Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu sistem adalah jaringan kerja prosedur-prosedur yang saling


berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau
menyelesaikan suatu sasaran tertentu (Jogiyanto, 1999).

Sistem pencernaan merupakan salah satu komponen vital dalam menunjang


kehidupan sebab sistem pencernaan terdiri dari semua organ yang berfungsi
untuk mengunyah, menelan, mencerna dan mengabsorpsi makanan serta
mengeliminasi makanan yang tidak dapat dicerna tubuh (Watson, 2002).

Pengertian secara umum dari pernapasan adalah peristiwa menghirup atau


pergerakan udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam tubuh
atau paru-paru serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh
(Syaifuddin, 1997).

Berdasarkan uraian diatas yang melatarbelakangi praktikum ini dilaksanakan


yaitu karena kurangnya pengetahuan mengenai sistem pencernaan dan
pernapasan dan untuk mengetahui berbagai macam struktur dan bentuk dari
jaringan pada sistem pernafasan dan sistem pencernaan.

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu untuk dapat mengetahui dan


memahami berbagai macam bentuk dan struktur dari jaringan pada sistem
pernafasan dan sistem pencernaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah makanan dan


menyerapsari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Sistem pencernaan juga akan memecah molekul makanan yang kompleks menjadi
molekul yang sederhana dengan bantuan enzim sehingga mudah dicerna oleh
tubuh. Sistem pencernaan pada manusia hampir sama dengan sistem pencernaan
hewan lain yaitu terdapat mulut, lambung, usus, dan mengeluarkan kotorannya
melewati anus (Evelyn, 2008).

Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan, kelenjar-kelenjar yang


berhubungan. Susunan saluran pencernaan terdiri atas rongga mulut, faring
(pharynx), kerongkongan (esophagus), lambung (ventriculus), usus halus
(intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), rectum dan anus. Makanan
mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga
proses pengeluaran sisa makanan hasil pencernaan (Irianto, 2004).

Duodenum adalah bagian pertama dari usus kecil (5-7 m), diikuti oleh jejunum
dan ileum (dalam urutan itu); itu juga bagian terluas dan terpendek (25 cm) dari
usus kecil. Duodenum adalah struktur berbentuk C atau tapal kuda yang terletak
di perut bagian atas dekat garis tengah (Kapoor, 2017).

Dinding duodenum terbuat dari empat lapisan jaringan yang konsisten dengan
struktur sisa saluran pencernaan yaitu lapisan paling dalam mukosa, melapisi
permukaan bagian dalam duodenum dan bersentuhan dengan kim yang melewati
lumen usus. Itu terbuat dari jaringan epitel kolumnar sederhana dengan mikrovili
pada permukaannya untuk meningkatkan luas permukaannya dan meningkatkan
penyerapan nutrisi. Kelenjar lendir yang banyak mengeluarkan lendir ke dalam
lumen untuk melumasi dinding usus dan melindunginya dari gesekan dan asam
kim. Yang mengelilingi lapisan mukosa adalah submukosa, lapisan jaringan ikat
yang mendukung lapisan jaringan lainnya. Banyak pembuluh darah dan saraf
melewati submukosa, sedangkan serat protein memberi kekuatan dan elastisitas
pada duodenum. Yang mengelilingi submukosa adalah lapisan muskularis yang
berisi jaringan otot polos duodenum. Kontraksi muscularis mencampur kim dan
mendorongnya melalui duodenum menuju sisa usus kecil. Terakhir, serosa adalah
lapisan terluar dari duodenum yang bertindak sebagai kulit luar usus. Membran
serosa yang terbuat dari epitel skuamosa sederhana memberikan permukaan yang
licin dan licin untuk mencegah gesekan antara duodenum dan organ-organ
sekitarnya. Serosa juga mengeluarkan cairan serosa untuk mengurangi gesekan
dan menjaga permukaan duodenum tetap lembab (Barclay, 2017).

Hati adalah organ yang berbentuk segitiga yang memanjang di seluruh rongga
perut persis di bawah diafragma. Sebagian besar massa hati terletak di sisi kanan
tubuh di mana ia turun ke arah ginjal kanan. Hati terbuat dari jaringan yang sangat
lunak, berwarna coklat muda yang dienkapsulasi oleh kapsul jaringan ikat. Kapsul
ini selanjutnya ditutup dan diperkuat oleh peritoneum rongga perut, yang
melindungi hati dan menahannya di dalam perut (Braclay, 2018).

Sinusoid adalah pembuluh mirip kapiler dengan pori-pori besar di sel endotelnya;
ini membuat mereka lebih permeabel daripada kapiler. Dalam sistem pencernaan,
mereka ditemukan di dekat hati dan darah dibawa melalui sinusoid ke vena cava
inferior oleh vena hepatika (Braclay, 2018).

Selama dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat-zat


sederhana yang dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai
perubahan sifat makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung
dalam berbagai pencerna cairan.Setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus
menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh
terhadap jenis lainnya (Evelyn, 2008).

Fungsi utama sistem pencernaan adalah menyediakan zat nutrisi yang sudah
dicerna secara berkesinambungan untuk di distribusikan ke dalam sel melalui
sirkulasi dengan unsur-unsur air, elektrolit dan zat gizi.Sebelum zat ini diserap
oleh tubuh, makanan harus bergerak sepanjang saluran pencernaan (Syarifuddin,
2009).

Pernapasan adalah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas didalam jaringan
atau (pernapasan dalam” dan yang terjadi di dalam paru-paru disebut “pernapasan
luar”. Udara ditarik kedalam paru-paru pada waktu menghembuskan napas. Udara
masuk melalui jalan pernapasan (Pearce, 2004).

Trakea (atau batang tenggorokan) adalah tabung berongga lebar yang


menghubungkan laring (atau kotak suara) ke bronkus paru-paru. Ini adalah bagian
integral dari jalan napas tubuh dan memiliki fungsi vital untuk menyediakan
aliran udara ke dan dari paru-paru untuk pernapasan. Trakea dimulai pada ujung
inferior laring di pangkal leher. Itu terletak di sepanjang garis tengah tubuh,
anterior ke kerongkongan dan hanya dalam ke kulit, sehingga dimungkinkan
untuk merasakan laring melalui kulit leher. Dari asalnya di laring, trakea meluas
ke inferior ke thorax posterior ke sternum (Braclay, 2017).

Mukosa adalah lapisan paling dalam dan terdiri dari epitel kolumnar bersilia
pseudostratifikasi dengan banyak sel piala. Sel-sel piala menghasilkan lendir
lengket untuk melapisi lapisan dalam trakea dan menangkap puing-puing yang
ada di udara yang dihirup sebelum mencapai paru-paru. Pada permukaan sel
kolumnar, silia panjang seperti rambut berdenyut untuk mendorong lendir dari
paru-paru seperti sabuk konveyor mikroskopis. Lendir dari trakea, bersama
dengan kontaminan yang terperangkap, membuat jalan ke laring, di mana ia
dikeluarkan selama batuk atau ditelan dan dicerna dalam perut. Jauh ke dalam
mukosa adalah lapisan submukosa, yang terbuat dari jaringan ikat areolar yang
mengandung pembuluh darah dan jaringan saraf. Banyak serat kolagen, elastin
dan serat retikuler memberikan dukungan lunak dan elastisitas pada dinding
trakea, sementara pembuluh darah dan saraf mendukung lapisan lain dari dinding
trakea. Serat otot polos longitudinal hadir di trakea posterior antara ujung-ujung
cincin tulang rawan. Jaringan otot polos ini memungkinkan trakea untuk
menyesuaikan diameternya sesuai kebutuhan. Sekitar submukosa adalah lapisan
tulang rawan hialin yang membentuk cincin pendukung trakea. Hyaline
menyediakan struktur yang kuat, namun fleksibel yang mempertahankan jalan
napas terbuka dan tahan terhadap tekanan eksternal. Lapisan terluar dari trakea
adalah adventitia, lapisan jaringan ikat areolar yang secara longgar menjangkar
trakea ke jaringan lunak di sekitarnya. Sementara trakea memainkan peran penting
sebagai jalur udara pasif, trakea juga melakukan beberapa fungsi penting lainnya.
Otot trakea di dinding posterior memungkinkan trakea berkontraksi dan
mengurangi diameternya, yang membuat batuk lebih kuat dan produktif. Selama
proses menelan makanan, kerongkongan mengembang ke ruang yang biasanya
ditempati oleh trakea. Cincin tulang rawan yang tidak lengkap dari trakea
memungkinkannya untuk menyempit dan memungkinkan kerongkongan meluas
ke ruangnya. Akhirnya, hubungan longgar dari adventitia memungkinkan trakea
untuk bergerak di dalam leher dan dada, membantu paru-paru dalam ekspansi dan
kontraksi selama bernafas (Braclay, 2017).

Bronkus adalah saluran udara ke paru-paru. Setiap paru memiliki satu bronkus
utama, yang dimulai di ujung trakea, atau batang tenggorokan. Bronkus terbagi
menjadi cabang-cabang kecil yang dikenal sebagai bronkus segmental, yang
kemudian membelah menjadi bronkiolus (Braclay, 2016).

Alveolus adalah kantung kecil seperti balon di ujung saluran udara kecil di paru-
paru (bronkiolus). Oksigen dihirup dan diserap ke dalam aliran darah melalui
dinding tipis setiap alveolus, dan karbon dioksida dilewatkan dengan cara lain
(dari darah ke paru-paru) untuk dihembuskan. Ada sekitar 300 juta alveoli di
setiap paru-paru (Braclay, 2016).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

1.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakan Praktikum ini pada hari Jumat tanggal 05
April 2019 waktu pukul 15.00 WITA sampai selesai, tempat Laboratorium
Biosistematika Tumbuhan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengatuhan Alam Universitas Tadulako.

2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu kaca objek, kaca penutup,
kamera/Hp, mikroskop binokuler. Bahan yang digunakan yaitu preparat
Duodenum No. 26, preparat Hepar No. 19, preparat Trachea No. 18, preparat
Pulmo Bronkiolus No. 20, preparat Pulmo BronkusNo. 20.

3.1 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam melakukan praktikum ini yaitu mikroskop dan preparat
yang akan digunakan disiapkan. Lalu, masing-masing kelompok akan
diberikan waktu untuk mengambil gambar preparat yang sudah diatur
sedemikian rupa pada mikroskop dengan menggunakan kamera smartphone.
Setelah itu, masing-masing kelompok akan mendapatkan keterangan gambar
dan penjelasan melalui asisten.
DAFTAR PUSTAKA

Braclay. (2016). Bronchus and Alveolus. California: Innerbody

Braclay. (2017). Duodenum and Trachea. California: Innerbody

Braclay. (2018). Liver. California: Innerbody

Evelyn, C., P. (2008). Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: PT.
Gramedia.

Irianto, K. (2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.


Bandung: Yrama Widya.

Jogiyanto. H., M. (1999). Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta:


Pustaka Media.

Kapoor. (2017). Part of Duodenum. New York: Stanford University.

Pearce, C., E. (2002). Anatomi dan Fisiologi Edisi 24. Jakarta: PT Gramedia.

Pearce. C., E. (2004). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia.

Syaifuddin. (1997). Anatomi Fisiologi Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Syarifuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Watson, R. (2002). Anatomi Dan Fisiologi Edisi 10. Jakarta: Buku Kedokteran
ECG.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini adalah :

No. Gambar Keterangan


1. Preparat Trachea No. 18 a. Glandula seremucosa
b. Tunika adventitia
c. Lamina proparia
d. Tunika mukosa

d
c b

2. Preparat Pulmo No. 20 (Bronchus) a. Tunika mukosa


b. Tunika adventitia

b c. Tunika muscularis
d. Tunika kartilaginea

c
d
3. Preparat Pulmo No. 20 a. Tunika adventitia
(Bronchiolus) b. Epitel mukosa
c. Tunika muskularis
d. Tunika submukosa
e. Alveoli

e
c b a
d

4. Preparat Hepar No. 19 a. Vena interloburalis


b. Arteri interloburalis
c. Trigornum kiernan
e
d. Vena sentralis
e. Sinusoid
c
f. Sel-sel parenkim hepar

d
b f
5. Preparat Duodenum No. 26 a. Tunika submukosa
h
f b. Epitel kolumnar
b c. Lamina proparia
a
d. Krypte intestinalis
c e. Jaringan ikat longgar
f. Tunika muskularis
g
g. Vili intestinalis
e h. Tunika Serosa

d
4.2 Pembahasan

Pada pengamatan preparat hati (hepar) diketahui bahwa dalam hati (hepar)
terdapat bagian-bagian yaitu kapsula merupakan jaringan ikat padat, masuk
kedalam organ dan membagi hepar menjadi lobuli (berbentuk heksagonal),
alveolus-alveolus atau alveoli terbungkus oleh membran yang tipis berbentuk
lobulus. Lobulus-lobulus atau lobuli, satu dengan yang lainnya juga
terbungkus oleh membran yang tipis.Dari banyak lobuli yang terbungkus oleh
membran tipis tersebut terbentuk lobus.

Trigonum kiernan merupakan bentukan segitiga yang terdapat diantara tiga


lobi; padanya terdapat arteri interlobaris, vena interlobaris, duktus biliverus.
Duktus biliverus tersusun atas epitelium kolumnar simplex, membrana
basalis, tunika fibroelastica, pembuluh limfe, dan serabut saraf.

Lobulus hati berbentuk heksagonal, dimana sel-sel parenkim hepar tersusun


secara radier (menjari) dengan vena sentralis terletak di tengah. Sel-sel ini
berbentuk poligonal, sitoplasma granulir dengan tetes-tetes glikogen.
Pembuluh limfa dan serabut saraf, sinusoid diantara sel-sel parenkim, dibatasi
oleh sel-sel endothelium. Macrophagedan sel kupfer vena centralis. Sel-sel
hati menghasilkan getah empedu sebagai hasil dan disekresikan lewat duktus
koledokus dan muaranya (spingter Oddi).

Sinusoid terdapat di antara sel – sel parenkim, yang dibatasi oleh sel–sel
endothelium, makrofag dan sel kuffer (tak jelas). Sel kuffer yang sebenarnya
adalah sel retikuloendotil yang mampu mengadakan fagositosis kuman–
kuman atau benda – benda asing yang di dalam darah.

Vena centralis pada masing-masing lobulus bermuara ke vena hepaticae.


Dalam ruangan antara lobulus-lobulus terdapat canalis hepatis yang berisi
cabang-cabang arteria hepatica, vena portae hepatis, dan sebuah cabang
ductus choledochus (trias hepatis).Darah arteria dan vena berjalan di antara
sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke vena centralis.
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan
untuk pertukaran gas. Trakhea merukapan pita yang tersusun atas otot polos
dan tulang rawan yang berbentuk huruf “C” pada jarak yang sangat teratur.
Dinding trakea tersusun atas 3 lapisan jaringan epitel yang dapat
menghasilkan lendir untuk menangkap dan mengendalikan benda–benda asing
ke hulu saluran pernapsan sebelum masuk ke paru–paru. Trakea
menghubungkan laring dengan bronkus dan menjadi jalan bagi udara dari
leher ke bagian dada. Bentuknya seperti pipa, fungsi utamanya sebagai jalur
udara untuk masuk dan keluar dari paru-paru. Organ ini tersusun atas cincin
tulang rawan dan terdapat di depan kerongkongan.

Mukosa trakea dilapisi oleh epitel selapis silindris semu bersilia dan bersel
goblet, yang terletak pada lamina basal. Epitel trakea terletak diatas jaringan
ikat lamina propria. Permukaan trakhea di lapisi oleh silia yang tidak selalu
tampak ketika diamati dengan mikroskop. Lamina propriatrakhea
mengandung serat elastin longitudinal yang jelas. Lapisan submukosa berada
tepat dibawah lamina propria. Submuokosa tersusun atas jaringan ikat longgar
yang mengandung banyak kelenjar campur seromukosa. Tulang rawan
hyalinpada trakhea berbentuk menyerupai cincin huruf C. Di antara ujung
tulang rawan hyalin terdapat anyaman berkas serat otot polos. Tulang rawan
hyalin pada trakhea disusun oleh sel-sel hyalin dan dilapisi perikondrium pada
kedua permukaannya.

Pada pengamatan preparat paru-paru (pulmo) dibagi kedalam 2 bagian yaitu


pengamatan bronkus dan bronkiolus. Paru-paru merupakan organ vital
pernapasan yang dibungkus oleh lapisan bernama pleura. Didalam pulmo
terdapat bronkhus (cabang dari bronkhus sekunder) dan. Bronkhus merupakan
cabang batang tenggorokkan yang jumlahnya sepasang, yang satu menuju
paru–paru kiri dan yang satunya menuju paru–paru kanan. Dinding bronkhus
terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otot polos dan cicin
tulang rawan. Pada bronkhus terdapat tunika mukosa yang berbentuk lipatan
longitudinal rendah yang terdiri dari epitel kolumnar berlapis semu dengan
silia, terdapat sel goblet yang berbentuk piala dan membran basalis, dan
lamina proparia yang merupaka jaringan ikat. Tunika submukosa yang
merupakan jaringan ikat longgar dengan grandula seromucosa. Tunika
muskularis yang terdiri dari otot polos tersusun sirkuler. Tunika kartilaginea
yang tersusun dari keping–keping kartilago hyalin yang mengelilingi lumen,
dan tunika adventitia yang merupakan jaringan ikat longgar.

Bronkhiolus adalah percabangan dari bronkus pada batang tenggorok manusia.


Bronkhiolus bercabang pada bronkus tersier pada bronkus dan kemudian
menjadi tempat percabangan alveolus. Pada bronkhiolus terdapat tunika
mukosa yang terdiri dari epitel kolumnar kubus selapis, bersilia/tidak,
membran basalis dan epitel proparia yaitu jaringan ikat longgar, tipis dan
tidak terdapat grandula. Tunika submukosa yang membentuk lipatan
longitudinal yang tinggi. Tunika muskularis tersiri dari sel–sel otot polos yang
tersusun serkuler, tipis. Tunika adventitia terdiri dari jaringan ikat longgar,
tipis yang melekat pada alveoli. Alveoli adalah kantung kecil di dalam paru-
paru kita yang memungkinkan oksigen dan karbon dioksida untuk bergerak di
antara paru-paru dan aliran darah. Alveoli tersebar diantara bronchus
intapulmoner dan bronkiolus.

Pada pengamatan usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran pencernaan


terpanjang yang terdiri dari 3 bagian yaitu usus dua belas jari(duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).Lapisan-lapisan penyusun
dinding usus halus mulai dari dalam ke luar lumen usus terdiri atas tunika
mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa.
Tunika mukosa terdiri atas epitel, berbagai kelenjar dan jaringan penunjang.
Epitel usus halus berbentuk epitel kolumnar selapis yang terdiri atas sel
absortif, sel goblet, sel endokrin dan sel Paneth. Lamina propria terdiri atas
jaringan ikat retikular dan fibroplastik yang longgar dan kaya pembuluh
darah, saraf, maupun otot licin.

Pencernaan di usus halus ditunjang oleh bentuk khusus pada tunika mukosa,
yakni vili. Vili merupakan penjuluran mukosa yang berbentuk jari dan
merupakan ciri khas usus halus. Tinggi vili ini bervariasi tergantung pada
daerah dan spesies. Pada karnivora, vili langsing dan panjang, sedangkan pada
sapi vili pendek dan lebar. Akhirnya, permukaan penyebaran ditingkatkan oleh
mikrovili. Mikrovili merupakan penjuluran sitoplasma pada permukaan bebas
epitel vili. Vili dan mikrovili berfungsi memperluas permukaan usus halus
sehingga penyerapan lebih efisien. Di antara dasar-dasar vili terdapat kelenjar-
kelenjar yang meluas ke dalam bagian bawah mukosa yang disebut kripta.Sel-
sel kripta menyediakan sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel permukaan
vili yang terbuang ke dalam lumen usus.

Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat areolar kasar. Pada bagian ini
terdapat pleksus Meissner yang merupakan serabut saraf parasimpatis.
Disamping itu juga terdapat pembuluh darah yang halus.

Tunika muskularis terdiri atas lapisan luar yang mempunyai serabut otot
longitudinal dan lapisan dalam yang mempunyai serabut otot halus berbentuk
sirkuler. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh suatu jaringan ikat berisi pleksus
saraf parasimpatis yang disebut plexus Mienterikus atau Auerbach’s. Suplai
darah untuk usus halus diberikan melalui cabang-cabang dari arteri
mesenterica celiaca dan cranialis yang menembus tunika muskularis
kemudian tunika submukosa.Lapisan terluar usus halus atau tunika serosa
terdiri atas lapis mesotel dengan jaringan ikat subserosa di bawahnya.
Tunika serosa merupakan lapisan terluar.Pada toraks, lapisan ini berupa
jaringan fibrosa longgar, sedangkan di dalam abdomen, lapisan ini berupa
membran (serosa) yang menutup rongga abdomen yang disebut
peritoneum.Peritoneum adalah membran serosa terbesar di tubuh. Peritoneum
tersusun dari kantong (sakus) berisi sedikit cairan serosa yang menutupi
rongga abdomen. Peritoneum kaya dengan pembuluh darah dan limfa, serta
berisi banyak nodus limfa sehingga memberikan barier terhadap penyebaran
infeksi lokal. Peritoneum terdiri atas dua lapisan yaitu parietal dan
visera.Parietal yaitu lapisan yang melapisi dinding abdomen sedangkan visera
lapisan yang melapisi organ (visera) internal di dalam rongga abdomen dan
pelvis. Selain membuang racun, salah satu fungsi hati adalah untuk
menghasilkan energi dengan memecah lemak. Dalam proses pencernaan dan
penyerapan karbohidrat, fungsi hati adalah untuk membantu menstabilkan
kadar gula darah (glukosa).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan pada praktikum ini yaitu pada pengamatan
sistem pencernaan terdapat 2 organ yang diamati yaitu usus halus (intestinum
tenue) dengan menggunakan bagian usus duabelas jari (duodenum) dengan
kode preparat No. 26 dan hati (hepar) dengan kode preparat . Dalam usus
duabelas jari (duodenum) terbagi kedalam tiga bagian yaitu tunica mukosa
yang di dalamnya terdapat vili intestinalis. Kemudian, terdapat juga Epitel
kolumnar selapis yang didalamnya mengandung sel-sel piala atau goblet dan
glandula lieberkuhn kemudian, lamina propria yang mengandung pars
ekskretori glandula brunneri, lamina muskularis mukosa Kemudian, terdapat
juga bagian tunika submukosa yang merupakan jarinagn ikat longgar dan
juga terdapat glandula brunneri dan tunika muskularis yang terdiri dari sel-
sel otot polos.

Pada pengamatan preparat hati (hepar) terdapat kapsula, trigornum kiernan


didalamnya terdapat arteri interlobularis, vena interlobularis, ductus biliferus
dengan epitel kolumner selapis, membran basal, serta tunika fibrosa. Juga
terdapat lobus hepar.Terdapat sel parenkim hepar.Sel parenkim dibatasi oleh
sel endhotelium, makrofag dan sel kupffer.

Pada pengamatan sistem pernapasan menggunakan preparat tenggorokan


(trachea) diketahui bahwa tenggorokan (trachea) terdiri atas tunika mukosa
yang didalamnya terdapat epitel kolumnar berlapis semu dengan silia serta sel
goblet penghasil mucus dan membran basalis dan lamina propria. Setelah itu,
ada tunika submukosa dan terdiri dari glandula seromucosa. Tunika
kartilaginea yang pada bagian ini terdapat kartilago hyalin berbentuk tapal
kuda atau huruf c dan mengandung sel-sel otot polos dan glandula
seromucosa dan tunika adventitia yang terdiri dari pembuluh darah, limfe,
dan saraf serta merupakan jaringan ikat longgar.

Pada pengamatan preparat paru-paru (pulmo) dibagi kedalam 2 bagian yaitu


pengamatan brnkus dan bronkiolus. Secara umum, pada paru-paru (pulmo)
terdapat pleura viseralis yang merupakan jaringan ikat longgar pembukus
pulmo. Pada preparat bronchus terdiri dari beberapa bagian yaitu tunika
mukosa yang didalamnya terdapat epitel kolumnar berlapis semu dengan
silia, sel goblet serta membran basalis serta ditemukan juga lamina propria.
Tunika submukosa yang merupakan jaringan ikat longgar dengan glandula
seromucosa. Tunika muscularis terdiri dari sel-sel otot polos. Serta, tunika
kartilaginea yang tersusun dari keping-keping kartilago hyaline yang
mengelilingi lumen dan tunika adventitia yang merupakan jaringan ikat
longgar. Kemudian, pada pengamatan bronchiolus terdapat pula tunika
mukosa yang terdiri dari epitel kolumnar kubus selapis dan lamina propria
dan tidak terdapat glandula. Tunika submukosa yang membentuk lipatan
longitudinal yang tinggi, tunika muskularis terdiri dari sel-sel otot polos yang
tipis, dan tunika adventitia terdiri dari jaringan ikat longgar tipis dan terdapat
padanya melekat alveoli yang berbentuk seperti serabut.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah sebaiknya praktikan
memperhatikan baik-baik pada saat asisten dosen menjelaskan mengenai
preparat yang diamati serta mencatat hal-hal yang penting terhadapa apa yang
disampaikan oleh asisten dosen.
LEMBAR ASISTENSI

Nama : Khofifah Indah Pratiwi S


Stambuk : G 401 18 043
Kelompok : II (Dua)
Asisten : Muliana Puspasari

No. Hari/Tanggal Koreksi Paraf


LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN I
MODUL V
SISTEM PENCERNAAN DAN SISTEM PERNAPASAN

DISUSUN OLEH:
NAMA : ANWAROH ANDRIANI
STAMBUK : G40118043
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : MULIANA PUSPASARI

LABORATORIUM BISISTEMATIKA TUMBUHAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

APRIL, 2019

Anda mungkin juga menyukai