Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGI DENGAN

ANEMIA RINGAN PADA NY. M DI KLINIK


Hj. RUKNI LUBIS

Proposal Tugas Akhir

Diajukan Sebagai Salah Satu


Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

DISUSUN OLEH:

CHICI PUSPA DILLA MELISA


15022

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MITRA HUSADA MEDAN
TAHUN 2018
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kematian ibu setiap hari di tahun 2015, sekitar 830 wanita meninggal

karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Hampir semua kematian ini

terjadi pada rangkaian sumber daya rendah, dan sebagian besar bisa dicegah.

Penyebab utama kematian adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan

penyebab tidak langsung, terutama karena adanya interaksi antara kondisi

medis yang sudah ada sebelumnya dan kehamilan. Risiko seorang wanita di

negara berkembang yang meninggal akibat sebab-akibat ibu selama hidupnya

sekitar 33 kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang tinggal di negara maju.

Kematian ibu adalah indikator kesehatan yang menunjukkan kesenjangan

yang sangat luas antara daerah kaya dan miskin, perkotaan dan pedesaan, baik

antar negara dan di dalamnya (World Health Organization, 2016).

Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) pada periode 2015-2019, merupakan program Indonesia sehat

dengan sasaran peningkatan derajat kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan

kesehatan, termasuk dalam peningkatan kesehatan dan status gizi ibu dan

anak (Kemenkes RI, 2015).

Indonesia termasuk salah satu negara berkembang dengan tingkat

kesehatan yang rendah hal ini ditandai dengan masih tingginya angka

kematian pada ibu hamil. Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan

1
2

Indonesia (SDKI) yang dilakukan pada tahun 2011, menyatakan bahwa

kematian ibu secara nasional yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI,

2012).

Angka kematian ibu pada tahun 2016 naik dibandingkan pada tahun

2015. Hal tersebut ditandai dengan naiknya angka kematian Ibu, jika pada

tahun 2016 sebesar 97,65/100.000 kelahiran hidup yaitu sejumlah 12 kasus,

sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 11 kasus sebesar 87,5/100.000.

Diberbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu

disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara 10% sampai akhir

60%. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami

perdarahan pasca persalinan, namun akibat perdarahan tersebut pasien akan

menderita kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami

masalah kesehatan yang berkepanjangan (World Health Organization, 2016).

Menurut WHO (2009), menerangkan bahwa kejadian anemia pada ibu

hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr%

sebagai dasarnya. Pada umumnya, anemia disebabkan oleh kekurangan zat

besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan

peningkatan asupan gizi sehari-hari.

Anemia ringan adalah suatu keadaan apabila kadar darah yang

dihasilkan oleh pemeriksaan Hb sahli sebesar 9 – 10 gr%. Gejala anemia

ringan antara lain cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan

badan lemas. Penatalaksanaan anemia ringan yaitu dengan meningkatkan


3

konsumsi gizi penderita, terutama protein dan zat besi dan memberi suplemen

zat besi secara peroral (Anon, 2011).

Anemia dalam kehamilan adalah masalah kesehatan masyarakat dunia

yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Angka prevalensi

anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

(WHO) 2012, yaitu secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh

dunia adalah sebesar 41,8%. Prevalensi anemia pada ibu hamil diperkirakan

di Asia sebesar 48,2%, Afrika 57,1%, Amerika 24,1%, dan Eropa 25,1%. Di

negara-negara berkembang ada sekitar 40% kematian ibu berkaitan dengan

anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan

oleh defesiensi zat besi dan perdarahan akut, bahkan jarak keduanya saling

berinteraksi (World Health Organization, 2012).

Prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia sebesar 70% atau 7 dari 10

wanita hamil menderita anemia. Anemia defesiensi besi dijumpai pada 40%

ibu hamil. Tercatat bahwa dari 11.441 ibu hamil terdapat 1.074 yang

mengalami anemia selama kehamilan (Dinkes Propsu, 2010).

Salah satu komponen pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu pemberian

zat besi sebanyak 90 tablet (Fe). Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan

tubuh untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Zat besi memiliki

peran vital terhadap pertumbuhan janin. Selama hamil, asupan zat besi harus

ditambah mengingat selama kehamilan, volume darah pada tubuh ibu

meningkat. Sehingga, untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan ibu dan


4

menyuplai makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta, dibutuhkan

asupan zat besi yang lebih banyak (Kemenkes RI, 2015).

Cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi di Sumatera Utara

menunjukkan penurunan yaitu 84,3% pada tahun 2014, menjadi 74,42%

tahun 2015 angka ini masih jauh dari target yang di tentukan yaitu 80%

(Kemenkes, 2015).

Berdasarkan data di atas, angka kejadian anemia ringan pada ibu hamil

masih cukup tinggi dan mengingat jika tidak dikelola dengan baik akan

menjadi anemia sedang dan menuju ke anemia berat, maka penulis tertarik

untuk mengambil kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil

dengan Anemia Ringan di Klinik Hj. Rukni Lubis Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2018”.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah, “Bagaimana asuhan

kebidanan ibu hamil patologi dengan anemia ringan pada Ny. M di Klinik Hj.

Rukni Lubis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2018?”.

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil patologi

dengan anemia ringan pada Ny. M menggunakan metode pendekatan

tujuh langkah Varney.


5

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Penulis mengetahui secara teoritis tentang asuhan kebidanan pada

ibu hamil dengan anemia ringan

b. Penulis mengetahui dasar hukum dan kewenangan tentang asuhan

kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan

c. Penulis mampu:

1) Melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan anemia ringan

2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan,

masalah dan kebutuhan pada ibu hamil dengan anemia ringan

3) Menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil dengan anemia

ringan

4) Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada ibu hamil dengan

anemia ringan

5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan

anemia ringan

6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada ibu

hamil dengan anemia ringan

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu

hamil dengan anemia ringan

8) Mendokumentasian hasil asuhan pelayanan kebidanan pada ibu

hamil dengan anemia ringan

9) Menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di

lapangan pada ibu hamil dengan anemia ringan.


6

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Responden

Dapat memberikan pemahaman yang benar tentang anemia

ringan, pencegahan dan penanganan apabila mengalami tanda dan

gejala anemia ringan pada kehamilan sehingga dapat mempertahankan

kesehatan ibu selama masa kehamilan.

1.4.2. Lahan Praktek

Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam

upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada ibu hamil

dengan anemia ringan.

1.4.3. Institusi

Sebagai referensi dan sumber bacaan tentang asuhan kebidanan

pada ibu hamil dengan anemia ringan.

1.4.4. Penulis

Dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam

praktek di lapangan, memperoleh pengalaman secara langsung dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia ringan

dan sebagai bahan untuk melanjutkan penelitian selanjutnya.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Kehamilan

a. Defenisi

Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan persenyawaan

antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa) (Saminem, 2009:

1).

Kehamilan terjadi karena ada pertemuan sperma dan sel telur

di dalam tuba falopi yang kemudian tertanam di dalam uterus

(Wibisono, 2009: 1).

b. Tanda dan Gejala Kehamilan

Ada dua jenis tanda-tanda kehamilan seperti berikut:

1) Tanda-tanda mengarah ke kehamilan, tetapi tidak pasti hamil.

- Tes kencing menggunakan alat celup menunjukkan hasil

positif.

- Terlambat menstruasi.

- Terasa mual dan muntah.

- Perut terasa membesar.

- Payudara terasa membesar dan kencang.

2) Tanda-tanda kehamilan yang pasti.

- Terlihat buah kehamilan dengan USG (ultrasonografi).

7
8

- Terlihat melalui foto sinar X. Namun perlu diperhatikan, alat

ini tidak boleh dipakai selama kehamilan.

- Terasa ada gerakan anak oleh pemeriksa (Wibisono, 2009: 8).

Menurut Saminem (2009), tanda kehamilan yang pasti yaitu:

- Terdengar DJJ

- Tanda subjektif meliputi amenore, mual dan muntah, gerakan

janin terasa oleh ibu, serta polakisuri (sering berkemih)

- Tanda objektif meliputi tanda Piskacek (pembesaran dan

perubahan bentuk rahim yang lebih lunak, terutama di daerah

ismus uteri, jika periksa dalam sampai forniks anterior dan

tangan lainnya pada dinding perut, seolah-olah ismus negatif),

tanda Chadwick (pada vagina terlihat daerah livida dan

keunguan karena kongesti vena), kontraksi Braxton Hicks,

balotemen (minggu keempat atau kelima [ada yang

menganggap sebagai tanda pasti]), dan tanda Goodell.

- Pemeriksaan secara biologis ditemukan pembesaran perut,

pengeluaran kolostrum, terutama pada primigravida, dan

perubahan mamae (hipertrofi dan hiperpigmentasi areola

mamae).

c. Perubahan Fisiologi pada Kehamilan

Menurut Saminem (2009), Perubahan fisiologis dibagi

menjadi perubahan yang dapat dilihat dan perubahan yang tidak

dapat dilihat.
9

Perubahan yang dapat dilihat meliputi:

1) Perubahan pada kulit. Terjadi hiperpigmentasi, yaitu kelebihan

pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi dan hidung

mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (topeng

kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan

puting susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu

akan menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna

akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola mamae sekunder.

Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol.

Pada area suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari

atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan

sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang di tengah atas

pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi, terjadi

stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit. Terdapat dua

jenis stria gravidarum, yaitu stria livida (garis yang berwarna

biru) dan stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi

karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus

hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.

2) Perubahan kelenjar. Kelenjar gondok membesar sehingga leher

ibu berbentuk seperti leher pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi

pada wanita hamil.

3) Perubahan payudara. Perubahan ini pasti terjadi pada wanita

hamil karena dengan semakin dekatnya persalinan, payudara


10

menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi

setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:

a) Payudara membesar, tegang, dan sakit

b) Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas

c) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta

muncul areola mamae sekunder

d) Kelenjar montgomery yang terletak di dalam areola mamae

membesar dan kelihatan dari luar. Kelenjar montgomery

mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu selalu

lembap dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang

biak bakteri

e) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai

kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada

kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak

putih seperti susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32

minggu sampai anak lahir, cairan yang keluar lebih kental,

berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini

disebut kolostrum

4) Perubahan perut. Semakin mendekati masa persalinan, perut

semakin membesar. Biasanya, hingga kehamilan empat bulan,

pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan lima bulan,

perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi


11

tegang dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan

hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.

5) Perubahan uterus.

Usia kehamilan dihitung sejak terjadi amenore, yaitu hari pertama

menstruasi terakhir atau melalui penghitungan tinggi fundus uteri

(Bartolomeus):

36 minggu setiap 3 jari bawah prosesus xifoideus

32/40 minggu setinggi ½ pusat prosesus xifoideus

28 minggu setinggi 3 jari atas pusat

24 minggu setinggi pusat

20 minggu setinggi 3 jari bawah pusat

16 minggu setinggi ½ simfisis-pusat

12 minggu setinggi 3 jari simfisis (Saminem, 2009: 6-7).

6) Perubahan alat kelamin luar. Alat kelamin luar ini tampak hitam

kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran darah. Kongesti

terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang menuju

uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk

membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa

vagina yang mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan

tersebut disebut tanda Chadwick.

7) Perubahan pada tungkai. Timbul varises pada sebelah atau kedua

belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi edema pada salah
12

satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar

pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.

8) Perubahan pada sikap tubuh. Sikap tubuh ibu menjadi lordosis

karena perut yang membesar.

Perubahan yang tidak dapat dilihat:

1) Perubahan pada alat pencernaan. Alat pencernaan lebih kendur,

peristaltik kurang baik, terjadi hipersekresi kelenjar dalam alat

pencernaan sehingga menimbulkan rasa mual, muntah,

hipersalivasi, dan lain-lain. Peristaltik yang kurang baik dapat

menimbulkan konstipasi atau obstipasi.

2) Perubahan pada peredaran dan pembuluh darah.

a) Perubahan pada darah. Volume darah semakin meningkat

karena jumlah serum lebih besar daripada pertumbuhan sel

darah sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Masa

puncak terjadi pada umur kehamilan 32 minggu. Serum darah

(volume darah) bertambah 25-30%, sedangkan sel darah

bertambah 20%. Curah jantung akan bertambah 30%.

Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak pada umur

kehamilan 16 minggu. Oleh karena itu, ibu hamil yang

mengidap penyakit jantung harus berhati-hati. Jumlah sel

darah merah semakin meningkat, hal ini untuk mengimbangi

pertumbuhan janin dalam ini untuk mengimbangi

pertumbuhan janin dalam rahim. Namun, pertambahan sel


13

darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah

sehingga terjadi hemodilusi yang disertai dengan anemia

fisiologis.

b) Perubahan pada jantung. Selama hamil, jantung memompa

untuk dua orang, yaitu ibu dan janin. Bertambahnya cairan

darah menambah volume darah, tetapi kepekatan darah

berkurang dan pembuluh darah membesar. Oleh karena itu,

kerja jantung bertambah berat.

c) Perubahan pada tekanan darah. Biasanya, tekanan darah

tidak tinggi meskipun volume darah bertambah, bahkan sedikit

turun. Turunnya tekanan darah ini disebabkan oleh kepekatan

darah berkurang.

d) Perubahan pada paru. Paru juga berkembang lebih berat

karena mengisap zat asam untuk kebutuhan ibu dan janin. Pada

kehamilan tua, posisi paru terdesak ke atas akibat uterus

membesar.

e) Perubahan pada perkemihan.

 Ginjal bekerja lebih berat karena harus menyaring ampas

dua orang, yaitu ibu dan janin.

 Ureter tertekan oleh uterus apabila uterus keluar dari rongga

panggul. Ureter juga semakin berkelok-kelok dan kendur

sehingga menyebabkan perjalanan urine ke kandung kemih


14

melambat. Kuman dapat berkembang di kelokan itu dan

menimbulkan penyakit.

 Pada bulan kedua kehamilan, ibu lebih sering berkemih

karena ureter lebih antefleksi dan membesar.

f) Perubahan pada tulang. Keadaan tulang pada kehamilan juga

mengalami perubahan, bentuk tulang belakang menyesuaikan

diri dengan keseimbangan badan karena uterus membesar.

Oleh karena itu, pada kehamilan lebih dari enam bulan, sikap

tubuh ibu tampak menjadi lordosis.

g) Perubahan pada jaringan pembentuk organ. Jaringan menjadi

lebih longgar dan mengikat garam.

h) Perubahan alat kelamin dalam. Perubahan pada alat kelamin

dalam sudah pasti terjadi karena alat kelamin dalam

merupakan alat reproduksi.

d. Perubahan Psikologi Wanita Hamil

Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada

trimester I meliputi ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir. Pada

trimester II, perubahan meliputi perasaan lebih nyaman serta

kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin

meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.

Pada trimester III, perubahan yang terjadi meliputi memiliki

perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan merefleksikan

pengalaman masa lalu (Saminem, 2009: 5).


15

e. Kebutuhan Fisiologi pada Wanita Hamil

1) Kebutuhan Nutrisi

Dalam masa kehamilan, kebutuhan zat gizi meningkat

untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan

janin, pemeliharaan dan kesehatan ibu, serta persediaan untuk

masa laktasi, baik untuk janin maupun ibu (misalnya, persediaan

zat besi, protein, dan kalsium). Yang terpenting untuk wanita

hamil bukan jumlah, tetapi mutu makanan. Makanan harus

seimbang dan mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang

cukup. Pada saat hamil, yang paling diperlukan adalah makanan

yang banyak mengandung zat pembangun, vitamin, dan mineral

(zat besi dan kalsium).

Tabel 2.1 Kebutuhan zat gizi selama kehamilan dan masa


laktasi
Kalori Protein Garam Garam Vit. Vit. Vit.
(g) kapur besi A B C
(g) (mg) (IU) (mg) (mg)
Wanita 47 0,6 12 4.000 0,7 60
dewasa
2000
(tidak
hamil)
Wanita 67 1,2 17 5.000 0,9 90
hamil
(2300)
Wanita 87 1,2 17 6.000 1,1 90
menyusui
(2800)
16

f. Masalah dalam kehamilan

Pada setiap kunjungan antenatal, bidan harus mengajarkan

kepada ibu bagaimana mengenali tanda-tanda bahaya dan

menganjurkan untuk datang ke klinik dengan segera jika ia

mengalami tanda-tanda bahaya tersebut.

Enam tanda bahaya selama periode antenatal adalah sebagai

berikut:

1) Perdarahan per vaginam.

2) Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang.

3) Perubahan visual secara tiba-tiba (“pandangan kabur”, “rabun

senja”).

4) Nyeri abdomen yang hebat.

5) Bengkak pada muka atau tangan.

6) Bayi kurang bergerak seperti biasa (Fadlun, 2012: 5).

2.1.2. Anemia dalam Kehamilan

a. Defenisi

Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel

darah merah atau hemoglobin (Kemenkes, 2013).

Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar Hemoglobin

(Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia kehamilan yaitu ibu

hamil dengan kadar Hb <11 g% pada trimester 1 dan III atau Hb

<10,5 g% pada trimester II (Fadlun, 2012: 37).


17

Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa

oksigen; hal tersebut dapat terjadi akibat penurunan produksi sel

darah merah (SDM), dan/atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam

darah. Anemia sering didefinisikan sebagai penurunan kadar Hb

dalam darah sampai di bawah rentang normal 13,5 g/dl (pria), 11,5

g/dl (wanita), dan 11,0 g/dl (anak-anak). Efeknya pada individu

bergantung pada tingkat keparahan anemia dan derajat penurunan

kapasitas darah dalam membawa oksigen. Tanda dan gejala anemia

meliputi pucat pada membran mukosa, keletihan, pusing dan

pingsan, sakit kepala, napas dangkal, peningkatan frekueni jantung

(takikardia), dan palpitasi.

Anemia adalah kurangnya sel-sel darah merah dalam darah.

Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari

11 gram per 100 ml (Wibisono, 2009: 101).

b. Etiologi Anemia

Keadaan yang menyebabkan anemia pada ibu hamil antara lain

(Baety, 2012: 52).

1) Status nutrisi ibu/keluarga buruk

2) Ibu cacingan

3) Ibu menderita penyakit kronis seperti TBC, kelainan darah,

perdarahan dan sebagainya.


18

Menurut Supriyanto (2015: 52), Anemia dapat disebabkan

karena gangguan pencernaan sehingga penyerapan zat-zat makanan

tidak berlangsung secara maksimal. Anemia yang paling lazim

dialami ibu hamil adalah anemia karena kekurangan zat besi.

Menurut Fadlun (2012), anemia gizi besi dapat terjadi karena

hal-hal berikut ini:

1) Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak

mencukupi kebutuhan.

a) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah makanan

yang berasal dari hewani (seperti: ikan, daging, hati, ayam)

b) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran

hijau tua, yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya

sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus

2) Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.

a) Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja,

kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat tajam

b) Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi

diperlukan untuk pertumbuhan janin, serta untuk kebutuhan

ibu sendiri

c) Pada penderita penyakit menahun seperti TBC.

3) Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh:

Perdarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan

anemia. Hal ini terjadi pada pasien dengan penyakit berikut ini:
19

a) Kecacingan (terutama cacing tambang). Infeksi cacing

tambang menyebabkan perdarahan pada dinding usus,

meskipun sedikit tetapi terjadi terus-menerus yang

mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.

b) Malaria pada penderita anemia gizi besi dapat memperberat

keadaan anemianya.

c) Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat

besi yang ada dalam darah.

Selain kurangnya zat besi, faktor penyebab ibu hamil

anemia ialah terlalu kerap hamil (jaraknya kurang dari dua tahun)

terjadinya pendarahan yang berulang-ulang pada kehamilan

sebelumnya dan anemia karena kekurangan folicacid yang

biasanya terjadi pada masa-masa akhir kehamilan.

Menurut Judy Bothamley (2012), penyebab anemia adalah:

1. Penurunan produksi sel darah merah

a) Kekurangan zat yang dibutuhkan, seperti zat besi,

asam folat, vitamin B12

b) Masalah produksi di sumsum tulang

2. Peningkatan kehilangan sel darah merah

a) Perdarahan (selama menstruasi, persalinan, trauma)

3. Peningkatan destruksi sel darah merah

a) Anemia hemolitik

b) Anemia sel sabit


20

c) Sindrom HELLP

d) Sferositosis herediter

c. Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah

oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap

plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45

– 65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum

terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun

sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus.

Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen

plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim

disebut Hidrenia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel

darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga

terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai

berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%. Secara

fisiologis, pegenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja

jantung yang semakin berat dengan adanya kelainan (Manoe, 2010).

d. Diagnosis Anemia dalam Kehamilan

Menurut Baety (2012: 52), bila kadar Hb ibu kurang dari 10

g% berarti ibu dalam keadaan anemia, terlebih bila kadar Hb tersebut

kurang dari 8 g% berarti ibu anemia berat.

Pembagian anemia menurut Jannah (2012: 190) yaitu:


21

1) Anemia ringan: 9 – 10 gr%.

2) Anemia sedang: 7 – 8 gr%.

3) Anemia berat: <7 gr %.

Menurut Supriyanto (2015: 53-54), gejala-gejala anemia

seperti:

1) Pucat pada wajah.

2) Pusing.

3) Sulit bernafas.

4) Jantung berdebar-debar.

Menurut Jannah (2012: 191), anemia ditandai dengan:

1) Bagian dalam kelopak mata, lidah dan kuku pucat.

2) Lemah dan merasa cepat lelah.

3) Kunang-kunang.

4) Napas pendek-pendek.

5) Nadi meningkat.

6) Mudah pingsan (Fadlun, 2012: 37).

Anemia pada ibu hamil juga dapat ditandai dengan gejala

seperti letih, kurang nafsu makan, daya tahan tubuh menurun,

kebugaran tubuh menurun, gangguan penyembuhan luka (Wibisono,

2009: 87).

Diagnosis anemia biasanya dibuat berdasarkan pemeriksaan

darah. Seseorang pertama kali dicurigai menderita anemia defisiensi

besi jika pemeriksaan hitung darah lengkap rutin menunjukkan kadar


22

Hb yang rendah. Jika Mean Cell Volume (MCV) juga turun,

penyebab terseringnya adalah anemia defisiensi besi, maka

pemeriksaan yang paling berguna adalah pemeriksaan kadar serum

feritin.

Jika terjadi defisiensi besi dan folat atau B12, nilai MCV pada

rata-rata pemeriksaan, mungkin normal dengan kadar Hb rendah.

Apusan darah menunjukkan dua tipe sel darah merah, besar dan kecil

yang menjelaskan anemia. Penurunan kadar feritin, bersamaan

dengan penurunan folat dan kadar vitamin B12, dapat

mengindikasikan malabsorbsi. Peningkatan MCV menentukan

investigasi lanjut mengenai penyebab anemia, seperti konsumsi

tinggi alkohol, anomalitiroid atau hati, atau defisiensi vitamin B12

atau folat. Seorang wanita dengan kelainan hematologis harus di

rujuk ke ahli hematologi untuk memperoleh pendapat ahli

(Bothamley, 2012).

Bidan yang berkerja tanpa akses laboratorium yang mudah

dapat menggunakan skala warna hemoglobin sebagai alat yang

berguna, dan informasi dapat diakses dari website World Health

Organization (WHO) (Bothamley, 2012).

e. Pencegahan dan Penanganan Anemia

1) Pencegahan

Ibu hamil harus memeriksakan diri (dengan memeriksakan

sampel darah) khususnya ketika pemeriksaan pertama kali.


23

Kemudian pada minggu ke-30. Untuk menjaga agar tidak terjadi

anemia, ia juga harus memperhatikan makanan yang dikonsumsi,

dengan mengupayakan bagaimana semua unsur yang diperlukan

bisa terpenuhi (Supriyanto, 2015: 53)

Pencegahan anemia dengan meningkatkan konsumsi

makanan bergizi. Makan makanan yang banyak mengandung zat

besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati telur)

dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-

kacangan, tempe). Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang

banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong,

bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat bermanfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus (Fadlun, 2012:

38).

Wanita yang sedang hamil atau menyusui, kebutuhan zat

besinya sangat tinggi sehingga perlu dipersiapkan sedini mungkin

semenjak remaja. Minumlah 1 (satu) tablet tambah darah

seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama

haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) tablet tambah darah

setiap hari paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40

hari setelah melahirkan (Fadlun, 2012: 38).

2) Penanganan

Jika kondisi membutuhkan, zat besi bisa diberikan secara

oral. Namun jika anemia baru diketahui menjelang melahirkan,


24

maka bisa diberikan melalui suntikan atau dengan tetes, atau

bahkan dengan transfusi darah (Supriyanto, 2015: 53).

Jika kondisi ibu hamil Anemia karena kekurangan

folicacid, berikan kapsul folic acid dan zat besi secara oral. Atau

bisa juga dengan melalui suntik jika sering muntah. Selain itu

disarankan juga untuk memberikan vitamin C karena dapat

membantu penyerapan folic acid.

Skrining rutin untuk anemia terhadap semua wanita harus

dilakukan pada saat pemeriksaan pertama dan saat usia kehamilan

28 minggu. NICE (2008) merekomendasikan bahwa jika Hb < 11

g/dl pada awal kehamilan, atau < 10,5 g/dl pada usia 28 minggu,

pemberian suplemen besi harus dipertimbangkan (Bothanley,

2012).

Anemia defisiensi besi sering terjadi dalam kehamilan, dan

banyak wanita yang diberikan resep suplemen besi, biasanya

dikombinasikan dengan folat, karena ada beberapa bukti bahwa

pemberian kedua suplemen ini lebih menguntungkan daripada

suplemen besi saja dalam menangani anemia defisiensi besi.

Wanita harus diberi informasi mengenai cara paling efektif untuk

mengonsumsi tablet ini, karena pasien sering tidak patuh harus

ditekankan bahwa jika pasien tersebut tidak dapat melanjutkan

meminum tablet zat besi, dia harus memberitahu bidan sehingga

bisan mungkin dapat memberikan formula yang lain.


25

2.1.3. Dasar Hukum dan Kewenangan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil

dengan Anemia

Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus

berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga penyimpangan

terhadap hukum (mal praktik) dapat dihindarkan dalam memberikan

asuhan kebidanan dengan anemia ringan, landasan hukum yang

digunakan di antaranya:

a. Berdasarkan Perawatan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/ Menkes/ Per/ X/ 2010 tentang Izin dan Penyelenggara

Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki meliputi:

1) Kewenangan normal:

a) Pelayanan kesehatan ibu

b) Pelayanan kesehatan anak

c) Pelayanan kesehatan reproduki perempuan dan keluarga

berencana

2) Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah

3) Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang

tidak memiliki dokter.

Berdasarkan Kepmenkes 900/MENKES/SK/VII/2002 wewenang

bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan ibu hamil dengan

abortus imminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1, preeklampsi

ringan dan anemia ringan. Pada bidan yang menangani pasien dengan

anemia ringan dilakukan dengan asuhan dan perencanaan dengan


26

seksama, agar bisa menaikkan kadar Hb yang kurang. Jika dalam

memberikan asuhan belum ada kenaikkan kadar hemoglobin, maka

bidan sebaiknya melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis.

2.1.4. Penerapan Manajemen Kebidanan pada Ibu Hamil

Menurut Varney (1997), manajemen kebidanan adalah proses

pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan, berdasarkan teori ilmiah,

temuan, serta keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk

mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien .

Manajemen kebidanan terdiri atas tujuh langkah yang berurutan,

diawali dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi. Proses ini

bersifat siklik (dapat berulang), dengan tahap evaluasi sebagai data

awal pada siklus berikutnya. Proses manajemen kebidanan terdiri atas

langkah-langkah berikut ini.

1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan

klien secara keseluruhan

2. Menginterpretasikan data untuk diagnosis atau masalah

3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya

4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,

kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain serta melakukan rujukan

berdasarkan kondisi klien


27

5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan mengulang

kembali manajemen proses untuk aspek-aspek sosial yang tidak

efektif

6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman

7. Mengevaluasi keefektivan asuhan yang diberikan dengan

mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan

yang tidak efektif.

a. Pengkajian

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari berbagai sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis.

Anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data

tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.

Anamnesis dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut:

1) Auto anamnesis

Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung.

Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung dari

sumbernya.

2) Allo anamnesis

Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga untuk

memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan

darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk

memberikan data yang akurat.


28

Bagian – bagian penting dari anamnesis antara lain sebagai

berikut.

1) Data Subjektif

a) Biodata.

Berikut ini adalah panduan untuk mengetahui biodata

pasien.

Istri Suami
Nama : ......................... Nama : ......................
Usia : ......................... Usia : ......................
Agama : ......................... Agama : ......................
Pendidikan : ......................... Pendidikan : ......................
Pekerjaan : ......................... Pekerjaan : ......................
Suku/ras : ......................... Suku/ras : ......................
Alamat : ......................... Alamat : ......................

b) Riwayat pasien.

(1) Keluhan utama

Keluhan utama ditanyak untuk mengetahui alasan

pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.

(2) Riwayat kebidanan

Data ini penting diketahui oleh tenaga kesehatan

sebagai data acuan jika pasien mengalami penyulit

postpartum.

(a) Menstruasi.

Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat

menstruasi antara lain sebagai berikut.

 Manarche.
29

Manarche adalah usia pertama kali mengalami

menstruasi. Wanita Indonesia pada umumnya

mengalami menarche sekitar 12 sampai 16 tahun.

 Siklus.

Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi

yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam

hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.

 Volume.

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah

menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan

kesulitan untuk mendapatkan data yang valid.

Sebagai acuan biasanya kita gunakan kriteria

banyak, sedang, dan sedikit. Jawaban yang

diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif,

namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan

beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai

berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.

 Keluhan.

Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang

dirasakan ketika mengalami menstruasi, misalnya

nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan, atau

jumlah darah yang banyak. Ada beberapa keluhan


30

yang disampaikan oleh pasien dapat menunjuk

kepada diagnosis tertentu.

(b) Gangguan kesehatan alat reproduksi.

Beberapa data yang perlu kita kaji dari pasien

adalah apakah pasien pernah mengalami gangguan

seperti berikut ini.

 Keputihan.

 Infeksi.

 Gatal karena jamur.

 Tumor.

(c) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan KB yang

lalu

(d) Riwayat kehamilan sekarang.

(3) Riwayat kesehatan.

Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan

sebagai “penanda” (warning) akan adanya penyulit masa

hamil. Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa

hamil yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan

memengaruhi organ yang mengalami gangguan. Beberapa

data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu

kita ketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang

menderita penyakit, seperti jantung, diabetes melitus

(DM), ginjal, hipertensi/hipotensi, dan hepatitis.


31

(4) Status perkawinan.

Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan

mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga

pasangan.

Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan antara lain

sebagai berikut.

(a) Berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali?

(b) Status pernikahan (sah/tidak)?

(c) Lama pernikahan?

(d) Ini adalah suami yang ke?

(5) Pola makan.

Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan

gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya

selama hamil. Kita bisa menggali dari pasien tentang

makanan yang disukai dan yang tidak disukai, seberapa

banyak dan sering ia mengonsumsinya, sehingga jika kita

peroleh data yang tidak sesuai dengan standar pemenuhan,

maka kita dapat memberikan klarifikasi dalam pemberian

pendidikan kesehatan mengenai gizi ibu hamil. Beberapa

hal yang perlu kita tanyakan pada pasien berkaitan dengan

pola makan adalah sebagai berikut.


32

(a) Menu.

Ini dikaitkan dengan pola diet seimbang bagi ibu

hamil. Jika pengaturan menu makan yang dilakukan

oleh pasien kurang seimbang sehingga ada

kemungkinan beberapa komponen gizi tidak akan

terpenuhi, maka bidan dapat memberikan pendidikan

kesehatan mengenai penyusunan menu seimbang

bagi ibu.

Kita dapat menanyakan pada pasien tentang apa

saja yang ia makan dalam sehari (nasi, sayur, lauk,

buah, makanan selingan, dan lain-lain).

(b) Frekuensi.

Data ini akan memberi petunjuk bagi kita tentang

seberapa banyak asupan makanan yang dikonsumsi

ibu.

(c) Jumlah per hari.

Data ini memberikan volume atau seberapa

banyak makanan yang ibu makan dalam waktu satu

kali makan. Untuk mendapatkan gambaran total

makanan yang ibu makan, bidan dapat

mengalihkannya dengan frekuensi makan dalam

sehari.
33

(d) Pantangan.

Ini juga penting untuk kita kaji karena ada

kemungkinan pasien berpantang makanan justru pada

makanan justru pada makanan yang sangat

mendukung pemulihan fisiknya, misalnya daging,

ikan, atau telur.

(6) Pola minum.

Kita juga harus dapat memperoleh data dari kebiasaan

pasien dalam memenuhi kebutuhan cairannya. Apalagi

dalam masa hamil asupan cairan yang cukup sangat

dibutuhkan. Hal-hal yang perlu kita tanyakan kepada

pasien tentang pola minum adalah sebagai berikut.

(a) Frekuensi.

Kita dapat tanyakan pada pasien berapa kali ia minum

dalam sehari, dan dalam sekali minum menghabiskan

berapa gelas.

(b) Jumlah per hari.

Frekuensi minum dikalikan seberapa banyak ibu

minum dalam sekali waktu minum akan didapatkan

jumlah asupan cairan dalam sehari.

(c) Jenis minuman.

Kadang pasien mengonsumsi minuman yang

sebenarnya kurang baik untuk kesehatannya.


34

(7) Pola istirahat.

Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil. Oleh karena

itu, bidan perlu menggali kebiasaan istirahat ibu supaya

diketahui hambatan yang mungkin muncul jika

didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan

kebutuhan istirahat. Bidan dapat menanyakan tentang

berapa lama ia tidur di malam dan siang hari.

(a) Istirahat malam hari.

Rata-rata lama tidur malam yang normal adalah 6-8

jam.

(b) Istirahat siang hari.

Tidak semua wanita mempunyai kebiasaan tidur

siang. Oleh karena itu, hal ini dapat kita sampaikan

kepada ibu bahwa tidur siang sangat penting untuk

menjaga kesehatan selama hamil.

(8) Aktivitas sehari-hari.

Kita perlu mengkaji aktivititas sehari-hari pasien

karena data ini memberikan gambaran tentang seberapa

berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah. Jika

kegiatan pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan dapat

menimbulkan penyulit masa hamil, makan kita dapat

memberikan peringatan sedini mungkin kepada pasien


35

untuk membatasi dahulu kegiatannya sampai ia sehat dan

pulih kembali.

(9) Personal higiene.

Beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan

kebersihan diri di antaranya adalah sebagai berikut.

(a) Mandi.

(b) Keramas.

(c) Ganti baju dan celana dalam.

(d) Kebersihan kuku.

(10) Aktivitas seksual.

Walaupun ini adalah hal yang cukup privasi bagi

pasien, namun bidan harus menggali data dari kebiasaan

ini, karena terjadi beberapa kasus keluhan dalam

aktivitas seksual yang cukup mengganggu pasien namun

ia tidak tahu ke mana harus berkonsultasi. Dengan teknik

komunikasi yang senyaman mungkin bagi pasien, bidan

menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas

seksual, melalui pertanyaan berikut ini.

(a) Frekuensi.

Kita tanyakan berapa kali melakukan hubungan

seksual dalam seminggu.


36

(b) Gangguan.

Kita tanyakan apakah pasien mengalami

gangguan ketika melakukan hubungan seksual,

misalnya nyeri saat berhubungan, adanya

ketidakpuasan dengan suami, kurangnya keinginan

untuk melakukan hubungan, dan lain sebagainya.

Jika kita mendapatkan data-data tersebut di atas

maka sebaiknya kita membantu pasien untuk

mengatasi permasalahannya dengan konseling lebih

intensif mengenai hal ini.

(11) Keadaan lingkungan.

Keadaan ligkungan sangat memengaruhi status

kesehatan keluarga. Beberapa data yang bisa kita gali

untuk memastikan keadaan kesehatan keluarga antara

lain sebagai berikut.

(a) Fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK).

Kita dapat menanyakan pada pasien tentang

kebiasaannya membuang air besar dan kecil sehari-

hari. Jika keluarga tidak mempunyai fasilitas MCK

pribadi, apakah di sekitar tempat tinggal mereka ada

fasilitas MCK umum, atau mungkin mereka biasa

buang air besar dan kecil di sungai.


37

(b) Letak tempat tinggal dekat dengan kandang ternak

atau tidak.

Kandang ternak yang dekat dengan tempat tinggal

sangat memungkinkan menjadi sumber penularan

berbagai macam penyakit. Terlebih jika kotoran

hewan ternak tidak secara rutin dibersihkan. Kita

harus waspada akan bahaya penyakit infeksi yang

awal penularannya melalui feses hewan.

(c) Polusi udara.

Kita kaji apakah tempat tinggal pasien berada di

pemukiman yang tingkat polusi udaranya tinggi.

Untuk mengurangi tingkat polusi kita dapat

menganjurkan pasien untuk menanam pohon di

depan rumahnya, meskipun hanya memakai pot jika

lahannya terbatas.

(d) Keadaan kamar.

Kamar yang sehat adalah kamar yang sirkulasi

udaranya lancar dengan ventilasi udara yang

memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam

kamar. Kamar yang lembap kurang baik untuk

kesehatan bayi.

(12) Respons keluarga terhadap kehamilan ini.


38

Dalam mengkaji data ini kita dapat menanyakan

langsung kepada pasien dan keluarga. Ekspresi wajah

yang mereka tampilkan juga dapat memberikan petunjuk

kepada kita tentang bagaimana respons mereka terhadap

kehamilan ini. Pada beberapa kasus sering kita jumpai

tidak adanya respons yang positif dari keluarga dan

lingkungan pasien karena adanya permasalahan yang

mungkin tidak mereka ceritakan kepada kita. Jika hal itu

terjadi, bidan sebisa mungkin dapat berperan dalam

mencari beberapa alternati solusi.

(13) Respons ibu terhadap kelahiran bayinya.

Dalam mengakaji data ini kita dapat menanyakan

langsung kepada pasien mengenai bagaimana

perasaannya terhadap kehamilannya. Pertanyaan yang

dapat kita ajukan misalnya, “Bagaimana Mbak

perasaannya dengan kehamilan ini?”

(14) Respons ayah terhadap kehamilan ini.

Untuk mengetahui bagaimana respons ayah terhadap

kehamilan ini kita dapat menanyakan langsung kepada

suami pasien atau dapat juga kepada pasien sendiri. Data

mengenai respons ayah ini sangat penting karena dapat

kita jadikan sebagai salah satu acuan mengenai

bagaimana pola kita dalam memberikan asuhan kepada


39

pasien dan bayinya. Jika suami pasien memberikan

respons yang positi terhadap istri dan anaknya, maka

akan memberikan kemudahan bagi kita untuk

melibatkannya dalam memberikan perawatan.

(15) Pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilannya.

Data ini dapat kita peroleh dari beberapa pertanyaan

yang kita ajukan kepada pasien mengenai perawatan

selama hamil. Pengalaman atau riwayat kehamilannya

yang lalu dapat pula kita jadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam menyimpulkan sejauh mana pasien

mengetahui tentang perawatan kehamilan ini dan

perawatan bayinya kelak.

2) Data Objektif

Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data

kita dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan

pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan.

Langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut.

a) Keadaan umum.

Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati

keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita

laporkan dengan kriteria sebagai berikut.

(1) Baik
40

Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap

lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak

mengalami ketergantungan dalam berjalan.

(2) Lemah

Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau

tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan

dan orang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk

berjalan sendiri.

b) Kesadaran.

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita

dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari

keadaan compos mentis (kesadaran maksimal) sampai dengan

koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).

c) Tanda vital.

(1) Tekanan darah.

(2) Nadi.

(3) Pernafasan.

(4) Suhu.

d) Kepala.

e) Rambut.

(1) Warna.

(2) Kebersihan.

(3) Mudah rontok atau tidak.


41

f) Telinga.

(1) Kebersihan.

(2) Gangguan pendengaran.

g) Mata.

(1) Konjungtiva.

(2) Sklera.

(3) Kebersihan.

(4) Kelainan.

(5) Gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat).

h) Hidung.

(1) Kebersihan.

(2) Polip.

(3) Alergi debu.

i) Mulut.

(1) Bibir.

(a) Warna.

(b)Integritas jaringan (lembap, kering atau pecah-pecah).

(2) Lidah.

(a) Warna.

(b)Kebersihan.

(3) Gigi.

(a) Kebersihan.

(b)Karies.
42

(c) Gangguan pada mulut (bau mulut).

j) Leher.

(1) Pembesaran kelenjar limfe.

(2) Parotitis.

k) Dada.

(1) Bentuk.

(2) Simetris/tidak.

(3) Payudara.

(a) Bentuk.

(b)Besar masing-masing payudara (seimbang atau tidak).

(c) Hiperpigmentasi areola payudara.

(d)Teraba massa, nyeri atau tidak.

(e) Kolostrum.

(f) Keadaan puting: menonjol, datar, atau masuk ke dalam.

(g)Kebersihan.

(h)Bentuk bra.

(4) Denyut jantung.

(5) Gangguan pernapasan (auskultasi).

l) Perut.

(1) Bentuk.

(2) Bekas luka operasi.

(3) Striae.

(4) Linea.
43

(5) TFU.

(6) Hasil pemeriksaan palpasi Leopold.

(7) Taksiran berat janin (TBJ).

(8) Denyut jantung janin (DJJ).

m) Ekstremitas.

(1) Atas.

(a) Gangguan/kelainan.

(b)Bentuk.

(2) Bawah.

(a) Bentuk.

(b)Udema.

(c) Varises.

n) Genital.

(1) Kebersihan.

(2) Pengeluaran per vagina.

(3) Tanda-tanda infeksi vagina.

o) Anus.

(1) Hemoroid.

(2) Kebersihan.

p) Data penunjang/data laboratorium.

(1) Kadar Hb.

(2) Hematokrit (Ht).

(3) Kadar leukosit.


44

(4) Golongan darah.

b. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,

masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari

perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan

analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga

tergambar fakta.

Dalam langkah kedua ini Bidan membagi interpretasi data dalam

tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

1) Diagnosis Kebidanan/Nomenklatur.

Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan antara lain

sebagai berikut.

a) Paritas.

Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang

berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilan).

Dibedakan dengan primigravida (hamil yang pertama kali) dan

multigravida (hamil yang kedua atau lebih).

Contoh cara penulisan paritas dalam interpretasi data adalah

sebagai berikut.

(1) Primigravida: G1P0A0

(a) G1 (gravid 1) atau hamil yang pertama kali.


45

(b) P0 (partus nol) berarti belum pernah partus atau

melahirkan.

(c) A0 (abortus nol) berarti belum pernah mengalami

abortus.

(2) Multigravida: G3P1A1

b) Usia kehamilan dalam minggu.

c) Keadaan janin.

d) Normal atau tidak normal.

2) Masalah

Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu

mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.

Contoh diagnosis kebidanan “Seorang G1P0A0 usia kehamilan

12 minggu depan anemia ringan”. Dan masalah yang dialami

adalah kadang merasa tidak ingin hamil, khawatir dengan

perkembangan bayinya karena tidak nafus makan akibat mual dan

muntah.

Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil,

biasanya bidan akan menemukan suatu kondisi dari pasien

melalui proses pengkajian yang membutuhkan suatu

penatalaksanaan tertentu, seperti:

Gizi

Data dasar subjektif:

a) Pasien mengatakan tidak suka makan yang amis-amis;


46

b) Keluarga sangat kuat memegang adat atau kepercayaan bahwa

ibu hamil tidak boleh makan yang amis-amis;

c) Pasien mengatakan bahwa ia seorang vegetarian.

Data dasar objektif:

a) Perbandingan BB dengan TB termasuk dalam kategori kurus;

b) Lingkar lengan atas (LILA) < 23 cm;

c) Hb kurang dari normal;

d) Konjungtiva anemis.

3) Kebutuhan pasien.

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien

berdasarkan keadaan dan masalahnya. Contohnya kebutuhan

untuk KIE dan bimbingan tentang perawatan kehamilannya.

c. Merumuskan Diagnosis/Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkingkan

dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati kondisi klien. Bidan

diharapkan dapat bersiap-siao bila diagnosis atau masalah potensial

benar-benar terjadi.

Berikut contoh diagnosis potensial yang ditemukan pada pasien

selama kehamilan:

Potensial terjadi gangguan perkembangan janin dalam uterus

(Intra-Uteri Growth Retardation-IUGR).


47

Data dasar subjektif:

1) Pasien mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang;

2) Tidak nafsu makan karena mual dan muntah.

Data dasar objektif:

1) Mengalami penurunan BB pada trimester I;

2) LILA < 22 cm;

3) Hb 9 gr%.

d. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang

Memerlukan Penanganan Segera

Dalam pelaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada

beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera (emergensi)

di mana bidan harus segera melakukan tindakan untuk

menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada pada situasi

pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu

instruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien yang

memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Di sini bidan

sangat dituntut kemampuannya untuk dapat selalu melakukan

evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan tepat dan aman.

e. Merencanakan Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat

harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan,

teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidence based


48

care), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang

diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien. Dalam menyusun

perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada akhirnya

pengambilan keputusan dalam melaksanakan suatu rencana asuhan

harus disetujui oleh pasien.

Untuk menghindari perencanaan asuhan yang tidak terarah, maka

dibuat terlebih dahulu pola pikir sebagai berikut.

1) Tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan, meliputi sasaran

dan target hasil yang akan dicapai.

2) Tentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan

yang akan dicapai.

f. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan

aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan,

pasien, atau anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak

melakukannya sendiri ia tetap melakukannya sendiri ia tetap

memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan.

Dalam situasi di mana ia harus berkolaborasi dengan dokter,

misalnya karena pasien mengalami komplikasi, bidan masih tetap

bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama

tersebut. Manajemen yang efesien akan menyingkat waktu, biaya,

dan meningkatkan mutu asuhan.


49

Berikut adalah beberapa contoh pelaksanaan dari perencanaan

asuhan berdasarkan peran bidan dalam tindakan mandiri, kolaborasi,

dan tindakan pengawasan.

1) Tindakan Mandiri

a) Pemantauan melekat pada ibu hamil dengan resiko tinggi.

b) Bimbingan dalam merawat payudara.

c) Bimbingan pemantauan tanda-tanda persalinan kepada pasien

dan keluarga.

d) Pemberian dukungan psikologis kepada pasien dan suami.

e) Pemberian pendidikan kesehatan.

f) Pemberian tablet besi dan roborantia.

g) Bimbingan cara perawatan diri.

2) Kolaborasi

a) Dengan dokter ahli kandungan.

(1) Penanganan infeksi.

b) Dengan psikolog.

(1) Penanganan depresi ibu hamil.

c) Dengan ahli gizi.

(1) Upaya penanganan anemi berat.

(2) Upaya perbaikan status gizi pada ibu hamil dengan status

gizi buruk.

(3) Penanganan pada pasien yang mengalami kehilangan

nafsu makan dalam jangka waktu yang lama.


50

(4) Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien

vegetarian.

(5) Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien

dengan keadaan tertentu (penyakit jantung, DM, infeksi

kronis).

d) Dengan ahli fisioterapi.

(1) Penanganan pasien dengan keluhan nyeri pada otot yang

berkepanjangan.

e) Dengan dokter ahli penyakit dalam.

(1) Penanganan pasien dengan penyakit infeksi (misalnya

TBC, hepatitis, dan infeksi saluran pencernaan).

(2) Penanganan pasien HIV/AIDS.

(3) Penanganan pasien dengan penyakit gangguan

pernafasan.

(4) Penanganan pasien dengan penyakit DM dan jantung.

3) Merujuk

Dalam melakukan asuhan kepada pasien, bidan senantiasa

mengacu kepada Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) mencakup

kewenangan dan kewajibannya. Jika kasus yang ditangani sudah

mengarah pada kondisi patologis, maka bidan melaksanakan

tindakan rujukan kepada fasilitas pelayanan yang memenuhi

standar baik sarana maupun tenaganya.

4) Tindakan Pengawasan
51

a) Pemantauan keadaan umum.

b) Pemantauan perdarahan.

c) Pemantauan tanda-tanda bahaya kehamilan.

d) Pemantauan keadaan depresi masa hamil.

5) Pendidikan/penyuluhan

a) Pasien.

(1) Waspada tanda-tanda bahaya.

(2) Waspada tanda-tanda persalinan.

(3) Perawatan diri.

(4) Gizi (asupan cairan dan nutrisi).

(5) Kecukupan kebutuhan istirahat dan tidur.

(6) Konsumsi vitamin dan tablet besi.

b) Suami.

(1) Pengambil keputusan terhadap keadaan bahaya istri dan

bayi.

(2) Pengambil keputusan kebutuhan istirahat dan nutrisi istri.

(3) Orang yang paling siaga dalam keadaan darurat istri.

(4) Dukungan yang positif bagi istri dalam keberhasilan

proses adaptasi peran ibu dan proses menyusui.

c) Keluarga.

(1) Pemberi dukungan mental bagi pasien dalam adaptasi

peran.

(2) Memfasilitasi kebutuhan istirahat dan tidur bagi pasien.


52

(3) Mendukung pola makan yang seimbang bagi pasien.

g. Evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita

berikan kepada pasien, kita mengacu kepada beberapa pertimbangan

berikut ini.

1) Tujuan Asuhan Kebidanan.

a) Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan

kesehatan.

b) Memfasilitasi ibu untuk menjalani kehamilannya dengan

rasa aman dan penuh percaya diri.

c) Meyakinkan wanita dan pasangannya untuk

mengembangkan kemampuannya sebagai orangtua dan

untuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orangtua.

d) Membantu keluarga untuk mengidentifikasi dan memenuhi

kebutuhan mereka dan mengemban tanggung jawab terhadap

kesehatannya sendiri.

2) Efektivitas Tindakan untuk Mengatasi Masalah

Dalam melakukan evaluasi seberapa efektif tindakan dan

asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita perlu mengkaji

respons pasien dan peningkatan kondisi yang kita targetkan pada

saat penyusunan perencanaan. Hasil pengkajian ini kita jadikan

sebagai acuan dalam pelaksanaan asuhan berikutnya.


53

3) Hasil Asuhan.

Hasil asuhan adalah bentuk konkret dari perubahan kondisi

pasien dan keluarga yang meliputi pemulihan kondisi pasien,

peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien mengenai

perawatan diri, serta peningkatan kemandirian pasien dan

keluarga dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.

h. Data Perkembangan

Catatan SOAP dipakai untuk pendokumentasian asuhan

kebidanan karena (Jannah, 2012: 212):

1) Pendokumentasian dengan metode SOAP berupa kemajuan

informasi yang sistematis yang mengorganisir penemuan dan

kesimpulan sehingga terwujud rencana asuhan.

2) Metode ini merupakan penyaringan dari proses penatalaksanaan

kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian

asuhan.

3) Metode SOAP dapat membantu mengorganisir pikiran sehingga

dapat memberikan asuhan secara menyeluruh.

4) SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan

tertulis.
54

Hubungan manajemen kebidanan dan metode

pendokumentasian dengan SOAP dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.2. Hubungan manajemen kebidanan dan SOAP


Langkah Manajemen Langkah dalam Metode
Kebidanan Menurut Varney Pendokumentasian dengan
SOAP
Langkah 1 Pengumpulan data subyektif (S)
Pengumpulan data obyektif (O)
Langkah 2 Perumusan assasement (A) atau
Langkah 3 analisa dari data subyektif dan
Langkah 4 obyektif
Langkah 5 Pembuatan planning (P) yang
Langkah 6 merupakan perencanaan,
Langkah 7 implementasi dan evaluasi
asuhan.
55

2.2. Kerangka Berfikir


Tabel 2.3. Kerangka Berfikir Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Anemia
Ringan
Kehamilan

Kehamilan Ektopik

Kehamilan Patologis

Data Obyektif
Data Subyektif
Anemia pada ibu hamil dari Pemeriksaan
dari Anamnesa
Fisik dan Kadar
(Keluhan Ibu)
Hemoglobin

Ringan Sedang Berat

Asuhan Yang Diberikan


1. Konseling cara mengkonsumsi tablet Fe
2. Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
3. Optimalkan penyerapan Fe dengan vitamin C
4. Beri Terapi obat Fe 60 mg dan Asam Folat 500𝛍g 1x1 untuk
anemia ringan, 2x1 untuk anemia sedang (kolaborasi) dan rujuk
jika anemia berat.

Evaluasi Kenaikan Kadar Hemoglobin

Anemia teratasi

Persalinan Normal
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam studi kasus adalah penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif dilakukan dengan tujuan tertentu untuk

membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan yang objektif.

Untuk memperoleh gambaran fenomena kesehatan yang terjadi pada ibu

hamil dengan anemia ringan di Klinik Hj. Rukni Lubis Jln. Luku 1 no. 289

Medan Johor Tahun 2018 (Notoatmodjo, 2012).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Klinik Hj. Rukni Lubis Jln. Luku 1 No. 289 Medan Johor.

3.2.2. Waktu Penelitian

28 Januari s/d 11 Februari 2018

3.3. Subjek Penelitian

Subyek studi kasus adalah penderita yang memenuhi inklusi dan

bersedia mengikuti protokol asuhan yang diberikan (Budiarto, 2004). Pada

studi kasus ini penulis mengambil subyek ibu hamil dengan anemia di klinik

Hj. Rukni Lubis Jln. Luku 1 No. 289 Medan Johor.

56
57

3.4. Definisi Operasional

Defenisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang

diungkapkan dalam defenisi konsep) tersebut, secara operasional, secara

praktik, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.1. Defenisi Operasional Penelitian


Variabel Defenisi Operasional Hasil Ukur
Anemia Anemia adalah Untuk deskripsi
penurunan kadar dikategorikan:
hemoglobin pada ibu 1. Tidak anemia (>11gr%)
hamil 2. Anemia ringan: 9 – 10
gr%.
3. Anemia sedang: 7 – 8
gr%.
4. Anemia berat: <7 gr %.
Asuhan Manajemen kebidanan 1. Pengkajian
Manajemen adalah proses pemecahan 2. Interpretasi data dasar
Langkah Varney’s masalah yang digunakan 3. Merumuskan
untuk pengambilan suatu diagnosis/masalah
keputusan berfokus pada potensial
klien. 4. Menetapkan kebutuhan
tindakan segera
5. Perencanaan asuhan
6. Pelaksanaan asuhan
7. Evaluasi

3.5. Jenis Data

Dalam penyusunan penelitian ini yang digunakan sebagai metode untuk

pengumpulan data antara lain:

a. Data Primer

Data primer yaitu materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan

sendiri oleh peneliti pada saat berlangsungnya penelitian (Varney, 2007).

1) Pemeriksaan fisik
58

a) Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara

melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Fokus

inspeksi pada bagian tubuh meliputi ukuran tubuh, warna, bentuk,

posisi, simetris (Handoko, 2008). Inspeksi pada kasus ini dilakukan

secara berurutan mulai dari kepala sampai ke kaki, pada pemeriksaan

conjungtiva terlihat pucat.

b) Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indra peraba

tangan dan jari dalam hal ini palpasi dilakukan untuk memeriksa

keadaan fundus uteri dan kontraksi uterus (Nursalam, 2007). Pada

kasus ini pemeriksaan palpasi meliputi nadi, leopold I, II, III dan IV.

c) Perkusi

Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk

bagian tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh

kiri kanan dengan tujuan menghasilkan suara, perkusi bertujuan

untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran dan konsistensi jaringan

(Handoko, 2008). Pada kasus anemia ringan dilakukan pemeriksaan

reflek patela kanan – kiri.

d) Auskultasi.

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan

suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.

Hal-hal yang didengarkan adalah bunyi jantung, suara nafas dan


59

bising usus (Handoko, 2008). Pada kasus ibu hamil dengan anemia

ringan pemeriksaan auskultasi meliputi pemeriksaan tekanan darah

(TD) dan detak jantung janin (DJJ).

2) Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (Responden)

atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (Face to

face) (Notoatmodjo, 2012). Wawancara dilakukan oleh tenaga medis

dengan ibu hamil dengan anemia ringan.

3) Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

mengamati subjek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang

berhubungan dengan kasus yang akan diambil. Observasi dapat berupa

pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

(Notoatmodjo, 2012). Observasi pada kasus ibu hamil dengan anemia

ringan dilakukan untuk mengetahui kadar Hb, TTV dan keadaan umum.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari terapi juga

diperoleh dari keterangan keluarga, lingkungan, mempelajari kasus dan

dokumentasi pasien, catatan dalam kebidanan dan studi (Notoatmodjo,

2012). Data sekunder diperoleh dari:

1) Studi Dokumentasi
60

Studi dokumentasi adalah sumber informasi yang berhubungan dengan

dokumen, baik dokumen-dokumen resmi ataupun tidak resmi.

Diantaranya biografi dan catatan harian. Pada kasus dengan anemia

ringan diambil dari catatan rekam medik klinik Hj. Rukni Lubis Kab.

Deli Serdang.

2) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting dan

menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian. Pada kasus ini

mengambil studi kepustakaan dari buku dan laporan penelitian.

3.6. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara

lain:

a. Wawancara

Alat dan bahan untuk wawancara meliputi:

1) Format pengkajian ibu hamil.

2) Buku tulis

3) Bolpoin + Penggaris

b. Observasi

Alat dan bahan untuk observasi meliputi:

1) Tensimeter

2) Stetoskop

3) Thermometer

4) Timbangan berat badan


61

5) Alat pengukur tinggi badan

6) Pita pengukur lingkar lengan atas

7) Leanec

8) Jam tangan dengan petunjuk detik

9) Reflek hammer

10) Metlin

11) Bengkok

12) Bak instrumen

13) Jangka panggul

3.7. Analisis Data

Menurut Sugiyono, 2014 proses analisa data yang dilakukan dalam

studi kasus yaitu:

a. Reduksi data

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan penting

kemudian dicari tema dan polanya. Pada tahap ini peneliti memilah

informasi mana yang relevan dan mana yang tidak relevan dengan

penelitian. Setelah direduksi data akan mengerucut, semakin sedikit dan

mengarah ke inti permasalahan sehingga mampu memberikan gambaran

yang lebih jelas mengenai objek penelitian.

b. Menyajikan data

Menyajikan data merupakan salah satu usaha agar informasi yang

diperoleh dapat diterima dengan mudah oleh orang lain. Dalam hal ini

peneliti dapat menyajikan data dalam bentuk tabel.


62

c. Menarik kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan yang dikemukakan disertai dengan temuan bukti-bukti yang

kuat, sehingga kesimpulan tersebut bersifat kredibel.


DAFTAR PUSTAKA

Anon, I. 2011. Hamil dengan Anemia Ringan. (Online). Available:


http://maphiablack.blogspot.com/2011/01/askeb-ibu-hamil-dengan-anemia-
ringan.html. Diakses tanggal 23 Februari 2018.
Badan Pusat Statistik. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2011. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Baety, Aprilina Nurul. 2012. Kehamilan & Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bothamley, Judy. 2011. Patofisiologi dalam Kebidanan. Jakarta: EGC.
Budiarto, E. 2004. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
Dinkes Sumatera Utara. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Fadlun. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Handoko, T. Hani. 2008. Manajemen Personalia Sumber Daya Manusia. Edisi
Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan – Kehamilan. Yogyakarta:
ANDI.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI;
2015.
Kusmiyati, Yuni, et all. 2009. Perawatan Ibu Hamil Asuhan Ibu Hamil.
Yogyakarta: Fitramaya.
Manoe, M. 2010. Anemia Dalam Kehamilan, Residen Divisi Fetomaternal Bagian
Obstetri dan Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar [Diakses tanggal 23 Februari 2018]. Didapat dari
http://med.unhas.ac.id/obgin.
Manuaba, Chandranita, et all. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2007. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.
Jakarta: Info Medika.
Saminem. 2009. Kehamilan Normal: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
76

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriyanto, Wawan. 2015. Sehat dan Bugar saat Hamil dan Melahirkan.
Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.
Wibisono. 2009. Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
World Health Organization (WHO). Maternal and reprodutive Health [Diakses
tanggal 14 Februari 2018]. Didapat dari:
www.who.int/gho/maternal_health/en/

Anda mungkin juga menyukai