Anda di halaman 1dari 15

2.

3 peraturan dan
Sesuai Undang-Undang Ketenagalistrikan No 30 Tahun 2009 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik, bahwa dalam rangka memenuhi ketentuan
keselamatan ketenagalistrikan, peralatan dan pemanfaat tenaga listrik harus memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI). Oleh karena itu, SNI ketenagalistrikan harus
tersedia untuk dijadikanacuan atau norma dalam menentukan spesifikasi teknis
peralatan dan pemanfaat tenaga listrik maupun pemasangan instalasi tenaga listrik.
Dalam memenuhi kebutuhan SNI ketenagalistrikan, Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan membentuk Komite Teknis Perumusan Rancangan SNI
ketenagalistrikan. Rancangan SNI yang dihasilkan oleh komite teknis ditetapkan
menjadi SNI oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN).
Sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan
Penilaian Kesesuaian bahwa tujuan utama standardisasi adalah melindungi produsen,
konsumen, tenaga kerja dan masyarakat dari aspek keamanan, keselamatan, kesehatan
serta pelestarian fungsi lingkungan. Standardisasi diharapkan mampu mendorong,
meningkatkan, menjamin mutu barang dan/atau jasa serta mampu memfasilitasi
keberterimaan produk nasional dalam transaksi pasar global. Dengan demikian
diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk barang dan/atau jasa Indonesia di
pasar global.
Hingga saat ini terdapat sekitar 600 SNI ketenagalistrikan yang telah ditetapkan
oleh BSN yaitu: SNI Pembangkitan listrik (Turbin, Generator dll); SNI Penyaluran
Listrik (Transmisi AC, Trasmisi TT AC/DC, Transformator Daya dll); SNI Distribusi
tenaga listrik (Transformator distribusi, alat pembatas dan pemutus/APP, KWh Meter
dll); SNI pemasangan instalasi (PUIL).
Sesuai PP 102 Tahun 2000, SNI diterapkan secara sukarela, namun dalam hal
SNI berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat
atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomis, instansi
teknis dapat memberlakukan SNI secara wajib. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
telah memberlakukan SNI wajib untuk sejumlah produk peralatan dan pemanfaat
tenaga listrik yang terkait dengan keselamatan khususnya untuk keperluan
penggunaan rumah tangga, dengan pertimbangan bahwa peralatan tersebut
dioperasikan oleh masyarakat umum dan tidak ahli di bidang listrik. SNI wajib untuk
MCB, Saklar, Tusuk kontak, Kotak kontak, Ballast Elektronik, RCCB dan Luminer
serta produk pemanfaat yaitu Kipas Angin. Selain itu, beberapa SNI juga diwajibkan
untuk mengatur tentang sistem tenaga listrik dan pemasangan instalasi tenaga listrik.
Khusus untuk pemanfaat tenaga listrik untuk kipas angin dibubuhi tanda
keselamatan setelah mendapat sertifikat tanda SNI.
Untuk kabel dan produk elektronika lainnya, pemberlakuan SNI wajib
dilakukan oleh Kementerian Perindustrian. Daftar yang diwajibkan SNI oleh
Kementerian Perindustrian. Dalam mengawasi penerapan SNI wajib, Direktorat
Jenderal Ketenagalistrikan bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan dalam
melakukan pengawasan produk wajib SNI yang beredar di pasar melalui operasi
pasar. Selain itu, untuk pengawasan SNI pada instalasi tenaga listrik, dilakukan
melalui lembaga inspeksi teknik tegangan rendah (KONSUIL, PPILN) yang
memeriksa penggunaan peralatan ber SNI pada instalasi tenaga listrik. Apabila pada
suatu instalasi ditemukan pemasangan peralatan yang tidak ber SNI, maka instalasi
tersebut dinyatakan tidak layak operasi.
Tujuan standarisasi ialah untuk mencapai keseragaman, antara lain mengenai:
1. ukuran, bentuk dan mutu barang;
2. cara menggambar dan cara kerja.
Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin meningkatnya jumlah dan jenis
barang yang dihasilkan, standarisasi menjadi suatu keharusan.Standarisasi membatasi
jumlah jenis bahan dan barang, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan. Standarisasi juga mengurangi pekerjaan tangan maupun pekerjaan otak.
Dengan tercapainya standarisasi, mesin-mesin dan alat-alat dapat dipergunakan secara
lebih baik dan efisien, sehingga dapat menurunkan harga pokok dan meningkatkan
mutu.
Dua organisasi international yang bergerak di bidang standarisasi ialah:
1. “International Electrotechnical Commission” (IEC) untuk bidang teknik listrik.
2. “International Organization for Standardization” (ISO) untuk bidang-bidang
lainnya
3. Di Indonesia saat ini sudah terbentuk Badan Standarisasi Nasional (BSN)
Pemasangan instalasi listrik terikat pada peraturan-peraturan. Tujuan
peraturan- peraturan ini adalah:
1. Pengamanan manusia dan barang;
2. Penyediaan tenaga listrik yang aman dan efisien.
Dapat diperkirakan bahwa kebanyakan orang tidak akhli di bidang listrik.
Supaya listrik dapat digunakan dengan seaman mungkin, maka syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan sangat ketat.
Peraturan instalasi listrik terdapat dalam buku “Persyaratan Umum Instalasi
Listrik 2000” disingkat PUIL 2000. Buku ini diterbitkan oleh YAYASAN PUIL. Di
samping PUIL 2000, harus juga diperhatikan peraturan-peraturan lain yang ada
hubungannya dengan instalasi listrik, yaitu:
1. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, beserta
Peraturan Pelaksanaannya;
2. Undang-undang Nomor 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;
3. Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4. Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
5. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
Tenaga Listrik;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1995 tentang Usaha Penunjang Tenaga
Listrik
10. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01.P/40/M.PE/1990 tentang
Instalasi Ketenagalistrikan;
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 02.P/0322/M.PE/1995
tentang Standarisasi, Sertifikasi dan Akreditasi Dalam Lingkungan Peetambangan dan
Energi.
 PUIL 2000
1. ATURAN PEMASANGAN SAKLAR UNTUK PENERANGAN
2. ATURAN PEMASANGAN STOP KONTAK UNTUK PENERANGAN
3. ATURAN PEMASANGAN LAMPU PENERANGAN DAN STANDARNYA
4. ATURAN PEMASANGAN LAMPU PENERANGAN DAN KABELNYA

1. Kabel

 Sebagai penghantar digunakan kabel berisolasi ganda (misalnya NYM) yang


terdiri atas dua atau tiga inti tembaga pejal dengan penampang tiap intinya
minimum 1,5 mm2.

 Kabel dicabangkan dalam kotak pencabangan dengan penyambungan yang baik.

 Kabel lampu tidak boleh lebih kecil dari 0,5mm2.

 Kabel Listrik berpenghantar tembaga dan berisolasi PVC yang terpasang secara
permanen di dalam rumah harus dengan ukuran minimal 2,5 mm2, berapapun
jumlah daya listrik yang terpasang dan hanya boleh dialiri listrik maksimal 10 A

2. Lampu
 Armatur penerangan, fiting lampu, lampu, dan roset harus dibuat sedemikian rupa
sehingga semua bagian yang bertegangan dan bagian yang terbuat dari logam,
pada waktu pemasangan atau penggantian lampu, atau dalam keadaan lampu
terpasang, teramankan dengan baik dari kemungkinan sentuhan.

 Pada lampu tangan, sangkar pelindung, kait penggantung dan bagian lain yang
terbuat dari logam harus diisolasi terhadap fiting lampunya.

 Armatur penerangan harus terisolasi dari bagian lampu dan fiting lampu yang
bertegangan.

 Armatur penerangan harus terisolasi dari penggantung dan pengukuhnya yang


terbuat dari logam, kecuali apabila pemindahan tegangan pada bagian ini praktis
tidak akan menimbulkan bahaya.
 Armatur penerangan di tempat lembab, basah, sangat panas, atau yang
mengandung bahan korosi, harus terbuat dari bahan yang memenuhi syarat bagi
pemasangan di tempat itu dan harus dipasang sedemikian rupa sehingga air tidak
dapat masuk atau berkumpul dalam jalur penghantar, fiting lampu, atau bagian
listrik lainnya.

 Seluruh bagian luar fiting lampu yang dipasang dalam ruang berdebu, lembab,
sangat panas, berisi bahan mudah terbakar, atau mengandung bahan korosi, harus
terbuat dari bahan porselin atau bahan isolasi lain yang sederajat. Terlepas dari
keadaan ruang seperti disebutkan di atas, bagian luar fiting lampu yang
bertegangan lebih dari 300 V ke bumi, harus selalu terbuat dari bahan porselin
atau bahan isolasi lain yang sederajat.

 Armatur penerangan yang dipasang dekat atau di atas bahan yang mudah terbakar
harus dibuat, dipasang atau terlindung sedemikian rupa sehingga bagian yang
bersuhu lebih dari 90 tidak berhubungan dengan bahan yang mudah terbakar itu.

 Lampu dalam ruang yang mengandung bahan atau debu yang mudah terbakar
atau meledak harus dipasang dalam armatur penerangan yang kedap debu.

 Lampu untuk penerangan luar dan dalam ruang dengan air tetes harus kedap
tetesan atau dipasang dalam armatur penerangan yang kedap tetesan.

 Tutup roset dan kotak sambung untuk armatur lampu harus mempunyai cukup
ruangan sehingga kabel dengan terminal penghubungnya dapat dipasang dengan
baik.

 Tiap kotak sambung harus dilengkapi dengan penutup, kecuali jika sudah tertutup
oleh kap armatur, fiting lampu, kotak kontak, roset, atau gawai yang sejenis.

 Bagian dinding atau langit-langit yang terbuat dari bahan mudah terbakar dan
berada di antara sisi kap armatur dan kotak sambung harus ditutup dengan bahan
yang tidak dapat terbakar.

 Perkawatan pada atau di dalam armatur harus terpasang dengan rapi. Diameter
kawat harus minimum 0,75 mm2 dan sedemikian rupa sehingga kabel bebas dari
gaya tarik dan kerusakan mekanik yang mungkin terjadi. Perkawatan yang
berlebihan harus dihindarkan. Kabel harus dipasang sedemikian rupa sehingga
bebas dari pengaruh suhu yang melebihi kemampuannya.

 Armatur harus terbuat dari logam, atau bahan lain yang diizinkan dan dibuat
sedemikian rupa sehingga terjamin kekuatan dan kekokohan mekaniknya. Pipa
dan tempat masuknya harus dibuat sedemikian rupa sehingga kabel dapat dengan
mudah dipasang dan dikeluarkan tanpa ada kemungkinan terjadinya kerusakan
pada bahan isolasi atau putusnya hubungan kabel.

 Konstruksi rumah armatur yang tertanam tidak boleh menggunakan solder.


 Lampu randah dan lampu lantai boleh dihubungkan dengan kabel berselubung
karet yang diizinkan bila pengawatannya ditempatkan bebas dari panas lampu.

3. Stop kontak
 Tinggi pemasangan ± 150 cm di atas lantai, apabila kurang dari 150 cm harus
dilengkapi tutup.

 Mudah dicapai tangan.

 Di pasang sedemikian rupa, sehingga penghantar netralnya berada disebelah


kanan atau di sebelah bawah.

4. Saklar
 Tinggi pemasangan ± 150 cm di atas lantai.

 Dekat dengan pintu dan mudah dicapai tangan/sesuai kondisi tempat.

 Arah posisi kontak (tuas) saklar seragam bila pemasangan lebih dari satu.
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka
diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem
pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam
yaitu:
A. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistm ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi
ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang
mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.
Untuk efek yangoptimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada
didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan
B. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan
sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui
bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean pemantulan
90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%
C. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam
pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan
setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan
dan kesilauan masih ditemui.
D. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal
disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada
sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
E. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-
langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan
yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan
kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada
permukaan kerja.
Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan
dan kesehatan pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan No.1405 tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu
bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Pencahayaan minimal yang dibutuhkan menurut jenis kegiatanya seperti berikut:
 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja
JENIS TINGKAT KETERANGAN
KEGIATAN PENCAHAYAAN
MINIMAL (LUX)
Pekerjaan 100 Ruang penyimpanan & ruang
kasar dan peralatan/instalasi yang
tidak terus – memerlukan pekerjaan yang
menerus kontinyu
Pekerjaan 200 Pekerjaan dengan mesin dan
kasar dan perakitan kasar
terus –
menerus
Pekerjaan 300 Ruang administrasi, ruang
rutin kontrol, pekerjaan mesin &
perakitan/penyusun
Pekerjaan 500 Pembuatan gambar atau bekerja
agak halus dengan mesin kantor, pekerjaan
pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
Pekerjaan 1000 Pemilihan warna, pemrosesan
halus teksti, pekerjaan mesin halus &
perakitan halus
Pekerjaan 1500 Mengukir dengan tangan,
amat halus Tidak menimbulkan pemeriksaan pekerjaan mesin
bayangan dan perakitan yang sangat halus
Pekerjaan 3000 Pemeriksaan pekerjaan,
terinci Tidak menimbulkan perakitan sangat halus
bayangan
Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02
United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Pedoman Efisiensi
Energi untuk Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan
ruang tergantung area kegiatannya, seperti berikut:
 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan

Keperluan Pencahayaan Contoh Area Kegiatan


(LUX)
Pencahayaan 20 Layanan penerangan yang minimum
Umum untuk dalam area sirkulasi luar ruangan,
ruangan dan area pertokoan didaerah terbuka, halaman
yang jarang tempat penyimpanan
digunakan 50 Tempat pejalan kaki & panggung
dan/atau tugas- 70 Ruang boiler
tugas atau 100 Halaman Trafo, ruangan tungku, dll.
visual sederhana 150 Area sirkulasi di industri, pertokoan dan
ruang penyimpan.
Pencahayaan 200 Layanan penerangan yang minimum
umum untuk dalam tugas
interior 300 Meja & mesin kerja ukuran sedang,
proses umum dalam industri kimia dan
makanan, kegiatan membaca dan
membuat arsip.
450 Gantungan baju, pemeriksaan, kantor
untuk menggambar, perakitan mesin
dan bagian yang halus, pekerjaan warna,
tugas menggambar kritis.
1500 Pekerjaan mesin dan diatas meja yang
sangat halus, perakitan mesin presisi
kecil dan instrumen; komponen
elektronik, pengukuran & pemeriksaan
bagian kecil yang rumit (sebagian
mungkin diberikan oleh tugas
pencahayaan setempat)
Pencahayaan 3000 Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali,
tambahan setempat misal instrumen yang sangat kecil,
untuk tugas visual pembuatan jam tangan, pengukiran
yang tepat
Sumber : www.energyefficiencyasia.org
Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan
untuk melihat komputer, karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja
dengan komputer tidak dapat berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih
kontroversial. Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada tempat-
tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut.
 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer

Keadaan Pekerja Tingkat Pencahayaan


(lux)
Kegiatan Komputer dengan sumber 300
dokumen yang terbaca jelas 400-500
Kegiatan Komputer dengan sumber 500-700
dokumen yang tidak terbaca jelas
Tugas memasukan data
Sumber: Grandjean
Langkah-langka prosedur pasang sambungan listrik

1. Kunjungi langsung kantor pelayanan PLN terdekat sesuai domisili atau lokasi
rumah yang akan dipasang listriknya. Syaratnya harus membawa beberapa lampiran,
antara lain:
 Fotokopi kartu identitas pengguna atau pengguna bangunan (KTP/SIM) yang
masih berlaku
 Gambaran denah/peta lokasi rumah (hal ini diperlukan untuk memudahkan
dalam proses survei lapangan)
 Surat kuasa apabila pengajuan permohonan tidak dilakukan oleh
pemilik/diwakilkan
 Membayar biaya penyambungan.
2. Mengajukan permohonan sambungan baru juga dapat Anda lakukan melalui
saluran telepon Call Center PLN 123.
Setelah persyaratan di atas dipenuhi, tahapan berikutnya adalah:
1. Melengkapi berkas administrasi permohonan sambungan baru.
2. Survei lapangan oleh petugas untuk mengetahui secara persis kondisi kelistrikan
di lapangan (kondisi dalam bidang teknis, jarak dengan tiang terdekat, jarak dengan
trafo terdekat, dan informasi teknis lainnya).
3. Calon pelanggan wajib untuk menyelesaikan proses administrasi di kantor PLN.
Proses pembayaran biaya penyambungan ini hanya dapat dilakukan di Kantor PLN
dan/atau melalui bank yang ditunjuk.
4. Pelanggan harus menandatangani Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik
(SPJBTL).
5. PLN akan melakukan penyambungan listrik ke rumah pelanggan, setelah seluruh
proses administrasi selesai dan sudah dapat dilakukan penyambungan secara teknis.

Biaya pasang listrik baru yaitu dari laman resmi PLN, ada 12 golongan tarif
baru yang telah diberlakukan, yaitu tarif adjustment. Hal itu merujuk pada Peraturan
Menteri ESDM Nomor 31 dan 33 Tahun 2014.Selain itu, ditetapkan pula biaya lain-
lain, seperti biaya penyambungan, uang jaminan langganan, dan ketentuan lainnya.
Beberapa biaya yang perlu Anda persiapkan:
Biaya Guna Penyambungan (BP)
Uang Jaminan sebagai Langganan (UJL)
Biaya Materai
Membeli token listrik atau stroom perdana minimal Rp5.000.
Total biaya pasang sambungan listrik baru yang harus dikeluarkan sebesar
Rp1.218.000. Biaya tersebut sudah mencakup BP, UJL, biaya materai, kecuali token
listrik perdana. Sedangkan biaya lain seperti bagian instalasi akan diserahkan kepada
pihak PT Perintis Perlindungan Instalasi Listrik Nasional (PPILN).
Adapun biaya pemeriksaan keamanan instalasi arus listrik dari situs resmi
PPILN, adalah sebagai berikut:

No Daya PerVA Biaya Pemeriksaan

1 450 Rp 40.000

2 500 - Rp 60.000

3 1.300 - Rp 95.000

4 2.200 - Rp 110.000

5 3.500 Rp 30 Rp 105.000

6 4.400 Rp 30 Rp 132.000

7 5.500 Rp 30 Rp 165.000

8 6.600 Rp 30 Rp 198.000

9 7.700 Rp 30 Rp 231.000

10 10.600 Rp 25 Rp 265.000

11 11.000 Rp 25 Rp 275.000

12 13.200 Rp 25 Rp 330.000

13 16.500 Rp 25 Rp 412.500

14 23.000 Rp 25 Rp 575.000

15 33.000 Rp 20 Rp 660.000
16 41.500 Rp 20 Rp 830.000

17 53.000 Rp 20 Rp 1.006.000

18 66.000 Rp 20 Rp 1.032.000

19 82.500 Rp 15 Rp 1.237.000

20 105.000 Rp 15 Rp 1.575.000

21 131.000 Rp 15 Rp 1.965.000

22 147.000 Rp 15 Rp 2.205.000

23 197.000 Rp 15 Rp 2.955.000

Pasang Listrik Baru via Online. Inovasi terbaru dari PLN, yakni pasang listrik
lewat online. PLN online menyediakan banyak fitur, mulai dari pembelian pulsa
listrik sampai dengan pasang sambungan listrik baru. Dengan adanya inovasi
tersebut, memberi kemudahan kepada Anda yang ingin melakukan pendaftaran
migrasi, perubahan daya atau instalasi pemasangan baru
secara online melalui gadget Anda.
Cara Pasang Listrik Baru Secara Online
1. Jika Anda sudah yakin ingin melakukan perubahan daya atau memasang
sambungan listrik baru, langsung saja kunjungi website resmi
PLN http://www.pln.co.id.
2. Untuk mendaftar sambungan baru, klik menu “Pasang Sambungan”
3. Tunggu beberapa detik karena website sedang menyiapkan form untuk mengisi
data diri dan blangko pendaftaran listrik baru online. Usahakan Anda memiliki
jaringan internet yang cukup baik, agar lebih cepat dan tidak terputus.
4. Baca syarat dan ketentuan yang berlaku terlebih dahulu. Jika sudah, scroll terus ke
bawah hingga bagian akhir klik “setuju”. Setelah itu akan muncul informasi penting
yang perlu Anda baca, ingat dan Anda penuhi. Klik saja “Ok”
5. Isi formulir pendaftaran dengan data benar dan sesuai kartu identitas Anda.
6. Jika sudah, lanjutkan pengisian ke sheet “data pemohon,” lalu Anda bisa centang
di bagian “copy berdasarkan data pelanggan” untuk mempercepat pengisian data.
7. Setelah mengisi seluruh data diri, scroll ke bagian bawah untuk mengisi jumlah
tarif/daya baru. Isi dengan benar sesuai dengan kebutuhan Anda.
8. Setelah selesai mengisi, bisa klik menu “Hitung Biaya” untuk mengetahui berapa
besar biaya yang Anda harus bayarkan ke rekening PLN. Pastikan Anda mengisi
data dengan benar, karena apabila data yang Anda berikan ada yang salah, maka
akan ada notifikasi untuk Anda koreksi dan mengulanginya lagi.
9. Untuk info lebih lanjut hubungi Call Center PLN di nomor 123.
Sebelum memutuskan memasang sambungan listrik baru pascabayar maupun
prabayar, pastikan dulu apa kebutuhan Anda. PLN melakukan inovasi agar
manfaatnya dapat dirasakan seluruh masyarakat Indonesia.
Konsumsi listrik Anda akan mempengaruhi berapa uang yang harus
dibayarkan. Apapun pilihan sistem pembayaran listrik di rumah, Anda harus tetap
berhemat. Jangan boros demi masa depan energi yang berkelanjutan.

https://downloadtabelbaja.wordpress.com/2018/01/02/instalasi-listrik-domestik/

https://www.cermati.com/artikel/cara-pasang-baru-pln-dan-biayanya

http://www.ppiln.com/?show=page&act=view&id=8

https://www.blogteknisi.com/2014/08/penggolongan-tarif-pelanggan-listrik.html

https://putraprabu.wordpress.com/2009/01/06/sistem-dan-standar-pencahayaan-ruang/
Untuk menentukan pelanggan tarif listrik, PT PLN (PERSERO)
menggolongkan pelanggan listrik dari berbagai sudut pandang dan dapat
dikategorikan sebagai berikut :

 Dari segi peruntukan, Misalnya mereka adalah rumah tangga, badan sosial, bisnis,
industri, kantor pemerintah, dan lain-lain. Satu dengan yang lain berbeda keperluan
dalam penggunaan tenaga listrik dan karenanya pula dikenakan tarif yang berbeda-
beda.
 Dari segi sistem tegangan penyambungan tenaga listrik, kita dapat
menggolongkan menjadi 3 kelompok yaitu: Pelanggan tenaga listrik tegangan rendah,
pelanggan tenaga listrik tegangan menengah dan pelanggan tenaga listrik tegangan
tinggi.
 Dari segi batas daya yang digunakan, misalnya ada yang menggunakan daya 250
VA, seperti tenaga listrik yang dipakai untuk keperluan rumah tangga sangat kecil dan
adapula sampai 30.000 KVA yang dipakai untuk keperluan industri besar.

Berdasarkan keputusan Presiden Rebublik Indonesia Nomor 89 Tahun 2002


Tanggal 31 Desember 2002, golongan pelanggan PT.PLN PERSERO itu dapat
dilihat Pada tabel berikut ini.
Tabel Penggolongan Tarif Tenaga Listrik
Biaya Pemeriksaan Instalasi Daya 450 VA - 197.000 VA Berikut adalah
rincian biaya pemeriksaan keamanan instalasi arus listrik. Biaya dibawah ini
sudah termasuk PPN 10%.

No Daya Per VA Biaya Tertinggi


1 450 Rp. 40.000,-

2 900 Rp. 60.000,-

3 1300 Rp. 95.000,-

4 2200 Rp. 110.000,-

5 3500 Rp. 105.000,-

6 4400 Rp. 30,- Rp. 132.000,-

7 5500 Rp. 165.000,-

8 6600 Rp. 198.000,-

9 7700 Rp. 231.000,-

10 10600 Rp. 265.000,-

11 11000 Rp. 25,- Rp. 275.000,-

12 13200 Rp. 330.000,-

13 16500 Rp. 412.500,-

14 23000 Rp. 575.000,-

15 33000 Rp. 660.000,-

16 41500 Rp. 20,- Rp. 830.000,-

17 53000 Rp. 1.060.000,-


18 66000 Rp. 1.320.000,-

19 82500 Rp. 1.237.500,-

20 105000 Rp. 15 Rp. 1.575.000,-

21 131000 Rp. 1.965.000,-

22 147000 Rp. 2.205.000,-


23 197000 Rp. 2.955.000,-
Biaya tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 27 Tahun 2017. Biaya pemeriksaan dan pengujian untuk daya diatas
197000 VA berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 27 Tahun 2017 adalah sebagai berikut :

No Daya Biaya Tertinggi /VA


1 200 kVA s.d 1 MVA Rp. 13,-
2 1.1 MVA s.d 2 MVA Rp. 11,-
3 2.1 MVA s.d 3 MVA Rp. 9,-
4 3.1 MVA s.d 5 MVA Rp. 7,-

5 5.1 MVA s.d 12 MVA Rp. 5,-


6 12.1 MVA s.d 46 MVA Rp. 4,-
7 > 46 MVA Rp. 3,-

Sertifikat Laik Operasi (SLO) merupakan Solusi Keselamatan Instalasi Listrik


yang dikeluarkan oleh PT. PPILN setelah melakukan pemeriksaan. Dengan adanya
sertifikat dari PT. PPILN berarti instalasi anda telah terpasang telah sesuai dengan
SNI dan PUIL, sehingga mengurangi resiko terjadinya kebakaran akibat dari
hubungan singkat arus listrik.

Anda mungkin juga menyukai