PENDAHULUAN
1
1.3 Manfaat Kerja Praktik
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Adapun manfaat Kerja Praktik bagi mahasiswa, yaitu:
1. Sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja setelah lulus.
2. Dapat menerapkan maupun membandingkan teori-teori yang didapat dari
bangku perkuliahan dengan ilmu yang didapat di lapangan.
3. Dapat mengetahui prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan dalam bekerja.
2
BAB II
PT. INTI INDORAYON UTAMA, Tbk. Yang saat ini telah berganti nama
menjadi PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk adalah sebuah industri yang bergerak
sebagai penghasil bubur kertas berbentuk kraff pulp. Kebutuhan akan kertas dan
sandang inilah yang mendorong Grup Raja Garuda Emas (RGM Group) untuk
mendirikan pabrik pulp dan rayon. Selain pulp dapat diolah menjadi kertas, pulp
juga dapat diolah menjadi rayon sebagai pengganti bahan baku kapas. Kebutuhan
akan pulp dalam negeri sekitar 8.5 juta ton per tahun dan kebutuhan akan rayon
sekitar 233.000 ton per tahun. Oleh karena industripulp dan rayon sedikit di
Indonesia, maka kebutuhan dalam negeri harus diipor dari berbagai negara.
Pada tahun 1980-an, konsep pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI)
di luar Jawa sudah menjadi isu nasional, dimana para pakar kehutanan
melihatadanya jutaan hektar tanah kosong dan hutan non produktif di Sumatera
Utara, khususnya di sekitar Danau Toba. Para pakar mengevaluasi keberadaan
pohon pinus dan kawasan hutan di sekitar Danau Toba dan melahirkan pikiran
antara lain:
1. Di Provinsi Sumatera Utara, walaupun kegiatan reboisasi dengan tanaman
pinus telah lama dilaksanakan di daerah Kabupaten Tapanuli Utara (sekarang
Kabupaten Tobasa), masih ditemukan ratusan ribu hektar kawasan hutan yang
non-produktif, sehingga diperlukan penangan yang intensif guna
meningkatkan fungsi dan nilai hutan tersebut.
2. Hutan pinus merkusi di Sumatera Utara perlu ditingkatkan fungsi
perlindungannya terhadap konservasi tanah dan air, yaitu dengan
menggantinya dengan jenis daun yang lebar.
3. Keadaan hutan tanaman pinus merkusi di Sumatera Utara relatif kurang
menguntungkan karena tersebar dalam kelompok luas yang kecil-kecil
dengan potensi tidak merata.
3
4. Dari pengalaman menunjukkan bahwa tanaman pinus sangat mudah dan
sering terbakar, sehingga banyak hasil reboisasi yang gagal.
5. Pinus hail reboisasi terdahulu sebagian besar telah mencapai daur klimaks
(masak tebang), sehingga perlu pemanfaatan agar efisien.
Berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi dari FAO padabulan Juli tahun
1954, ditemukan beberapa lokasi strategis dan layak untuk tempat pendirian
pabrik pulp di Indonesia, salah satunya berada di Desa Sosor Ladang, Kec.
Parmaksian, Kab. Tobasa. Serta keinginan pemerintah untuk meningkatkan HTI
dan pengefektifan hasil reboisasi di luar Pulau Jawa. Sebelum pabrik didirikan,
terlebih dahulu diadakan studi kelayakan pulp dan rayon yang dilakukan oleh Sanf
Well (Kanada) dan Joko Potry (Finlandia) dan setelah melakukan reboisasi selama
tiga bulan, maka pada Bulan Februari tahun 1986, dilakukan peletakan batu
pertama oleh Sudomo selaku Menteri Tenaga Kerja, Ir. Hartanto selaku Menteri
Perindustrian, Emil Salim selaku Menteri Lingkungan Hidp, Hasrul Harahap
selaku Menteri Kehutanan, dan B.J. Habibie selaku Menteri Riset dan Teknologi.
Pada Bulan November tahun 1995, PT. INTI INDORAYON UTAMA, Tbk.
Berhasil memperoleh sertifikat ISO 9002 dari SGS Yarsley International
Certification yang diserahkan pada Bulan Februari tahun 1996 di Medan. Atas
dasar keputusan pemerintah pada tahun 2002, PT. INTI INDORAYON UTAMA,
Tbk. Berubah nama menjadi PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. Untuk beroperasi
4
kembali setelah berhenti beroperasi pada tahun 1998, dan sejak Bulan Februari
tahun 2003, PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. Hanya memproduksi pulp saja,
dan pada saat itu, jumlah produksinya mencapai 700 ton per hari.
5
2.3 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. Adalah berbentuk
garis dan staf, kekuasaan dan wewenang tertinggi pada Dewan Komisaris. Dewan
Komisaris mempunyai wewenang untuk mengawasi kepemimpinan dalam
menjalankan tugas sehari-hari, direksi yang terdiri atas presiden direktur dan
dibantu oleh tiga direktur. PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. Ini terdiri atas 8
departemen yang dipimpin oleh seorang manager dan dipimpin oleh general
manager. Kedelapan manager tersebut adalah sebagai berikut:
1. Departemen Material (Material Department)
Departemen ini bertanggung jawab atas logistik dan transportasi
2. Departemen Pemasaran (Marketing Department)
Departemen ini terdiri atas divisi lokal, ekspor, dan administrasi.
Departemen ini bertanggung jawab terhadap pemasaran pulp, baik untuk
penjualan dalam negeri maupun luar negeri. Departemen ini berkedudukan
di Medan dan Jakarta.
3. Departemen Produksi (Production Department)
Departemen ini terdiri atas beberapa divisi departemen produksi.
Departemen ini bertanggung jawab terhadap kelancaran produksi, sejak
dari persiapan kayu sampai menjadi bubur kertas (pulp) yang sudah siap
untuk dipasarkan.
4. Departemen Pemeliharaan (Maintanance Department)
Departemen ini terdiri atas Preventive Maintanance, Workshop, Procces
Automatic System Engineering, dan departemen ini bertanggung jawab
terhadap pemeliharaan dan perawatan peralatan.
5. Departemen Teknik (Engineering Department)
Departemen ini terdiri atas riset, pengembangan, dan quality control.
6. Departemen administrasi dan Personalia (Administration and
Personalization Department)
Departemen ini bertanggung jawab terhadap administrasi karyawan dan
penyediaan saran, serta fasilitas bagi kesejahteraan karyawan. Departemen
ini terdiri atas recruitment, training, general affairs, and public relation.
6
7. Departemen Akutansi/ Keuangan
Departemen ini bertanggung jawab untuk pengaturan, penentuan biaya,
dan penaksiran rasio keuntungan yang akan diperoleh dengan pengeluaran
investasi perusaan untuk dilaporkan kepada presiden direktur dan pihak-
pihak yang memberikan pinjaman modal.
8. Departemen Kehutanan
Departemen ini betanggung jawab terhadap kebutuhan bahan baku, bahan
pembantu, dan alat untuk produksi.
1. Dewan Komisaris
Merupakan sekelompok pemimpin perusahaan di setiap kegiatan atau
peremuan yang diadakan di perusahaan.
2. Direktur Utama
Merupakan pemimpin tertinggi di dalam perusahaan yang bertanggung
jawa atas perusahaan yang dipimpinnya.
3. Coorporate Secretary
Pengurus yang diberikan tugas dan wewenang untuk menangani bagian
tlis menulis dan surat menyurat dan dokumen-dokumen di dalam
perusahaan.
4. Direktur Eksekutif
Pemimpin yang bertugas untuk menjalankan perusahaan.
5. Internal Audit
Badan yang bertugas untuk memeriksa pembukuan keuangan dan
perusahaan.
7
6. Departemen Pemasaran
Bagian yang bertugas untuk menangani masalah pemasaran barang yang
diproduksi oleh perusahaan dan dipimpin oleh seorang kepala bagian.
Departemen ini membawahi:
a. Local
Kegiatan pemasaran dalam suatu daerah atau negara oleh suatu
perusahaan yang dipimpin oleh seorang kepala bagian.
b. Ekspor
Kegiatan pengiriman ke luar negeri sesuai dengan permintaan, yang
dipimpin oleh seorang kepala bagian.
c. Administrasi
Bagian dari perusahaan yang menangani masalah tulis-menulis di
perusahaan.
7. Departemen Material
Bagian yang menangani investasi dan penyediaan bahan baku untuk proses
pembuatan pulp, yang ditangani oleh seorang manager. Departemen ini
membawahi:
a. Logistik
Bagian yang menangani masalah harta milik perusahaan.
b. Transportasi
Bagian yang menangani masalah pengangkutan untuk kelancaran
perusahaan dari mulai perusahaan dari mulai bagian pengangkutan
karyawan sampai pengangkutan pengiriman barang.
8. Departemen Produksi
Bagian yang menangani masalah pembuatan produk yang dihasilkan
perusahaan. Departemen ini membawahi:
a. Woodyard
Bagian yang mengontrol dan mengawasi sarana penyediaan kayu dan
penggunaan kayu sampai kayu menjadi chip yang digunakan sebagai
bahan baku pulp.
8
b. Pulp Line
Bagian yang menangani proses pembuatan pulp dan mengawasi proses
pendukung yang dibutuhkan dalam pembuatan pulp.
c. Chemical Plant
Bagian yang menangani pengolahan bahan kimia yang dibutuhkan di
dalam tiap prosesyang berlangsung di perusahaan.
d. Power Island
Departemen ini mengawasi dan menjalankan proses pembangkit energi
yang dibutuhkan perusahaan.
9. Departemen Pemeliharaan
Bagian yang mengawasi dan memperbaiki peralatan yang kurang
optimalatan ataupun peralatan yang tidak layak untuk dipakai lagi.
Departemen ini membawahi:
a. Preventive Maintanance
Departemen yang mengawasi dan mengontrol peralatan yang
digunakan di perusahaan demi kelancaan produksi.
b. Workshop
Bagian yang menangani peralatan yang rusak dan sebagai tempat
untuk memperbaiki peralatan tersebut.
c. Proses Otomatisasi
Bagian yang menangani pengaturan dalam pengunaan mesin-mesin
pabrik.
d. Sistem Engineering
Departemen yang menangani atau mengawasi kegiatan karyawan yang
melaksanakan tugas masing-masing di bagian power island.
10. Departemen Teknik
Bagian ang mengawasi dan membuat produk yang terbaik di dalam
perusahaan. Departemen ini membawahi:
a. Kendali Mutu
Bagian yang menangani mutu produk
b. Rand D. Produksi
Bagian yang menangani penggudangan produk yang dihasilkan.
9
11. Departemen Administrasi dan Personalia
Bagian yang menangani tentang tata usaha dan masalah kepegawaian
dalam perusahaan yang dipimpin oleh seorang manager. Departemen ini
membawahi:
a. Recruitment
Bidang yang mengatur jumlah karyawan di dalam tiap seksi.
b. Training
Bagian yang mengatur masa percobaan pada setiap pegawai baru dan
juga menangani tentang riset, KP, magang yang ada di dala
perusahaan.
c. Generail Affairs
Bagian yang menangani masalah-masalah umum, baik dari dalam dan
dari luar perusahaan, misalnya masalah tuntutan.
d. Public Relation
Bagian yang menangani hubungan perusahaan dengan masyarakat.
12. Departemen Akuntansi
Bagian yang menangani masalah pembukuan dalam perusaan, yang
dipimpin oleh seorang manager. Departemen ini membawahi:
a. Financial
Bagian yang mengawasi dan menangani segala sesuatu yang
berhubungan dengan masalah keuangan perusahaan.
b. Accounting
Bagian yang memegang buku dan ahli dalam menyusun buku,
membimbing, dan memeriksa, serta mengawasi masalah pembukuan
keuangan perusahaan.
13. Departemen Kehutanan
Bagian yang menangani hutan yang berfungsi sebagai penyedia bahan
baku untuk produksi. Departemen ini membawahi:
a. Planning Control
Bagian yang merencanakan dan mengawasi hutan sebagai sumber
bahan baku untuk perusahaan.
10
b. Ara Manager
Bagian yang mengatur penanaman pohon di tempat yang sudah
ditebang terlebih dahulu sebagai pengganti untuk sumber bahan baku
yang berkelanjutan.
c. Perbaikan dan Pemeliharaan Alat
Bagian yang bertugas untuk memperbaiki dan memelihara setiap alat
berat milik perusahaan.
11
2. Kantor pemasaran berlokasi di Gedung BNI lantai 20 yang berada di Jl.
Jenderal Sudirman, kav. 1, Jakarta Selatan.
3. Kantor perwakilan berlokasi di Jl. MT. Haryono (Uni Plaza) Medan.
Sistem pengupahan di PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. Terbagi atas tiga
bagian, yaitu:
Selain gaji/ upah karyawan PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. Juga diberikan
fasilitas yang disebut sistem pemberian fringe (fringe system) antara lain:
1. Fasilitas
a. Perumahan/ mess karywan
b. Pengobatan/ perawatan
c. Rekreasi
d. Olahraga
e. Sarana ibada
12
2. Kesejahteraan
a. Jamsostek
b. Asuransi
3. Aswarding
Secara informasi yang terdapat di PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk.,
sebagian besar menggunakan dokumen tertulis (laporan dan sebagainya),
tetapi sudah ada yang memakai sistem informasi yang berbasis komputer,
seperti e-mail, akan tetapi hal ini hanya dipakai pada beberapa level
organisasi.
13
BAB III
PROSES PRODUKSI
Proses produksi pulp di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dibagi menjadi empat
bagian yakni proses pembuatan pulp, proses pemulihan bahan produksi pulp
(chemical recovery), proses produksi bahan pemutih (chemical plant) dan unit
penyediaan utilitas. Bahan baku utama kayu berasal dari konsensi HTI (Hutan
Tanaman Industri) PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
Proses utama pebuatan pulp terdiri dari lima tahap, yaitu penyediaan bahan
baku, pemasakan chips (serpihan kayu), pencucian pulp dan pembentukan
lembaran pulp. Proses pendukung terdiri dari beberapa unit antara lain : Recovery
Boiler, Evaporator, Multi Fuel Boiler, Chemical Plant, Recaustizing dan Lime
Kiln, Incinerator, dan Turbine Generator.
14
20m3, dengan temperatur operasi 165-170oC, tekanan 6,5 – 7,5 kg/cm2 dan
lamanya proses pemasakan yang dimulai dari pengisian chips sampai selesainya
pemasakan berlangsung sekitar 4-6 jam. NaOH dan Na2S berfungsi untuk
menguraikan selulosa dan melepaskan lignin yang terdapat dalam kayu/chips.
Chips yang sudah masak berubah menjadi pulp berwarna coklat dan cairan
pemasak berubah menjadi black liquor. Setelah proses pemasakan selesai, bubur
pulp dari digester yang masih bercampur dengan black liquor masuk ke dalam
blow tank sekaligus berfungsi sebagai tangki penyimpanan sementara. Campuran
pulp dan black liquor tersebut kemudian dimasukkan ke dalam knotter guna
memisahkan mata kayu (knot) yang belum masak, dan selanjutnya dimasukkan ke
digester bersama dengan serpihan kayu (chip) baru untuk proses pemasakan
kembali.
15
Pulp yang telah diputihkan kemudian ditampung di dalam tangki penyimpanan
(bleached pulp storage tank) dan proses selanjutnya adalah tahap pembentukan
lembaran pulp.
e. Pembentukan Lembaran Pulp
Bubur kertas (pulp) yang ditampung di dalam bleached pulp storage tank
diubah menjadi lembaran pulp di pulp machine yang terdiri dari lima bagian yaitu:
Wire Part yaitu untuk memisahkan air dari pulp dengan cara penyaringan dan
dihasilkan lembaran pulp basah.
Press Part yaitu untuk mengeluarkan air dari lembaran pulp basah dengan cara
pengepresan. Bagian ini dilakukan pembersihan terus menerus secara vacuum
dan high pressure shower secara periodik, dibantu dengan bahan pembersih,
felt cleaner.
Dry Part yaitu untuk mengeringkan lebih lanjut lembaran-lembaran dengan
cara menguapkan sisa-sisa air yang maish terdapat dalam lembaran pulp.
Pemanasan dilakuan dengan cara memanaskan udara kering yang bersirkulasi
sehingga panas ke dalam Flakt Dryer.
Cutter yaitu untuk memotong lembaran pulp yang sudah kering menjadi
lembaran-lembaran berukuran panjang 80cm dan lebar 60cm, tebal lembaran
1,5 mm diatur di head box.
Baling, yaitu untuk pengikatan dan pengepakan lembaran-lembaran pulp dan
siap untuk dikirim ke gudang bahan jadi (pulp)
16
Gambar 3.1 Tahapan Proses Pemulihan Bahan Produksi
17
BAB IV
POWER ISLAND
4.1 Umum
Power island adalah plant yang digunakan untuk menghasilkan energi. Pada
unit ini, terdapat beberapa peralatan yang berhubungan dengan proses untuk
menghasilkan energi tersebut, yaitu:
1. Water Treatment
2. Boiler
3. Evaporator
4. Turbin dan Generator
Water treatment adalah awal dari proses penggunaan air, yang mana air
diambil dari Sungai Asahan dan dipompakan dengan beberapa buah pompa ke
penampungan air zat kimia sebagai alat penjernihan air tersebut.
Sumber air untuk keperluan air diambil dari Sungai Asahan yang
dipompakan ke bagian pengolahan air. Pengadaan dan pendistribusian air terdiri
atas bagian-bagian sebagai berikut:
18
1. Bagian pemompaan air dari sungai.
2. Bagian pengolahan air sungai.
19
alat yang digunakan, yaitu Intake Pump, Raw Water Tank, Service Pump,
Multimedia Filter, Carbon Filter, Reverse Oxydation / Conductivity Reductor,
Reject Tank, EDI System, Demin Tank, dan Make-up Pump.
Alur proses di WTP terbagi menjadi dua, yaitu Alur Proses Raw Water
Treatment dan Alur Proses Demin Plant Treatment.
Gambar 4.1 adalah gambar diagram alur proses pada raw water treatment
plant. Alir sungau dihisap menggunakan Intake Pump, sebelum air
memasuki Raw Water Purifying Tank, air di-injeksikan tiga zat kimia,
yaitu Poly Anionic Monomer (PAM), Poly Alumimium Cloride (PAC),
dan NaOCl. Fungsi ketiga zat itu sendiri adalah sebagai berikut:
PAM : Membuat lumpur-lumpur yang ikut terhisap menjadi terikat
dalam ikatan yang kecil.
PAC : Membuat lumpur-lumpur yang sudah terikat sebelumnya
menjadi ikatan yang besar, bertumpuk hingga membuat lumpur-
lumpur tersebut jatuh ke dasar tanki dan mengendap.
NaOCl : Membunuh atau membersihkan mikro orga- nisme,
menghambat dan menghentikan pertumbuhan lumut, serta
menatralisirkan air.
20
2. Demin Treatment Plant
Air yang sudah diproses oleh Raw Water Treatment diproses kembali
di Demin Treatment Plant untuk mencapai Standarisasi
21
mass balance antara feedwater dan steam yang dihasilkan boiler harus
terjaga dalam kondisi load yang fluktuatif, sehingga feedwater system
yang handal sangat diperlukan untuk menjaga dan mengontrol supply
air ke boiler pada berbagai variasi load (steam demand dan firing
rate).
22
Gambar 4.3 Boiler feedwater
23
dipompa oleh 3-4 pompa feedwater yang bekerja secara parallel, biasanya
salah satu pompa feedwater berada dalam kondisi standby. Pada beberapa
boiler, feedwater pump digerakkan oleh konstan speed motor sementara
salah satu feedwater pump menggunakan turbine driven pump yang
digerakkan secara mekanikal oleh steam turbine. Sebelum feedwater
pump dipasang strainer atau filter untuk menyaring kotoran-kotoran
dalam feedwater. Strainer ini dilengkapi dengan differential pressure
transmitter dengan tapping point pada sisi inlet dan outlet strainer,
sehingga dapat mengindikasikan banyaknya kotoran pada strainer
tergantung seberapa besar perbedaan tekanan pada sisi inlet dan outlet
strainer. Untuk menjaga kualitas air, feedwater system biasanya juga
dilengkapi dengan chemical dosing diantaranya oxygen scavenger, amine
dan phosphate dosing tank.
4.3 Boiler
Boiler yang digunakan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ada 2 yaitu Multi Fuel
Boiler dan Recovery Boiler. Multi Fuel Boiler ini menggunakan bahan bakar fiber,
cangkang sawit dan kulit kayu sedangkan Recovery Boiler menggunakan bahan
bakar limbah hasil pengolahan pulp (black liquor).
24
Recovery Boiler adalah suatu unit Boiler yang spesial digunakan untuk
memurnikan senyawa - senyawa kimia an organik yang terkandung dalam Black
Liquor (sisa pemasakan dari Digester) dan sekaligus sebagai pembangkit steam
bertekanan tinggi (High Pressure Steam). Heavy Black Liquor (70% solid)
mengandung: Senyawa an organik dengan kandungan utama Na2CO3, Na2SO4,
NaOH, Na2S. Senyawa organik yang berasal dari kayu selama pemasakan di
Digester berupa serat kayu, ligmin Air.
Energy panas yang terkandung dalam Heavy Black Liquor berkisar 3100 -
3500 kcal/kg dry solid. Energy panas ini sebagian digunakan untuk mengkonversi
senyawa an organik dan sebagian lagi digunakan sebagai bahan bakar untuk
membangkitkan steam. Heavy Black Liquor yang diproduksi oleh Vacuum
Evaporator di masukan ke Mixing Tank, didalam mixing tank dicampur dengan
abu pembakaran yang berasal dari Electrostatic Precipitator (ESP) dan dari daerah
Economizer-1, Economizer-2, Boiler Bank, kemudian ditambah dengan salt cake
(Na2SO4 powder).
25
Na2So4 + 2C Ns2S + 2 Co2
Kecepatan Reduksi dihitung:
Reduction Rate : Na2S . X 100 %
Na2S + Na2So4
26
Recauticizing
CaO + H2O --- Ca(OH)2
27
economizer). RB-6, mempunyai 86 sets Sootblower (43 bagian kiri, 43
bagian kanan).
4. Condensate
1. System Interlock
2. Safety Valve
Alat ini berfungsi untuk menjaga tekanan Boiler tidak melebihi batas
tekanan keamanan yang ditentukan.
28
3. System Rappid Drain.
System ini berfungsi untuk mengosongkan air boiler sampai lebel minimum,
apabila terjadi kebocoran yang parah pada perpipaan Boiler yang
menyebabkan air masuk kedalam furnace. System ini dioperasikan pada saat
emergency dan berlangsung dengan cepat agar Boiler terhindar dari
kerusakan yang lebih parah.
RB Quality Control
2. Feed water pH 8.0 ~ 9.5 Conductivity < 5.0 ms/cm SiO2 < 40.0 ppb
N2H4 10.0 ~ 50.0 ppb
3. Boiler water pH 9.5 ~ 10.5 Conductivity < 150.0 mx/cm PO4 2.0 ~ 12.0
ppm SiO2 < 3.50 ppm
4. Saturated Steam pH 7.5 ~ 9.5 Conductivity < 5.0 ms/cm SiO2 < 40.0 ppb
5. Superheater Steam pH 7.5 ~ 9.5 Conductivity < 5.0 mx/cm SiO2 < 40.0
ppb
6. Green Liquor NaOH 12.0 ~ 20.0 g/l Na2S 25.0 ~ 35.0 g/l Na2CO3 70.0 ~
85.0 g/l TSS < 1500 ppm
29
4.3.2 Multifuel Boiler
Adapun data Multi Fuel Boiler di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk seperti pada
Gambar 4.5 adalah sebagai berikut:
1) Jenis Ketel Uap : Ketel Uap Pipa Air (Water Tube Boiler)
2) Pabrik Pembuat : Outokumpu EcoEnergy
3) Negara : Finlandia
4) Tahun Pembuatan : 1992
5) Kapasitas Produksi Uap : 200 ton/jam
6) Tekanan Uap Maksimum : 84 bar
7) Temperatur Air Masuk : 135 ºC
8) Temperatur Keluar Uap : 490 ºC
9) Bahan Bakar : serat/fiber (palm fiber), cangkang sawit (palm cawl),
dan kulit kayu (bark).
30
B. Teknik Pengoperasian
1. Prosedur start-up Multi Fuel Boiler dari keadaan dingin dengan bahan
bakar padat:
a. Masukkan pasir yang telah disaring kedalam dapur bakar (furnace)
sekitar 30 cm lapisan diatas grate. Pasir akan disebarkan untuk
menyamakan lapisan dengan menyorong atau dengan
menghembuskan udara melalui grate. Setelah itu tutup mandoor.
b. Jalankan pompa pengumpan air dan sesuaikan level air sampai
tanda rendah (gelas penuh).
c. Buka semua steam air vent valve dan superheater steam drains
valve.
d. Buka katup isolasi untuk blow down dan continuous blow down
valve.
e. Tutup inlet vanes fan dan jalankan induced draft fan, secondary air
fan dan kemudian primary air fan.
f. Sesuaikan tekanan tungku pembakaran sedikit dibawah tekanan di
atas 30-50 mmHg. Hidupkan kontrol otomatis.
g. Primary air akan dihembuskan ke grate sekitar 10-15 m3/detik dan
akan diperiksa bahwa udara bergelembung dengan rata melalui
sand bed di keseluruhan area grate.
h. Jalankan konveyor ash dan ubah ke posisi otomatis. Periksa di
tempat bahwa konveyor ash kosong dan berfungsi normal. Periksa
bahwa saluran compressed air dan cooling water terbuka.
i. Jalankan salah satu dari pompa minyak start-up. Ubah saluran ini
pada kontrol otomatis. Periksa temperatur minyak minimalnya di
atas 500 ºC. Pastikan tidak ada pasir di air chamber. Jika ada
terlalu banyak pasir, buang melalui lubang. Hidupkan kontrol
otomatis start-up burner oil temperature.
j. Sebelum menjalankan start-up burner periksa syarat syarat kontrol
otomatis untuk menjalankan pembakar (burner) masih berlaku,
misalnya:
Sistem general interlocking berfungsi.
31
Alarm darurat tidak diberitahukan (di ruang listrik dan ruang
kontrol).
Burner fire fuse dalam kondisi normal.
Furnace overpressure control dalam kondisi normal.
Boiler drum low water control dalam kondisi normal.
Primary dan secondary air fan berjalan dengan normal.
Primary air purge dan waktu pembersihan minimum telah
dilakukan.
Jalankan start-up burner satu demi satu dengan kapasitas
minimum dan perhatikan temperatur di sand bed dan ruang
pembakaran setiap waktu. Pemanasan refractory lining yang
baru atau yang dingin akan dilakukan secara perlahan, rata rata
50 ºC/jam. Selama masa pengeringan dan pemanasan refractory
lining, bertambahnya kecepatan temperatur lebih lambat dari
start-up normal. Pemanasan boiler yang dingin juga berlangsung
dengan lambat, temperatur boiler water akan dinaikkan sekitar 2
ºC/menit sampai 200 ºC dan setelah itu sekitar 1 ºC/menit.
Pemanasan refractory dan boiler harus dilakukan sesuai dengan
masing masing kurva.
Setelah temperatur di sand bed dan tungku pembakara (furnace)
mulai naik, maka akan ditambahkan lebih banyak pasir ke
tungku pembakaran (furnace). Kebutuhan akan tambahan pasir
tergantung pada kecepatan naiknya temperatur, fluidisasi dan
hilangnya tekanan udara. Pasir akan ditambahkan 20 detik setiap
20-30 menit atau sesuai dengan kebutuhan hasil pengamatan
temperatur. Tambahan pasir dapat dihentikan ketika primary air
pressure dibawah grate 10-20 kPa selama fluidisasi. Selama
pemanasan pasir akan dicampur dengan fluidisasi dengan
primary air 1-2 menit setiap 15-30 menit. Secondary air fan
harus beroperasi sejak awal pemanasan karena kebutuhan
cooling air (umpan cerobong, dll) tetapi secondary dan tertiary
air distribution valve ditutup.
32
Pada saat tekanan boiler mencapai 2-3 bar(g), tutup semua air
vent valve tetapi biarkan superheater drains, main steam line
drain, continuos blow down dan start-up valve terbuka.
Periksa temperatur gas di superheater dibawah 400 ºC
sampaitekanan di boiler lebih dari 2 bar dan steam terus
mengalir melalui start up valve. Temperatur steam dijaga
dibawah nilai kritis dalam setiap superheater.
Buat kontrol level drum pada auto.
Jika LP steam tersedia masukkan ke deaerator dan buat
kontroltemperatur umpan air pada posisi auto.
Ketika menaikkan tekanan buka dan tutup (blow down) dari
drain steam sight glass.
Blow down semua inlet header dari bawah boiler.
Jalankan semua sistem penanganan abu (ash).
Pada saat temperatur bed mencapai 300 ºC, terus jalankan
fluidisasi dengan primary air supaya pasir di bed mulai bubbling
(menggelembung). Aliran primary air dan temperatur bed naik
sampai fluidisasi normal diperoleh, jika temperatur bed diatas
500ºC, umpan bahan bakar padatan dapat dijalankan dengan
kapasitas minimum.
Jika temperatur bed tidak naik, umpan bahan bakar padatan akan
dihentikan dan pemanasan dengan minyak dilanjutkan. Pada
saat temperatur bed mencapai 600 ºC umpan bahan bakar
padatan akan dijalankan kembali. Pada temperatur 750 ºC
pembakar minyak (oil burner) dapat dihentikan. Operasi akan
dilanjutkan dengan pembakaran bahan bakar padatan. Oil
burner akan ditarik kembali. Pada saat batu bara digunakan
sebagai tambahan pembakaran dengan kulit kayu (bark) dan
gambut (peat), gas sirkulasi digunakan untuk kontrol temperatur
bed. Jika temperatur melebihi nilai yang ditentukan, misalnya T
> 870 ºC, gas sirkulasi hasil pembakaran tercampur dengan
primary air dengan otomatis, untuk mencegah hal yang
33
demikian, naiknya temperatur diatas diizinkan dengan maximum
valve.
Selama pemanasan dan operasi normal kadar O2 setelah boiler
akan diamati dan diatur menjadi 3-6%.
Jalankan ESP pada saat temperatur gas hasil pembakaran
mencapai 125 ºC untuk bahan bakar padat dan 150 ºC untuk
minyak. Jangan menjalankan ESP jika ada material yang tidak
terbakar dalam flue gas. Dingin terjadi pada saat pengumpanan
bark (kulit kayu) dijalankan terlalu cepat, salah satu dari saluran
pengumpanan kulit kayu dihalangi atau alat ukur O2 tidak
bekerja dengan benar.
Naikkan temperatur boiler drum sesuai dengan gradien
temperatur drum di atas 200 ºC, gradien harus tidak melewati 1
ºC/menit sekitar 1 bar/menit.
Jikalau turbin beroperasi dengan menggunakan steam dari
Recovery Boiler, bila temperatur main steam telah mencapai 400
ºC buka by pass main steam valve dan kemudian main steam.
Pada saat Multi Fuel Boiler harus koordinasi dengan RB dan TG
operator, jangan sampai level drum Recovery Boiler tertekan.
Kemudian tutup start up valve dan superheater drains.
Sesuaikan CBD valve sampai minimum dan kemudian sesuai
dengan analisa air dan uap.
Tambahkan pengumpanan bahan bakar secara perlahan dan
pantau temperatur bed. Kecepatan konveyor umpan seharusnya
tidak dinaikkan lebih dari 1 %/menit. Jika temperatur bed
berkurang, perlambat pengumpanan bahan bakar padat, periksa
saluran pengumpanan terbuka dan kadar air bahan bakar tidak
terlalu tinggi.
Aliran primary air dapat disesuaikan sesuai dengan kadar air
kulit kayu (bark). Begitu kadar air naik, aliran primary air juga
harus naik untuk menjaga temperatur bed baik.
34
Jika temperatur bed bagus, lanjutkan menambahkan umpan
bahan bakar padat.
Pada saat beban yang memadai telah dicapai, hidupkan
automatic pressure control. Hal ini harus dilakukan pada saat
operasi parameter dan tekanan steam tetap.
2. Prosedur shutdown Multi Fuel Boiler dari pembakaran bahan
bakar padat:
Hentikan pengumpanan bahan bakar padat ke silo. Buang semua
kulit kayu (bark), gambut (peat), batu bara dari silo dan hentikan
chain feeder dan konveyor rantai. Pastikan tidak ada bahan
bakar discrew dan konveyor. Jika temperatur bed mulai
berkurang dan tidak ada nyala api di tungku (furnace), tekanan
secondary air dikurangi ke 5-10 mbar. Batasi penurunan
temperatur gas tungku (furnace) sampai 150 ºC/jam.
Blowing primary air harus dilanjutkan dengan kecepatan
blowing normal. Pada saat temperatur bed menjadi lebih rendah
dari 600 ºC dan semua bahan bakar di dalam tungku (furnace)
telah terbakar, aliran primary air dapat dikurangi sampai
minimum dan pendinginan refractory lining jangan sampai
melebihi 150 ºC/jam.
Selama shutdown, proses harus diamankan dimana gas
pembakaran, yang mungkin mengandung CO (carbon
monoxide), tidak mengalir ke saluran dibawah grate. Bagian
alam cerobong asap dan buka inlet valve primary air fan dan
secondary air fan memiliki ventilasi yang cukup aman. Setelah
fan dihentikan pendinginan boiler dapat dikurangi dengan
menutup inlet vanes primary dan secondary air fan. Jangan
menutup inlet vanes dari fan gas hasil pembakaran.
Jika bed sand harus dikeluarkan, hal ini dapat dilakukan pada
saat temperature dibawah 250 ºC. Sangat penting untuk berhati-
hati terhadap material bed yang panas.
35
Pada saat pengumpanan bahan bakar telah dihentikan dan
temperatur steam telah berkurang sampai 400 ºC, buka starting
valve dan tutup main steam valve dan batas temperatur drum
berkurang sampai maksimumnyam1 ºC/menit diatas 200 ºC dan
sampai 2 ºC/menit di bawah 200 ºC.
Pada saat temperatur steam di superheater inlet dibawah 200 ºC,
starting steam valve dapat ditutup.
Jika hanya ada short shutdown singkat, ada resiko kebakaran
sistem pengumpanan kulit kayu (bark). Dianjurkan untuk
mempertahankan air lock feeder dan feed screw beroperasi.
Keduanya dapat dihentikan pada saat temperature bed dibawah
300 ºC dan ada resiko kelebihan tekanan di tungku (furnace).
Pertahankan level air di drum normal setiap waktu dengan
mengatur feed water control valve.
Buka drum vent valve pada saat tekanan boiler sekitar 2 bar.
Boiler seharusnya tidak dibiarkan selama lebih dari satu hari
dalam situasi dimana sebagian terisi dengan air. Untuk
menghindari boiler korosif (karatan):
o Beri tekanan pada bagian dalam boiler yang kosong dengan
menggunakan Nitrogen.
o Gunakan cairan netralisasi untuk membersihkan boiler tubes
(lime, NaOH dll). Jika mengosongkan boiler tidak
memungkinkan selama shutdown pendek, masukkan air
dengan N2H2 dan berikan tekanan boiler dengan
menggunakan Nitrogen.
4.4 Evaporator
36
lebih lanjut, pengurangan volume cairan dan untuk menurunkan aktivitas air.
Evaporator memiliki dua prinsip dasar yaitu untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap air yang terlarut dalam cairan. Pada umumnya evaporator terdiri
dari tiga bagian yaitu:
Hasil dari evaporator berupa padatan atau larutan yang berkonsentrasi dan larutan
yang telah dievaporasi biasanya terdiri dari beberapa komponen volatil (mudah
menguap).
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, evaporator merupakan alat
untuk mengevaporasi larutan sehingga prinsip kerjanya merupakan cara kerja dari
evaporasi itu sendiri. Cara kerjanya ialah dengan menambahkan kalor atau panas
yang bertujuan untuk memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut yang
memiliki titik didih yang rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih yang
tinggi sehingga pelarut yang memiliki titik didih yang rendah akan menguap dan
hanya menyisahkan larutan yang lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang
tinggi. Proses evaporasi memiliki ketentuan, yaitu:
37
mendidih dengan pembatas dinding besi atau permukaan untuk
memanaskan.
Submerged Combution Evaporator, yaitu evaporator yang dipanaskan oleh
api yang menyala dibawah permukaan cairan, dimana gas yang panas
bergelembung melewati cairan.
Steam Heated Evaporator, adalah evaporator yang menggunakan pemanas
steam atau uap lain yang dapat dikondensasi, sumber panas dimana uap
terkondensasai pada suatu sisi di permukaan pemanas dan kemudian panas
ditransmisi lewat dinding ke cairan yang mendidih.
% Solid : 15.7%
Density : 1 050
Temperature : 90oC
% Solid : 70-72 %
Density : 1 400
Temperature : 115oC
38
4.5 Turbin dan Generator
Dalam proses pembuatan pulp sangat dibutuhkan air. Uap panas bertekanan
dan daya listrik digunakan untuk mendukung dan menjalankan peralatan. Sumber
daya listrik yang digunakan untuk proses produksi di PT. TOBA PULP
LESTARI, Tbk. dihasilkan dari Pembangkit Listri Tenaga Uap (PLTU).
Saat ini PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. memiliki 2 unit steam turbin
generator, yaitu:
Pada saat start up energi plant, sebelum turbin uap menghasilkan putaran
sinkron, maka digunakan daya listrik tenaga diesel dan daya listrik dari PLN.
1. MHI Turbin
Steam yang dihasilkan oleh boiler dengan suhu 380oC yang sesuai untuk
memutar turbin, maka steam tersebut akan masuk ke turbin melalui TripTrottle
Valve (TTV) yang dilengkapi dengan saringan steam dan diteruskan ke sudu-sudu
pengarah turbin dan diarahkan ke sudu-sudu penggerak rotor untuk memutar
turbin. TTV ini juga berfungsi sebagai pengaman, apabila ada masalah, maka
TTV ini secara otomatis akan menutup.
Steam yang keluar dari turbin tebagi menjadi 2 steam akibat adanya
perbedaan temperatur dan tekanan, yaitu uap tekanan rendah (4 Bar) dan uap
39
tekanan menengah (11 Bar). Selanjutnya, steam tersebut akan digunakan untuk
proses produksi lainnya. Pada putaran turbin 3000 rpm, maka generator siap
mengeluarkan daya listrik yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi.
2. SGP Turbin
Setelah steam yang dihasilkan oleh boiler mencapai 380oC untuk memutar
turbin, maka steam tersebut akan masuk ke turbin melalui Emergency Stop Valve
yang dilengkapi dengan saringan steam dan kemudian diteruskan ke empat set
High Pressure (HP) steam controlvalve yang akan mengontrol jumlah steam yang
dibutuhkan turbin sesuai dengan beban generator.
Steam yang masuk ke bagian dalam turbin akan diarahkan oleh sudu-sudu
penggerak (Fixed Nozzle Blade) ke sudu penggerak rotor HP steam yang keluar
dari HP stage. Inilah yang dinamakan dengan uap tekanan menengah dan
sebagian akan diteruskan ke Medium Pressure (MP) stage. (Extraction I) melalui
Nozzle lainnya.
40
BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH
Emisi udara dari cerobong/stack Recovery Boiler, Multi Fuel Boiler, Lime
Kiln, Slaker, Bleaching Scrubber dan Incinerator.
Emisi udara dari operasi Turbine Generator dan Diesel Generator
d. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Limbah berbahan berbahaya dan beracun merupakan limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau
dapat membahayakan kesehatan manusia.
Jenis limbah B3 meliputi antara lain (Metcal dan Eddy,1991) :
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik (bukan berasal dari proses utama).
Limbah B3 dari sumber spesifik (berasal dari proses utama).
41
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumbuhan sisa kemasan dan
hasil buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi
a. Fisik
Pada unit operasi ini, salah satu hal yang ditangani ialah proses screening
(penyaringan). Screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Screening dilakukan pada
sisa-sisa potongan kayu yang masih berukuran besar sehabis diolah pada proses
chipper. Setelah dilakukan penyaringan, umumnya kayu yang masih berukuran
besar akan dikembalikan lagi ke proses chipper, untuk diolah lagi dan
mendapatkan ukuran kayu yang dikehendaki. Bahan tersuspensi yang mudah
mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Pengendapan primer biasanya terjadi di bak pengendapan atau bak penjernih. Bak
42
pengendap yang hanya berfungsi atas dasar gaya berat, tidak memberi keluwesan
operasional. Karena itu memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam. Parameter
desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap
partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Bak penjernih bulat
yang dirancang dengan baik dapat menghilangkan 80% zat padat yang tersuspensi
dan 50-995 BOD. Beberapa contoh Limbah atau proses-proses yang
menggunakan pengolahan unit ini ialah :
Hasil pemasakan merupakan serat yang masih berwarna coklat dan mengandung
sisa cairan pemasak aktif. Serat ini masih mengandung mata kayu dan serat-serat
yang tidak dikehendaki (reject). Sisa cairan pemasak dalam serat dibersihkan
dengan mengguna- kan washer, sedangkan pemisahan kayu dan reject dipakai
screen. Larutan hasil pencucian bubur pulp di brown stock washers dinamai weak
black liquor yang disaring sebelum dialirkan ke unit pemekatan.
b. Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang sukar mengendap, senyawa fosfor, logam-
logam berat, dan zat organik beracun. Dinamakan secara kimia karena pada proses
ini dibutuhkan bahan kimia yang akan mengubah sifat bahan terlarut tersebut dari
sangat terlarut menjadi tidak terlarut atau dari ukuran sangat halus menjadi
gumpalan (flok) yang dapat diendapkan maupun dipisahkan dengan filtrasi.
Beberapa limbah-limbah atau proses-proses yang menggunakan pengolahan unit
ini ialah :
Cairan sisa dari hasil proses pemutihan yang menggunakan bahan kimia
chlorine dioksida, ekstraksi caustic soda, hidrogen peroksida. Dalam proses
pemutihan, setiap akhir satu langkah dilakukan pencucian untuk meningkatkan
efektivitas proses pemutihan. Sebelum bubur kertas yang diputihkan dialirkan ke
unit pengering, sisa klorin dioksida akan dinetralkan dengan injeksi larutan sulfur
dioksida. Jika pengambilan air dilakukan dari sungai, maka biasanya industri pulp
seharusnya memberikan bahan pengendap secukupnya dan sedikit larutan hypo
untuk membunuh bakteri dan jamur sebelum mengalami proses pengendapan di
dalam settling basin dan penyaringan sehingga dihasilkan air proses yang bersih
43
dan bebas jamur. Pemasakan menggunakan bahan larutan kimia, seperti NaOH
(sodium hidroksida) dan NaS (sodium sulfida) yang berfungsi untuk memisahkan
serat selulosa dari bahan organik. Cairan yang dihasilkan dari proses pemasakan
diolah dan menghasilkan bahan kimia, dengan daur ulang. Pada proses daur ulang
terjadi limbah cair. Proses pemutihan menggunakan zat-zat kimia, utamanya ClO2
dan cairan yang masih tertinggal berubah menjadi limbah dengan kandungan
berbagai bahan kimia berupa organoklorin yang umumnya beracun.
c. Biologi
Tujuan utama dari pengolahan limbah cair secara biologi adalah
menggumpalkan dan menghilangkan/menguraikan padatan organik terlarut yang
biodegradable dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Pengolahan
secara biologis mengurangi kadar racun dan meningkatkan mutu estetika buangan
(bau, warna, potensi yang menggangu dan rasa air). Apabila terdapat lahan yang
memadai, laguna fakultatif dan laguna aerasi bisa digunakan. Laguna aerasi akan
mengurangi 80% BOD buangan pabrik dengan waktu tinggal 10 hari. Pabrik-
pabrik di Amerika Utara sekarang dilengkapi dengan laguna aerasi bahkan dengan
waktu tinggal yang lebih panjang, atau kadang-kadang dilengkapi dengan kolam
aerasi pemolesan dan penjernihn akhir untuk lebih mengurangi BOD dan TSS
sampai di bawah 30mg/1. Prinsip dasar pengolahan secara biologi sebetulnya
mengadopsi proses pertumbuhan mikroorganisme di alam, mikroorganisme yang
tumbuh membutuhkan energi berupa unsure karbon (C) dimana unsure karbon (C)
tersebut dengan mudah diperoleh dari senyawa organic dalam air limbah,
sehingga senyawa organic tersebut terurai menjadi CO2 dan H2O. Salah satu
limbah yang menggunakan pengolahan unit ini ialah hasil perasan sludge yang
berasal dari primary clarifier yang berupa larutan. Larutan ini didinginkan di 6
unit menara pendingin sebelum dialirkan ke deep tank air activated sludge untuk
mengurangi kandungan organik secara biologi dengan memanfaatkan bakteri dan
gas oksigen dari udara yang diinjeksikan dan bantuan dari pupuk fosfor dan
nitrogen.
Setelah penjelasan mengenai tiga unit operasi Instalasi Pengelolaan Air
Limbah diatas, maka satu hal yang penting untuk diketahui ialah standar baku
44
mutu limbah cair yang telah ditetapkan pemerintah untuk pabrik pulp. Standar
baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan pemerintah berdasarkan Keputusan
Menteri LH No 51 Tahun 1995 untuk pabrik pulp, yakni toleransi PH dikisaran
6,0-9,0, BOD5: 150 mg/l, COD: 350 mg/l, dan TSS 150 mg/l.
Berdasarkan dampak penting yang ditimbulkan tersebut maka dilakukanlah
pengelolaan yang meliputi :
Optimasi sistem IPAL di Primary Clarifier, Cooling Tower, Deep Tank,
Secondary Clarifier, Thickner Clarifier dan Sludge Press. Misalnya untuk
limbah dari dregs/grits dikelola dan menghasilkan ash/debu yang digunakan
untuk Hutan Tanaman Industri dengan tujuan menstabilisasikan pH tanah
(karena berasal dari kelapa sawit). Sedangkan untuk ash yang murni
dimanfaatkan untuk membuat batako yang nantinya disumbangkan untuk
kegiatan sosial seperti pembangunan sekolah dan tempat ibadah (masjid dan
gereja).
Melakukan upaya pemanfaatan air limbah antara lain condensate, warm wate,
dan hot water
Membuat kolam ikan mas, pemeliharaan hewan ternak (sapi, bebek),
pemeliharaan burung, dan kebun/ pertanian (buncis, cabai, sawi, kol) sebagai
indikator alami dan telah terbukti berhasil positif.
Membuat sistem sand trap untuk memisahkan minyak atau oli bekas.
45
proses di seluruh unit operasi produksi. Sisa bahan kimia menguap karena panas
di unit pencucian. Uap diisap blower dan diarahkan ke sebuah menara penyerap
yang berlangsung dua tahap. Di menara ini digunakan larutan sodium hidroksida
dan diinjeksikan dengan sulfur dioksida (reduktor) untuk menetralkan sisa bahan
kimia berupa klorin dioksida (oksidator) sehingga gas yang keluar bebas dari
unsur gas klorin dioksida. Limbah yang mengandung partikel solid dari cerobong
boiler, baik dari multi fuel boiler, recovery boiler, maupun lime kiln. Untuk tujuan
ini, pabrik pulp harus memiliki alat electrostatic precipitator. Sedangkan cerobong
asap dari dissolving tank recovery boiler dilengkapi dengan scrubber yang dialiri
weak wash dari recaust plant. Sebagai uji keamanan limbah cair ditampung dalam
kolam yang didalamnya terdapat ternak berupa ikan mas. Selanjutnya dialirkan ke
sungai Asahan.
Pengelolaan limbah gas yang dilakukan meliputi pengukuran kualitas udara,
pengukuran kebisingan, dan pengukuran tingkat kebauan. Kegiatan yang
dilakukan berupa :
optimasi efisiensi penangkapan debu oleh Electronics Precipitator (ESP),
Cyclone dan Lime Kiln dengan melakukan maintenance secara berkala.
Mengoperasikan pengendalian emisi dengan menjadikan indikasi dari alat
CEM sebagai pedoan untuk melakukan kalibrasi alat CEM.
Pemasangan silencer pada relief valve pengaturan tekanan sistem
bertekanan rendah dan menengah.
Untuk melindungi tenaga kerja dari kebisingan, maka dibagikan ear plug
atau ear muff dan rutin melakukan rotasi kerja untuk mengurangi timgkat
kebisingan di lokasi kerja, sehingga aman bagi para pekerja.
Dilakukan pembakaran gas NCG di incinerator untuk mengurangi tingkat
kebauan di sekitar pabrik. Pada saat incinerator tidak dapat berfungsi,
maka NCG tersebut dikirim ke lime kiln untuk melalui proses pembakaran.
Menetapkan satu prosedur penanganan emisi udara berkaitan dengan
sumber bau, sehingga jikalau ada laporan terjadinya sumber bau di suatu
lokasi, maka tindakan yang akan dilakukan dapat terkoodinir dengan
baikdan masalah dapat ditangani sesegera mungkin.
46
c. Pengelolaan Limbah Padat
Industri bubur kertas umumnya menghasilkan limbah padat berupa batu dari
kapur dan mengandung soda. Ini harus dibuang di lingkungan aman dan nyaman.
Limbah padat itu harus dibuang ke tempat pembuangan akhir yang secure land fill
(aman). Jika tidak, peristiwa fatal seperti di Love Canal, Niagara Falls (AS), bisa
terulang. Daerah bekas land fill dekat Love Canal dijadikan tempat pembuangan
limbah sebuah pabrik (1940-1950). Setelah pabrik itu pindah lokasi, land fill itu
dijadikan permukiman bagi 500 keluarga. Beberapa waktu kemudian zat-zat
beracun keluar dari tanah land fill dan mengancam nyawa warga di sekitarnya.
Untuk menghindari jatuhnya korban, daerah itu dikosongkan. Pemerintah
menghukum perusahaan kimia tersebut dengan denda dan ganti rugi bagi warga
yang jumlahnya ratusan juta dollar AS. Peristiwa land fill di Love Canal itu
mendorong Kongres AS menerbitkan undang-undang super fund (1970- an) untuk
melindungi penduduk dari limbah industri. Dua jenis limbah padat lainnya, diolah
dengan menggunakan Bark Boiler dan Lime Klin. Bark Boiler digunakan untuk
pembakaran kulit kayu. Sedangkan Lime Klin digunakan untuk pengolahan
lumpur kapur.
Pengelolaan yang dilakukan terhadap limbah padat adalah :
1) Memanfaatkan limbah padat yang dihasilkan seperti screen reject, knots,
sludge IPAL, kulit kayu, abu boiler, pasir boiler, dreg/grits dan slag. dregs/grits
dan slag dimanfaatkan sebagai stabilisasi slab untuk menghasilkan pupuk yang
nantinya akan digunakan terhadap Hutan Tanaman Industri.
2) Pembuatan paving block/conblock. Paving block/conblock akan dimanfatkan
sebagai akses pejalan kaki, pembuatan dinding tempat pembibitan eucalyptus,
dan untuk sumbangsih kegiatan sosial (pembangunan rumah ibadah dan
sekolah).
3) Menyediakan wadah sampah (srapyard) sesuai dengan jenisnya dan mengirim
ke lokasi pengelolaan.
4) Menyediakan sarana pemilahan sampah domestik dan melakukan proses
pengomposan untuk sampah-sampah organik.
47
d. Pengelolaan Limbah B3 Maintanance
Limbah B3 lainnya yang dikelola adalah limbah yang dikategorikan sebagai
limabh B3 campuran, antara lain oli, drum bekas oli, bekas lampu mercury,
baterai bekas, majun/ kain lapyang telah terkontaminasi, saringan oli, toner bekas
mesin printer, bahan-bahan kimia kadaluarsa, serta bahan kimia lainnya yang
berasal dari limbah klinik, seperti jarum suntuk, perban, dan obat-obatan. Limbah
B3 campuran ini, untuk sementara disimpan di dalam sebuah Tempat
Penyimpanan Sementara (TPS), sebelum dikirim ke pengelola atau pengumpul
resmi yang mendapat ijin pengolaan dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup
maupun instansi-instansi terkait. Ijin TPS untuk limbah B3 campuran tersebut,
dikeluarkan oleh Bupati Tobasa no. 03 tahun 2010. Limbah B3 yang didimpan di
TPS, kemudian dikirim kepada pengelola, maksimal sekali enam bulan atau 180
hari sesuai dengan ijin yang ada. Dalam hal ini, PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk.
mengirim limbah tersebut pada Bulan Februari dan Agustus. Pihak pengangkut
yang dumaksud adalah PT. Indostar Cargo dan pihak pengelola adalah PT. Wastec
International dan PT. Andhika Makmur Persada, sedangkan untuk limbah klinik
B3 dikelola oleh PT. Mergie.
Pengelolaan Limbah
a. Hambatan Hukum
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk mengalami berbagai macam penolakan yang
menyebabkan terhambatnya pelaksanaan produksi perusahaan, antara lain :
48
a) Penolakan Izin Untuk Landfill
Landfill yang diketahui sebagai tempat penyimpanan limbah padat
sementara sudah mengalami penumpukan dan membutuhkan lahan tambahan.
Pihak PT. Toba Pulp Lestari,Tbk mengajukan pemanfaatan izin lahan tambahan,
namun pemerintah Sumatera Utara menolaknya. Kembali diajukan kelengkapan
dokumen landfill ke Kementerian Lingkungan Hidup pada Mei 2015, namun
ditolak kembali. Dengan alasan ada hambatan dikarenakan faktor penggabungan
antara lingkungan hidup dengan hutan. Penambahan lahan sama dengan
perusakan kembali lahan lingkungan. Akibatnya, volume limbah di landfill
bertambah menjadi 80 Giga dikarenakan masuknya limbah 550-560 Ton/bulan.
Diperkirakan lahan hanya dapat bertahan kurang dari 12 bulan ke depan. Untuk
menghindari hal tersebut, untuk sementara waktu pihak PT. Toba Pulp
Lestari,Tbk melakukan pemanfaatan dengan sistem stabilizasi slap (penumpukan
lahan yang rusak).
49
Pemerintah menyatakan hal tersebut dikarenakan buangan limbah produksi pulp
(cair) yang dialirkan ke Sungai Asahan masih menghasilkan bau menyengat di
lingkungan sekitar. Selain menghasilkan bau menyengat, limbah cair tersebut juga
dianggap telah mencemari ekosistem Danau Toba. Sedangkan yang diketahui,
jarak antara industri PT.Toba Pulp Lestari,Tbk dengan Danau Toba ± 15KM (lima
belas kilometer) dan berada di daerah up stream.
Pemerintah menetapkan kadar Cl02 ≤ 125mg/Nm3. Sedangkan fakta di
lapangan, PT. Toba Pulp Lestari,Tbk sudah mengurangi kadar ClO2 menjadi 50%
atau ClO2 = 72,5mg/Nm3 (mengalami penurunan = 50mg/Nm3). Selain itu,
sebelum limbah dialirkan ke Sungai Asahan, sebelumnya dilakukan pemeriksaan
temperatur dan penyesuaian kadar pH = 7 dengan sistem automatic.
PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk juga merupakan industri yang termasuk ke
dalam kategori industri golongan C, sedangkan Sungai Asahan masuk ke dalam
golongan A. Hal ini yang membuat pihak PT.Toba Pulp Lestari,Tbk masih
mengalami kendala ke Pemerintah Sumatera Utara dalam hal pembuangan
limbah.
b. Hambatan Non-Hukum
Dalam proses kegiatan produksi suatu industri tentunya tidak akan lepas dari
berbagai kendala/hambatan. Selain memiliki kendala hukum, PT.Toba Pulp
Lestari,Tbk juga tentunya memiliki kendala lain non-hukum, yaitu :
Kondisi dari lokasi pabrik dengan lokasi konsesi (Hutan Tanaman Industri
memiliki jarak yang sangat jauh sehingga mengakibatkan tingginya cost
material dan membutuhkan waktu tempuh yang lama.
Kondisi alam sekitar HTI (Hutan Tanaman Industri) di beberapa lokasi yang
kurang mendukung. Oleh sebab itu, pihak PT.Toba Pulp Lestari,Tbk berusaha
intensif untuk melestarikan alam Hutan Tanaman Industri.
50
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat setelah melakukan Kerja Praktik (KP) dan
penulisan laporan KP ini, yaitu:
1. KP merupakan mata kuliah wajib untuk mahasiswa Teknik Elektro USU untuk
menyelesaikan studi S-1. Dengan melaksanakan KP ini, diharapkan mahasiswa
dapat menerapkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah dan
mengaplikasikannya di perusahaan atau di tempat KP ini dilaksanakan dan
mahasiswa diharapkan lebih siap dalam menghadapi dunia kerja di masa yang
akan datang.
2. Latar belakang berdirinya PT. Inti Indorayon Utama, Tbk. yang telah berubah
nama menjadi PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. adalah untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan akan kertas dan rayon. Kebutuhan akan kertas dan
rayon semakin meningkat inilah yang mendorong Grup Raja Garuda Emas
(RGM) untuk mendirikan pabrik pulp dan rayon.
3. Proses produksi pulp di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dibagi menjadi empat
bagian yakni proses pembuatan pulp, proses pemulihan bahan produksi pulp
(chemical recovery), proses produksi bahan pemutih (chemical plant) dan unit
penyediaan utilitas. Bahan baku utama kayu berasal dari konsensi HTI (Hutan
Tanaman Industri) PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Proses utama pebuatan pulp
terdiri dari lima tahap, yaitu penyediaan bahan baku, pemasakan chips
(serpihan kayu), pencucian pulp dan pembentukan lembaran pulp. Proses
pendukung terdiri dari beberapa unit antara lain: Recovery Boiler, Evaporator,
Multi Fuel Boiler, Chemical Plant, Recaustizing dan Lime Kiln, Incinerator,
dan Turbine Generator.
4. Power island adalah plant yang digunakan untuk menghasilkan energi. Pada
unit ini, terdapat beberapa peralatan yang berhubungan dengan proses untuk
51
menghasilkan energi tersebut, yaitu Water Treatment, Boiler, Evaporator,
Turbin dan Generator.
5. Pengolahan limbah di PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. dikelola dengan
sistem teknologi yang ramah lingkungan. Ada 3 jenis limbah yang dihasilkan
oleh pabrik tersebut, yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas.
6.2 Saran
52
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, Agnes Grace., Hardjanto, Untung Sri., dan Soemarmi, Amiek. 2016.
Pengolahan Limbah di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Kab. Toba Samosir,
Sumatera Utara Menurut Undang-Undang no 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan Hidup. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Purba, Edwin Haposan., Manalu, Rino Cipto., Hutagalung, Sinta Evelin. 2015.
“Laporan Praktek Kerja Lapangan di PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk Porsea”. Medan: Politeknik Negeri Medan.
Tambunan, Iskandar. “Analisa Efisiensi Water Tube Boiler Kapasitas 200 Ton per
Jam dan Tekanan 84 Bar di PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk”. 15
Maret 2018. https://www.slideshare.net/istambun/analisa-efisiensi-
water-tube-boiler-kapasitas-200-ton-per-jam-dan-tekanan-84-bar-di-pt-
toba-pulp-lestari-tbk
53