Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimetil eter (DME) adalah senyawa eter yang memiliki satu atom oksigen terikat oleh dua grup
metil. Dimetil eter merupakan senyawa volatile yang tidak berwarna dan bisa digunakan
sebagai pelarut, bahan bakar, aerosol, propelan dan refrigerant (Pubchem, 2019).
DME memiliki sifat yang hampir sama dengan LPG salah satunya mudah dikompresi
menjadi cair sehingga dapat dengan mudah didistribusikan ke konsumen terutama rumah
tangga. DME dapat digunakan sebagai bahan bakar murni maupun substitusi pada gas LPG
atau LGV yang telah diatur didalam peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2013. Pertimbangan dalam pembangunan pabrik dimetil
eter adalah kebutuhan gas LPG meningkat setiap tahunnya. KESDM Indonesia tahun 2011-
2017 mengungkapkan bahwa kenaikan impor gas LPG di Indonesia mencapai rata-rata 15,27%
tiap tahunnya, dengan nilai impor tertinggi pada tahun 2017 sebesar 5.461.934 ton/tahun
(KESDM, 2018). Demi mengurangi kebutuhan impor LPG Indonesia, pemerintah
melaksanakan program distribusi jaringan gas ke setiap rumah warga, selain itu pemerintah
bekerja sama dengan PT. Bukit Asam untuk memproduksi dimetil eter dari hasil gasifikasi batu
bara yang direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2022 dengan kapasitas 400,000
ton/tahun (CNBC Indonesia, 2018).
Pembangunan pabrik dimetil eter ini dimaksudkan untuk membantu pemerintah dalam
mengurangi impor gas LPG yang semakin besar. Selain itu pembangunan pabrik dimetil eter
dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena alokasi dana untuk impor LPG
yang sangat besar dapat dialokasikan pada sektor lain guna membangun Indonesia yang lebih
baik.
1.1.1 Deskripsi Produk

Dimetil eter yang diproduksi memiliki kemurnian 98,5%-b dengan impuritas 1,5%-b
berupa methanol, air dan hidrokarbon C1-C4 serta memiliki densitas uap 1,6-1,62.
Kemurnian DME tersebut mengacu pada grade fuel DME yang dikeluarkan oleh ISO
16861:2015. Kegunaan dimetil eter sebagai berikut :

1. industri makanan
dimetil eter digunakan sebagai pelarut ekstraksi dalam pemrosesan berbagai produk
makanan, seperti marine lipid, fosfolipid dari telur, lipid yang diturunkan bakteri, lipid
yang diturunkan alga, lipid dari tanaman, protein telur, protein tanaman, protein daging,
dan buah-buahan gula, yang kemudian dapat ditambahkan ke makanan dan suplemen
makanan. (Callaghan Innovation, 2017).

2. bahan bakar
dimetil eter dikenal sebagai bahan bakar ramah lingkungan karena tidak memiliki
ikatan C-C dan memiliki rasio H / C yang tinggi (Karagoz, 2014) sehingga
menghasilkan sedikit emisi CO2 dan 90% lebih sedikit NOx dibandingkan bahan bakar
kendaraan lain (IDA, 2018). DME memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan LPG
dan ini memungkinkan untuk menyimpan dan mengirimkan DME dengan
menggunakan infrastruktur yang ada dengan modifikasi kecil.

Tabel 1.1 Sifat Fisika DME dan bahan bakar lain


Properties DME Methanol Propane Methane Diesel fuel
Chemical formula CH3OCH3 CH3OH C3H8 CH4 -
Boiling point (K) 247,9 337,6 231 111,5 180-370
3
Liq. density (g/cm at 293K) 0.67 0,79 0,49 - 0,84
SG (vs. udara) 1.59 - 1,52 0,55 -
Heat of Vap. (kJ/kg) 467 1097 426 510 -
Vap. Pressure (atm at 293K) 6.1 - 9,3 - -
Ignition temperature (K) 623 743 777 905 -
Explosion Limit 3,4-17 5,5-46 2,1-9,4 5-15 0,6-6,5
Cetane Number 55-60 5 5 0 40-55
6
Net calorific value (10 J/kg) 28,90 21,10 46,46 50,23 41,86
(Sumber : Ogawa, 2003)
3. propelan
dimetil eter digunakan sebagai aerosol propelan pada industri kosmetik dan industri cat
(Laura Martin, 2016)
4. refrigeran
dimetil eter digunakan sebagai refrigeran dengan sebutan R-E170 oleh ASHRAE, juga
digunakan sebagai campuran dengan refrigeran lain seperti amonia, karbon dioksida,
butan dan propan. (ASHRAE, 2019)

1.1.2 Penentuan Kapasitas Produk


Pabrik direncanakan dibangun mulai tahun 2020 dan beroperasi pada tahun 2022. Pabrik
akan mencapai produksi full capacity diperkirakan pada tahun 2024. Kapasitas produksi
dimetil eter ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu kapasitas produksi
dimetil eter di dalam dan luar negeri, produksi gas LPG di Indonesia, dan kebutuhan gas
LPG di dalam negeri yang dapat disubstitusi oleh dimetil eter.

1) Produksi Dimetil Eter di Dunia


Kapasitas produksi dimetil eter di dunia dengan menggunakan bahan baku methanol
ataupun gas alam dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2 Kapasitas Produksi Dimetil Eter di Dunia


Pabrik Negara Kapasitas Bahan Baku Awal
(Ton/ Tahun) Operasi
1
PT. Bumitangerang Gas Industry Indonesia 6.000 Metanol 1996
Fuel DME Production Co. Ltd2 Jepang 80.000 Metanol 2008
3
Shanxi Lanhua Clean Energy Co., Ltd Cina 140.000 Natural Gas 2006
3
Shenhua Ningxia Coal Group Cina 210.000 Coal 2002
Jubail DME Plant, Kogas & Saudi Saudi 300.000 Natural Gas Dalam
Aramco4 Arabia Pembangunan
5
Jiutai Energy(Zhangjiagang)Co.,Ltd Cina 1.115.000 Natural Gas 2002
Sumber : 1https://bumitangeranggasindustry.indonetwork.co.id/info
2http://japan-dme.or.jp/english/dme/production.html
3www.toyo-eng.com
4https://www.protenders.com/companies/korea-gas-corporation/projects/jubail-dimethyl-ether-plant
5http://www.listofcompaniesin.com/Jiutai_Energy_Zhangjiagang_Co_Ltd_Company_893370.html

Dari Tabel 1.2 didapat kapasitas produksi dimetil eter terkecil sebesar 6.000 ton/tahun
dan kapasitas terbesar sebesar 1.115.000 ton/tahun. Pabrik DME di Jubail, Saudi Arabia
milik Saudi Aramco yang bekerja sama dengan Korean Gas (Kogas) sedang dibangun
dengan kapasitas 300.000 Ton/Tahun.
2) Kebutuhan Impor Gas LPG di Indonesia
Berdasarkan data dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, kebutuhan impor
gas LPG di Indonesia pada tahun 2011-2017 mengalami kenaikan rata-rata 15,27%
setiap tahunnya. Data statistik dan grafik impor gas LPG ditunjukkan pada Tabel 1.3
dan Gambar 1.1

Tabel 1.3 Data Statistik Impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Indonesia
Tahun Impor LPG (Ton/Tahun
2011 1.991.774
2012 2.573.670
2013 3.299.808
2014 3.604.009
2015 4.025.600
2016 4.475.929
2017 5.461.934
(Sumber : KESDM Handbook of Energy and Ecomonic Statistics of Indonesia, 2018)

Impor LPG di Indonesia


10000000
9000000 y = 533600x + 1E+06
Impor LPG (Ton/Tahun)

8000000 R² = 0.9797 Import


LPG In
7000000
Indonesia
6000000
5000000
4000000 Linear
(Import
3000000
LPG In
2000000 Indonesia)
1000000
0
2010 2015 2020 2025
Tahun

Gambar 1.1 Grafik Impor Gas LPG di Indonesia dari 2011-2017 dan Proyeksi Hingga 2024

Dari persamaan y = 533600x + 1000000 pada tahun 2026 kebutuhan impor gas LPG
di Indonesia diperkirakan mencapai 8.470.400 Ton/Tahun. Jumlah impor gas LPG yang
sangat besar ini tidak diiringi dengan besarnya produksi gas LPG di Indonesia. Hal
demikian dapat dilihat pada data produksi gas LPG di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 1.4

Tabel 1.4 Produksi Gas LPG di Indonesia


Tahun Produksi LPG (Ton/Tahun)
2014 746.262,6
2015 948.253,2
2016 1.207.838,1
2017 1.210.887,9
(Sumber : KESDM Handbook of Energy and Ecomonic Statistics of Indonesia, 2018)
Terlihat pada tahun 2017 jumlah produksi gas LPG sebesar 1.210.887,9 ton/tahun
sedangkan kebutuhan gas LPG Indonesia melebihi dari nilai tersebut dengan jumlah
impor mencapai 5.461.934 ton/tahun.
Dalam melaksanakan program pemerintah yang tertulis didalam Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2013, mengenai
penyediaan, pemanfaatan dan tata niaga dimetil eter sebagai bahan bakar, maka fokus
dan tujuan didirikannya pabrik dimetil eter sebagai pemenuhan kebutuhan bahan bakar
dalam negeri yang tertera pada Bab II pasal 2 ayat 2. Selain itu penggunaan dimetil eter
sebagai bahan bakar diatur dalam Bab II pasal 4 ayat 2 dan 3 yang menyebutkan
pemanfaatan dimetil eter sebagai bahan bakar murni 100% dan juga campuran LPG
atau LGV dengan komposisi tertentu.
International DME Association (2011) mengeluarkan peraturan internasional
mengenai fraksi massa DME dalam campuran DME-LPG, fraksi massa DME dalam
LPG maksimal 20%-b. Hal tersebut berkaitan dengan menurunnya nilai kalor pada gas
LPG. Nilai kalor gas LPG murni sebesar 11.964,44 Kcal/kg, campuran DME 20%
memiliki nilai panas 10.136,09 Kcal/kg dan DME 50% memiliki nilai panas 9.098,30
Kcal/kg (Anggarani, 2014).
Berdasarkan aturan dari International DME Association (2011), sebagai substitusi
gas LPG digunakan DME sebanyak 20%, maka impor gas LPG dapat ditekan minimal
20%. Perkiraan kebutuhan impor LPG pada tahun 2024 yang mencapai 8.470.400
Ton/Tahun dapat disubstitusi 20% oleh produksi DME yaitu sebesar 1.694.080
Ton/Tahun. Untuk memenuhi kebutuhan DME tersebut, maka diambil 17,7% dari
kebutuhan DME, sehingga kapasitas pabrik yang akan dibangun sebesar 300.000
Ton/Tahun.

1.1.3 Ketersediaan Bahan Baku


Bahan baku utama pembuatan DME dari gas alam adalah LNG dan steam, sedangkan
bahan penunjang berupa katalis Ni/Al2O3 untuk proses reforming dan katalis
CuO/ZnO/Al2O3/γ-Al2O3 untuk sintesis DME. Kapasitas produksi DME sebesar
300.000 Ton/Tahun dibutuhkan LNG sebesar 292004 Ton/Tahun dan steam sebanyak
1.024.935 Ton/Tahun. Penyedia bahan baku LNG berasal dari British Petroleum
Tangguh dengan produksi LNG sebesar 7,868,004 (Dirjen Migas KESDM, 2016).
Sedangkan untuk kebutuhan steam dibuat dengan menggunakan boiler dengan air yang
bersumber dari laut.
1.2 Lokasi Pabrik

Pabrik Dimethyl Ether ini direncanakan akan dibangun Daerah Sajengga, Tanah Merah,
Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Tujuan pemilihan lokasi di tersebut
dikarenakan lokasi tersebut dapat menunjang kegiatan produksi. Penentuan lokasi pabrik
dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang mencakup faktor teknis dan
ekonomis yaitu ketersediaan bahan baku, distribusi produk, pemasaran produk, fasilitas
transportasi, utilitas serta lahan yang tersedia.

Gambar 1.2 Lokasi bahan baku LNG menuju pabrik Dimetil Eter (google maps, 2019)

Gambar 1.3 Lokasi bahan baku Katalis menuju pabrik Dimetil Eter (google maps, 2019)
1.2.1 Pertimbangan Lokasi Bahan Baku
Bahan baku utama pembuatan dimetil eter yaitu gas metan yang berasal dari gas alam yang
dicairkan (LNG) dan air dalam bentuk steam. Penyedia bahan baku LNG berasal dari
sumur gas yang berada di Teluk Bintuni Papua Barat, yang kemudian dikelola oleh British
Petroleum Indonesia dan dikenal sebagai LNG Tangguh. Sedangkan steam diperoleh
dengan menggunakan steam generator yaitu berupa boiler dengan bahan bakar
menggunakan gas LNG yang berasal dari LNG Tangguh. Air untuk kebutuhan steam
diperoleh dari air laut yang kemudian diproses menjadi air yang layak untuk kebutuhan
proses.

1.2.2 Pemasaran
Dimetil eter (DME) digunakan sebagai pengganti butana dan propana sebagai pengisi
LPG. Pabrik Dimetil Eter ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan impor LPG Indonesia
yang semakin tinggi. Pemasaran produk ditujukan kepada pemerintah melalui Stasiun
Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) yang banyak terletak di Pulau Jawa. Produksi dimetil eter
ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku LPG di Indonesia.

1.2.3 Transportasi
Fasilitas transportasi menjadi hal yang penting untuk memudahkan distribusi bahan baku
maupun produk. Pemilihan lokasi pabrik berada di Sajengga, Tanah Merah, Sumuri,
Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat lokasi tersebut dekat dengan bahan baku
Transportasi bahan baku untuk produksi dimetileter dapat dilakukan dengan sistem
perpipaan. Lokasi pabrik diletakkan dekat dengan laut dengan tujuan untuk memudahkan
transportasi pengiriman produk yang akan dipasarkan

1.2.4 Kesesuaian Tata Ruang


Kabupaten Bintuni di Papua Barat adalah daerah pemukiman dengan sector industri yang
masih rendah. Di daerah Teluk Bintuni sedang dibangun Kawasan Industri Teluk Bintuni
dan direncanakan akan selesai pada tahun 2020 dengan luas lahan ±2112 Ha (KPIP, 2018).
Dikarenakan kawasan industri ini merupakan kawasan industri baru maka masih banyak
tersedia lahan kosong yang dapat dijadikan tempat pembangunan dan pengembangan
pabrik DME ini.
Gambar 1.4 Lokasi Teluk Bintuni

1.2.5 Utilitas
Utilitas yang dibutuhkan diantaranya adalah air, listrik dan panas. Kebutuhan air untuk
utilitas dapat diambil dari air laut dengan dipompa, air tersebut akan diolah untuk
keperluan proses. Penyediaan listrik didapatkan dari pembangkit listrik milik pemerintah
yang dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Panas pada reaktor Reforming dan
reaktor sintesis DME di suplai dari hasil pembakaran gas alam, sedangkan untuk
kebutuhan lainnya di peroleh dari steam. Steam diperoleh dari pemanfaatan panas keluaran
reaktor Reforming.

1.3 Kondisi Lokasi dan Rona Lingkungan

Daerah Sajengga, Tanah Merah, Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat terletak pada
1°57’50’’ – 3°11’26’’ Lintang Selatan dan 132°44’59’’ – 134°14’49’’ Bujur Timur.
Kemudian terdapat pula pelabuhan terpadu yang terletak di dekat lokasi dan memudahkan
distribusi melalui jalur laut yang terletak hanya1,5 km dari lokasi pabrik

Keadaan Lingkungan Kabupaten Teluk Bintuni dapat dilihat sebagai berikut,

Luas wilayah : 20.840,83 km2


Batas sebelah utara : Distrik Aifat Timur, Kabupaten Sorong
Selatan dan Distrik Kebar, Testega,
Menyambouw, Sururey Kabupaten
Manokwari
Batas sebelah selatan :Distrik Kaimana, Teluk Arguni
Kabupaten Kaimana dan Distrik Kokas
Kabupaten Fakfak
Batas sebelah timur :Distrik Ransiki, Kabupaten Manokwari;
Distrik Wamesa, WindesiWasior Barat
Kabupaten Teluk Wondama; dan Distrik
Yaur Kabupaten Nabire
Batas sebelah barat :Distrik Kaimana, Teluk Arguni
Kabupaten Kaimana dan Distrik Kokas
Kabupaten Fakfak
(BPS, Papua Barat)
(id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Teluk_Bintuni
Letak geografis : 1°-3° Lintang Selatan dan garis 132°-
134° Bujur Timur
Iklim : Tropis
Rata-rata curah hujan : 2824 mm/tahun
Curah hujan : Bulan April/September
tertinggi/terendah
Suhu : rata-rata 28oC (Maks 32oC dan Min
24oC)
Tekanan :
Jumlah hari hujan (2017) : 249 hari
Kelembaban : 82,83%
Kecepatan angin : 5 km/jam
(Bps Provinsi Papua Barat)
Arah angin : Barat Laut
(bmkg.go.id, 2019)
1.4 Deskripsi Umum Proses
Produksi DME dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung dan tidak langsung.
Metode tidak langsung berupa reaksi dehidrasi methanol dan metode langsung berupa sintesis
DME dari gas sintesis (CO dan H2) yang diproduksi dari gas alam, batu bara atau biomassa.
Salah satu proses pembuatan DME dari gas alam secara komersi disajikan pada blok diagram
Gambar 1.5 dengan paten milik Haldor Topsoe Process

Gambar 1.5 Blok Diagram Proses Dimetil Eter (Haldor Topsoe Process)

Pada Gambar 1.5 terlihat bahwa bahan baku yang digunakan merupakan gas alam yang masih
memiliki kandungan sulfur dan pengotor lain, ditandai dengan adanya unit sulfur removal. Gas
alam yang akan digunakan pada pabrik ini adalah Liquefied Natural Gas (LNG) dan tidak
mengandung pengotor, sehingga tidak perlu adanya unit sulfur removal. Blok diagram yang
digunakan dimodifikasi dari blok diagram milik Haldor Topsoe Process. Modifikasi blok
diagram disajikan pada Gambar 1.6

Gambar 1.6 Modifikasi Blok Diagram Pembuatan Dimetil Eter dari LNG
Tahap pertama adalah proses vaporisasi LNG menjadi natural gas dengan
menggunakan aliran produk unit reforming berupa gas sintesis pada T 150oC. Selanjutnya
adalah tahap proses reforming gas metan dari gas alam menggunakan steam (steam methane
reforming) dengan bantuan katalis Ni/Al2O3. Proses ini terjadi pada tekanan 1 bar dan suhu
700oC. Hasil dari proses reforming adalah gas sintesis (synthetic gas) berupa CO dan H2, reaksi
reforming metan mengikuti persamaan 1.1 dan 1.2.
 Reaksi Reforming
CH4 + H2O  3H2 + CO.…………………………………………………...……..(1.1)
CO + H2O  CO2 +H2…………………………………………………………….(1.2)
Tahap kedua adalah proses sintesis DME dari gas sintesis (CO dan H2) dengan
menggunakan katalis CuO/ZnO/Al2O3/γ-Al2O3 dengan komposisi 92,5% CuO/ZnO/Al2O3 dan
7,5% γ-Al2O3. Proses tersebut berlangsung pada tekanan 30 bar dan suhu 250 oC. Reaksi
pembentukan DME mengikuti persamaan 1.3-1.6.

 Reaksi Direct Dimetil Eter (DME) Sintesis


CO + 2H2  CH3OH.…………………………………………………...………....(1.3)
3H2 + CO2  CH3OH + H2O.……………………………………………………..(1.4)
H2O + CO  H2 + CO2.…………………………………………………...……....(1.5)
2CH3OH  CH3OCH3 + H2O.………………………………………………….....(1.6)

Hasil dari reaksi tersebut berupa DME dan air yang kemudian dimasukkan kedalam
unit separator untuk memisahkan antara gas yang belum bereaksi dan produk. Produk atas
berupa gas menuju aliran purge gas, sedangkan produk bawah berupa DME dan air dipisahkan
dengan unit distilasi. Proses pemurnian DME dilakukan hingga produk DME mencapai
kemurnian 98,5%-b sesuai dengan ISO 16861:2015 sehingga dapat digunakan sebagai bahan
bakar campuran pada LPG.

1.5 Gross Profit Margin


Menurut Sawir, 2009 Gross Profit Margin ( GPM) merupakan rasio antara laba kotor yaitu
penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan untuk mengukur efisiensi suatu
perusahaan. Semakin besar GPM akan semakin baik keadaan operasi pada perusahaan, hal
tersebut menunjukkan bahwa harga bahan baku lebih rendah dibandingkan dengan produk,
demikian juga sebaliknya, semakin rendah GPM akan semakin kurang baik operasi pada
perusahaan. Gross Profit Margin (GPM) dapat dihitung menggunakan rumus dibawah.
𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌 − 𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑩𝒂𝒉𝒂𝒏 𝑩𝒂𝒌𝒖
𝑮𝑷𝑴 = 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌

Harga bahan baku dan produk yang siap dipasarkan serta data massa bahan baku dan produk
yang disajikan pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Harga Bahan Baku dan Massa Bahan Baku dan Produk
Bahan Ton/Tahun Ton/Jam USD/Ton
Liquefied Natural Gas1 292.004 36,5005 568,83
Steam2 1.024.935 128,117 20,7
3
Dimetil Eter 300.000 37,5 1750
(Sumber :

Berdasarkan data dari CSI Market, nilai GPM minimum untuk Chemical
Manufacturing Industry pada kuartal ke-empat pada tahun 2018 yaitu sebesar 20,16.
Sedangkan nilai rata-rata GPM tersebut adalah 34,48% (CSI Market, 2018). Berdasarkan hasil
perhitungan diatas, diperoleh nilai GPM positif pada kapasitas 300.000 Ton/Tahun dengan nilai
64,32%. Oleh sebab itu, pembangunan pabrik DME ini dapat dikatakan layak dan akan
menguntungkan.
BAB II
DESKRIPSI PROSES

2.1 Spesifikasi Bahan dan Produk


Spesifikasi bahan dan produk merupakan sifat fisika dan kimia dari bahan yang akan digunakan
serta produk yang akan dihasilkan di pabrik Dimethyl Ether. Karakteristik bahan baku dan
pendukung diperoleh dari produsen yang akan mensuplai kebutuhan pabrik Dimethyl Ether

2.2 Spesifikasi Bahan Baku


Bahan baku pembuatan Dimethyl Ether adalah gas alam yang didapatkan dari British
Petroleum Tangguh yang memiliki kilang di Papua Barat dan air di dapat dari laut arafau, Papua
Barat. Spesifikasi dari masing masing bahan baku disediakan sebagai berikut.

2.2.1 Liquefied Natural Gas


Dalam pembuatan Dimethyl ether salah satu bahan bakunya adalah Liquified Natural Gas.
Liquified Natural Gas didapatkan dari British Petroleum Tangguh Papua Barat. Komposisi
tersebut terdiri dari CH4 96,91 %, C2H6 2,37 %. (NL Agency Report, 2013). Metana adalah
hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus kimia CH4, tidak bewarna
dan tidak berbau, Etana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan
rumus kimia C2H6, Senyawa ini merupakan alkana dengan dua karbon, dan merupakan
hidrokarbon alifatik, gas etana tidak bewarna dan tidak berbau.

Tabel 2.1 Spesifikasi Gas Alam (Metanq dan Etana)


Keterangan Spesifikasi
1 2
Rumus Kimia CH4 C2H6
Fasa Gas Gas
Berat Molekul (gram/mol) 16 30
Massa Jenis (gram/cm3) 0,656 0,544
Tekanan Uap ( 25 °C) (atm) 246 -
Titik didih (1 atm) (°C) - 161,5 -88,5
Titik leleh (1 atm) (°C) - 182,5 - 182,5
Net Heating Value (kcal/kg)3 12000 11350
(Sumber : 1. Lee, 2006. 2. https://en.wikipedia.org/wiki/Ethane 3. https://www.engineeringtoolbox.com/gross-
net-heating-values-d_420.html)
2.2.2 Air
Dalam pembuatan Dimethyl ether salah satu bahan bakunya adalah air. Air digunakan
sebagai steam pada proses reforming gas metan yang dinamakan steam methane reforming.
Tabel 2.2 Spesifikasi Air
Keterangan Spesifikasi
Rumus Kimia H2O
Berat Molekul 18 gram/mol
Massa Jenis 0,997 gram/cm3
Tekanan Uap ( 20 °C) 0,02 atm
Titik didih (1 atm) 100 °C
Titik leleh (1 atm) 0 °C
Kalor jenis (20 °C) 4,18 kj/kgk
Viskositas (20 °C) 1,005 cp
(Sumber : Kirk and Orthmer, 1983)
2.2.3 Katalis
Proses pembuatan DME dari LNG memerlukan dua katalis untuk dua proses berbeda,
katalis pertama untuk reforming gas metana dan katalis kedua untuk pembuatan DME dari
gas sintesis.

a. Katalis Reforming Gas Metana


Katalis reforming berupa NiO/α-Al2O3 didapatkan dari Johnson Matthey Plc. Spesifikasi
katalis tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Spesifikasi Katalis Reforming Gas Metana
Katalis Densitas Diameter Modulus Faktor Komposisi NiO
(kg/m3) (mm) Thiele Efektifitas (%-b)
NiO/α-Al2O3 1870 0,2 1,15 0,92 18
(Sumber: Abbas, 2016)
Katalis NiO tidak memiliki fasa aktif, sehingga perlu adanya proses aktivasi katalis NiO
dengan cara mereduksi NiO menjadi Ni. Proses reduksi dilakukan didalam reaktor
sebelum proses reforming dimulai. Proses reduksi dilakukan dengan mengalirkan gas N2
dan H2 dengan komposisi 5%-vol H2 kedalam reaktor reforming yang mengandung
katalis NiO.

b. Katalis Pembuatan Dimetil Eter


Katalis dalam pembuatan DME terdiri dari CuO/ZnO/Al2O3 dan γ-Al2O3. Katalis
CuO/ZnO/Al2O3 komersial (biasa disebut METS-1) didapatkan dari Chempack. Katalis
γ-Al2O3 didapatkan dari BASF. Spesifikasi katalis tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Spesifikasi Katalis Pembuatan DME
Katalis Densitas Diameter Panjang Ukuran Volume Luas Permukaan
(kg/m3) (mm) (mm) Pori (nm) Pori (cm3/g) (m2/g)
CuO/ZnO/Al2O3 2365 5 4,8 15,3 0,257 76,6
γ-Al2O3 1066 4,4 9,1 6,4 0,545 239,9
(Sumber : Peláez, 2017)
Katalis yang digunakan adalah campuran dari kedua katalis diatas, sehingga perlu adanya
pencampuran kedua katalis tersebut dengan proporsi yang ditentukan, spesifikasi katalis
yang telah dicampurkan dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Spesifikasi Mix-Katalis Pembuatan DME
Katalis Densitas Diameter Ukuran Volume Luas Komposisi
(kg/m3) (mm) Pori Pori Permukaan (%-b)
(nm) (cm3/g) (m2/g)
CuO/ZnO/Al2O3 15,3 92,5
100-250 0,279 88,9
γ-Al2O3 6,4 7,5
(Sumber : Peláez, 2017)

2.3 Spesifikasi Produk


Produk- produk yang dihasilkan dari proses ini adalah:
2.3.1 Dimetil eter
Dimetil eter merupakan produk utama yang dihasilkan pada proses ini. Spesifikasi produk
disesuaikan dengan permintaan pasar sebagai bahan baku pembuatan LPG (fuel grade).
Berdasarkan spesifikasi ISO16861: 2015 (DME fuel quality) kemurnian DME untuk bahan
bakar yaitu sebesar 98,5%. Perusahaan-perusahaan konsumen dimetil eter di Indonesia
adalah PT. Pertamina sebagai perusahaan BUMN milik pemerintah yang memproduksi
LPG. Dimetil eter yang akan dihasilkan memiliki kemurnian 98.5% agar dapat bersaing di
pasaran, spesifikasi dimetil eter adalah sebagai berikut.

Table 2. Sifat fisik Dimetil Eter


Keterangan Spesifikasi
Nama Lain Methoxymethane
Rumus molekul C2H6O
Wujud Gas
Warna Tidak berwarna
Bau Faint ethereal odor
Berat molekul 46.07 g/mol
Titik Didih -24,9 oC
Titik Leleh -141,5 oC
o
Densitas (pada 20 C) 668 kg/m3
(Sumber: Perry, 1984)
2.3.2 Methanol
Methanol merupakan produk samping yang dihasilkan pada proses pembuatan dimetil eter.
Sifat fisik methanol disajikan pada table 2.

Table 2. Sifat Fisik Methanol


Keterangan Spesifikasi
Nama lain Methyl Alcohol
Wujud Cair
Warna Tak berwarna
Specific gravity 0,7918
Titik leleh -97 oC
Titik Didih 64.7 oC
Berat Molekul 32,04 g/mol
(Sumber: Perry, 1984)

2.4 Deskripsi Sistem Proses


Proses pembuatan DME dirancang memiliki kapasitas 300.000 ton/tahun. Pabrik beroperasi
selama 8000 jam/tahun, sehingga produksi DME sebesar 37,5 ton/jam sepanjang tahunnya.
Dalam proses pembuatan dimetil eter dibagi menjadi 3 proses utama, yaitu (1) reforming gas
metana menjadi gas sintesis, (2) pembentukan metanol dan dehidrasi metanol menjadi DME,
dan (3) pemurnian DME. Process flow diagram pada pra-rancang pabrik ini mengadopsi dari
proses yang telah dipatenkan oleh Zubrin (2017) dengan menggunakan gas alam sebagai bahan
bakunya, proses tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah.

Gambar 2.1 Process Flow Diagram Sintesis DME Dari Gas Alam (Zubrin, 2017)

Proses pembuatan DME yang telah dilakukan oleh Zubrin (2017) menggunakan metode
partial oxidation of methane atau air methane reforming. Dalam proses pembuatan DME
menggunakan katalis CuO/ZnO/γ-Al2O3. Berdasarkan proses yang telah dipatenkan oleh
Zubrin (2017), modifikasi yang dilakukan adalah bahan baku yang digunakan, proses
reforming metana dan proses pembuatan DME. Modifikasi diagram aliran proses dapat dilihat
pada gambar 2.2 dibawah.

Gambar 2.2 Process Flow Diagram Sintesis DME dari LNG

1) Reforming Gas Metana


Gas alam cair diuapkan menggunakan vaporizer terlebih dahulu pada suhu 150oC kemudian
masuk kedalam unit reforming pada suhu 700oC dan tekanan 1 bar. Pada saat yang bersamaan
dimasukkan steam dengan suhu 700oC yang berasal dari alat boiler E-111. Sehingga rasio
steam/metana (S/C) didalam reaktor sebesar 3,12 mol/mol. Reaktor yang digunakan dalam
proses ini adalah fixed bed reactor dengan katalis berupa NiO/α-Al2O3, komposisi katalis
adalah 18%-b NiO yang disangga pada α-Al2O3. Pada proses ini, terdapat kemungkinan
terkonversinya gas CO menjadi CO2 oleh steam dan menghasilkan gas H2, reaksi samping
tersebut dinamakan water gas shift (WGS) reaction. WGS menyebabkan hasil rasio H2/CO
semakin besar sehingga tidak layak untuk masuk kedalam proses pembuatan DME. Reaksi
WGS dapat terjadi pada temperatur yang lebih rendah yaitu pada suhu 200-400oC (Abbas,
2016). Reaksi keseluruhan dari proses reforming gas metana disajikan pada persamaan 2.1 dan
2.2

CH4 + H2O  3H2 + CO…………… ∆H298K= + 206 kJ/mol …………………….(2.1)

Reaksi samping atau disebut water gas shift reaction adalah:


CO + H2O  CO2 +H2………………… ∆H298K= - 41 kJ/mol …………......….(2.2)
Produk dari keluaran unit reforming yang dinamakan gas sintesis masih dalam fasa gas
didinginkan hingga suhu 35oC, dimana air terkondensasi secara signifikan sehingga dapat
dipisahkan dari gas sintesis (Zubrin, 2017).

2) Pembuatan Dimetil Eter

Proses pembuatan DME terjadi pada reaktor R-102 pada suhu 250oC dengan tekanan 30 bar.
Dalam proses ini, reaktor yang digunakan adalah fixed bed reactor dengan katalis berupa
CuO/ZnO/Al2O3/γ-Al2O3 dengan komposisi 92,5% CuO/ZnO/Al2O3 dan 7,5% γ-Al2O3. Gas
sintesis yang dihasilkan pada unit reforming metana dipanaskan hingga suhu 250 oC sebelum
masuk kedalam reaktor R-102. Dalam prosesnya reaksi pembuatan DME terbagi menjadi dua
tahap. Tahap pertama adalah pembuatan metanol dari gas sintesis yang berlangsung pada
katalis CuO dan ZnO, dan tahap kedua adalah dehidrasi metanol menjadi DME yang
berlangsung pada katalis Al2O3 dan γ-Al2O3. Penggunaan katalis γ-Al2O3 mempengaruhi pada
meningkatnya nilai konversi dehidrasi metanol menjadi DME (Peláez, 2017). Reaksi
pembuatan dimetil eter dari gas sintesis pada fixed bed reactor disajikan pada persamaan 2.3 –
2.6.

CO + 2H2  CH3OH…………… ∆H298K= - 90,6 kJ/mol …………………….….(2.3)


3H2 + CO2  CH3OH + H2O…………… ∆H298K= - 49,4 kJ/mol ……………….(2.4)
H2O + CO  H2 + CO2…………… ∆H298K= -41,2 kJ/mol .……………………..(2.5)
2CH3OH  CH3OCH3 + H2O…………… ∆H298K= - 23,4 kJ/mol …………...….(2.6)

Reaksi yang terjadi dalam proses ini bersifat eksotermis, sehingga perlu diperhatikan pengaruh
kenaikan suhu terhadap terbentuknya produk lain. Zubrin (2017) melaporkan bahwa suhu
operasi dalam reaktor harus dijaga dibawah 400oC untuk mencegah pembentukan produk yang
tidak diinginkan. Peláez (2017) membuktikan bahwa dengan suhu yang semakin meningkat
menghasilkan yield DME yang semakin rendah. Dalam proses ini, suhu reaktor dijaga pada
250oC dengan menggunakan air sebagai media pendingin. Proses pendinginan menyebabkan
air menjadi steam. Steam yang dihasilkan digunakan sebagai pemanas pada reboiler di unit
distilasi.
3) Pemurnian DME

Produk keluaran reaktor R-102 berupa DME, H2O, CO2, CO dan H2 didinginkan hingga suhu
dibawah 20oC sebelum masuk kedalam kolom absorber C-101. DME diabsorpsi menggunakan
solven berupa air sedangkan gas efluen berupa CO2, CO dan H2 dikeluarkan menuju aliran
purge gas. Solven yang kaya akan DME masuk kedalam kolom stripper C-102 untuk
dipisahkan dengan metoda stripping (distilasi). Proses stripping menghasilkan DME dengan
kemurnian minimal 98,5%-mol yang sesuai dengan ISO 16861:2015. Produk bawah kolom
distilasi berupa lean water digunakan kembali sebagai solven pada kolom absorber C-101.
Produk atas kolom distilasi berupa gas DME dicairkan hingga suhu dibawah -24,9oC dan
kemudian disimpan pada tangki penampung T-101-103-B yang berbentuk spherical.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. Z. Dupont, V. Mahmud, T. 2016. Kinetics study and modelling of steam methane
reforming process over a NiO/Al2O3 catalyst in an adiabatic packed bed reactor. Int.
Journal of Hydrogen. Elsevier.
ASHRAE. ASHRAE list of refrigerants. http://www.ashrae.org/technology/page/1933#et/.
Diakses 20 Februari 2019

Callaghan Innovation. 2017. GRAS Notice for the Use of Dimethyl. New Zealand
Indonetwork. 2018. PT. Bumitangerang Gas Industry.
https://bumitangeranggasindustry.indonetwork.co.id/info/. Diakses 20 Februari 2019

International DME Association (IDA). 2018. DME | Benefits.


https://www.aboutdme.org/index.asp?bid=220/. Diakses 20 Februari 2019

Japan DME Association. 2019. Production of DME. http://japan-


dme.or.jp/english/dme/production.html/. Diakses 20 Februari 2019

Karagoz, Secgin. 2014. Dimethyl Ether (DME) Production From Shale Gas by Direct and
Indirect Methods. Thesis. Texas A&M University

List of Companies in Worldwide. 2019. Jiutai Energy (Zhangjiagang) Co.,Ltd


http://www.listofcompaniesin.com/Jiutai_Energy_Zhangjiagang_Co_Ltd_Company_
893370.html/. Diakses 20 Februari 2019
Mendez, Laura Martin. 2016. Process Design and Control of Dimethyl Ether Synthesis.
Universidad Politecnica Madrid. Italy.
Ogawa, T. Inoue, N. Shikada, T. and Ohno, Y. 2003. Direct dimethyl ether synthesis. Journal
Nat. Gas Chem.,12 219–227.

Perry, R.H. and Green, D.W. 1984. Perry’s Chemical Engineer’s Handbook. 6th
edition. McGraw Hill Book Company. Singapore

Prabowo, B. Yan, M. Syamsiro, M. Hendroko, R S. Biddinika M K. 2017. State of the Art of


Global Dimethyl Ether Production and It’s Potentional Application in Indonesia.
Proceedings of the Pakistan Academy of Sciences: B. Life and Environmental Sciences
54 (1): 29–39

ProTenders. 2018. Jubail Dimethyl Ether Plant. https://www.protenders.com/companies/korea-


gas-corporation/projects/jubail-dimethyl-ether-plant/. Diakses 20 Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai