sebagai reagen. Fungsinya untuk mengetahui apakah NaCl dapat
mempertahankan pHnya apabila ditambahkan sedikit asam kuat. Setelah ditambahkan HCl
pada beaker pertama, selanjutnya juga ditambahkan 10 mL NaOH 0,01M pada gelas beaker
kedua dan 20 mL aquades pada gelas beaker ketiga. Pada percobaan pertama, buffer
CH₃COOH 0,1 M dan CH₃COONa 0,1 M + 10 mL HCl 0,01 M diaduk menggunakan
pengaduk gelas hingga homogen. Sebelum diukur pHnya, diuji terlebih dahulu menggunakan
kertas lakmus merah. Dicelupkan lakmus merah ke dalam larutan. Dilihat apakah lakmus
tersebut tetap merah atau menjadi biru. Didapatkan lakmus tetap berwarna merah. Ini
menandakan bahwa larutan tersbut bersifat asam.
Setelah diuji menggunakan lakmus, diukur pH menggunakan pH meter. Tapi sebelum itu,
dicuci terlebih dahulu elektroda dengan menggunakan aquades hingga bersih lalu dilap
dengan tissue. Selanjutnya, diletakkan gelas beaker berisi larutan buffer CH₃COOH 0,1 M
dan CH₃COONa 0,1 M + 10 mL HCl 0,01 M yang sudah homogen diatas pH meter.
Dimasukkan elektroda ke dalam larutan, lalu dipencet tombol pH. Ditunggu hingga muncul
tulisan “Stabilized”, tulisan ini menandakan bahwa pH sudah selesai diukur. Setelah muncul
tulisan tersebut, dicatat pH akhirnya. Percobaan ini juga berlaku untuk larutan buffer
CH₃COOH 0,1 M dan CH₃COONa 0,1 M + 10 mL NaOH 0,01 M dan larutan buffer
CH₃COOH 0,1 M dan CH₃COONa 0,1 M + 20 mL aquades. NaOH disini berfungsi sebagai
reagen agar dapat diketahui apakah NaCl dapat mempertahankan pHnya apabila ditambahkan
sedikit basa kuat. Begitu pula dengan aquades.

4. Pengujian larutan buffer NH₃ 0,1 M dan NH₄Cl 0,1 M

Dalam pengujian larutan buffer NH₃ 0,1 M dan NH₄Cl 0,1 M, mula-mula dituangkan 35
mL larutan NH₃ ke dalam gelas beaker, lalu dituangkan 35 mL NH₄Cl ke dalam gelas beaker
yang lain. Kemudian, dicampur kedua larutan tersebut ke dalam gelas beaker yang lain.
Diaduk menggunakan pengaduk gelas hingga larutan tersebut homogen. Setelah itu,
dicelupkan kertas lakmus untuk mengetahui sifat larutan buffer tersebut. Kertas lakmus yang
digunakan dalam percobaan kali ini adalah kertas lakmus biru, karena sifat buffer tersebut
adalah buffer basa. Didapatkan kertas lakmus tetap biru, hal ini menandakan bahwa larutan
buffer ini bersifat basa.

Setelah diuji menggunakan kertas lakmus, dituangkan larutan buffer buffer NH₃ 0,1 M
dan NH₄Cl 0,1 M yang telah dihomogenkan tadi ke dalam 3 gelas beaker masing-masing 20
mL. Selanjutnya, ditambahkan 10 mL HCl 0,01 M pada gelas beaker pertama, 10 mL NaOH
0,01M pada gelas beaker kedua dan 20 mL aquades pada gelas beaker ketiga. Pada percobaan
pertama, buffer NH₃ 0,1 M dan NH₄Cl 0,1 M + 10 mL HCl 0,01 M diaduk menggunakan
pengaduk gelas hingga homogen. Sebelum diukur pHnya, Sebelum diukur pHnya, diuji
terlebih dahulu menggunakan kertas lakmus merah. Dicelupkan lakmus biru ke dalam
larutan. Dilihat apakah lakmus tersebut tetap biru atau menjadi merag. Didapatkan lakmus
tetap berwarna biru. Ini menandakan bahwa larutan tersebut bersifat basa.
Setelah diuji menggunakan lakmus, diukur pH menggunakan pH meter. Tapi sebelum itu,
dicuci terlebih dahulu elektroda dengan menggunakan aquades hingga bersih lalu dilap
dengan tissue. Selanjutnya, diletakkan gelas beaker berisi larutan buffer NH₃ 0,1 M dan
NH₄Cl 0,1 M + 10 mL HCl 0,01 M yang sudah homogen diatas pH meter. Dimasukkan
elektroda ke dalam larutan, lalu dipencet tombol pH. Ditunggu hingga muncul tulisan
“Stabilized”, tulisan ini menandakan bahwa pH sudah selesai diukur. Setelah muncul tulisan
tersebut, dicatat pH akhirnya. Percobaan ini juga berlaku untuk larutan buffer NH₃ 0,1 M dan
NH₄Cl 0,1 M + 10 mL NaOH 0,01 M dan larutan buffer NH₃ 0,1 M dan NH₄Cl 0,1 M M + 20
mL aquades.
ANALISA HASIL

1. Kalibrasi pH meter,
Dalam kalibrasi pH meter, dihasilkan pH yang sudah sesuai dengan pH larutan-
larutan yang digunakan untuk kalibrasi (larutan netral pH 7, asam pH 4 dan basa pH
9). Hasil kalibrasi menunjukkan pH yang sesuai dengan label pH yang tertera pada
botol masing-masing larutan. Maka disimpulkan bahwa kalibrasi pH meter yang telah
dilakukan berhasil dan menunjukkan pH yang sesuai dengan aslinya. Kalibrasi sendiri
bertujuan untuk mengkondisikan suatu pH meter agar bisa digunakan untuk mengukur
pH suatu larutan (Hadi, 2005).

2. Pengujian larutan buffer NaCl 0,1 M


Dalam pengujian larutan buffer NaCl 0,1 M diketahui bahwa NaCl tidak dapat
mempertahankan pH awal yang dimilikinya. Hal ini terbukti dengan tes menggunakan
kertas lakmus. Lakmus yang digunakan kali ini berwarna merah. Saat dicelupkan ke
dalam larutan NaCl, lakmus tetap berwarna merah. Hal ini menandakan bahwa NaCl
bersifat netral. Selain itu, terdapat bukti lain saat penambahan sedikit asam atau
sedikit basa. Pada saat ditambahkan sedikit asam (dalam percobaan ini HCl 0,01 M),
pH NaCl turun cukup besar dari awalnya 7,29 menjadi 2,49. Sementara saat
ditambahkan sedikit basa, pH NaCl naik dari awalnya 7,29 menjadi 10, 71.

Dalam praktikum kali ini, larutan NaCl ditambahkan pula dengan aquades 20 mL.
Hasil dari praktikum, pH awal NaCl 7,29 setelah ditambahkan aquades menjadi 8,31.
Hal ini kurang valid, karena seharusnya penambahan aquades tidak terlalu
berpengaruh terhadap perubahan pH (Bangun dkk, 2013). Jadi dapat disimpulkan
bahwa NaCl bukan merupakan larutan penyangga, karena sifat larutan penyangga
adalah cenderung mempertahankan pHnya apabila ditambahkan sedikit asam atau
basa.

3. Pengujian larutan buffer CH₃COOH 0,1 M dan CH₃COONa 0,1 M


Dalam pengujian larutan buffer CH₃COOH 0,1 M dan CH₃COONa 0,1 M, diketahui
bahwa buffer ini bisa mempertahankan pHnya. Hal ini terbukti melalui percobaan saat
penambahan sedikit asam atau basa. Pada saat penambahan 10 mL HCl 0,01 M pada
larutan buffer pada gelas pertama, lalu diaduk dan diukur pHnya menggunakan pH
meter, pH tidak banyak berubah. pH awal yang dimiliki oleh buffer CH₃COOH 0,1 M
dan CH₃COONa 0,1 M adalah 4.00, setelah ditambahkan HCl menjadi 3.64. Begitu
pula saat ditambahkan NaOH 10 mL 0,01 M, pH awal 4 menjadi 4,3. Saat
ditambahkan aquades juga hanya mengalami sedikit kenaikan pH, yakni dari 4 ke
4,02. Selain itu, saat dicelupkan kertas lakmus merah pada ketiga larutan tersebut
(buffer + HCl, buffer + NaOH dan buffer + aquades) kertas lakmus tetap berwarna
merah. Hal ini menandakan bahwa larutan-larutan tersebut tetap bersifat asam.

Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa buffer CH₃COOH 0,1 M dan


CH₃COONa 0,1 M berhasil mempertahankan pHnya apabila ditambahkan sedikit
asam atau basa. Hal ini sesuai dengan sifat larutan penyangga yang cenderung
mempertahankan pH apabila ditambahkan sedikit asam atau basa. pH cenderung
stabil, apabila ada kenaikan atau penurunan terjadi sangat kecil sekali. Biasanya
berkisar nol koma hingga dua (Sunarya, 2007).

4. Pengujian larutan buffer NH₃ 0,1 M dan NH₄Cl 0,1 M


Dalam pengujian larutan buffer NH₃ 0,1 M dan NH₄Cl 0,1 M diketahui bahwa buffer
ini bisa mempertahankan pHnya. Hal ini terbukti dari percobaan saat penambahan
sedikit asam atau basa. Pada saat penambahan 10 mL HCl 0,01 M pada larutan buffer
pada gelas beaker pertama, lalu diaduk dan diukur pH nya menggunakan pH meter,
pHnya tidak banyak berubah. pH awal yang dimiliki buffer NH₃ 0,1 M dan NH₄Cl 0,1
M 11,41, setelah ditambahkan 10 mL HCl 0,01 M menjadi 10,62. Begitu pula saat
ditambahkan 10 mL NaOH 0,01 M, pH menjadi 11,38. Saat ditambahkan 20 mL
aquades pH menjadi 11. Selain itu, saat dicelupkan kertas lakmus biru pada ketiga
larutan tersebut (buffer + HCl, buffer + NaOH dan buffer + aquades) kertas lakmus
tetap berwarna biru. Hal ini menandakan bahwa larutan-larutan tersebut tetap bersifat
basa.

Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa buffer NH₃ 0,1 M dan NH₄Cl 0,1 M
berhasil mempertahankan pHnya apabila ditambahkan sedikit asam atau basa. Hal ini
sesuai dengan sifat larutan penyangga yang cenderung mempertahankan pH apabila
ditambahkan sedikit asam atau basa. pH cenderung stabil, apabila ada kenaikan atau
penurunan terjadi sangat kecil sekali. Biasanya berkisar nol koma hingga dua
(Sunarya, 2007).
KESIMPULAN

Prinsip dasar larutan penyangga (buffer) adalah Larutan penyangga atau larutan buffer
merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang
paling menonjol dari buffer ini adalahpH buffer hanya berubah sedikit pada penambahan
asam atau basa.
Tujuan praktikum larutan penyangga (buffer) adalah untuk mengetahui sifat larutan
penyangga, membuktikan apakah larutan tersebut termasuk larutan penyangga atau bukan,
mengetahui cara penggunaan pH meter, mengetahui cara kalibrasi pH meter dan mengetahui
cara menguji pH dengan menggunakan kertas lakmus.
Dalam praktikum larutan penyangga, penggunaan indikator kertas lakmus merah atau
biru bertujuan untuk mengetahui apakah larutan tersebut bersifat asam dan basa. Cara
mengetahuinya melalui perubahan warna yang ditunjukkan kertas lakmus sesaat setelah
dicelupkan ke dalam larutan asam/basa. Selain itu, penggunaan pH meter sangat berguna
karena tingkat keakuratan dalam pengukuran pH tinggi.
Dalam praktikum juga bisa diketahui mana larutan yang bersifat penyangga dan mana
yang tidak. Larutan yang bisa mempertahankan pHnya sesuai dengan teori sifat penyangga
dapat disebut larutan penyangga (buffer) seperti CH₃COOH dan CH₃COONa juga NH₃ dan
NH₄Cl. Adapun larutan/garam yang memiliki sifat netral dan tidak dapat mempertahankan
pHnya bukan termasuk larutan penyangga (buffer). Contohnya NaCl.
SARAN
Penggunaan kertas lakmus merah/biru haruslah benar. Kertas lakmus harus dicelupkan ke
dalam larutan yang ingin diuji. Kertas tersebut tidak boleh dimasukkan seluruhnya tanpa
dipegang karena akan mempengaruhi perubahan warna, perubahan bisa tidak akurat karena
terlalu lama dicelupkan.
Penggunaan bulb juga harus hati-hati, karena apabila bulb kemasukan air bisa langsung rusak
dan tidak dapat digunakan.
Perlengkapan keselamatan harus digunakan saat praktikum untuk menghindari kecelakaan
saat praktikum berlangsung.
Penggunaan pH meter harus benar. Apabila saat mengukur pH, praktikan salah memencet
tombol cal, maka pH meter harus dikalibrasi ulang.

Anda mungkin juga menyukai