PERUSAHAAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Investasi
Disusun Oleh
ADELINA NOOR ISHAR (165030200111024)
RICE LOLA LOLO MAGDALENA (165030200111117)
HAFIZH AZHARY (165030201111020)
AZMI MUAFA ZAKIA (165030207111022)
ERMI SHOLIKHAH (165030207111096)
Manjemen Investasi Kelas C
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
I. ANALISIS INDUSTRI
A. Pengertian Analisis Industry
Analisis industry merupakan salah satu bagian dalam analisis fundamental dimana
dilakukan setelah melakukan analisis ekonomi. Investor membandingkan kinerja dari berbagai
industry untuk melihat jenis industry apa saja yang bisa memberikan prospek yang paling
menjanjikan ataupun perusahaan yang memberikan resiko paling tinggi. Menurut Undang –
Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri.
Pengelompokkan industry tidaklah mudah terlebih lagi jika berhadapan dengan banyak
perushaan yang memiliki banyak lini bisnis. Berkenaan dengan masala tersebut, analis dan
investor memerlukan metode yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan industry degan
tepat. Salah satu sistem klasifikasi industry yang telah dikenal dan digunakan secara luas adalah
sistem Standard Industrial Classification (SIC) yang didasarkan pada data sensus dan
pemgklasifikasian perusahaan berdasarkan produk dasar yang dihasilkan. SIC memiliki 11
divisi dimana ditandai dari A sampai K. kelompok industry utama pada masing masing bagian
dalam SIC dibagi lagi menjadi 3 hingga 5 digit kode SIC dimana semaki banyak kode digit
maka semakin spesifik pengelompokan industry tersebut.
Analisis industi sangat penting dilakukan baik untuk mengetahui industry mana saja
yang memiliki prospek menguntungkan ataupun untuk meminimalkan resiko selain itu dalam
melakukan analisis industry investor dapat menentukan saham saham perusahaan mana saja
yang memiliki kombinasi return-resiko yang terbaik. Berikut adalah hasil penelitian mengenai
hasil industri menurut Reilly dan Brown (1997):
1. Industry yang berbeda memiliki tingkat return yang berbeda. Dengan analysis industri
kita dapat mengetahui bagaimana kinerja antar industry yang dapat membantu investor
untuk mengidentifikasi peluang yang ada
2. Tingkat return masing masing industry berbeda setiap tahunnya. Analisis dan investor
disamping menggunakan data return masa lalu juga perlu menambahkan data dari hasil
analisis industry untuk memperkirakan bagaimana return industry tersebut dimasa
depan
3. Tingkat return perusahaan perusahaan disuatu industry yang sama, terlihat cukup
beragam.
4. Tingkat resiko berbagai industry juga beragam. Sama halnya dengan estimasi return
investor perlu mempelajari factor factor yang mempengaruhi resiko yang dihadapi
suatu perusahaan.
5. Tingkat resiko suatu industry relative stabil sepanjang waktu sehingga dapat
mengestimasi resiko industry di masa depan.
Untuk menilai suatu industry terdapat 2 hal yang harus dilakukan yaitu dengan
menestimasi EPS dan mengestimasi P/E. Dengan mengestimasi EPS atau Earning Per share
dan mengestimasi P/E atau price earning ratio maka hasil kali kedua estimasi tersebut akan
memperoleh nilai akhir yang diharapkan suatu industry ( expected ending value of industry)
sehingga dapat menentukan tingkat return harapan industry itu juga. Dengan cara nilai akhir
yang diharapkan yang ditambahkan dengan deviden yang diharapkan lalu dibagi dengan nilai
awal industry tersebut pada periode sebelumnya maka industry bisa menentukan tingkat return
harapan suatu industry tersebut. Dalam memutuskan investasi industry, investor sebaiknya
memilih industry yang dapat memberikan return lebih besar dibandingkan return yang
disyaratkan investor tersebut.
Untuk mengestimasi EPS kita perlu mengestimasi penjualan perlembar saham dari
suatu industri terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasi
tingkat pernjualan suatau industry, yaitu dengan daur hidup industry (industry life cycle),
analisis input-output, serta hubungan antara industry dengan ekonomi secara keseluruhan
Pada umumnya analisis input-output adalah suatu cara alternatif untuk mengetahui
gambaran prospek penjualan suatu industru dimasa yang akan dating, dengan cara
mengidentifikasi pemasok (supplier) dan konsumen dari suatu industry. Dengan melakukan
analisi input-output, kita dapat mengestimasi permintaan konsumen dimasa dating, serrta
kemampuan pemasok untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan dalam suatu
industry.
Prakiraan penjualan dan hubungan industri dan ekonomi.Teknik yang ketiga ini
dilakukan dengan cara membandingkan tingkat penjualan industri dengan kondisi
perekonomian secara kesluruhan yang berhubungandengan barang dan jasa yang diproduksi
oleh industri tersebut.
1. Persaingan antara perusahaan yang ada dalam indsutri. Persaingan dalam suatu
industri akan semakin meningkat jika terdapat banyak perusahaan yang ukurannya
relative sama bersaing dalam industri tersebut. Di samping itu, persaingan juga akan
dipengaruhi oleh pertumbuhan industri dan biaya tetap, serta dahmabtan untuk keluar
dari industri tersebut.
2. Ancaman pemain baru. Besarnya ancaman pemain baru ini akan dipengaruhi oleh
adanya hambatan masuk (barrier to entry) dalam suatu industri, seperti tingginya biaya
investasi, perarturan pemerintah, dan harga barang yang relatif kecil dengan biaya
produksi.
3. Ancaman adanya produk baru subtitusi. Produk subsitusi akan membatasi profit
potential suatu industri karena barang subsitusi akan memunculkan alternatif bagi
produk perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk menentukan harga produk akan
semakin berkurang, karna dibatasi produk subtitusi.
4. Bargaining power pembeli. Daya tawar pembeli dipasar yang kuat bias mempengaruhi
profitabilitas industri. Hal ini terjadi jika konsumen dapat menawar harga atau meminta
kualitas yang lebih tinggi kemungkinan pilihan dari produkyang diberikan pesaing lain.
5. Bargaining power pemasok. Pemasok dapat mempengaruhi return industri dimasa
datang karena mereka mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dan kualitas
produknya. Jika jumlah pemasok lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
industrinya, maka pemasok memiliki bargaining power yang besar, begitu juga
sebaliknya.
F. Estimasi Earning Multiplier Industri
Teknik untuk melakukan estimasi earning multipier industri ada dua, analisis mikro dan
makro. Investor mempelajari hubungan antara earning multiplier industri dengan earning
multiplier pasar. Sedangkan dengan analisis mikro, estimasi earning multiplier industri
dilakukan dengan cara mengamati variable-variabel yang mempengaruhi earning multiplier
industri, seperti devident-payout ratio, timgak return yang disyaratkandalam industri, dan
tingkat pertumbuhan earning dan deviden industri yang diharapkan.
I. ANALISIS PERUSAHAAN
A. EPS dan Informasi Laporan Keuangan
EPS (Earning Per Share) adalah laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang
saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan. Laporan Keuangan ini merupaka
informasi akuntansi yang menggambarkan seberapa besar kekayaan perusahaan, seberapa
besar penghasilan perusahaan serta transaksi-transaksi ekonomi apa saja yang telah
dilakukan perusahaan yang bisa mempengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan.
Informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis
informasi yang paling mudah dan yang paling murah didapatkan dibandingkan alternatif
informasi lainnya dan juga sudah cukup menggambarkan kepada kita sejauh mana
perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa saja yang telah dicapainya. Dengan
menggunakan laporan keuangan, investor juga akan bisa menghitung berapa besarnya
pertumbuhan earning yang telah dicapai perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan.
PER = D1/E1
k–g
Komponen kedua dari persamaan PER adalah tingkat return yang diisyaratkan
(k), yang menunjukkan tingkat return yang diisyaratkan investor atau suatu saham
sebagai kompensasi atas risiko yang harus ditanggung investor. Untuk menentukan
besarnya k suatu saham, kita bisa menghitung dengan menjumlahkan tingkat return
bebas risiko (risk-free rate) dan premi risiko yang disyaratkan investor. Secara
matematis, rumus untuk menentukan tingkat bunga yang disyaratkan adalah sebagai
berikut:
K =Rf + RP
= tingkat return bebas risiko + premi risiko
Estimasi nilai intrinsik saham dalam analisis perusahaan bisa dilakukan dengan
memanfaatkan dua komponen informasi penting dalam analisis perusahaan, yang telah
dibahas, yaitu EPS dan PER. Dengan kata lain, nilai intrinsik suatu saham merupakan
fungsi dari EPS yang diharapkan dan besarnya PER saham bersangkutan. Secara
sistematis, kita bisa mengestimasi nilai intrinsik saham perusahaan dengan
mengunakan rumus berikut ini:
Jika nilai intrinsik saham sudah berhasil diestimasi, langkah selanjutnya adalah
membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasarnya. Jika nilai intrinsik suatu
saham lebih tinggi dibandingkan harga pasarnya, maka saham tersebut tergolong sebgai
saham undervalued, dan sebaiknya dibeli. Sebaliknya, jika nilai intrinsik suatu saham
lebih rendah dibandingkan harga pasarnya, maka saham tersebut tergolong sebagai
saham overvalued, dan sebaiknya tidak dibeli, atau sebaiknya dijual jika sudah dimilki.
Data untuk EPS, BVPS, DPS dan harga saham kedua perusahaan memperlihatkan
nilai yang lebih besar pada PT Bank Central Asia Tbk dibandingkan PT. Indofood
Sukses Makmur Tbk. Untuk PT Indofood Sukses Makmur Tbk, keempat data per
lembar saham tersebut memperlihatkan pergerkan yang relative stabil. Dividen
pertahun terlihat stabil, yaitu Rp 28 per lembar untuk dua tahun terakhir. Sedangkan
untuk PT bank Central Asia Tbk, keempat data per lembar tersebut memperlihatkan
pola yang lebih fluktuatif. Tambahan, PT Bank Central Asia Tbk, tidak membagikan
dividen pada tahun 2002.
DAFTAR PUSTAKA
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Kanisius.
Yogyakarta.
Syamsuddin, Drs. Lukman. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT Rajagrafindo
Persada. Jakarta.