Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Dimetil eter (DME) adalah senyawa eter yang memiliki satu atom oksigen terikat oleh dua grup
metil. Dimetil eter merupakan senyawa volatile yang tidak berwarna dan bisa digunakan
sebagai pelarut, bahan bakar, aerosol, propelan dan refrigerant (Pubchem, 2019).
DME memiliki sifat yang hampir sama dengan LPG salah satunya mudah dikompresi
menjadi cair sehingga dapat dengan mudah didistribusikan ke konsumen terutama rumah
tangga. DME dapat digunakan sebagai bahan bakar murni maupun substitusi pada gas LPG
atau LGV yang telah diatur didalam peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2013. Pertimbangan dalam pembangunan pabrik dimetil
eter adalah kebutuhan gas LPG meningkat setiap tahunnya. KESDM Indonesia tahun 2011-
2017 mengungkapkan bahwa kenaikan impor gas LPG di Indonesia mencapai rata-rata 15,27%
tiap tahunnya, dengan nilai impor tertinggi pada tahun 2017 sebesar 5.461.934 ton/tahun
(KESDM, 2018). Demi mengurangi kebutuhan impor LPG Indonesia, pemerintah
melaksanakan program distribusi jaringan gas ke setiap rumah warga, selain itu pemerintah
bekerja sama dengan PT. Bukit Asam untuk memproduksi dimetil eter dari hasil gasifikasi batu
bara yang direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2022 dengan kapasitas 400,000
ton/tahun (CNBC Indonesia, 2018).
Pembangunan pabrik dimetil eter ini dimaksudkan untuk membantu pemerintah dalam
mengurangi impor gas LPG yang semakin besar. Selain itu pembangunan pabrik dimetil eter
dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena alokasi dana untuk impor LPG
yang sangat besar dapat dialokasikan pada sektor lain guna membangun Indonesia yang lebih
baik.
1.1.1 Deskripsi Produk
Dimetil eter yang diproduksi memiliki kemurnian 98,5%-b dengan impuritas 1,5%-b
berupa methanol, air dan hidrokarbon C1-C4 serta memiliki densitas uap 1,6-1,62.
Kemurnian DME tersebut mengacu pada grade fuel DME yang dikeluarkan oleh ISO
16861:2015. Kegunaan dimetil eter sebagai berikut :
1. industri makanan
dimetil eter digunakan sebagai pelarut ekstraksi dalam pemrosesan berbagai produk
makanan, seperti marine lipid, fosfolipid dari telur, lipid yang diturunkan bakteri, lipid
yang diturunkan alga, lipid dari tanaman, protein telur, protein tanaman, protein daging,
dan buah-buahan gula, yang kemudian dapat ditambahkan ke makanan dan suplemen
makanan. (Callaghan Innovation, 2017).
2. bahan bakar
dimetil eter dikenal sebagai bahan bakar ramah lingkungan karena tidak memiliki
ikatan C-C dan memiliki rasio H / C yang tinggi (Karagoz, 2014) sehingga
menghasilkan sedikit emisi CO2 dan 90% lebih sedikit NOx dibandingkan bahan bakar
kendaraan lain (IDA, 2018). DME memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan LPG
dan ini memungkinkan untuk menyimpan dan mengirimkan DME dengan
menggunakan infrastruktur yang ada dengan modifikasi kecil.
Dari Tabel 1.2 didapat kapasitas produksi dimetil eter terkecil sebesar 6.000 ton/tahun
dan kapasitas terbesar sebesar 1.115.000 ton/tahun. Pabrik DME di Jubail, Saudi Arabia
milik Saudi Aramco yang bekerja sama dengan Korean Gas (Kogas) sedang dibangun
dengan kapasitas 300.000 Ton/Tahun.
2) Kebutuhan Impor Gas LPG di Indonesia
Berdasarkan data dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, kebutuhan impor
gas LPG di Indonesia pada tahun 2011-2017 mengalami kenaikan rata-rata 15,27%
setiap tahunnya. Data statistik dan grafik impor gas LPG ditunjukkan pada Tabel 1.3
dan Gambar 1.1
Tabel 1.3 Data Statistik Impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Indonesia
Tahun Impor LPG (Ton/Tahun
2011 1.991.774
2012 2.573.670
2013 3.299.808
2014 3.604.009
2015 4.025.600
2016 4.475.929
2017 5.461.934
(Sumber : KESDM Handbook of Energy and Ecomonic Statistics of Indonesia, 2018)
Gambar 1.1 Grafik Impor Gas LPG di Indonesia dari 2011-2017 dan Proyeksi Hingga 2024
Dari persamaan y = 533600x + 1000000 pada tahun 2026 kebutuhan impor gas LPG
di Indonesia diperkirakan mencapai 8.470.400 Ton/Tahun. Jumlah impor gas LPG yang
sangat besar ini tidak diiringi dengan besarnya produksi gas LPG di Indonesia. Hal
demikian dapat dilihat pada data produksi gas LPG di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 1.4
Pabrik Dimethyl Ether ini direncanakan akan dibangun Daerah Sajengga, Tanah Merah,
Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Tujuan pemilihan lokasi di tersebut
dikarenakan lokasi tersebut dapat menunjang kegiatan produksi. Penentuan lokasi pabrik
dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang mencakup faktor teknis dan
ekonomis yaitu ketersediaan bahan baku, distribusi produk, pemasaran produk, fasilitas
transportasi, utilitas serta lahan yang tersedia.
Gambar 1.2 Lokasi bahan baku LNG menuju pabrik Dimetil Eter (google maps, 2019)
Gambar 1.3 Lokasi bahan baku Katalis menuju pabrik Dimetil Eter (google maps, 2019)
1.2.1 Pertimbangan Lokasi Bahan Baku
Bahan baku utama pembuatan dimetil eter yaitu gas metan yang berasal dari gas alam yang
dicairkan (LNG) dan air dalam bentuk steam. Penyedia bahan baku LNG berasal dari
sumur gas yang berada di Teluk Bintuni Papua Barat, yang kemudian dikelola oleh British
Petroleum Indonesia dan dikenal sebagai LNG Tangguh. Sedangkan steam diperoleh
dengan menggunakan steam generator yaitu berupa boiler dengan bahan bakar
menggunakan gas LNG yang berasal dari LNG Tangguh. Air untuk kebutuhan steam
diperoleh dari air laut yang kemudian diproses menjadi air yang layak untuk kebutuhan
proses.
1.2.2 Pemasaran
Dimetil eter (DME) digunakan sebagai pengganti butana dan propana sebagai pengisi
LPG. Pabrik Dimetil Eter ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan impor LPG Indonesia
yang semakin tinggi. Pemasaran produk ditujukan kepada pemerintah melalui Stasiun
Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) yang banyak terletak di Pulau Jawa. Produksi dimetil eter
ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku LPG di Indonesia.
1.2.3 Transportasi
Fasilitas transportasi menjadi hal yang penting untuk memudahkan distribusi bahan baku
maupun produk. Pemilihan lokasi pabrik berada di Sajengga, Tanah Merah, Sumuri,
Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat lokasi tersebut dekat dengan bahan baku
Transportasi bahan baku untuk produksi dimetileter dapat dilakukan dengan sistem
perpipaan. Lokasi pabrik diletakkan dekat dengan laut dengan tujuan untuk memudahkan
transportasi pengiriman produk yang akan dipasarkan
1.2.5 Utilitas
Utilitas yang dibutuhkan diantaranya adalah air, listrik dan panas. Kebutuhan air untuk
utilitas dapat diambil dari air laut dengan dipompa, air tersebut akan diolah untuk
keperluan proses. Penyediaan listrik didapatkan dari pembangkit listrik milik pemerintah
yang dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Panas pada reaktor Reforming dan
reaktor sintesis DME di suplai dari hasil pembakaran gas alam, sedangkan untuk
kebutuhan lainnya di peroleh dari steam. Steam diperoleh dari pemanfaatan panas keluaran
reaktor Reforming.
Daerah Sajengga, Tanah Merah, Sumuri, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat terletak pada
1°57’50’’ – 3°11’26’’ Lintang Selatan dan 132°44’59’’ – 134°14’49’’ Bujur Timur.
Kemudian terdapat pula pelabuhan terpadu yang terletak di dekat lokasi dan memudahkan
distribusi melalui jalur laut yang terletak hanya1,5 km dari lokasi pabrik
Gambar 1.5 Blok Diagram Proses Dimetil Eter (Haldor Topsoe Process)
Pada Gambar 1.5 terlihat bahwa bahan baku yang digunakan merupakan gas alam yang masih
memiliki kandungan sulfur dan pengotor lain, ditandai dengan adanya unit sulfur removal. Gas
alam yang akan digunakan pada pabrik ini adalah Liquefied Natural Gas (LNG) dan tidak
mengandung pengotor, sehingga tidak perlu adanya unit sulfur removal. Blok diagram yang
digunakan dimodifikasi dari blok diagram milik Haldor Topsoe Process. Modifikasi blok
diagram disajikan pada Gambar 1.6
Gambar 1.6 Modifikasi Blok Diagram Pembuatan Dimetil Eter dari LNG
Tahap pertama adalah proses vaporisasi LNG menjadi natural gas dengan
menggunakan aliran produk unit reforming berupa gas sintesis pada T 150oC. Selanjutnya
adalah tahap proses reforming gas metan dari gas alam menggunakan steam (steam methane
reforming) dengan bantuan katalis Ni/Al2O3. Proses ini terjadi pada tekanan 1 bar dan suhu
700oC. Hasil dari proses reforming adalah gas sintesis (synthetic gas) berupa CO dan H2, reaksi
reforming metan mengikuti persamaan 1.1 dan 1.2.
Reaksi Reforming
CH4 + H2O 3H2 + CO.…………………………………………………...……..(1.1)
CO + H2O CO2 +H2…………………………………………………………….(1.2)
Tahap kedua adalah proses sintesis DME dari gas sintesis (CO dan H2) dengan
menggunakan katalis CuO/ZnO/Al2O3/γ-Al2O3 dengan komposisi 92,5% CuO/ZnO/Al2O3 dan
7,5% γ-Al2O3. Proses tersebut berlangsung pada tekanan 30 bar dan suhu 250 oC. Reaksi
pembentukan DME mengikuti persamaan 1.3-1.6.
Hasil dari reaksi tersebut berupa DME dan air yang kemudian dimasukkan kedalam
unit separator untuk memisahkan antara gas yang belum bereaksi dan produk. Produk atas
berupa gas menuju aliran purge gas, sedangkan produk bawah berupa DME dan air dipisahkan
dengan unit distilasi. Proses pemurnian DME dilakukan hingga produk DME mencapai
kemurnian 98,5%-b sesuai dengan ISO 16861:2015 sehingga dapat digunakan sebagai bahan
bakar campuran pada LPG.
Harga bahan baku dan produk yang siap dipasarkan serta data massa bahan baku dan produk
yang disajikan pada Tabel 1.5.
Tabel 1.5 Harga Bahan Baku dan Massa Bahan Baku dan Produk
Bahan Ton/Tahun Ton/Jam USD/Ton
Liquefied Natural Gas1 292.004 36,5005 568,83
Steam2 1.024.935 128,117 20,7
3
Dimetil Eter 300.000 37,5 1750
(Sumber :
Berdasarkan data dari CSI Market, nilai GPM minimum untuk Chemical
Manufacturing Industry pada kuartal ke-empat pada tahun 2018 yaitu sebesar 20,16.
Sedangkan nilai rata-rata GPM tersebut adalah 34,48% (CSI Market, 2018). Berdasarkan hasil
perhitungan diatas, diperoleh nilai GPM positif pada kapasitas 300.000 Ton/Tahun dengan nilai
64,32%. Oleh sebab itu, pembangunan pabrik DME ini dapat dikatakan layak dan akan
menguntungkan.
BAB II
DESKRIPSI PROSES
Gambar 2.1 Process Flow Diagram Sintesis DME Dari Gas Alam (Zubrin, 2017)
Proses pembuatan DME yang telah dilakukan oleh Zubrin (2017) menggunakan metode
partial oxidation of methane atau air methane reforming. Dalam proses pembuatan DME
menggunakan katalis CuO/ZnO/γ-Al2O3. Berdasarkan proses yang telah dipatenkan oleh
Zubrin (2017), modifikasi yang dilakukan adalah bahan baku yang digunakan, proses
reforming metana dan proses pembuatan DME. Modifikasi diagram aliran proses dapat dilihat
pada gambar 2.2 dibawah.
Proses pembuatan DME terjadi pada reaktor R-102 pada suhu 250oC dengan tekanan 30 bar.
Dalam proses ini, reaktor yang digunakan adalah fixed bed reactor dengan katalis berupa
CuO/ZnO/Al2O3/γ-Al2O3 dengan komposisi 92,5% CuO/ZnO/Al2O3 dan 7,5% γ-Al2O3. Gas
sintesis yang dihasilkan pada unit reforming metana dipanaskan hingga suhu 250 oC sebelum
masuk kedalam reaktor R-102. Dalam prosesnya reaksi pembuatan DME terbagi menjadi dua
tahap. Tahap pertama adalah pembuatan metanol dari gas sintesis yang berlangsung pada
katalis CuO dan ZnO, dan tahap kedua adalah dehidrasi metanol menjadi DME yang
berlangsung pada katalis Al2O3 dan γ-Al2O3. Penggunaan katalis γ-Al2O3 mempengaruhi pada
meningkatnya nilai konversi dehidrasi metanol menjadi DME (Peláez, 2017). Reaksi
pembuatan dimetil eter dari gas sintesis pada fixed bed reactor disajikan pada persamaan 2.3 –
2.6.
Reaksi yang terjadi dalam proses ini bersifat eksotermis, sehingga perlu diperhatikan pengaruh
kenaikan suhu terhadap terbentuknya produk lain. Zubrin (2017) melaporkan bahwa suhu
operasi dalam reaktor harus dijaga dibawah 400oC untuk mencegah pembentukan produk yang
tidak diinginkan. Peláez (2017) membuktikan bahwa dengan suhu yang semakin meningkat
menghasilkan yield DME yang semakin rendah. Dalam proses ini, suhu reaktor dijaga pada
250oC dengan menggunakan air sebagai media pendingin. Proses pendinginan menyebabkan
air menjadi steam. Steam yang dihasilkan digunakan sebagai pemanas pada reboiler di unit
distilasi.
3) Pemurnian DME
Produk keluaran reaktor R-102 berupa DME, H2O, CO2, CO dan H2 didinginkan hingga suhu
dibawah 20oC sebelum masuk kedalam kolom absorber C-101. DME diabsorpsi menggunakan
solven berupa air sedangkan gas efluen berupa CO2, CO dan H2 dikeluarkan menuju aliran
purge gas. Solven yang kaya akan DME masuk kedalam kolom stripper C-102 untuk
dipisahkan dengan metoda stripping (distilasi). Proses stripping menghasilkan DME dengan
kemurnian minimal 98,5%-mol yang sesuai dengan ISO 16861:2015. Produk bawah kolom
distilasi berupa lean water digunakan kembali sebagai solven pada kolom absorber C-101.
Produk atas kolom distilasi berupa gas DME dicairkan hingga suhu dibawah -24,9oC dan
kemudian disimpan pada tangki penampung T-101-103-B yang berbentuk spherical.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, S. Z. Dupont, V. Mahmud, T. 2016. Kinetics study and modelling of steam methane
reforming process over a NiO/Al2O3 catalyst in an adiabatic packed bed reactor. Int.
Journal of Hydrogen. Elsevier.
ASHRAE. ASHRAE list of refrigerants. http://www.ashrae.org/technology/page/1933#et/.
Diakses 20 Februari 2019
Callaghan Innovation. 2017. GRAS Notice for the Use of Dimethyl. New Zealand
Indonetwork. 2018. PT. Bumitangerang Gas Industry.
https://bumitangeranggasindustry.indonetwork.co.id/info/. Diakses 20 Februari 2019
Karagoz, Secgin. 2014. Dimethyl Ether (DME) Production From Shale Gas by Direct and
Indirect Methods. Thesis. Texas A&M University
Perry, R.H. and Green, D.W. 1984. Perry’s Chemical Engineer’s Handbook. 6th
edition. McGraw Hill Book Company. Singapore