Anda di halaman 1dari 2

Kawin Sasuku dalam Minangkabau

Diindonesia beragam suku yang ada dari sabang sampai merauke, salah satunya suku
Minangkabau. Dalam suku Minangkabau terdapat banyak suku lagi didalamnya. Diantaranya suku
Koto, Piliang, Guci, Caniago, Tanjuang, Jambak, Sikumbang, Bodi dan masih banyak yang
lainnya.

Di Minangkabau mempunyai prinsip atau aturan yaitu tidak boleh kawin sasuku
dikarenakan akan banyak menimbulkan mudharatnya bahkan orang yang melakukan kawin sasuku
dapat dikenakan sanksi paling menakutkan di Minangkabau, yaitu dibuang sepanjang adat (
sapanjang adaik) artinya suku-suku lain didaerah (luhak) juga tidak akan menerima. Dikucilkan
dalam pergaulan, bukan saja pribadi orang yang mengerjakannya, tapi keluarga besar pun
mendapatkan sanksinya.

Ini menggambarkan betapa buruknya kawin sasuku dimata masyarakat Minangkabau.


Lelaki yang melanggar hilang hak memegang jawatan (manjunjuang sako), sedangkan yang
perempuan akan kehilangan hak atas segala harta pusaka suku. Pasangan yang terlibat dianggap
tidak akan diakui lagi di suku mereka, ibarat sebuah pepatah “umpamo buah buah beluluak,
tacampak ka lauik indak dimakan lauak, tacampak ka daraik indak dimakan ayam” (umpama buah
beluluk, tercampak ke laut tidak makan ikan, tercampak ke darat tidak dimakan ayam).

Kawin sasuku yang dimaksud disini adalah suatu hubungan perkawinan yang dilakukan
antara laki-laki dengan perempuan Minangkabau yang masih mempunyai hubungan satu suku.
Meskipun dalam adat istiadat Minangkabau melarang kawin sasuku , akan tetapi agama islam
memperbolehkannya.

Tentunya tidak sembarangan para tokoh ulama Minangkabau membuat aturan melarang
kawin sasuku. Kawin sasuku dilarang dalam adat istiadat Minangkabau karena system kekerabatan
dalam adat Minangkabau mengambil dari garis keturunan ibu. Sehingga orang yang sukunya sama
artinya adalah bersaudara dan hubungan pertalian darahnya sangat dekat.

Namun ada beberapa kondisi kawin sasuku dengan tingkatan dan hukuman yang berbeda pula.
Bahkan salah satu diantaranya tetap diperbolehkan menikah, karena hubungan kekerabatan dan
pertalian darah yang sangat jauh. Adapun kawin sasuku yang diperbolehkan adalah hanya nama
suku saja yang sama. Sementara nagari , kampung, penghulu dan pemimpin adat sudah berbeda
meskipun akan tetap mendapatkan pertentangan dari mamak-mamak kaum.

Anda mungkin juga menyukai