“ SINDROM NEFROTIK ”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah keperawatan mengenai “ SINDROM
NEFROTIK “.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasi kepada berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan masalah ini. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dalam kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Latar belakang
Sistem perkemihan terdiri dari organ ginjal, ureter, vesika urinaria (kandung kemih) dan
uretra membentuk sistem urinarius. Ginjal memiliki fungsi mengatur cairan serta
elektrolit dan komposisi asam basa cairan tubuh, dan dapat mengeluarkan produk akhir
metabolik dari dalam darah, dan mengatur tekanan darah. Hasil dari proses (urine)
diangkut melalui ureter kedalam kandung kemih tempat urine disimpan sementara. Pada
saat urinasi kandung kemih berkontraksi dan urine akan di ekskresikan dari tubuh lewat
uretra. Oleh karena itu hal ini dapat menimbulkan beberapa penyakit atau gangguan salah
satunya berupa syndrom nefrotik.
Insiden ini lebih tinggi terjadi pada laki laki dari pada perempuan. Sindrom nefrotik
jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun. Syndrom nefrotik peribahan minimal
(SNPM) mencakup 60-90% dari semua kasus sindrom nefrotik pada anak. Angka
mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan
pemberian steroid.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada klien
dengan sindrom nefrotik.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan proses pengkajian, pengambilan data pada pasien sindrom
nefrotik.
b. Menjelaskan perumusan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang di
alami oleh pasien dengan sindrom nefrotik.
c. Menjelaskan Intervensi atau rencana asuhan keperawatan yang diberikan pada
pasien sindrom nefrotik.
Manfaat
1. Mahasiswa memahami penyakit sindrom nefrotik sehingga menunjang pembelajaran
mata kuliah sistem perkemihan.
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi
bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB I
Konsep Medis
1.2. DEFINISI
Menurut Baughman (2000), nefrotik sindrom merpakan kelainan klinik yang ditandai
dengan proteinuria, hipoalbuminemia, edema, dan hiperkolesterolemia.
Sedangkan menurut Sowden (2002), nefrotik sindrom adalah keadaan klinis yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang
menimbulkan proteinuri, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema.
Nefrotik sindrom merupakan keadaan klinis dan biokimia yang melibatkan
peningkattan permeabilitas glomeruli. Dapat terjadi berkaitan dengan berbagai
penyakit ginjal. Tanda khas penyakit ini adalah edema, proteinuria, hipoalbuminemia
dan hiperlipidemia (Sachrin, 1994).
Nefrotik sindrom adalah suatu gangguan dimana ginjal telah mengalami kerusakan,
yang menyebabkan kebocoran protein dari darah ke dalam urin. Nefrotik sindrom
ditandai oleh proteinuria (lebih dari 3,5 g/hari), hipoalbuminemia, hiperlipidemiaan
edema.
1.4.ETIOLOGI
Penyebab nefrotik sindrome di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Primer
1) Gromeluronefritis
2) Nefrotik sindrome perubahan minimal
b. Sekunder
1) Diabetes militus
2) Sistema lupus eritematosus
3) Amiloidosis
1.5. PENATALAKSANAAN
a. Suportif
1) Memonitor dan mempertahankan volume cairan tubuh yang normal
Memonitor urine output
Pemeriksaan tekanan darah secara berkala
Pembatasan cairan sampai 1 liter
Pemberian diuretik (Furosemid IV)
2) Memonitor fungsi ginjal
Lakukan pemeriksaan eliktrolit, ureum, dan kreatinin setiap hari
Hitung GFR setiap hari
3) Mencegah komplikasi
4) Pemberian transfusi albumin secara umum tidak dipergunakan karena efek
kehilangannya hanya bersifat sementara.
b. Tindakan khusus
1) Pemberian imunosupresi untuk mengatasi glomerulonefritis (steroids,
cyclosporin)
2) Pembatasan glukosa darah, apabila diabetes mellitus
3) Pemberian ACE inhibitor: untuk menurukan tekanan darah
1.6. KOMPLIKASI
a. Trombosis vena
Akibat kehilangan anti-thrombin 3, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
trombosis, trombosis vena ini sering terjadi pada vena renalis. Tindakan yang
dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan pemberian heparin.
b. Infeksi
Seperti haemophilus influenzae and streptococcus pneumonia), akibat kehilangan
immunoglobulin.
c. Gagal ginjal akut
Akibat hipovolemia. Disamping terjadinya penumpukan cairan didalam jaringan,
terjadi juga kehilangan cairan di dalam intravaskuler.
d. Edema pulmonal
Akibat kebocoran cairan, kadang-kadang masuk ke dalam paru-paru yang
menyebabkan hipoksia dan dipsnea
1.7. PATOFISIOLOGI
Kondisi dari sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma protein, terutama albumine
kedalam urine. Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumine, namun
organ ini tidak mampu untuk terus mempertahankanya jika albumine terus menerus
hilang melalui ginjal sehingga terjadi hipoalbumininemia.
Terjadinya penurunan tekanan onkotik menyebabkan edema generalisata akibat
cairan yang berpindah dari sistem vaskular kedalam ruang cairan ekstra seluler.
Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem renin-angiotensin
menyebabkan retensi natrium dan edeme lebih lanjut. Manisfestasi dari hilangya
protein dalam serum akan menstimulasi sintesis lipoprotein di hati dan terjadi
peningkatan konsentrasi lemak dalam darah atau hiperlipidemia.
Sisdrome nefrotik dapat terjadi di hampir setiap penyakit renal instrinsik atau sistemik
yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap
menyerang anak anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa
termasuk lansia. Penyebab sindrom nefrotik mencakup glomerulo nefritis kronis,
diambetes militus disertai glomerulosklerosis interkapiler, amiloidosis ginjal,
oenyakit lupus erythenatosus sistemik, dan trombosis vena renal.
1.1. PATHWAY
1.2. PENGKAJIAN
a. Pengkajian anamnesia
Keluhan utama yang sering dikeluhkan wajah atau kaki. Pada pengkajian
riwayat kesehatan sekarang, perawat menanyakan hal berikut :
a. Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urin output
b. Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan
adanya keluhan pusing dan cepat lelah
c. Kaji adanya anoreksia pada klien
d. Kaji adanya keluhan sakit kepada dan malaise
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, perawat perlu mengkaji apakah
klien pernah menderita penyakit edema, apakah ada riwayat dengan penyakit
diabetes mellitus dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya. Pentingnya
dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan. Pada pengkajian
psikososiokultural, adanya kelemahan fisik, wajah, dan kaki yang bengkak akan
memberikan dampak rasa cemas dan koping yang maladaptif pada klien.
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran
biasanya compos mentis. Pada TTV sering tidak didapatkan adanya perubahan.
B1 ( Breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan nafas walau
secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada afse akut. Pada fase
lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang
merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dan peningktan
beban volume
B3 (Brain)
Didapatkan edema wajah terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status
neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia pada
sistem saraf pusat.
B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan mutah, anoreksia sehingga sering didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari edema
tungkai dari keletihan fisik secara umum
c. Pengkajian diagnostik
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria, terutama
albumin. Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya permeabilitas membran
glomerulus.
d. Pengkajian penatalaksanaan medis
Tujuan terapi adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut dan
menurunkan risiko komplikasi. Untuk mencapai tujuan terapi, maka
penatalaksanaan tersebut, meliputi hal-hal berikut :
1. Tirah baring
2. Dieuretik
3. Adnekortikosteroid, golongan prednison
4. Diet rendah natrium tinggi protein
5. Terapi cairan. Jika klien dirawat dirumah sakit, maka intake dan output
diukur secara cermat dan dicatat. Cairan diberikan untuk mengatasi
kehilangan cairan dan berat badan harian.
1.3.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan volume urine, retensi
cairan dan natrium
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan nafsu makan
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
1.4. INTERVENSI
Dx. 1 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan di dalam
jaringan
1) Kaji masukan dan haluaran cairan :
Ukur dan catat masukan dan haluaran cairan
Timbang berat badan setiap hari adanya retensi cairan
2) Kaji perubahan edem :
Ukur lingkar perut
Pantau edema sekitr mata
Perhatikan derajat pitting
Perhatikan warna dan tekstur urine
3) Pantau hasil pemeriksaan urin :
Berat jenis
Protein
Albumin
4) Tampung spesimen urin untuk pemeriksaan laboratorium
5) Berikan diuretik (furosemid) jika diperlukan
6) Batasi cairan smapai 1 liter atau sesuai program
Dx. 2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan
nafsu makan (anoreksia)
1) Berikan diet yang bergizi
2) Batasi pemberian natrium selama edema
3) Berika suplemen vitamin dan besi
4) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan, bersih dan rileks
5) Berikan makanan porsi sedikit pada awalnya
6) Berikan makanan yang disukai dan menarik
Dx. 3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
1) Pertahankan tirah baring bila edema berat
2) Atur keseimbangan antara istirahat dengan aktivitas
3) Rencanakan dan berikan aktivitas ketenangan
4) Intruksikan untuk istirahat bila merasa lelah
5) Berikan periode istirahat dan gangguan
DAFTAR PUSTAKA