PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ensiklopedi Indonesia mengartikan abortus sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1000 gram.
Pembatasan ini tidak mengecualikan apakah abortus itu termasuk abortus spontan atau
abortus buatan. Abortus spontan adalah abortus yang tidak disengaja dan tanpa tindakan
apa pun. Abortus macam ini lebih sering terjadi karena faktor di luar kemampuan
provocatus) adalah abortus yang terjadi sebagai akibat tindakan tertentu. Abortus
macam ini masih dapat dibagi lagi ke dalam abortus artificialis therapicus atau abortus
bagian California Amerika Serikat pada era 1960-an misalnya, komplikasi yang timbul
akibat pengguguran tidak sah menyebabkan satu dari lima kematian yang berhubungan
penyakit akibat pengguguran tidak sah merupakan faktor utama yang menyebabkan
kematian di kalangan wanita usia 15 hingga 35 tahun. Data di Santiago Chile selama
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan abortus?
2. Apa Etiologi dari Abortus?
3. Bagaimana Patogenesis dari Abortus?
4. Apa Manesfestasi Klinis dari Abortus?
5. Apa pemeriksaan penunjang dari abortus?
6. Apa Komplikasi dari Abortus?
7. Apa macam-macam dari abortus?
8. Bagaimana cara Mendiagnostik Abortus?
9. Bagaimana Teknik Pengeluaran Sisa Abortus?
10. Apa Faktor Resiko/Predisposisi Abortus?
11. Bagaimana Penatalaksanaan Abortus?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-
macam abortus, efek samping/risiko, penatalaksanaan pasca abortus, diagnostik serta
teknik pengeluaran abortus.
BAB II
PEMBAHASAN
ABORTUS
2
A. Pengertian
Perkataan abortus dalam bahasa Inggris disebut abortion berasal dari bahasa
latin yang berarti gugur kandungan atau keguguran. Sardikin Ginaputra dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia memberi pengertian abortus sebagai pengakhiran
kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Kemudian
menurut Maryono Reksodipura dari Fakultas Hukum UI, abortus adalah pengeluaran
hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah).
Dari pengertian di atas dapat dikatakan, bahwa abortus adalah suatu perbuatan
untuk mengakhiri masa kehamilan dengan mengeluarkan janin dari kandungan sebelum
janin itu dapat hidup di luar kandungan.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn&Jones, 2002).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai
untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan.
Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus
buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas
sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan
disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena
indikasi medik disebut abortus terapeutik.
B. Etiologi
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin
dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan
kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar. Kelainan plasenta
disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian
(Prawirohardjo, S, 2002).
Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
3
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu
villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna
sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah
janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan
kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain:
1) penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
2) toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian
sehingga terjadi abortus,
3) penyakit menahun, dan
4) kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri,
mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, S, 2002).
C. Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua
secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu,
janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai
bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya
(lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi atau fetus papiraseus.
D. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
4
2. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
F. Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
G. Macam-macam Aborsi
5
3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila
abortus inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus infeksiosa
4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan
selama 8 minggu atau lebih.
Pengertian
1. Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosisnya terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum
disertai mual, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum
membuka, dan tes kehamilan positif. Penanganannya : 1) Berbaring, cara
ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan sehingga
rangsang mekanik berkurang. 2) Pemberian hormon progesterone. 3)
Pemeriksaan USG (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
2. Abortus insipiens adalah peristiwa peradangan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa
mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran
janin dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan. Pada
kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada kerokan lebih besar,
maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse
oksitosin. Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal
bahaya perforasinya kecil (Sarwono Prawirohardjo,2002).
3. Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian janin pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada
pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri atau kadang – kadang sudah menonjol dari ostium uteri
eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikelurkan,
dapat menyebabkan syok. Penanganannya, diberikan infuse cairan NaCl
fisiologik dan transfusi, setelah syok diatasi dilakukan kerokan. Saat
tindakan disuntikkan intramuskulus ergometrin untuk mempertahankan
kontraksi otot uterus (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
4. Abortus kompletus ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan khusus,
6
apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau transfuse
(Sarwono Prawirohardjo, 2002).
5. Missed abortion adalah kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia
kurang dari 20 hari dan tidak dapat dihindari (James L Lindsey,MD , 2007).
Gejalanya seperti abortus immines yang kemudian menghilang secara
spontan disertai kehamilan menghilang, mamma agak mengendor, uterus
mengecil, tes kehamilan negative. Dengan USG dapat diketahui apakah
janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan (Sarwono
Prawirohardjo,2002). Dengan human chorionic gonadotropin (hCG) tests
bisa diketahui kemungkinan keguguran (James L Lindsey,MD ,
2007).Biasanya terjadi pembekuan darah. Penanganannya, Pada kehamilan
kurang dari 12 minggu dilakukan pembukaan serviks uteri dengan
laminaria selama + 12 jam kedalam servikalis, yang kemudian diperbesar
dengan busi hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam
kavum uteri. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, maka pengeluaran janin
dengan infuse intravena oktsitosin dosis tinggi. Apabila fundus uteri
tingginya sampai 2 jari dibawah pusat, maka pengeluaran janin dapat
dikerjakan dengan penyuntikan larutan garam 20% kedalam dinding uteri
melalui dinding perut. Apabila terdapat hipofibrinogenemia, perlu
persediaan fibrinogen (Sarwono Prawirohardjo,2002). Pemberian
misoprostol (Cytotec) 400-800 mcg dengan dosis tunggal atau ganda untuk
mengurangi rasa sakit (James L Lindsey,MD , 2007).
6. Medical aborsi adalah cara terakhir untuk melindungi seperti surgical
aborsi dengan mengetahui resiko kehamilan ectropic , aborsi spontan,
kelahiran dengan berat yang minim, dan kelahiran premature sebagai
rangkaian kehamilan. Efek medical aborsi berturut-turut dalam kehamilan
adalah sulit untuk hamil lagi, disebabkan kematian ditiga minggu pertama
kehamilan. Faktor resiko untuk kehamilan ectropic ditemukan dengan
kenaikan resiko yang signifikan untuk kehamilan ectopic berhubungan
dengan aborsi medik tetapi tidak dengan surgical abortion,sebagai
bandingan dengan wanita yang tidak pernah melakukan aborsi. (Professor
Paul D. Blumenthal, MD, MPH and Beverly Winikoff, MD, MPH, 2007.)
Secara umum, pengguguran kandungan dapat dibagi kepada dua macam:
7
1. Abortus Spontan (Spontaneus Abortus), ialah abortus yang tidak disengaja.
Abortus spontan bisa terjadi karena penyakit syphilis, kecelakaan dan sebagainya
2. Abortus yang disengaja (Abortus Provocatus/ Induced Pro Abortion) dan abortus
ini ada 2 macam:
a. Abortus Artificialis Therapicus, yakni abortus yang dilakukan oleh dokter atas
dasar indikasi medis. Misalnya jika kehamilan diteruskan bias membahayakan
jiwa si calon ibu, karena penyakit yang berat seperti TBC yang berat dan ginjal
b. Abortus Provocatus Criminalis, ialah abortus yang dilakukan tanpa dasar
indikasi medis. Misalnya abortus yang dilakukan untuk meniadakan hasil
hubungan seks di luar nikah/ untuk mengakhiri kehamilan yang tidak
dikehendaki.
H. Diagnostik
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan
lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri /
ginekologi.
2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS
selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA keadaan
umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan,
cari sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau
darah mengalir keluar dari ostium
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil
sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)
6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus.
Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium
dengan MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan
dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut
lainnya.
8
Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun
dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan
dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk
melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa
masuk.
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuret
K. Penatalaksanaan
Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi
uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan
pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).
BAB III
9
ASKEP ABORTUS
A. Pengkajian
1. Riwayat Obstetri
a) Riwayat menstruasi
Menarche
Siklus
Lama
Banyak
Warna
Bau
Flour albous
HPHT
Disminorhe
b) Riwayat kehamilan
- HPL
- ANC
- Keluhan
- TT
d) Riwayat kontrasepsi
2. Riwayat perkawinan
a) Nutrisi
Sebelum hamil
Selama hamil
b) Eliminasi
10
Sebelum hamil
Selama hamil
c) Istirahat
Sebelum hamil
Selama hamil
d) Aktifitas
Sebelum hamil
Selama hamil
Sebelum hamil
Selama hamil
f) Personal hygiene
Sebelum hamil
Selama hamil
4. Riwayat psikososial
5. Data spiritual
B. Data Objektif
1 Keadaan umum
2 Kesadaran
3 TTV
4 TB
BB sebelum hamil
LILA
BB setelah hamil
5 Pemeriksaan fisik
11
a) Muka
b) Mata
c) Genetalia
6 Status obstetri
a) Inspeksi
Muka
Perut
Vulva
b) Palpasi
Abdomen / TFU
7 Pemeriksaan dalam
Servik
8 Pemeriksaan penunjang
Hb
12
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 Berikan informasi dan petunjuk
berhubungan x 2 jam diharapkan klien dapat mengontrol nyeri antisipasi mengenai penyebab
dengan yang dibuktikan dengan Criteria hasil : ketidaknyamanan dan intervensi
kontraksi uterus yang tepat
yang berlebihan Klien menyatakan nyeri hilang/
terkontrol Evaluasi tekanan darah (TD) dan
nadi. Perhatikan perubahan
Ekspresi wajah tidak menunjukkan rasa perilaku (bedakan antara
menahan sakit kegelisahan karena nyeri atau
Kualitas nyeri menunjukkan skala 0-3 kehilangan darah akibat dari
proses pembedahan.
Perilaku relaksasi
Ubah posisi klien, kurangi
TD 120/80 – 130/90 mmHg rangsangan yang berbahaya dan
berikan gosokan punggung
Nadi 90x/ menit
anjurkan penggunaan teknik
Pola nafas efektif 24x/ menit pernafasan dan relaksasi dan
distraksi (rangsangan jaringan
kutan)
2. Gangguan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 Panatau tanda vital; palpasi nadi
perfusi jaringan x 2 jam diharapkan klien dapat perifer dan perhatikan pengisian
berhubungan kapiler;kaji keluaran atau
dengan menunjukkan perfusi aekuat, sesuai dengan bukti
karakteristik urine, evaluasi
berkurangnya tanda vital atsbil, nadi teraba, pengisian kapiler
perubahan mental.
distribusi darah baik, mental biasa, keluaran urin adekuat secara
individual dan bebas edema.
13
ke seluruh Inspeksi balutan dan pembalut
tubuh. prineal, perhatikan warna, jumlah
dan bau drainase. Timbang
pembalut dan bandingkan dengan
berat yang kering, bila pasien
mengalami perdarahan hebat.
Kolaborasi
Bantu/dorong penggunaan
spirometri insentif.
3. Resti infeksi Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 4 Anjurkan dan gunakan teknik
berhubungan x 24 jam diharapkan klien dapat menerapkan mencuci tangan dengan cermat
dengan tindakan teknik kontrol infeksi yang dibuktikan dengan dan pembuangan pangalas
invasif criteria hasil: kotoran pembakut parineal dan
linen terkontaminasi dengan tepat
Suhu 37 C
Tinjau ulang Hb/Ht prenatal:
Poal nafas efektif 24x/ menit perhatikan adanya kondisi yang
Tidak terdapat nyeri tekan mempredisposisikan klien pada
infeksi pasca operasi
Luka bekas dari drainase dengan tanda
awal penyembuhan
14
Tidak terdapat kemerahan Infeksi balutan abdominal
terhadap eksudat/ rembesan.
Lepaskan balutans sesuai indikasi
Kolaborasi:
15
3. menikmati masa sekarang dan sampai pada tingkat yang mereka
rencana untuk masa depan, inginkan
hari demi hari
5. Berikan sentuhan atau pelukan
bebas sesuai penerimaan individu
Kolaborasi
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Abortus adalah keluarnya janin sebelum
mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya
kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Kelainan dalam kehamilan ada
beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya
abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
abortus terapeutik
B. Saran
dan dapat bermanfaat bagi kita semua untuk mengantisipasi dari pada bentuk abortus,
faktor-faktor penyebab abortus serta dampak negative yang dapat mengancam jiwa bagi
penderita.
17
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyusun makalah ini
yang berjudul " Asuhan Keperawatan Klien Abortus" tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini Penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing dan semua pihak yang membantu dalam
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
Penulis
DAFTAR ISI
18
Halaman Judul .......................................................................................................................i
A. Pengertian ..................................................................................................................3
B. Etiologi .......................................................................................................................3
C. Patogenesis .................................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis ......................................................................................................5
E. Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................5
F. Komplikasi .................................................................................................................5
G. Macam-Macam Aborsi ..............................................................................................5
H. Diagnostic ..................................................................................................................8
I. Teknik Pengeluaran Sisa Abortus ..............................................................................9
J. Factor Prediposisi/Resiko Abortus ............................................................................9
K. Penatalaksanaan .........................................................................................................9
A. Pengkajian ..................................................................................................................10
B. Data Objektif ..............................................................................................................11
BAB IV : PENUTUP.............................................................................................................17
A. Kesimpulan ................................................................................................................17
B. Saran ..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
19
Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Hamilton, C. Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6. Jakarta:
EGC
Km Ita Wirasadi. 2010. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Pada Pasien Dengan Abortus.
Liza. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kehamilan Abortus.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media
Aesculapius. Jakarta
Wiknjosastro Hanifa.1991. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Gramedia
http://lizanurviana.blog.com/2010/11/28/askep-abortus/
http://ppnikarangasem.blogspot.com/2010/02/asuhan-keperawatan-gawat-darurat-
pada.html
http://ardyanpradana007.blogspot.com/2012/04/askep-abortus.html
20