Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evaluasi persilangan antar galur murni merupakan tahapan penting dalam
pengembangan varietas hibrida. Pengujian galur melalui analisis persilangan
dialel merupakan metode yang banyak digunakan untuk kemampuan bergabung
suatu galur dengan galur-galur lainnya (daya gabung umum), pasangan
persilangan yang menghasilkan F1 yang baik (daya gabung khusus), dan potensi
heterosis galur-galur yang diuji. Besaran heterosis merupakan komponen yang
paling penting dalam upaya merakit varietas jagung hibrida.
Hibrida yang unggul menunjukkan nilai heterosis yang tinggi
dibandingkan tetuanya dan lebih baik terhadap hibrida yang lain, sehingga sangat
menguntungkan secara ekonomi.Analisis persilangan dialel selain dapat
menunjukkan kemampuan daya gabung, juga dapat memberikan informasi
mengenai pengaruh genetik terhadap karakter yang dievaluasi. Besarnya pengaruh
lingkungan terhadap penampilan karakter memberikan kesulitan dalam
mengidentifikasi pengaruh gen pada kondisi lingkungan yang berbeda sehingga
menyulitkan pemulia dalam melakukan kegiatan seleksi. Hingga saat Ciri khusus
varietas tanaman menyerbuk sendiri yang dikembangkan melalui biji adalah
susunan genetiknya homosigot, kecuali varietas hibrida. Untuk memperoleh
tanaman homosigot dari hasil hibridisasi stau dari populasi heterogen , peranan
seleksi di anggab penting dengan beberapa cara yaitu Hibridisasi (Penyerbukan
antara tanaman homozigot ) ,Crossing (Penyerbukan antara tanaman homozigot
dengan heterozigot atau heterozigot).
Persilangan tanaman padi dapat berlangsung secara alami dan buatan
(Soedyanto et al. 1978). Persilangan padi secara alami berlangsung dengan
bantuan angin. Adanya varietas padi lokal di berbagai daerah menunjukkan telah
terjadi persilangan secara alami. Persilangan padi secara buatan dilakukan dengan
campur tangan manusia.

1
Persilangan padi secara buatan pada umumnya menghasilkan tanaman
yang relatif pendek, berumur genjah, anakan produktif banyak, dan hasil tinggi.
Sementara itu persilangan secara alami menghasilkan tanaman yang relative
tinggi, berumur panjang, anakan produktif sedikit, dan produktivitas rendah.
Untuk menghasilkan varietas padi baru melalui persilangan diperlukan waktu 5-
10 tahun.
Persilangan pada tanaman padi merupakan proses penggabungan sifat
melalui pertemuan tepung sari dengan kepala putik dan kemudian embrio
berkembang menjadi benih. Secara teknis persilangan padi secara buatan dimulai
dengan pemilihan tetua pada pertanaman petak hibridisasi, dilanjutkan dengan
kastrasi, hibridisasi, isolasi, dan pemeliharaan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana latar belakang penyerbukan tanaman pada tanaman padi ?
b. Apakah metode seleksi dalam pemuliaan tanaman padi ?
c. Bagaimana fase pertumbuhan pada tanaman padi ?
d. Bagaimana reproduksi tanaman padi ?
e. Bagaimana proses penyerbukan sendiri pada tanaman padi ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pemuliaan Tanaman serta memberikan informasi kepada
pembaca tentang Penyerbukan Sendiri pada Tanaman.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Penyerbukan Tanaman Padi


Evaluasi persilangan antar galur murni merupakan tahapan penting dalam
pengembangan varietas hibrida. Pengujian galur melalui analisis persilangan
dialel merupakan metode yang banyak digunakan untuk kemampuan bergabung
suatu galur dengan galur-galur lainnya (daya gabung umum), pasangan
persilangan yang menghasilkan F1 yang baik (daya gabung khusus), dan potensi
heterosis galur-galur yang diuji. Besaran heterosis merupakan komponen yang
paling penting dalam upaya merakit varietas jagung hibrida.
Hibrida yang unggul menunjukkan nilai heterosis yang tinggi
dibandingkan tetuanya dan lebih baik terhadap hibrida yang lain, sehingga sangat
menguntungkan secara ekonomi.Analisis persilangan dialel selain dapat
menunjukkan kemampuan daya gabung, juga dapat memberikan informasi
mengenai pengaruh genetik terhadap karakter yang dievaluasi. Besarnya pengaruh
lingkungan terhadap penampilan karakter memberikan kesulitan dalam
mengidentifikasi pengaruh gen pada kondisi lingkungan yang berbeda sehingga
menyulitkan pemulia dalam melakukan kegiatan seleksi. Hingga saat Ciri khusus
varietas tanaman menyerbuk sendiri yang dikembangkan melalui biji adalah
susunan genetiknya homosigot, kecuali varietas hibrida. Untuk memperoleh
tanaman homosigot dari hasil hibridisasi stau dari populasi heterogen , peranan
seleksi di anggab penting dengan beberapa cara yaitu Hibridisasi (Penyerbukan
antara tanaman homozigot ) ,Crossing (Penyerbukan antara tanaman homozigot
dengan heterozigot atau heterozigot).
Padi adalah salah satu tanaman pangan yang memegang peranan penting
dalam kehidupan manusia. Padi merupakan sumber karbohidrat yang tinggi
selain jagung dan gandum. Indonesia merupakan salah satu pengkonsumsi beras
yang merupakan produk dari tanaman padi ini. Padi merupakan tanaman yang
identik dengan hidup secara tergenang oleh air.

3
Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang berakar serabut,
berbatang pendek, struktur yang serupa dengan batang terdiri dari pelepah daun
yang saling menopang. Daun pada tanaman padi merupakan daun yang sempurna
dengan pelepah yang tegak, daun ini berbentuk lanset dan berwarna hhijau muda
hingga hijau tua, urat daunnya sejajar dan tertutup oleh rambut daun yang pendek
serta jarang.
Tanaman padi memiliki buah dengan tipe bulir yang tidak dapat dibedakan
mana buah dan mana yang bijinya. Bentuk dari buahnya yaitu bulat lonjong
dengan ukuran 3 mm sampai 15 mm yang ditutupi oleh palea dan lemma atau
yang kita kenal dengan sekam.
Satu set genom padi terdiri atas 12 kromosom. Karena padi adalah
tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel
seksual). Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika tumbuhan
karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom
yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base pairs, bp). Sebagai
tanaman model, genom padi telah disekuensing, seperti juga genom manusia.
Hasil sekuensing genom padi dapat dilihat di situs NCBI. Perbaikan genetik padi
telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil tindakan ini
orang mengenal berbagai macam ras lokal, seperti ‘Rajalele’ dari Klaten atau
‘Pandanwangi’ dari Cianjur di Indonesia atau ‘Basmati Rice’ dari India utara.
Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak
memerlukan penggenangan atau padi rawa yang mampu beradaptasi terhadap
kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula
berbagai tipe padi.
Pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak
didirikannya IRRI di Filipina sebagai bagian dari gerakan modernisasi pertanian
dunia yang dijuluki sebagai Revolusi Hijau. Sejak saat itu muncullah berbagai
kultivar padi dengan daya hasil tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia.
Dua kultivar padi modern pertama adalah ‘IR5’ dan ‘IR8’ (di Indonesia diadaptasi
menjadi ‘PB5’ dan ‘PB8’). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani
menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng

4
coklat pada tahun 1970-an. Ribuan persilangan kemudian dirancang untuk
menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap
berbagai hamadan penyakit padi.
Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih penghargaan
dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu
20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara
swasembada beras. Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali pulih
sejak tahun 2007. Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-
an memungkinkan perbaikan kualitas nasi.
Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik yang
mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan
menurunkan penggunaan pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga
lain, merakit “Padi emas” (Golden Rice) yang dapat menghasilkan provitamin
A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi vitamin A di
berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan
padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera.
Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi
alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang. Sejak tahun
1970-an telah diusahakan pengembangan padi hibrida, yang memiliki potensi
hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual
dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain.
Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula
tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu
tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan
tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga
dilakukan, misalnya dengan perancangan kultivar mengandung karoten
(provitamin A).

5
2.2 Metode Seleksi Dalam Pemuliaan Tanaman Padi
Penyerbukan adalah Perpindahan atau jatuhnya tepungsari dari anther
kepada stigma disebut penyerbukan (pollination).
· Penyerbukan sendiri (self pollination)
· Penyerbukan silang (cross polination)
Dalam Penyilangan sendiri ada beberapa metode yang dapat dilakukan
diantara nya:
· Seleksi galur murni
· Seleksi massa
· Seleksi Silsilah (Pedigree)
· Seleksi bulk
· Seleksi silang balik (Back Cross)

A. Seleksi Galur Murni


Seleksi galur murni ditujukan untuk memperoleh individu homosigot.
Bahan seleksi galur murni adalah populasi yang mempunyai tanaman homosigot
sehingga pekerjaan seleksi memilih individu yang homosigot tadi. pemilihan
dilakukan berdasar Fenotipe tanaman.Galur murni dapat terjadi apabila
perkawinan dalam suatu galur antara dua individu menghasilkan keturunan
dengan penampilan standar yang sama dengan kedua tetuanya galur murni
merupakan tahapan penting dalam pengembangan varietas hibrida jagung.
Pengujian galur melalui analisis persilangan dialel merupakan metode yang
banyak digunakan untuk mengetahui kemampuan bergabung suatu galur dengan
galur-galur lainnya (daya gabung umum) (Yustiana dkk,2013).
Pemuliaan tanaman padi melibatkan proses menyilangkandan menyeleksi
yang dapat berlangsungantara 8 sampai 10 generasi untuk memproduksi
galurmurni dari populasi heterogen. Proses pemuliaanuntuk memperoleh galur-
galur murni yang lama tersebutdapat lebih singkat hanya satu sampai dua
generasisaja melalui pemanfaatan sistem haploid (Dewi etal. 1996). Untuk
menghasilkan tanaman haploidganda pada tanaman sereal, seperti padi, lebih
seringdilaku-kan melalui kultur antera dibandingkan denganmela-lui kultur

6
tepung sari. Hal ini disebabkanfrekuensi pembentukan tanaman hijau sangat
rendah pada kul-tur tepung sari (Cho dan Zapata 1990).

B. Seleksi Massa
Seleksi galur massa brertujuan untuk Memperbaiki populasi secara umum
dengan memilih dan mencampur genotipe – genotipe superior. Contoh tanaman
kedelai, gandum, tembakau telah berhasil dengan menggunakan seleksi massa.
Seleksi massa merupakan metode seleksi yang paling sederhana karena
hanya berdasarkan penampilan fenotipenya saja dan tiap siklus seleksi hanya
membutuhkan satu kali musim tanam. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
kemajuan seleksi dalam rangka pembentukan varieats jagung yang cocok untuk
tumpangsari. Penelitian ini berlangsung dalam dua tahap yaitu tahap seleksi dan
uji hasil seleksi. Tahap pertama adalah seleksi dengan menggunakan metode
seleksi massa tanpa pengendalian penyerbukan dengan kriteria seleksi tinggi
tanaman, jumlah daun dan panjang tongkol. Tahap kedua adalah evaluasi hasil
seleksi.
Data yang diamati meliputi umur keluarnya bunga jantan, umur keluarnya
bunga betina, jumlah daun, tinggi tanaman, sudut daun, diamter batang, umur
panen, panjang tongkol, diamter tongkol, berat 100 butir biji dan berat biji pipilan
kering per tongkol. Data dianalisis dengan uji t0.05 guna mengetahui kemajuan
seleksi yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kemajuan seleksi
yang nyata pada delapan sifat dari sebelas sifat yang diamati.
Sifat-sifat yang mengalami kemajuan seleksi adalah umur keluarnya bunga
jantan, jumlah daun, tinggi tanaman, ukuran sudut daun, diameter batang, umur
panen, panjang tongkol dan berat 100 butir biji. Berat biji pipil kering per tongkol
sebagai indikator utama belum menunjukkan perubahan yang nyata.
Kebaikan Seleksi Massa :
 Sederhana, mudah pelaksanaannya dan cepat untuk memperbaiki mutu
tanaman,

7
 Cara untuk memperbaiki mutu varietas lokal dengan cepat untuk
memenuhi kebutuhan petani dan merupakan langkah pertama dalam
memperbaiki mutu tanaman terutama pada jagung.
 Apabila Seleksi Massa digunakan sebagai metode seleksi untuk tanaman
penyerbuk sendiri maka mempunyai kelemahan antara lain :
 Tidak mungkin dapat mengetahui apakah tanaman yang dikelompokkan
homozigot / heterozigot untuk suatu karakter dominan tertentu, jadi seleksi
fenotipe harus dilanjutkan untuk generasi berikut.
 Lingkungan luar mempengaruhi penampilan tanaman sehingga sulit untuk
mengetahui apakah tanaman yang superior menurut fenotipenya
disebabkan faktor genetik atau lingkungan.

C. Seleksi Silsilah (Pedigree)


Metode ini dikatakan silsilah (pedigree) karena pencatatan dilakukan pada
setiap anggota populasi bersegregasi dari hasil persilangan. Seleksi pedigree
diperlukan untuk menyatakan dua galur tersebut serupa dengan mengkaitkan
terhadap individu tanaman generasi berikutnya. Seleksi pegidree dapat diterapkan
bila sifat yang diseleksi memiliki nilai heritabilitas yang tinggi dan diseleksi pada
populasi yang bersegregasi. Karakter-karakter yang memenuhi kriteria tersebut
adalah karakter kualitatif. Sedangkan, untuk karakter kuantitatif umumnya
memiliki nilai heritabilitas rendah sehingga kurang efektif dilakukan perbaikan
dengan menggunakan seleksi pedigree.
Seleksi pedigree untuk perbaikan sifat-sifat kuantitatif biasanya dilakukan
secara tidak langsung. Dalam hal ini seleksinya dilakukan pada karakter lain yang
nilai heritabilitasnya tinggi dan berkorelasi positif serta berkaitan erat dengan
hasil. Dalam hal ini kemajuan seleksi (KS) merupakan perbandingan lurus antara
intensitas seleksi yang dibakukan (i), akar kuadrat heritabilitas karakter yang
diseleksi (h) dan korelasi genetik sifat yang diseleksi dengan hasil (rg) dapat
ditulis dengan rumus:
KS = I h rg

8
Tujuan metode seleksi pedigree adalah untuk memperoleh varietas baru
dengan mengkombinasikan gen-gen yang diinginkan yang ditemukan pada 2
genotipe atau lebih. Rekombinasi dari dua genotype atau lebih tersebut
diharapkan menghasilkan keturunan yang lebih baik dan lebuh unggul
dibandingkan rata-rata tetuanya. Tetua yang dipilih ahrus memiliki karakter yang
diinginkan, diatur oleh gen yang memiliki potensi untuk digabungkan. Secara
umum, salah satu tetua dipilih karena sudah bradaptasi dan diterima oleh
masyarakat, karakter komponen yang tidak dimiliki oleh tetua lain, missal
ketahanan terhadap penyakit.
Pada saat melakukan persilangan, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Ukuran populasi, untuk memperkirakan berapa F1 yang akan dihasilkan
dan berapa F2 yang diinginkan. Hal ini berkaitan dengan berapa gen yang
mengontrol karakter tersebut,
2. Tergantung pada kombinasi persilangan yang akan membentuk beberapa
famili,
3. Persilangan dapat dilakukan di lapang atau rumah kaca,
4. Luas lahan yang tersedia, dan
5. Kemampuan pelaksana lapang.

Tahapan Seleksi Silsilah (Pedigree)


Pemilihan secara pedigree terhadap individu tanaman yang mengalami
segregasi dilakukan pada generasi F2. Pada tahun pertama seleksi, dibuat
persilangan antara dua tetua yang dikehendaki dan hasil biji F1 yang diperoleh
melalui emaskulasi dan ditanam pada tahun berikutnya.
Pada tahun kedua,apabila tetua yang digunakan sudah bersifat homozigot
(berasal dari dua tetua galur murni), maka pertanaman biji F1 akan tampak
seragam sehingga dapat memudahkan proses pemilihan. Dalam praktek
umumnya, biji hasil pertanaman F1 dipanen bersama dan dicampur. Hal ini
disebabkan karena umumnya masih dalam jumlah yang tarbatas.
Pada tahun ketiga, penanaman biji dilakukan sebanyak mungkin karena
akan menghasilkan banyak kombinasi sehingga perlu diperhatikan pengaruh

9
heterozigositasnya jadi, sedapat mungkin dihindari pemilihan tanaman heterozigot
karena tujuan seleksi yaitu untuk memperoleh tanaman homozigot. Biasanya,
tanaman F2 ini ditanam dengan jarak tanam yang lebar agar mempermudah
melakukan pengamatan dan seleksi.penyeleksian dimulai pada generasi F2 karena
memiliki keragaman yang paling tinggi. Seleksi dilakukan pada individu tanaman
dengan sangat ketat agat tidak terlalu banyak tanaman yang ditangani pada
generasi berikutnya. Perbandingan seleksi biasanya 10:1 (F2 ke F3) dapat pula
100:1. Perbandingan lebih tinggi apabila persilangan dilakukan pada tetua yang
banyak berbeda karakternya, sehingga gakur segregasi mempunyai keragaman
tinggi.
Seluruh benih yang berasal dari individu F2 (tanaman F3) ditanam dalam
baris. Generasi F3 merupakan generasi penting. Pada generasi ini dapat diketahui
terjadinya segregasi apabila tanaman F2 yang dipilih ternyata herezigot. Untuk
dapat mngetahui adanya segregasi diperlukan cukup tanaman agar terkihat
keragamannya, biasanya ditanamn lebih dari 30 tanaman tiap baris. Seleksi tahap
dilakukan secara individu, tetapi dimungkinkan dalam satu barisan tidak ada
dipilih sama sekali. Tanaman yang dipilih adalah tanaman yang terbaik pada
berisannya yang tanamannya lebih seragam. Jumlah tanaman yang dipilih
sebaiknya tidak lebih banyak daripada jumlah family. Family adalah keturunan
dari satu tanaman. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas seleksi
individu pada generasi F2 dan F3 yaitu:
1. Jarak tanam. Apabila tanaman ditumbuhkan dengan jarak tanam lebar,
lebih mudah melaksanakan penilaian individu tanaman. Akan tetapi
genotype yang terseleksi atas dasar produksinya belum tentu tinggi pula
apabila ditanamn dengan jarak tanam sempit, karena adanya kompetisi.
Dapat terjadi genotype terpilih tidak menunjukkan potensinya pada situasi
kompetisi.
2. Lingkungan mikro. Efesiensi sekeksi individu dipengaruhi oleh
lingkungan mikro, karena nilai genotype dapat dikaburkan. Pengaruh ini
sebagai akibat perbedaan tempat tumbuh masing-masing tanaman tentang

10
kesuburan tanah, hama dan penyakit, gografi, ketinggian tempat dari
permukaan laut, curah hujan dan lain-lain.
3. Interaksi genotype dengan musim. Seleksi dilakukan pada suatu musin
atau tahun, sedangkan genotype yang trpilih digunakan pada beberapa
musim atau tahun. Genotipe terpilih seharusnya tetap menunjukkan
keunggulan meskipun lingkungan berubah karena musim.
Generasi F4 ditangani sama halnya generasi F3.
Perbedaannya adalah seleksi tetap dilakukan pada individu tanaman, tetapi
dari family terbaik. Keragaman di dalam barisan atau family menjadi berkurang
karena tanaman lebih homozigot. Sebaliknya keragaman antar family tetap tinggi.
seleksi diantara family menjadi lebih efesien karena dapat diketahui barisan mana
yang lebih seragam. Biasanya dua atau lebih tanaman dipilih dari family terbaik.
Gambar Seleksi Silsilah (Pedigree) Untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri.

D. Seleksi Bulk
Metode bulk merupakan metode untuk membentuk galur-galur homozigot
dari populasi bersegregasi melalui selfing selama beberapa generasi tanpa seleksi
pada generasi awal melainkan dilakukan seleksi pada generasi lanjut setelah
tanaman banyak yang homozigot. Selama pertumbuhannya terjadi seleksi alam,
sehingga tanaman yang tidak tahan menghadapi tekanan lingkungan akan
tertinggal pertumbuhannya atau mati.
Prinsip metode bulk merupakan metode seleksi yang paling sederhana
setelah seleksi massa,pada generasi awal tanaman ditanam rapat dan dipanen
secara gabungan (bulk),memanfaatkan tekanan seleksi alam pada generasi awal,
seleksi baru dilakukan setelah tercapai tingkat homozigositas tinggi (F5 atau
F6),seleksi untuk karakter dengan heritabilitas rendah hingga sedang.
Kelebihan metode bulk adalah:
 Relatif murah dan sederhana untuk memelihara populasi bersegregasi,
 Generasi F1 sampai F4 pekerjaan tidak terlalu berat karena pada generasi
tersebuttidak dilakukan seleksi,

11
 Ekonomis untuk tanaman-tanaman berumur pendek dan dapat ditanam
pada jarak tanam sempit seperti padi, gandum, kedelai, kacang tanah, dll
sehingga tidak mengurangi luas lahan percobaan,
 Tanaman yang baik tidak terbuang karena tidak dilakukan seleksi pada
generasi awal,
 Beberapa generasi dapat dilakukan pada tahun yang sama,
 Seleksi alam pada generasi awal dapat meningkatkan frekuensi gen-gen
baik.
Kelemahan metode bulk adalah
 Silsilah galur tidak tercatat sejak awal,
 Seleksi alam pada generasi awal dapat menghilangkan genotipe-genotipe
baik,
 Tanaman pada satu generasi belum tentu terwakili pada generasi
selanjutnya, 4) jumlah tanaman pada generasi lanjut sangat banyak
sehingga menyulitkan dalam seleksi dan memerlukan lahan sangat luas.

Tahapan seleksi bulk dilakukan pada generasi ke-6 (F6). Pada metode
seleksi bulk, dimulai dengan melakukan persilangan antara dua tetua galur murni
(homozigot) untuk menghasilkan benih F1. Keturunan F2 sampai F5 ditanam
tanpa melakukan seleksi. Pada keturunan F1 dan F2 ditanam dengan jarak tanam
yang rapat. Pada keturunan F2 setelah dipanen kemudian dicampur (bulk) untuk
dilanjutkan pada generasi F3. Kegiatan ini dilakukan sampai generasi ke-5 dengan
tujuan untuk memperoleh proporsi homozigot yang cukup besar.
Generasi F5 ditanam dengan jarak tanam lebar. Pada generasi ini mulai
dilakukan seleksi secara individual karena proporsi populasi yang homozigot udah
mencapai lebih dari 90%, sehingga memudahkan pelaksanaan pemilihan. Individu
tanaman terseleksi diberi nomor dan ditanam pada F6 secara terpisah dalam
barisan untuk setiap nomornya (single-row plot).
Pada generasi F7, benih yang berasal dari satu barisan ditanam pada petak
yang lebih besar dengan jarak tanam rapat (jarak tanam komersial), jika
memungkinkan dengan ulangan-ulangan. Dapat juga ditanam sebagai pengujian

12
daya hasil pendahuluan apabila persediaan benih mencukupi dengan menyertakan
varietas pembanding.
Pada generasi F8 dilakukan uji daya hasil dengan menyertakan varietas
pembanding dengan rancangan percobaan yang baik dan dilakukan pada berbagai
lokasi. Hal yang sama juga dilakukan pada generasi F9 dilakukan uji multilokasi.
Tahapan terakhir dari seleksi bulk adalah pelepasan varietas dan perbanyakn
benih untuk disebar secara komersial.

E. Seleksi Silang Balik (Back Cross)


Metode silang balik di gunakan untukl memperbaiki varietas yang sudah
mempunyai karekter agronomi dan adaptasi yang baik,tetapi kurang baik pada
satu atau beberapa karakter saja.Metode silang balik adalah menyilangkan
kembali turunanya dengan salah satu tetua nya selama beberapa generasi untuk
memindahkan gen dari tetua.
Apabila gen yang di harapkan dari tetua donor terpaut dengan gen yang
tidak diinginkan maka perlu di manfaatkan fenomena pindah silang agar gen yang
tidak di inginkan tidak terikut terbawa.
Sejak tahun 2004 telah digunakan metode seleksi silang berulang dan
kultur antera untuk mempercepat pembentukan varietas PTB. Dengan
menggunakan metode tersebut telah diperoleh galur-galur yang mempunyai
potensi hasil tinggi dan seragam. Metode seleksi baku dalam pemuliaan telah
dikuasai dalam perakitan varietas, seperti pedigree, bulk, dan kombinasi
keduanya. Penggunaan metode seleksi silang-berulang (SSB) atau recurrent
selection (RS), yang biasanya digunakan pada pemuliaan tanaman menyerbuk
silang seperti jagung, memberikan peluang yang lebih baik dan terarah dalam
perakitan PTB, karena memungkinkan untuk mengumpulkan kembali sifat-sifat
yang mengalami segregasi. Teknik kultur antera memungkinkan mendapatkan
galur murni secara cepat melalui pembentukan tanaman haploid ganda hasil
regenerasi tanaman dari mikrospora (Buang Abdullah dkk,2008).

13
2.3 Fase Pertumbuhan Pada Tanaman Padi
Fase Pertumbuhan tanaman padi ada tiga yaitu:
1. Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan malai), Tahap 0 – 3
2. Reproduktif (pembentukan malai sampai pembungaan), Tahap 4,5,6
3. Pematangan (pembungaan sampai gabah matang), Tahap 7,8,9
Di daerah tropis, fase reproduktif 35 hari dan fase pematangan sekitar 30
hari. Perbedaan masa pertumbuhan ditentukan oleh perubahan panjang waktu fase
vegetatif. Sebagai contoh, IR64 yang matang dalam 110 hari mempunyai fase
vegetatif 45 hari, sedangkan IR8 yang matang dalam 130 hari fase vegetatifnya 65
hari. Ketiga fase pertumbuhan terdiri atas 10 tahap yang berbeda. Tahapan
tersebut berdasarkan urutan adalah sebagai berikut:
A. FASE VEGETATIVE : TAHAP 0 – 4
Tahap 0 : Sejak berkecambah sampai muncul ke permukaan :
Benih biasanya dikecambahkan melalui perendaman selama 24 jam
dan diinkubasi juga selama 24 jam. Setelah perkecambahan bakal
akar dan tunas (the radicle an plumule) menonjol keluar (protude)
menembus kulit gabah (sekam).
Pada hari ke 2 atau ke 3 setelah benih disebar di persemaian, daun
pertama menembus keluar melalui koleoptil. Akhir tahap 0
mempelihatkan daun pertama yang muncul masih melengkung
(curied) dan bakal akar memanjang (an elongated radicle).
Tahap 1 : Pertunasan
Tahap pertunasan mulai begitu benih berkecambah sampai dengan
sebelum anakan pertama muncul. Selama tahap ini, akar seminal
dan 5 daun terbentuk. Sementara tunas terus tumbuh, dua daun lagi
terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun setiap 3-
4 hari selama tahap awal pertumbuhan. Kemunculan (adventitious)
akar sekunder membentuk sistem perakaran serabut permanen
dengan cepat menggantikan radikula dan akar seminal sementara.
Bibit umur 18 hari. Bibit mempunyai 5 daun dan sistem perakaran
yang berkembang dengan cepat.

14
Tahap 2 : Pembentukan Anakan
Tahap ini berlangsung sejak muncul anakan pertama sampai
pembentukan anakan maksimum tercapai. Anakan muncul dari
tunas aksial (axiallary) pada buku batang dan menggantikan tempat
daun serta tumbuh dan berkembang. Bibit menunjukkan posisi dari
dua anakan pertama yang mengapit batang utama dan daunnya.
Setelah tumbuh anakan pertama, memunculkan anakan sekunder.
Ini terjadi pada 30 hari setelah tanam pindah. Tanaman memanjang
dan aktif membentuk anakan Pada tahap ini, anakan terus
bertambah sampai pada titik dimana sukar dipisahkan dari batang
utama. Anakan terus berkembang sampai tanaman memasuki tahap
pertumbuhan berikutnya yaitu pemanjangan batang.
Tahap 3 : Pemanjangan Batang
Tahapan ini terjadi sebelum pembentukan malai atau terjadi pada
tahap akhir pembentukan anakan. Oleh karenanya bisa terjadi
tumpang tindih dari tahap 2 dan 3. Anakan terus meningkat dalam
jumlah dan tingginya. Periode waktu pertumbuhan berkaitan nyata
dengan memanjangnya batang. Batang lebih panjang pada varietas
yang jangka waktu pertumbuhannnya lebih panjang. Dalam hal ini,
varietas pada dapat di kategorikan pada 2 grup varietas berumur
pendek yang matang lama 105- 120 hari dan varietas umur panjang
yang matang dalam 150 hari. Pada varietas umur genjah semidwarf
seperti IR64, buku kelima batang, dibawah kedudukan malai,
memanjang hanya 2 – 4 cm terlihat kasat mata sebelum
pembentukan malai. Anakan maksimum, memanjang batang, dan
pembentukan malai terjadi nyaris simultan pada varieas umur
genjah (105-120 hari). Pada varietas umur dalam 150 hari, terdapat
yang disebut lag periode vegetative dimana anakan maksimum
terjadi. Hal ini diikuti oleh memanjangnya batang atau ruas batang
(internode), dan akhirnya sampai ke tahap pembentukan Malai.

15
B. FASE REPRODUCTIVE
Tahap 4 : Pembentukan Malai Sampai Bunting :
Pada varietas genjah, malai terlihat berupa kerucut berbulu putih
panjang 1.0 – 1,5 mm. Pertama kali muncul pada ruas buku utama
(main Culom) kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur.
Dapat terlihat dengan membelah batang. Saat malai terus
berkembang bulir (spikelets) terilihat dan dapat dibedakan Malai
muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam
pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung
(bulge). Penggembungan daun bendera in idisebut bunting. Bunting
terlihat pertama kali pada ruas batang utama. Pada tahap bunting,
ujung daun layu (menjadi tua dan mati) dan anakan non produktif
terlihat pada bagian dasar tanaman.
Tahap 5 : Keluarnya Bunga atau Malai
Dikenal sebagai tahap keluar malai. Heading ditandai
dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai
terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.
Tahap 6 : Pembungaan
Tahap pembungaan dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari
bulir dan terjadi proses pembuahan. Pada pembungaan, kolopak
bunga terbuka, antara menyembul keluar dari kelopak bunga
(flower glumes) karena pemanjangan stamen dan serbuk sari
tumpah (shed). Kelopak bunga kemudian menutup. Proses : Acrets
open  Stament elongate  Pollen is shed  Acrets close. Serbuk
sari (tepung sari-pollen) jatuh ke putik, sehingga terjadi
pembuahan. Struktur pistil berbulu dimana tube tepung sari dari
serbuk sari yang muncul (bulat, struktur gelap dama ilustrasi ini)
akan mengembang ke ovary. Proses pembungan berlanjut sampai
hampir semua spikelet pada malai mekar. Dari kiri ke kanan,
gambar ini menunjukkan anthesis atau pembungaan pada ujung
dari malai, hari pertama setelah heading; anthesis pada

16
tengahtengah malai, dua hari setelah heading; anthesis pada malai
ketiga dari bawah, 3 hari setelah heading Pembungaan terjadi
sehari setelah heading. Pada umumnya, florets (kelopak bunga)
membuka pada pagi hari. Semua spikelet pada malai membuka
dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5 daun masih aktif. Anakan
pada tanaman padi telah dipisahkan pada saat dimulainya
pembungaan dan dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan
non produktif.
C. FASE PEMASAKAN
Tahap 7 : Gabah Matang Susu
Pada tahab ini gabah mulai terisi dengan bahan serupa susu/larutan
putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan/menjepit gabah di
antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk. Palayuan
(senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua
daun di bawah tetap hijau.
Tahap 8 : Gabah Matang Adonan (dough rain)
Gabah setengah matang. Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai
susu berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras.
Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan (senescense) dari
anakan dan daun di bagian dasar tanaman nampak semakin jelas.
Pertanaman terlihat menguning. Seiring menguningnya malai,
ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mengering.
Tahap 9 : Gabah Matang Penuh
Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna
kuning. Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun dari
sebagian varietas ada yang tetap hijau). Sejumlah daun yang mati
terakumulasi pada bagian dasar tanaman.

17
2.4 Reproduksi Tanaman Padi
Padi merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri karena lebih dari 95%
serbuk sari tanaman padi membuahi sel telur membuahi tanaman yang
sama. Setiap bunga pada padi memiliki enam kepala sari dan kepala putik yang
bercabang. Umumnya kedua organ ini matang pada waktu yang
bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma nya ketika ia
siap untuk melakukan proses reproduksi.
Reproduksi pada padi prosesnya yaitu ketika telah terjadi pembuahan zigot
dan inti polar yang telah dibuahi tersebut membelah diri. Zigot tersebut berubah
menjadi embrio dan inti polar menjadi endospermia yang mana di akhir
perkembangannya sebagian besar bulir padi mengandung pati pada bagian
endospermanya yang pada tanaman muda hal ini berfungsi sebagai cadangan
makanan, sedangkan bagi manusia bulir inilah yang menjadi bahan makanan yang
mengandung gizi yang banyak. Dari segi genetika, satu set genom pada padi
terdiri dari 12 kromosom yang diploid kecuali sel seksualnya.
Pemulian pada padi telah lama dilakukan sejak padi di budidayakan. Hasil
dari pemulian yang dikenal yaitu seperti rajalele dan pandanwangi yang
merupakan salah satu ras lokal. Namun, secara sistematis pemuliaan baru-baru ini
dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filiphina.

2.5 Proses Penyerbukan Sendiri Pada Tanaman Padi


Padi merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri karena lebih dari 95%
serbuk sari tanaman padi membuahi sel telur tanaman yang sama. Setiap bunga
pada padi memiliki enam kepala sari dan kepala putik yang
bercabang. Umumnya kedua organ ini matang pada waktu yang
bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemmanya ketika ia
siap untuk melakukan proses reproduksi.
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.
Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang di atas. Jumlah benang sari ada 6
buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai

18
kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala
putik yang berbentuk malai denganwarna pada umumnya putih atau ungu.
Malai padi terdiri dari bagian-bagian : tangkai bunga, dua sekam kelopak
(terletak pada dasar tangkai bunga) dan beberapa bunga. Masing-msing bunga
mempunyai dua sekam mahkota, yang terbawah disebut lemma sedang lainnya
disebut palea: dua lodicula yang terletak pada dasar bunga, yang sebenarnay
adalah dua daun mahkota yang sudah berubah bentuknya. Lodicula memegang
peranan penting dalam pembukaan palea pada waktu berbunga karena ia
menghisap air dari bakal buah sehingga mengembang dan oleh pengembangan ini
palea dipaksakan membuka.
Pada waktu padi hendak berbunga, lodicula menjadi mengembang karena
ia menghisap air dari bakal buah. Pengembangan ini mendorong lemma dan palea
terpisah dan terbuka. Hal ini memungkinkan benang sari yang sedang memanjang,
keluar dari bagian atas atau dari samping bunga yang terbuka tadi.
Terbukanya bunga diikuti dengan pecahnya kandung serbuk, yang
kemudian menumpahkan tepungsarinya. Sesudah tepung sari ditumpahkan dari
kandung serbuk maka lemma dan palea menutup kembali. Dengan berpindahnya
tepung sari ke kepala putik maka selesailah sudah proses penyerbukan. Kemudian
terjadilah pembuahan yang menghasilkan lembaga dan endosperm. Endosperm
adalah penting sebagai sumber makanan cadangan bagi tanaman yang baru
tumbuh.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Padi merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri karena lebih dari 95%
serbuk sari tanaman padi membuahi sel telur membuahi tanaman yang
sama. Setiap bunga pada padi memiliki enam kepala sari dan kepala putik yang
bercabang. Umumnya kedua organ ini matang pada waktu yang
bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma nya ketika ia
siap untuk melakukan proses reproduksi.
Reproduksi pada padi prosesnya yaitu ketika telah terjadi pembuahan zigot
dan inti polar yang telah dibuahi tersebut membelah diri. Zigot tersebut berubah
menjadi embrio dan inti polar menjadi endospermia yang mana di akhir
perkembangannya sebagian besar bulir padi menagndung pati pada bagian
endospermanya yang pada tanaman muda hal ini berfungsi sebagai cadangan
makanan, sedangkan bagi manusia bulir inilah yang menjadi bahan makanan yang
mengandung gizi yang banyak. Dari segi genetika, satu set genom pada padi
terdiri dari 12 kromosom yang diploid kecuali sel seksualnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous a. Padi. http://bibirmemble.wordpress.com/2010/03/23/padi-oriza-


sativa diakses tanggal 17 Maret 2012
Anonymaous b. Fase Pertumbuhan
Padi.http://www.batan.go.id/patir/_berita/pert/padi/ padi.html diakses
tanggal 17 Maret 2012
Anonymous c . Reproduksi Tanaman Padi. http://www.scribd.com/doc/44460628/
Reproduksi -padi diakses tanggal 17 Maret 2012
Buang Abdullah,Soeswito Tjokrowidjojo,dan Sularjo,2008,Perkembangan dan
prospek perakitan padi tipe baru di indonesia,jurnal litbang pertanian 27,1-
9

Dwinita W. Utami,dkk,2010,Kerakagaman sifat penyakit bias dan agronomi


populasi silang balik dan haploid ganda turunanan IR64 dan oryza
rufipogen,vol 16 no 2,90-95

Eti Ernawiati,2004,Varietas genetik,fenotipe dan heritabilitas galur elite kedelai


pada cekaman genangan,jurnal Sains teks,vol 10 no 2,108-112

E,Jambormias dan J, Riry,2009,Penyesuaian Data dan Penggunaan Informasi


Kekerabatan Untuk Mendeteksi Segregan Transgresif Sifat Kuantitatif
Pada Tanaman Menyerbuk Sendiri,jurnal budidaya pertanian,vol 5 no
1,11-18

Padi.http://www.batan.go.id/patir/_berita/pert/padi/ padi.html diakses tanggal 17


Maret 2012
Trias Sitaresmi,dkk,2013,Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi Varietas Lokal Dalam
Perakitan Varietas Unggul,vol 8 no 1,22-30

Undang Sp,2012,Seleksi berbagai genotipe jagung manis,cabai,dan kacang


panjang hasil pemulian IPB sebagai penyedia benih unggul,vol 2 no 1,1-15

Yustiana,dkk,2013,Analisis Daya Gabung galur-galur Jagung Tropis Didua


Lokasi,vol 41 no 2, 105-111

Wadtudiawan Pramana Nugroho,dkk,2013,

21

Anda mungkin juga menyukai